TOPIK 1
Korupsi merupakan masalah serius karena dapat membahayakan stabilitas dan keamanan
masyarakat,merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas, dan membahayakan pembangunan ekonomi, sosial
politik,dan menciptakan kemiskinan secara masif sehingga perlu mendapat perhatian dari pemerintah danmasyarakat
serta lembaga sosial. Salah satu upaya untuk menekan tingginya angka korupsi adalahupaya pencegahan. Upaya
serius KPK dalam memberantas korupsi dengan pendekatan pencegahanmerupakan upaya cerdas. Pendekatan ini
menunjukkan bahwa KPK menyadari bahwa masa depanbangsa yang lebih baik perlu dipersiapkan dengan orang-
orang yang paham akan bahaya korupsi bagiperadaban bangsa. Upaya pencegahan kejahatan korupsi harus
dilakukan sedini mungkin, dan dimulaidari anak. Salah satu isu penting yang harus mendapat perhatian dalam upaya
mencegah korupsi adalahmenanamkan pendidikan antikorupsi di kalangan anak pra usia sekolah sampai mahasiswa
juga padaPeserta Didik dari kalangan Komunitas dan Organisasi Masyarakat, Aparatur Sipil
Negara(Kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah), BUMN/BUMD/Sektor Swasta, Masyarakat Politik, dan
Masyarakat Umum lainnya. Perlunya pemahaman terhadap dasar hukum, asas-asas, unsur-unsur, danmodus
operandi tindak pidana korupsi tersebut bagi peserta didik, maka Komisi Pemberantasan Korupsi menyusun modul
mengenai tindak pidana korupsi. Adapun tujuan penyusunan modul tersebut adalah untuk memberikan pemahaman
mengenai Dasar Hukum, Asas, Unsur Dan Modus Operandi Tindak Pidana Korupsi, Mengenal 7 Delik Tindak
Pidana Korupsi, Proses Penanganan Tindak Pidana Korupsi DiKPK, Studi Kasus Perkara Korupsi yang pernah
ditangani oleh KPK, dan Kaitan Tindak Pidana Pencucian Uang Dengan Tindak Pidana Korupsi.
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun dan atau
denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah). Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan atau denda paling banyak Rp
150.000.000,000 (seratus lima puluh juta rupiah).
Pengertian Tindak Pidana Korupsi juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, yaitu:
a)Tindak pidana korupsi yaitu bahwa setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya dirisendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negaraatau
perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup ataupidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahundan denda paling sedikit Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyakPp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)(Pasal
b)Pasal 3: “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
....”.Ketentuan lain yang mengatur tentang tindak pidana korupsi yaitu:a.Barangsiapa melakukan tindak
pidana tersebut dalam KUHP yang ditarik sebagai tindak pidana korupsi, yang berdasarkan UndangUndang Nomor
20 Tahun 2001 rumusannya diubah dengan tidak mengacu
pasal-pasal dalam KUHP tetapi langsung menyebutkan unsur-unsur yang terdapat dalam masingmasing
Pasal KUHP. Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. (Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor
Penarikan perbuatan yang bersifat penggelapan, yakni pasal 415, 416, dan pasal 417 KUHP.
Penarikan perbuatan yang bersifat kerakusan (knevelarij, extortion), yakni pasal 423, dan 425 KUHP.
Penarikan perbuatan yang berkolerasi dengan pemborongan, leverensir dan rekanan, yakni pasal 387,
388, dan 435 KUHP. Tindak Pidana Korupsi Tipe KeempatKorupsi tipe keempat adalah tipe korupsi
percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat serta pemberian kesempatan sarana atau keterangan
terjadinya tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh orang diluar wilayah Indonesia (Pasal 15 dan Pasal
16 UU PTPK).
Konkritnya, perbuatan percobaan/poging sudah diintrodusir sebagai tindak pidana korupsi oleh karena
perbuatan korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, juga menghambat
pertumbuhan dan kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi sehingga
percobaan melakukan tindak pidana korupsi dijadikan delik tersendiri dan dianggap selesai dilakukan.
