Anda di halaman 1dari 5

Terorisme dan Kejahatan Lintas Negara – ADE AZHARIE

Kasi Eksekusi dan Eksaminasi Subdit Tindak Pidana Terorisme dan


Lintas Negara jampidum

Definisi Terorisme (UU 5 2018)


Pasal 1 angka 2 UU Terorisme, Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan
atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana terror atau rasa takut secara meluas,
yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan
atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis

Motif Politik bisa diekstradisi


Pasal 5
Tindak pidana terorisme diatur dalam UU Terorisme harus dianggap bukan tindak pidana
politik, dan dapat diekstradisi atau dimintakan bantuan timbal balik sebagaimana diatur
dalam ketentuan perundang-undangan

Ciri Dasar/Karakteristik Tindak pidana terorisme


1. Merupakan Kejahatan terorganisir,
- Adalah sebuah upaya terus menerus ada dan beroperasi secara rasional
mengeruk keuntungan akvitis illegal yang seringkali sangat dibutuhkan
masyarakat. Eksistensinya terus dijaga dengan menggunakan kekerasan, control
monopoli, dan atau menyuap para pejabat pemerintah
- contoh di Indonesia diterapkannya sel terputus antar satu dengan yang lainnyam
yang tidak akan saling kenal stu sama lain, ikatan Kerjasama dibawah masing sel
tsb sangatllah solid dan rapi, hanya pemimpin sel tertinggi aja yang terkoneksi
stu dengan Kerjasama satu sel dihubungnya dengan adanya opersamaan
ideologi radikal dan ekstrim
2. Menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
- Pasal 1 angka 3 UU 5 2018, Kekerasan adalah setiap perbuatan
penyalahgunaan kekuatan fisik dengan atau tanpa menggunakan sarana secara
melawan hukum dan menimbulkan bahaya bagi badan, nyawa, dan
kemerdekaan orang, termasuk menjadikan orang pingsan atau tidak berdaya
- Pasal 1 angka 4 UU 5 2018, Ancaman kekerasan adalah setiap perbuatan
secara melawan hukum berupa ucapan, tulisan, gambar, symbol, atau Gerakan
tubuh, baik dengan maupun tanpa menggunakan sarana dalam bentuk elektronik
atau nonelektronik yang dapat meimbulkan rasa takut terhadap orang atau
masyarakat secara luas atau mengekang kebebasan hakiki seseorang atau
masyarakat
3. Bermaksud atau menimbulkan
- Kata bermaksud dimaknai sebagai delik formil (penekanan pada perbuatan yang
dilarang) diatur di Pasal 7 Perpu 1 2002
- Kata menimbulkan dimaknai sebagai delik materiil (penekanan pada terjadinya
akibat) diatur dalam Pasal 6 UU 5 2018
- Tujuan atau maksud atau akibat yang terjadi dan diinginkan meliputi: (besifat
alternatif)
a. Suasana terror atau rasa takut secara meluas
b. Korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau
hilangnya nyawa dan harta benda orang lain
c. Mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital
strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik fasilitas internasional
3 ancaman terorisme:
1. Ancaman terorisme domestik, seperti Mujahidin Indonesia Timur (MIT), Jamaah
Anshor Daulah (JAD), Jamaah Islyamiyah (JI)
2. Ancaman Islamic State In Iraq And Syiria (ISIS), 3 ancaman ISIS:
a. Ancaman global
b. Ancaman regional
c. Ancaman nasional
3. Ancaman pejuang teroris Asing (Foreign Terorism Fighters)

Rumusan Delik
1. Delik materil, meliputi contohnya
- UU 5 2018 : Pasal 6, 12B angka 2 dan 3,
- Perpu 1 2002 : Pasal 10, 12,
2. Delik formil, meliputi contohnya
- Perpu 1 2002 : Pasal 7, 8, 9, 13, 16
- UU 5 2018 : Pasal 10A angka 1 dan 2, 12A, 12B angka 1, 13A, 14, 15, 16A

UU 9 2013 (Tindak Pidana Pendanaan Terorisme)


