Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH LEGAL REASONING

FAKULTAS HUKUM
MAGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyaknya keluhan-keluhan terhadap putusan hakim yang sekarang ini
terjadi dan sangat ramai diperbincangkan dalam masyarakat. Hal ini merupakan
salah satu contoh buruknya hukum yang ada di Indonesia.
Pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur
atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika
dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan
pengetahuan ilmiah. Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua
jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran
deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari
pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki
konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di
lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori
merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Dilihat dari putusan hakim dapat dilihat banyaknya putusan hakim yang
tidak memenuhi rasa keadilan, maupun putusan-putusan yang “kontroversial”. Hal
ini dibuktikan dengan banyaknya putusan hakim yang dibanding karena
ketidakpuasan terhadap putusan hakim dan banyak juga hakim-hakim yang
dilaporkan kepada Komisi Yudisial karena kelakuan hakim itu sendiri..
Putusan hakim juga harus memenuhi unsur nilai dasar kemanfaatan dalam
putusan hakim karena putusan hakim selain memenuhi unsur kepastian hukum
dan keadilan juga harus bermanfaat bagi seluruh pihak dan tidak berpihak kepada
siapapun sehingga dapat dijadikan referensi oleh hakim lain untuk memutuskan
suatu perkara dalam materi yang sama (yurisprudensi).
Banyak jalan pemikiran kita dipengaruhi oleh keyakinan, pola berpikir
kelompok, kecenderungan pribadi, pergaulan dan sugesti. Juga banyak pikiran
yang diungkapkan sebagai harapan emosi seperti caci maki, kata pujian atau
pernyataan kekaguman. Ada juga pemikiran yang diungkapkan dengan argumen
yang secara selintas kelihatan benar untuk memutarbalikkan kenyataan dengan
tujuan memperoleh keuntungan pribadi maupun golongan. Logika menyelidiki,
menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar dan bertujuan
mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan
perorangan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penalaran hukum/Legal Reasoning?
2. Apa yang di maksud dengan metode penalaran induktif/Inductive
Reasoning?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penalaran Hukum/ Legal Reasoning