Demikian pula mengingat sifat dari tindak pidana korupsi itu, permufakatan jahat untuk melakukan
tindak pidana korupsi meskipun masih merupakan tindak persiapan sudah dapat dipidana penuh
sebagai suatu tindak pidana tersendiri. Tindak Pidana Korupsi Tipe KelimaKorupsi tipe kelima ini
sebenarnya bukanlah bersifat murni tindak pidana korupsi, tetapi tindak pidana lain yang berkaitan
dengan tindak pidana korupsi sebagaimana diatur dalam Bab III Pasal 21 sampai dengan Pasal 24 UU
PTPK. Apabila dijabarkan, hal-hal tersebut adalah: 1. Dengan sengaja mencegah, merintangi, atau
menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan terhadap tersangka dan terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi. 2. Setiap orang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36 yang dengan sengaja tidak
memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar. 3. Dalam perkara korupsi, pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 220, Pasal 231, Pasal 421, Pasal 422, Pasal 429
atau Pasal 430 KUHP. 4. Ketentuan mengenai sanksi pidana yang diatur dalam Bab III Pasal 21- 24 UU
PTPK tersebut berturut-turut dari poin (a) sampai (d) adalah sebagai berikut: a)Dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda paling sedikit
Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah). b)Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling
di Indonesia tidak dapat dilepaskan dariperkembangan dan proses pembaruan hukum pidana pada
umumnya.Pembaharuan hukum pidana itu sendiri erat kaitannya dengan sejarah perkembangan bangsa
Indonesia, terutama sejak proklamasi kemerdekaan sampai pada era pembangunan dan era reformasi
seperti sekarang ini. Barda Nawawi Arief menegaskan bahwa latar belakang dan urgensi dilakukannya
hukum pidana dapat ditinjau dari aspek sosiopolitik, sosiopilosofik, maupun dari aspek sosiokultural.
Disamping itu dapat pula ditinjau dari aspek kebijakan, baik kebijakan sosial (social policy), kebijakan
kriminal (criminalpolicy) maupun dari aspek kebijakan penegakan hukum pidana (criminal
lawenforcement) . Dasar Hukum dalam Penerapan Tindak Pidana Korupsi sebagai berikut: 1)TAP MPR
Nomor XI Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Pemerintah yang Bersih dan Bebas KKN 2)UndangUndang Nomor
8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) 3)Undang-Undang Nomor
46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi 4)Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006
tentang Ratifikasi UNCLC 2003 5)Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Korupsi 6)Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Nomor 20 Tahun 2001 tentang Tindak
Pidana Korupsi 7)Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pemerintahan yang Bersih dari KKN
8)Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2014 Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi tahun 2014
9)Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2013 Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi tahun 2013
10)Instruksi Presiden Nomor 56 Tahun 2012 Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi 2012 – 2025 11)Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi tahun 2012 12)Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi 13)Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2000 tentang Peran Aktif
Masyarakat.
dapat dikelompokkan dalam beberapa peraturan perundang-undangan yang pernah lahir berkaitan
dengan upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, diantaranya: a)Delik-delik Korupsi dalam KUHP.
b)Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat (Angkatan Darat dan Laut). c)UndangUndang Nomor
24 (PRP) Tahun 1960 Tentang Pemberantasan tindak Pidana Korupsi. d)Undang-Undang
e)Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. f)UndangUndang Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
TOPIK 2
2.1 Nilai dan prinsip anti korupsi Nilai dan Prinsip Anti Korupsi
Dalam berbagai buku dan pembahasan disebutkan bahwa nilai-nilai anti korupsi berjumlah 9 buah, yaitu
1. Kejujuran
Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat di definisikan sebagai sebuah tindakan maupun ucapan yang
lurus, tidak berbohong dan tidak curang. Dalam berbagai buku juga disebutkan bahwa jujur memiliki
makna satunya kata dan perbuatan. Jujur ilah merupakan salah satu nilai yang paling utama dalam anti
korupsi, karena tanpa kejujuran seseorang tidak akan mendapat kepercayaan dalam berbagai hal,
termasuk dalam kehidupan sosial. Bagi seorang mahasiswa kejujuran sangat penting dan dapat
diwujudkan dalam bentuk tidak melakukan kecurangan akademik, misalnya tidak mencontek, tidak
melakukan plagiarisme dan tidak memalsukan nilai. Lebih luas, contoh kejujuran secara umum
dimasyarakat ialah dengan selalu berkata jujur, jujur dalam menunaikan tugas dan kewajiban, misalnya
sebagai seorang aparat penegak hukum ataupun sebagai masyarakat umum dengan membaya pajak.
2. Kepedulian
Arti kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa kepedulian dapat
dilakukan terhadap lingkungan sekitar dan berbagai hal yang berkembang didalamnya.Nilai kepedulian
sebagai mahasiswa dapat diwujudkan dengan berusaha memantau jalannya proses pembelajaran,
memantau sistem pengelolaan sumber daya dikampus serta memantau kondisi infrastruktur di kampus.