Mencabut Pasal 11 Perpu 1 2002,
- Definisi Pendanaan Terorisme (Pasal 1 angka 1), segala perbuatan dalam rangka
menyediakan, mengumpulkan, memberikan, atau meminjamkan Dana, baik langsung
maupun tidak langsungm dengan maksud untuk digunakan dan/atau yang diketahui
akan digunakan untuk melakukan kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris
- UU ini berlaku terhadap:
(1) UU ini berlaku terhadap:
a. Setiap orang yang melakukan atau bermaksud melakukan tindak pidana
terorisme di NKRI dan diluar wilayah NKRI
b. Dana yang terkait dengan pendanaan terorisme di NKRI dan diluar NKRI
(2) UU ini berlaku terhadap tindak pidana pendanaan di luar NKRI apabila:
a. Dilakukan WNI
b. Terkait tindak pidana terorisme terhadap WNI
c. Terkait tindak pidana terhadp fasilitas pemerintah Indonesia, termasuk
perwakilan Indonesia, atau tempat kediaman pejabat diplomatic atau konsuler
Indonesia
d. Terkait tindak pidana terorisme sebagai upaya unyuk memaksa Indonesia
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
e. Terkait tindak pidana terorisme terhadap pesawat udara yang dioperasikan oleh
Indonesia
f. Terkait tindak pidana terorisme di atas Kapal berbendera NKRI atau pesawat
yang terdafta berdasar UU pada saat tindak pidana itu dilakukan
g. Dilakukan WNA yang bertempat tinggal di NKRI
- Alat Bukti Tindak pidana Pendanaan Terorisme: (Pasal 38 UU 9 2013)
a. Alat bukti sebgaimana dalam KUHAP
b. Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan
secara elektronik dengan alat optik atau alat yang serupa optik; dan/atau
c. Dokumen, Data, rekaman, atau informasi yang dilihat, dibaca, dan/atau didengar
yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang
tertuang di atsa kertas atau banda fisik apapun selain kertas maupun yang terekam
secara elektronik, termasuk tetiapi tidak terbatas pada:
 Tulisan, suara, atau gambar
 Peta, rancangan, foto, atau sejenisnya dan
 Huruf tanda, angka simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat
dipahami oleh orang yang membantu baca atau memahaminya
Pelaku Tindak Pidana Terorisme
1. Perseorangan , baik sebagai melakukan, turut melakukan, membujuk. Maupun
pembantuan (sebelum dan setelah)
2. Korporasi

Karakteristik pelaku
1. Merencanakan, Persiapan fisik, finansial, maupun sumber daya manusaia
Contoh: Pasal 15 jo 7 UU Terorisme
2. Mengorganisasikan,
sel sel terputus dan sangat rahasia, seperti Latihan di daerah pegunungan
3. Mempersiapkan,
persiapan sarana dan prasarana meliputi pengumpulan infromasi
4. Mengikuti pelatihan militer dan pelatihan lain
Pelatihan yang meliputi pelatihan IT dan pelatihan merakit
5. Menggerakkan
Seperti pengiriman logistik, bantuan dan provokasi, pemberian hadiah uang , alat
dan janji
6. Pembantuan
7. Bantuan
8. Kemudahan

Permufakatan jahat dan percobaan mengacu pada Pasal 88 KUHP dan Pasal 53 KUHP,
pengidentifikasian mens rea dan actus reus dari pelaku tindak pidana terorisme perlu
kejelian dalam memahaminya dikarenkana perkara terorisme sangat bervariasi

Korporasi sebagai pekau tindak pidana (Pasal 17)

Teknik Pengungkapan Tindak Pidana Terorisme


1. Pengungkapan fakta perbuatan secara utuh sebagai satu kesatuan sejak dari
pembentukan motivasi.ideologi sampai dengan Perencanaan, Pelaksanaan dan Pasca
Kejadian Teror
a. Pembentukan Motivasi dan Ideologi,
meliputi perte,uan-pertemuan yang dilakukan serta materi pertemuan yang
menyangkut motivasi/ideologi yang dianut, pembentukan biasa diikuti oleh dengan
bai’at sumpah setia kepada par pemimpin,
b. Perbuatan persiapan
Pengumpulan sarana dan prasarana (mis bahan2 pembuatan bom/peledak,
pencarian senjata, pencarian dana). Termasuk juga Latihan pembentukan ketahanan
fisik yang biasa mereka sebut idad/Latihan fisik seperti jalan jarak jauh, mendaki
gunung, berenang di sungai deras, Latihan lompat harimau
c. Perbuatan perencanaan
Meliputi perencanaan operasional seperti rapat/pertemuan terkait cara2 kekerasan
yang dilakukan, ataupun terget2 yang ingin dilaksanakan ataupun target2 yang
dicapai. Contoh: memerangi para thagut/setan yakni para APH, pemerintah
d. Perbuatan pelaksanaan
Operasionalisasi atau cara cara kekerasan yang dilakukan,
e. Pasca kejadian
Hasrus diungkap, yang dirumuskan sebagai delik materiil, misalkan perasaan
ketakutan secara meluas, korban yang bersifat massal dan sebagainya
2. Pengungkapan fakta keterlibatan dan peranan masing-masing Tersangka dalam Proses
terjadinya tindak pidana terorisme
Dalam hubungan ini yang perlu diperhatikan bahwa setiap tersangka tidak harus turut
melakukan perbuatan sejak pembentukan motivasi/ideologi sampai dengan
pelaksanaan atau pasca kejadian. Setiap tersangka memiliki peran penting dari suatu
perbuatan