Yang dimaksud dengan penalaran adalah proses mengambil kesimpulan
atau membentuk pendapat berdasarkan fakta-fakta tertentu yang telah tersedia,
atau berdasar konklusi-konklusi tertentu yang telah terbukti kebenarannya. Yang
dimaksud fakta-fakta tertentu adalah data-data, peristiwa-peristiwa, hubungan-
hubungan dan kenyataan-kenyataan yang digunakan dalam proses penalaran.
Sedangkan yang dimaksud konklusi-konklusi yang telah terbukti kebenarannya
adalah premis-premis aksiomatik, kaidah-kaidah berpikir, dan hasil-hasil
kesimpulan yang ditemukan lewat pembuktian sebelumnya.
Penalaran adalah suatu proses berfikir manusia untuk menghung-hubungkan
data atau fakta yang ada sehingga pada satu kesimpulan. Data atau fakta yang
akan dinalar itu boleh benar dan boleh tidak benar disinilah letak kerjanya
penalaran orang akan menerima data dan fakta yang benar dan tentu saja akan
menolak fakta yang belum jelas kebenarannya. Data yang dapat dipergunakan
dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan ini harus berbentuk kalimat-
kaliamat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut reposisi.
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar.
Nalar, menurut kamus bahasa Indonesia, yang artinya pertimbangan tertentu
tentang baik dan buruk, akal budi, aktivitas yang memungkinkan seseorang
berpikir logis, jangkauan pikir, kekuatan pikir. Dalam penalaran, proposisi yang
dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil
kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Penalaran hukum adalah esensi terpenting dari pekerjaan seorang hakim,
sekalipun eksponen Critical Legal Studies seperti Duncan Kennedy selalu
menyangsikan kekhasan dari penalaran hukum tersebut.
Kennedy pernah berujar, “Teachers teach nonsense when they persuade
students that legal reasoning is distinct, as a method for reaching correct results,
from ethical or political discourse in general. There is never a ‘correct legal
solution’ that is other than the correct ethical or political solution to the legal
problem”.
Kennedy mungkin lupa bahwa hukum berhubungan dengan problematika
kemanusiaan yang kompleks, sehingga mustahil ia dapat senantiasa dinalarkan
secara monolitik.
Penalaran hukum adalah fenomena yang multifaset. Kendati demikian,
penalaran itu tidak boleh dilakukan sekehendak hati. Penalaran hukum adalah
penalaran yang reasonable, bukan semata logical. William Zelermeyer
membedakan antara kedua istilah itu dengan katakata sebagai berikut: “We are
dealing with human beings and not with things. We must reasonable. This means
that the law and its decisions must be supported by reason; they must be products
of arbitrary action. To be reasonable does not necessarily mean to be logical.
Logic can lead to injustice, hence we must guard against its abusive use.”
Penalaran hukum memang paling tepat ditelusuri jika berangkat dari putusan
hakim. Alasannya sederhana, sebagaimana dikatakan oleh A.G. Guest, “The
object of a scientific inquiry is discovery; the object of a legal inquiry is decision”
Tentu saja penalaran hukum berlaku dalam semua pekerjaan para pengemban
profesi hukum lainnya di luar hakim. Namun, intensitas penalaran hukum yang
dilakukan oleh para hakim memang paling tinggi tingkatannya. Tidak
mengherankan jika akhirnya ada pandangan yang menyatakan bahwa legal
reasoning itu pada hakikatnya adalah judicial reasoning.
B. Jenis metode penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu
kesimpulan yang berupa pengetahuan atau merupakan kegiatan berfikir yang
mempunyai karateristik tertentu dalam menemukan kebenaran. 
Penalaran adalah sebuah proses berpikir secara logis untuk meneliti dan
memahami suatu kejadian yang akan berakhir pada sebuah penarikan
kesimpulan dan konsep. Suriasumantri, J.S. menyatakan bahwa penalaran
merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan dan mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan
kebenaran. Adanya penggunaan penalaran merupakan proses berpikir yang
perlu diajarkan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah.
Menurut R.G. Soekadijo penalaran adalah suatu bentuk pemikiran.
Adapun Suhartoyo Hardjosatoto dan Endang Daruni Asdi memberikan definisi
penalaran sebagai berikut  “Penalaran adalah proses dari budi manusia yang
berusaha tiba pada suatu keterangan baru dari sesuatu atau beberapa keterangan
lain yang telah diketahui dan keterangan yang baru itu mestilah merupakan
urutan kelanjutan dari sesuatu atau beberapa keterangan yang semula itu.”
Mereka juga menyatakan bahwa penalaran menjadi salah satu kejadian  dari
proses berfikir. Pengertian mengenai berpikir yaitu, “Berpikir atau thinking
adalah serangkaian proses mental yang banyak macamnya seperti mengingat-
ingat kembali sesuatu hal, berkhayal, menghafal, menghitung dalam kepala,
menghubungkan beberapa pengertian, menciptakan sesuatu konsep atau
mengira-ngira berbagai kemungkinan.
Menurut wikipedia, penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Penalaran merupakan proses berpikir yang sistematik untuk
memperolch kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran sangat erat kaitannya
dengan berpikir dan logika. Sadar atau tidak,dalam hidup ini kita selalu
berpikir. Kegiatan berpikir yang dilakukan secara sadar, tersusun dalam
hubungan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk menghasilkan suatu
kesimpulan ini lah yang kita katakan sebagai proses bernalar. Penalaran dapat
dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif. Pada kesempatan kali ini,
saya akan menjelaskan tentang penalaran induktif terlebih dulu.
Kegunaan dari Penalaran
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara
rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan
objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara
tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan asas-asas sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-
kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan
analitis sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan
meningkatkan citra diri seseorang.
Filsuf pada zaman keemasan Yunani,Aristoteles menyatakan bahwa proses
peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada yang bersifat
universal,disebut sebagai pola penalaran induksi. Disitu premisnya berupa
proposisi-proposisi singular,sedangkan konklusinya sebuah proposisi
universal,yang berlaku secara umum.
Menurut John Stuart Mill, induksi sebagai kegiatan budi,dimana kita
menyimpulkan bahwa apa yang kita ketahui benar untuk kasus yang serupa
dengan yang tersebut tadi dalam hal-hal tertentu.
(“...that operation of the mind,by which we infer that we know to be
true in particular case or cases,will be true in all cases which resemble the
former in certain assignable respects”) Induksi merupakan pola penalaran
untuk melakukan penyimpulan dalam logika dari kasus-kasus individual atau
partikular menuju kepada kasus-kasus umum atau universal.
Penalaran induktif adalah suatu proses mencapai kesimpulan umum
berdasarkan dari observasi contoh‐ contoh khusus. Penalaran induktif adalah
tipe penalaran yang berawal dari sekumpulan contoh fakta spesifik menuju
kesimpulan umum. Penalaran ini menggunakan premis dari objek yang diuji
untuk menghasilkan kesimpulan tentang objek yang belum diuji.
Dasar argumen induksi yaitu Argumen yang mendasarkan kesimpulannya
kemungkinan mengikuti premis-premis (probably follows from the premisses).
Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau
sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi).
Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas fenomena
– fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti dan dievaluasi
terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses penalaran induktif,
maka proses penalaran itu juga disebut sebagai suatu corak berpikir yang
ilmiah. Namun induksi sendiri tak akan banyak manfaatnya kalau tidak diikuti
oleh proses berpikir yang kedua, yaitu deduksi.
Berpikir induktif merupakan suatu pemikiran yang bergerak dari premis
spesifik ke konklusi umum atau generalisasi. Observasi dan pengalaman
digunakan untuk mendukung generalisasi. Premisnya tidak menjadi dasar
untuk kebenaran konklusi, tetapi memberikan sejumlah dukungan untuk
konklusinya. Konklusi induktif jauh melampaui apa yang ada pada premisnya.
Setiap argumen induktif tidak dapat dikatakan sahih atau tidak sahih,
tetapi lebih baik atau kurang baik, bergantung pada berapa tinggi derajat
probabilitasnya (kebolehjadian) yang diberikan premis pada simpulannya.
Semakin tinggi probabilitas simpulannya semakin baik argumen induktif yang
bersangkutan, begitu pula sebaliknya, dan simpulannya tidak mungkin
mengandung kepastian mutlak. Konklusi induktif tidak akan pernah terbukti
benar kecuali bila meneliti semua premis khususnya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suau
kesimpulan yang berupa pengetahuan atau merupakan kegiatan berfikir yang
mempunyai karateristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Berpikir atau
thinking adalah serangkaian proses mental yang banyak macamnya seperti
mengingat-ingat kembali sesuatu hal, berkhayal, menghafal, menghitung dalam
kepala, menghubungkan beberapa pengertian, menciptakan sesuatu konsep atau
mengira-ngira berbagai kemungkinan.
Induksi merupakan cara berpikir dengan menarik suatu kesimpulan yang
bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran induktif
dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan yang ruang lingkupnya
khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum.
DAFTAR PUSTAKA

Surajiyo, Sugeng Astanto, dan Sri Andiani. 2010. Dasar-dasar Logika.


Jakarta: PT Bumi Aksara.
Khalimi. 2011. Logika (Teori dan Aplikasi). Jakarta Selatan: Gaung Persada
Press.

Anda mungkin juga menyukai