Selain itu, secara umum sebagai masyarakat dapat diwujudkan dengan peduli terhadap sesama seperti
dengan turut membantu jika terjadi bencana alam, serta turut membantu meningkatkan lingkungan
sekitar tempat tinggal maupun di lingkungan tempat bekerja baik dari sisi lingkungan alam maupun
sosial terhadap individu dan kelompok lain.
3. Kemandirian
Di dalam beberapa buku pembelajaran, dikatakan bahwa mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki
sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada orang lain dalam berbagai hal. Kemandirian dianggap
sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin, karena tampa kemandirian
4. Kedisiplinan
Definisi dari kata disiplin ialah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan. Sebaliknya untuk mengatur
kehidupan manusia memerlukan hidup yang disiplin. Manfaat dari disiplin ialah seseorang dapat
mencpai tujuan dengan waktu yang lebih efisien. Kedisiplinan memiliki dampak yang sama dngan nilainilai
antikorupsi lainnya yaitu dapat menumbuhkan kepercayaan dari orang lain dalam berbagai hal.
Kedisiplinan dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk kemampuan mengatur waktu dengan baik,
kepatuhan kepada seluruh peraturan dan ketentuan yang berlaku, mengerjakan segala sesuatu dengan
5. Tanggung Jawab
Kata tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh
dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan). Seseorang yang memiliki tanggung jawab akan memiliki
kecenderungan menyelesaikan tugas dengan lebih baik. Seseorang yang dapat menunaikan tanggung
jawabnya sekecil apa-pun itu dengan baik akan mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Penerapan
nilai tanggung jawab antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh, lulus
tepat waktu dengan nilai baik, mengerjakan tugas akademik dengan baik, menjaga amanah dan
6. Kerja Keras
Kerja keras didasari dengan adanya kemauan. Di dalam kemauan terkandung ketekadan, ketekunan,
keteguhan dan pantang mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang
sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya
pengetahuan.
7. Kesederhanaa
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan masyarakat disekitar.
Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak sesuai dengan
kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga dibina untuk memprioritaskan
8. Keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat diperlukan untuk
mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan keyakinan, serta
9. Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Keadilan dari
sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas dicantumkan dalam pancasila
sila ke-2 dan ke-5, serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun
sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proposional dan tidak melanggar
hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat
dipisahkan dengan kewajiban. Dalam konteks pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat
sektoral tetapi meliputi ideologi. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil dalam
Kewajaran Prinsip fairness atau kewajaran ini ditunjukkan untuk mencegah terjadinya manipulasi
(ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran dalam
bentuk lainnya. Sifat-sifat prinsip ketidakwajaran ini terdiri dari lima hal penting komperehensif dan
disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran dan informatif. Komperehensif dan disiplin berarti
pengeluaran dan tidak melampaui batas (off budget). Fleksibilitas artinya adalah adanya kebijakan
tertentu untuk mencapai efisiensi dan efektifitas. Terprediksi berarti adanya ketetapan dlam
perencanaan atas dasar asas value for money untuk menghindari defisit dalam tahun anggaran berjalan.
Anggaran yang terprediksi merupakan cerminan dari adanya prinsip fairness di dalam proses
perencanaan pembangunan. Kejujuran mengandung arti tidak adanya bias perkiraan penerimaan
maupun pengeluaran yang disengaja yang berasal dari pertimbangan teknis maupun politis. Kejujuran
merupakan bagian pokok dari prinsip fairness. Penerapan sifat informatif agar dapat tercapainya
sistem informasi pelaporan yang teratur dan informatif. Sistem informatif ini dijadikan sebagai dasar
penilaian kinerja, kejujuran dan proses pengambilan keputusan selain itu sifat ini merupakan ciri khas
dari kejujuran.
Transparansi Prinsip transparansi penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi
dan mengharuskan semua proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk
penyimpangan dapat diketahui oleh publik. Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi
seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dlam bentuk yang paling sederhana, transparansi
mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena
kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi semua
– Proses penganggaran,
– Proses pembahasan,
– Proses evaluasi.
Proses penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan
Di dalam proses penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses pembahasan
tentang sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja).
Proses pembahasan membahas tentang pembutan rancangan peraturan yang berkaitan dengan strategi
pengelolaan proyek mulai dari pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan
Proses pengawasan dalam pelksnaaan program dan proyek pembangunan berkaitan dengan
kepentingan publik dan lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan oleh masyarakat sendiri.