Bab. IV
Ketentuan Khusus dalam UU Tindak Pidana Terorisme
A. Penangkapan dan Penahanan
- Pasal 28 UU 15 2003, berdasarkan bukti permulaan maka dapat melakukan
penangkapan paling lama 14 ahri kerja. Dapat diperpanjang paling lama 7 hari
oleh Ketua PN kedudukan penyidik (Pengingkaran dalam KUHAP)
- Pasal 28A UU 5 2018, waktu penelitian berkas perkara dalam jangka waktu 21
hari sejak berkas perkara dari penyidik diterima
- Pasal 25 UU 5 2018, jangka waktu penahanan dalam waktu penyidikan selama
120 hari dan dapat diperpanjang oleh PU selama 60 hari, dapat diperpanjang lagi
selama 20 hari. Dalam hal penuntutan jangka waktu penahanan selama 60 hari,
dapat diperpanjang oleh ketua PN selama 30 hari
B. Laporan Intelijen sebagai bukti permulaan
UU 5 2018 mengakui laporan intelijen sebagai bukti permulaan. (Pasal 26)
Laporan yang berkaitan dengan masalah-masalah keamanan nasional. Laporan
intelijen sebagai bukti permulaan yang cukup untk penyidik utk peningkatan
peyelidikan ketahap penyidikan
C. Alat bukti dalam Perakra Tindak Pidana Terorisme
Pasal 27 UU 5 2018, yakni :
1. Alat bukti sebagaimana pasal 184 KUHAP
2. Informasi yang diucapkan diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara
elektronik dengan alat optik atau yang seruoa dengan itu; dan Data, rekaman,
atau informasi yang dilihat, dibaca, dan/atau didengar yang dapat dikeluarkan
dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atsa kertas atau
banda fisik apapun selain kertas maupun yang terekam secara elektronik,
termasuk tetiapi tidak terbatas pada:
 Tulisan, suara, atau gambar
 Peta, rancangan, foto, atau sejenisnya dan
 Huruf tanda, angka simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat
dipahami oleh orang yang membantu baca atau memahaminya
D. Pemlokiran Harta kekayaan Hasil Tindak Pidana
- Pasal 29 UU 5 2018, APH berwenang memblokir harta kekayaan seseorang
yang diketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana terorisme
dengan meminta kepada Bank atau klembaga jasa keuangan seperti PPATK
(pemblokiran secara tertulia yang memuat secara jelas dengan identitas
terdakwa atauharta kekayaan yang menjadi objek)
- UU 5 2018 tidak mengatur, namun di UU 9 2013 ttg Pencegahan dan
Pemberantasan Pendanaan Tindak Pidana Terorisme mempunyai jangka waktu
selama 30 hari yang mana apabila habis maka penyedia Jasa keuangan wajib
mengakhiri pemblokiran demi hukum (Pasal 23 ayat 6 dan 9 UU 9 2013)
E. Penyadapan
- Pasal 31 UU 5 2018, penyadapan dilakukan dalam rangka menunjang proses
penyelidikan ke tahap penyidikan (selama 1 tahun dan dpaat diperpanjang 1 kali
selama 1 tahun)
- Penyadapan dapat dilakukan dalam kondisi normal dana/atau keadaan
mendesak (Pasal 31A)
- Jangka waktu penyadapan secara mendesak yakni maksimal 3 hari setelah itu
wajib meminta kepada penetapan kepada Ketua PN diwilayahnhukum
kedudukan penyidik
F. Perlindungan Saksi, Penyidik, PU, Hakim beserta keluarga
- Pasal 33, 34, dan Pasal 34A UU 5 2018,
- Kemudian terbit PP 77 2019 ttg pencegahan tindak pidana terorisme dan
perlindungan terhadap penyidik pu hakimm dan petugas pemsayrakatan, dalam
PP tersebut perlidnungan adalah jaminan rasa aman yang diberikan oleh negara
kepada penyidik pu hakimm dan petugas pemsayrakatan beserta keluarganya
dari kekerasan dan/atau ancaman kekerasan
- Perlindungan diberikan secara langsung atau berdasarkan permintaan
- Perlindungan langsung melalui koordinasi antara BNPT, POLRI, Kejaksaan, MA,
dan/atau kementerian dalam urusan pemerintahan dibidang hukum dan HAM
G. Perlindungan kepada Pelapor, ahli dan saksi beserta keluarganya
- Pasal 34A UU 5 2018,
H. Perlindungan terhadap Korban
- Pasal 35A UU 5 2018 dan Pasal 35B,
I. Perampasan harta Kekayaan
- Pasal 35 ayat 5,6,7 Perpu 1 2002 Perampasan harta kekayaan yang berkaitan
dengan terorisme
J. Kompensasi, Restitusi, dan Rehabilitasi
- Pasal 36, 36A, 36B UU 5 2018
- Surat Jaksa Agung RI No. B – 006/A/C.9/01/2017 ttg Pmenuhan Hak
Kompensasi korban tindak pidana Terorisme dan Tindak Pidana Pelanggaran
HAM Berat

KASPOS 1
Locus dan Tempus tidak ada

Kaspos 2
Pasal 7 jo Pasal 15 UU
Kaspos 3

Kaspos 4
Pasal 4 dan 5

Anda mungkin juga menyukai