Unsur-unsur TPPO
Pembuatan
Perbuatan yang termasuk dalam perdagangan orang adalah:
Objek
Maksud dari perbuatan perbuatan-perbuatan tersebut di atas adalah
untuk memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali
atas orang lain yang memang menjadi objek perdagangan
orang. Tujuan dari persetujuan persetujuan tersebut adalah untuk
mengeksploitasi atau mengakibatkan orang terekspolitasi.
3.Setiap orang yang membawa warga negara Indonesia ke luar wilayah negara
Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di luar wilayah negara
Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.
600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah). (Pasal 4)
5.Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri
dengan cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,00 (seratus dua
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah). (Pasal 6)
Penambahan pidana
menurut Pasal 1 angka 2 Perpu 1/2002jo. UU 5/2018, terorisme adalah perbuatan yang menggunakan
kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang
dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran
terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan
motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
Tindak Pidana Terorisme merupakan kejahatan serius yang dilakukan dengan menggunakan Kekerasan
atau Ancaman Kekerasan dengan sengaja, sistematis, dan terencana, yang menimbulkan suasana teror atau
rasa takut secara meluas dengan target aparat negara, penduduk sipil secara acak atau tidak terseleksi, serta
Objek Vital yang Strategis, lingkungan hidup, dan Fasilitas Publik atau fasilitas internasional dan
cenderung tumbuh menjadi bahaya simetrik yang membahayakan keamanan dan kedaulatan negara,
integritas teritorial, perdamaian, kesejahteraan dan keamanan manusia, baik nasional, regional, maupun
internasional
Perumusan tindak pidana terorisme dalam Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menggunakan cara perumusan baik
itu perumusan dengan cara merumuskan unsur-unsurnya saja maupun mengunakan cara
perumusan dengan menguraikan unsur-unsur dan memberikan klasifikasi terhadap tindak pidana
tersebut.
Contoh dari pasal yang menggunakan perumusan tindak pidana dengan menguraikan unsur-
unsurnya saja tanpa memberikan kualifikasi tindak pidananya adalah Pasal 6 Undang-Undang (UU)
Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang
isinya menyatakan bahwa setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman
kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau
menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya
nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-
obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional,
dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Secara rinci, ketentuan pasal tersebut dapat diuraikan berdasarkan unsur subjektif dan unsur
objektifnya (J. M. Van Bemmelen, "Hukum Pidana I: Pidana Material Bagian Umum", diterjemahkan
oleh Hasan, tt: Bina Cipta, 1984, hlm. 102-103) sebagaimana berikut di bawah ini :
Pasal 6 Undang-Undang (UU) Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme tersebut hanya menguraikan unsur-unsur dari tindak pidana terorisme,
tetapi tidak memberikan klasifikasi tindakan tersebut sebagai tindakan terorisme.
UU yg mengatur :