Proses evaluasi ini berlaku terhadap penyelenggaraan proyek dijalankan secara terbuka dan bukan
hanya pertanggungjawaban secara administratif, tapi juga secara teknis dan fisik dari setiap output
kerja-kerja pembangunan.
2.4 Prinsip anti korupsi (kebijakan)
Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang dapat
merugikan negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang
anti korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses informasi, undang-undang
mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat
negara.
Aspek-aspek kebijakan terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur
kebijakan. Kebijakan anti korupsi akan efektif apabila didalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait
dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan integritas
pembuatnya.
Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh aktor-aktor penegak kebijakan yaitu
kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai, pemahaman, sikap, persepsi dan kesadaran masyarakat
terhadap hukum atau undang-undang anti korupsi. Lebih jauh lagi kultur kebijakan ini akan menentukan
Kontrol kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang dibuat betul-betul efektif dan mengeliminasi
Kontrol kebijakan partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam
Kontrol kebijakan evolusi yaitu dengan menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak.
Kontrol kebijakan reformasi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak sesuai.
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk luar biasa pada
hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem
demokrasi, sistem politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di
negeri ini. Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum
Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari
kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan
berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini. Ini dapat menjadi
indikator bahwa nilai-nilai dan prinsip anti korupsi seperti yang telah diterangkan diatas penerapannya
masih sangat jauh dari harapan. Banyak nilai-nilai yang terabaikan dan tidak dengan sungguh-sungguh
Tak dapat dipungkiri untuk menanamkan nilai dan prinsip-prinsip anti korupsi perlu diajarkan sejak dini
kepada seluruh masyarakat secara umum. Saat ini sebagain besar baru terpusat pada golongan tertentu
di tempat tertentu. Untuk langkah yang lebih serius, seharusnya penanaman nilai dan prinsip anti
korupsi ini harus di terapkan bukan hanya di bangku kuliah saja sebagai contohnya, tetapi juga dilakukan
secara merata di berbagai kalangan masyarakat agar hasil yang didapatkan juga bisa maksimal secara
merata.
Yang ironisnya lagi dalam berbagai sistem pemerintahan termasuk di berbagai lembaga negara praktik
korupsi seakan dibiarkan dengan sistem yang menuntun, bahkan memaksa yang berkepentingan untuk
sistem pemilihan kepala daerah secara langsung oleh rakyat, yang bernama Korupsi. Sehingga penulis
dapat menyebutkan bahwa “Pemilu merupakan sistem perkorupsian baru yang terselubung menjadi
penyakit di Indonesia”.
Rangkuman
Dalam tindak pidana korupsi, dalamundang-undang di gunakan, Prinsip transparansi penting karena
pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua proseskebijakan dilakukan
secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat diketahui oleh publik.
Transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi seluruh proses dinamika struktural
kelembagaan.
Dlam bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk
saling menjunjung tinggi kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini
merupakan modal awal yang sangat berharga bagi semua orang untuk melanjutkan hidupnya di masa
mendatang.
Tujuan transparansi agar jelas, pengeluaran keuangan negara dikeluarkan untuk apa saja, dan
TOPIK 3
3.1 Faktor-faktor penyebab korupsi
melakukan korupsi tidak memikirkan di luar sana nasib orang-orang miskin dan mereka
Faktor penyebab korupsi dibagi menjadi dua. Yaitu diantaranya faktor internal dan faktor
1. faktor internal
Yang menjadi penyebab akibat terjadinya korupsi pada faktor internal adalah :
• Pada sifat rakus tersebut artinya manusia tidak mudah puas dengan apa yang
dimilikinya saat ini. Mereka cenderung merasa kurang dengan apa yang mereka
miliki dan hal tersebut akan mendorong manusia tersebut untuk melakukan korupsi.
• Gaya hidup yang konsumtif yaitu dalam segi kehidupan mereka sehari-hari
berlebihan, atau dapat disebut juga dengan gaya hidup yang boros. Gaya hidup
yang semacam ini akan mendorong mereka untuk melakukan korupsi karena apabila
dari penghasilan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi gaya hidup mereka yang
boros.
• Faktor internal yang menyebabkan korupsi salah satunya yaitu akibat moral manusia
yang kurang kuat. Artinya moral yang mereka miliki sangat kurang dan mereka lebih
2. Faktor eksternal
A. Politik
• Faktor politik mempengaruhi terjadinya korupsi karena pada dasarnya politik sendiri
politik.
B. Hukum
• Pada faktor hukum dapat dilihat dari sistem penegakan hukum yang hanya pro pada
pihak-pihak tertentu saja yang memiliki kepentingan untuk dirinya sendiri. Faktor
hukum juga dibagi menjadi dua yaitu konsistensi penegakan hukum dan kepastian
hukum.
C. Ekonomi
• Faktor ekonomi juga salah satu faktor yang meyebabkan terjadinya korupsi. Hal
tersebut dapat dilihat dari apabila gaji atau pendapatan seseorang tersebut tidak
juga terbagi menjdai dua yaitu gaji atau pendapatan dan sistem ekonomi.
D. Organisasi
yaitu :
• Pimpinan
• Akuntabilitas
untuk Membasmi: Buku Panduan untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi (hal. 15),
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU Tipikor”)
Dalam Arti Formil, Guru Besar Hukum Pidana Universitas Padjajaran Komariah Emong
dalam arti langsung maupun tidak langsung. Artinya, suatu tindakan otomatis dapat
• Pasal 2 ayat (1) UU Tipikor jo. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 25/PUUXIV/2016 mengatur bahwa:
• Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
• Suap-menyuap
• Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)
negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya; atau
• memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
• Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau
janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan
• Contoh penggelapan dalam jabatan diatur dalam Pasal 8 UU 20/2001 yang berbunyi:
• Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima
puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta
rupiah), pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu,
dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena
jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau
digelapkan oleh orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
• Bedanya ialah pada pencuriSan, barang yang dimiliki itu belum berada di tangan
• Perbuatan Curang
• pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, atau
• setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara Nasional
curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang; atau
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja
mana seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara, baik langsung maupun
tidak langsung, dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau
persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian
3.7 Gratifikasi
• Yang nilainya Rp10 juta atau lebih, pembuktiannya bahwa gratifikasi tersebut bukan
• Yang nilainya kurang dari Rp10 juta, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap
• Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi
adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat tahun
dan paling lama 20 tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan paling
• Namun, ketentuan ini tidak berlaku apabila penerima melaporkan gratifikasi yang
Rangkuman
melakukan korupsi tidak memikirkan di luar sana nasib orang-orang miskin dan
untuk Membasmi: Buku Panduan untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi (hal. 15),
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (“UU Tipikor”)
• UU Korupsi Menganut Kerugian Negara Dalam Arti Formil, Guru Besar Hukum Pidana
TOPIK 4
Di Indonesia sering terjadi kasus korupsi. Penyebab terjadinya korupsi di karenakan beberapa faktor
diantaranya :
Dari faktor di atas dapat disimpulkan bahwa hidup selalu merasa kurang dan selalu tidak puas
dengansemua harta atau materi yang mereka punya. Oleh karena itu seseorang melakukan berbagai cara
agar kebutuhan hidupnya terpenuhi, seperti halnya korupsi. Dan ketika seseorang sudah melakukan
Mereduksi peran pundamental pemerintah (misalnya pada penerapan dan pembuatan kontak proteksi)
lingkungan
Rangkuman
Mereduksi peran pundamental pemerintah (misalnya pada penerapan dan pembuatan kontak proteksi)
.Hutang negara semakin meningkatg, dan angka kemiskinan semakin meluasOleh sebab itu, dibutuhkan
kesadaran buat diri kita untuk tidak melakukan tindak pidana korupsi, dikarenakan akan menambah
TOPIK 5
PEMBERANTASAN KORUPSI
Dari survei Persepsi Masyarakat Terhadap KPK dan Korupsi Tahun 2008, didapati bahwa belum terlalu
banyak orang yang tahu bahwa tugas dan wewenang yang diamanahkan kepada KPK bukan hanya tugas
yang terkait dengan penanganan kasus korupsi dan penanganan pengaduan masyarakat. Hal ini dapat
dimaklumi, karena sekalipun telah banyak yang dilakukan oleh KPK dalam melakukan pencegahan
korupsi dan dalam mengkaji sistem administrasi lembaga negara/pemerintah yang berpotensi korupsi,
kegiatan-kegiatan itu menurut kalangan pers kalah nilai jualnya jika dibandingkan dengan liputan atas
penindakan korupsi.
Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas
tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku[1]. Karenanya ada tiga hal yang perlu digarisbawahi yaitu
‘mencegah’, ‘memberantas’ dalam arti menindak pelaku korupsi, dan ‘peran serta masyarakat’.
Kemajuan teknologi informasi sudah banyak membantu KPK dalam melakukan tugas-tugasnya. Dari
mulai gedung KPK yang dirancang sebagai smart building, paper-less information system yang
diberlakukan sebagai mekanisme komunikasi internal di KPK, dan program-program kampanye serta
pendidikan antikorupsi KPK. Dalam meningkatkan peran serta masyarakat, informasi elektronik sangat
dibutuhkan agar informasi yang disampaikan dapat lebih cepat diterima, lebih luas sebarannya, dan lebih
lama penyimpanannya[2]. KPK juga telah mengadakan berbagai lomba bagi pelajar, mahasiswa, dan
masyarakat yang antara lain berupa lomba PSA antikorupsi, lomba film pendek antikorupsi, lomba poster,
KPK menyambut baik tujuan pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik yang antara lain
adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik[3] disamping untuk berbagai
tujuan lain.
Pada awal kepemimpinan saya di KPK, saya beranggapan bahwa stigma salah satu negara korup yang
sering diberikan kepada Indonesia terkait secara langsung upaya penindakan terhadap para pelaku korupsi
oleh aparat penegak hukum. Namun setelah mempelajari berbagai survei yang menilai tingkat korupsi itu,
saya sadari betapa pentingnya peran pelayanan publik terutama yang terkait dengan perijinan usaha dalam
menentukan persepsi masyarakat terhadap tingkat korupsi di setiap negara. Sebagai contoh untuk Indeks
Persepsi Korupsi (IPK) yang dilansir oleh Transparency International. Tahun 2008 ini IPK Indonesia 2,6
sedikit meningkat dari 2,3 pada tahun sebelumnya dengan peningkatan peringkat dari peringat 143 di
tahun 2007 menjadi peringkat 126. Bisa dikatakan IPK ini merupakan survey on surveys, dimana untuk
kasus Indonesia angka 2,6 merupakan agregat dari 10 survei yang dilakukan oleh berbagai organisasi
internasional. Patut dicatat bahwa dari 10 survei tersebut hanya 1 survei yang secara langsung terkait
dengan penindakan korupsi, dan sisanya (90%) merupakan survei yang terkait dengan layanan publik,
Saat ini telah ada beberapa pemerintah daerah yang menyelenggarakan one stop service untuk pelayanan
publik khususnya yang terkait dengan layanan perijinan. Kemudahan pemberian layanan publik ini
diharapkan akan mengurangi keengganan berinvestasi. Investasi diharapkan akan masuk karena
pemerintahan yang melayani dengan baik dipersepsikan sebagai pemerintahan yang bersih, baik karena
kemudahan yang diberikan, maupun karena tidak adanya biaya-biaya siluman yang memberatkan.
Berbagai penelitian nasional dan internasional mengaitkan secara langsung maupun tidak langsung antara
korupsi (yang diwakili oleh ketepatan mutu-prosedur/waktu-biaya layanan publik) dengan tingkat
investasi, tingkat kemiskinan, dan bahkan dengan berbagai tolok ukur pembangunan seperti angka
kematian bayi, tingkat pendapatan perkapita dan angka melek huruf[4]. Karena itu tidak mengherankan
jika dalam pengantar hasil surveinya Transparency International menyatakan bahwa pada negara-negara
miskin dengan level korupsi yang parah, korupsi bisa berarti perbedaan antara hidup dan mati[5].
Kembali pada pemanfaatan kemajuan teknologi informasi, selain dipergunakan untuk mendorong
efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, kemajuan teknologi informasi juga dapat menghemat APBN
dalam kegiatan pengadaan barang/jasa untuk kepentingan pemerintah. Diharapkan e-procurement yang
menyediakan fasilitas pengadaan melalui jaringan elektronik akan meningkatkan transparansi proses
pengadaan sehingga bisa menekan kebocoran yang mungkin terjadi. Di berbagai kesempatan selalu saya
tekankan bahwa transparansi merupakan syarat pertama dari perwujudan good governance. Mengapa?
Karena transparansi akan mempermudah akses informasi bagi masyarakat yang kemudian mempermudah
dan memancing partisipasi mereka. Dengan adanya kedua hal tersebut, maka pada gilirannya pemerintah
Berbicara tentang penghematan yang dapat dilakukan dari pelaksanaaan e-procurement ini, beberapa
pihak mengklaim telah terjadi penghematan yang luar biasa. Dari berbagai sumber, disebutkan bahwa
penghematan yang terjadi berkisar antara 15% hingga 23,5%, angka yang tidak tanggung-tanggung untuk
KORUPSI
Penegak hukum di Indonesia, dalam hal ini Kepolisian, Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi
sama-sama diberi kewenangan melakukan penyadapan. Dan tidak seperti yang dipersepsikan banyak
orang, para penegak hukum tidak bisa sekehendak hatinya menggunakan instrumen yang sensitif ini.
Bagi KPK, penyadapan hanya dapat dilakukan setelah ada surat tugas yang ditandatangani Pimpinan KPK
yang menganut kepemimpinan kolektif di antara lima komisionernya. Sedangkan keputusan untuk
melakukan penyadapan didasarkan pada kebutuhan untuk memperkuat alat bukti dalam kegiatan
penyelidikan. Penyelidikan itu sendiri dilakukan setelah kegiatan pengumpulan data dan keterangan
dilakukan setelah ditemukan indikasi tindak pidana korupsi. Dengan demikian, penyadapan bukan
merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendapatkan bukti adanya suatu tindak pidana
Dalam melakukan penyadapan sesuai kewenangan yang diatur dalam Pasal 26 UU No. 31/1999 jo UU
No. 20/2001 serta pasal 12 butir a UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, KPK tunduk pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor
11/PER/M.KOMINFO/02/2006 tentang Teknis Penyadapan Terhadap Informasi. Karena itu KPK tidak
menganggap lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik sebagai ancaman, karena penyadapan yang selama ini dilakukan merupakan lawfull
interception, sesuai aturan yang ada dan dilakukan dengan tanggung jawab, profesionalisme, dan kehatihatian ekstra.
KPK tidak pernah menyebarluaskan hasil sadapan, kecuali sebagai pembuktian di sidang pengadilan,
yang diperdengarkan atas perintah hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Kesimpangsiuran informasi
terjadi, ketika salah satu stasiun televisi swasta menayangkan program yang memuat upaya penindakan
KPK lengkap dengan pemutaran rekaman hasil penyadapan yang dilakukan KPK. Terkait dengan
banyaknya tayangan dalam program tersebut yang menampilkan para terperiksa, terdakwa, dan terpidana
kasus-kasus yang ditangani KPK, ada sebagian masyarakat yang menduga ada andil KPK di dalamnya.
Sebagai catatan, gambar-gambar dan rekaman yang ditampilkan tersebut diambil dari ruang persidangan
atau di halaman dan lobby tamu KPK yang merupakan ruang publik. Parahnya lagi bukan hanya
masyarakat awam hukum yang berpendapat demikian. Dalam satu kesempatan talk show di salah satu
universitas di Yogyakarta medio September 2008 ini, seorang doktor hukumpun menyatakan bahwa KPK
telah melanggar hak asasi manusia para terdakwa kasus tindak pidana korupsi karena memperdengarkan
secara terus-menerus rekaman pembicaraan dengan tujuan sebagai hukuman asesoris yang diberikan
KPK berusaha melaksanakan tugas yang diamanahkan oleh undang-undang dengan semaksimal mungkin
memanfaatkan kewenangan yang ada. Karena itu Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik
akan kami cermati sebagai salah satu aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan.
Dalam penjelasan umum Undang-Undang tentang KPK disebutkan bahwa : “……..Tindak pidana korupsi
yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi
masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai
Kalimat di atas bisa jadi merupakan salah satu alasan undang-undang ini mengatur kembali pemberian
kewenangan penyadapan kepada KPK, sekalipun kewenangan yang sama telah diberikan dalam UndangUndang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tentang dimungkinkannya alat bukti petunjuk berupa
informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang
serupa dengan itu; dan dokumen, yakni setiap rekaman data atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan
atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas
kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna[6].
Dari keinginan rakyat yang diterjemahkan dalam undang-undang yang menyatakan bahwa korupsi
merupakan kejahatan luar biasa, seharusnya membawa implikasi pada penanganan korupsi dengan caracara yang
luar biasa pula – sekalipun tetap dalam koridor aturan hukum yang berlaku.
kontroversi penyadapan dalam penindakan korupsi kita dapat mengambil penyadapan atas kasus
terorisme sebagai pembanding. POLRI telah lama melakukan penyadapan untuk kasus terorisme dan
tidak pernah ada yang mempermasalahkannya. Besar kemungkinan karena kita sudah memahami bahaya
terorisme. Hal ini menjadi tantangan bagi KPK untuk lebih giat menyampaikan betapa seriusnya
implikasi dari korupsi ini. Betapa besar ongkos sosial korupsi yang harus dibayar seluruh rakyat
Indonesia. Ketika seorang Penyelenggara Negara menerima suap, uang suap itu masih bisa berperan
dalam memutar roda perekonomian negara, sebagian bisa digunakan untuk membantu orang lain, atau
bahkan disumbangkan ke lembaga keagamaan. Namun yang selama ini kurang kita sadari - kerusakan
sudah terjadi, ketika seseorang dibiarkan melanggar aturan yang ditetapkan dengan tujuan-tujuan tertentu
- karena dia telah menyuap, entah itu membabat hutan, memasukkan barang ilegal, menjual obat palsu,
atau ribuan jenis lain pelanggaran yang pada akhirnya akan bermuara pada kesengsaraan rakyat
Indonesia.
Rangkuman
Kemajuan teknologi informasi sudah banyak membantu KPK dalam melakukan tugas-tugasnya. Dari
mulai gedung KPK yang dirancang sebagai smart building, paper-less information system yang
diberlakukan sebagai mekanisme komunikasi internal di KPK, dan program-program kampanye serta
pendidikan antikorupsi KPK. Dalam meningkatkan peran serta masyarakat, informasi elektronik sangat
dibutuhkan agar informasi yang disampaikan dapat lebih cepat diterima, lebih luas sebarannya, dan
lebih
lama penyimpanannya.
TOPIK6
Dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi perlu melahirkan suatu peraturan perundang-
undang
yang mampu menerapkan ketentuan yang diatur di dalam undang-undang tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan mendorong para penegak hukum yang berwenang untuk memberantas korupsi
dengan
cara yang lebih tegas, beran dan tanpa memandang bulu. Akan tetapi, di samping peraturan yang tegas
juga diperlukan kesadaran masyarakat dalam memberantas korupsi tersebut. Namun kesadaran ini
dapat
timbul apabila masyarakat memiliki pegetahuan dan pemahaman tentang pemberantasan tindak pidana
Tindak pidana korupsi merupakan suatu bentuk prilaku kejahatan yang dapat merugikan negara, moral
bangsa, hak asasi dan perekonomian. Orang yang melakukan korupsi harus di hukum sesuai dengan
peraturan undang-undang yang telah ditetapkan, Dan juga sesuai dengan kejahatan yang telah
diperbuat.
Korupsi sendiri dapat membawa dampak negatif yang sangat besar dan juga membawa negara pada titik
kehancuran.
Adapun delik yang dirumuskan oleh pembuat undang-undang adalah delik-delik yang dibuat dan
dirumuskan secara khusus sebgai delik korupsi oleh para pembuat undang-undang. Delik ini dibuat atau
dirumuskan hanya meliputi 4 pasal saja di antaranya yaitu Pasal 2, Pasal 3, Pasal 13, dan Pasal 15
undang-undang nomor 31 tahun 1999 juncto undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-undang nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam
sejarah
pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia, beberapa kasus dapat dikategorikan sebagai simbol
Delik korupsi yang diambil dari KUHP, dan dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
Maksud dari delik korupsi yang ditarik secara mutlak adalah delit-delit yang diambil dari KUHP dan
kemudian diadopsi menjadi delit korupsi sehingga delit tersebut tidak berlaku lagi dalam KUHP.
Maksud dari delit korupsi yang ditarik secra tidak mutlat dari KUHP adalah delit yang diambil dengan
keadaan tertentu yakni berkaitan dengan pemeriksaan tindak pidana korupsi. Jadi berbeda dengan
penarikan secara mutlak, dimana ketentuan delik ini di dalam KUHP tetap berlaku dan dapat
diancamkan
Akan tetapi apabila ada kaitannya dengan pemeriksaan delik korupsi maka yang akan diberlakukan
adalah delik sebagaimana diatur dalam undang-undang pemberantasan korupsi. Adapun delik korupsi
yang ditarik secara tidak mutlak dari KUHP ini terdapat di dalam Pasal 23 undang-undang nomor 31
tahun 1999 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yaitu diambil dari Pasal 220, Pasal 231, Pasal 421,
Berdasarkan undang-undang no. 31 tahun 1999 jo. uu no. 20 tahun 2001, terdapat beberapa pasal yang
Pasal 2
Setiap orang yang melawan hukum di mana melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang
lain.
Pasal 3
Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan
Pasal 13
Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau
Pasal 15
Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan atau permufakatan jahat untuk melakukan tindak
pidana korupsi. Maka akan dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.
Pasal 3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14.
Tindak pidana yang tidak selesai dapat diancam dengan sanksi pidana sepanjang memenuhi syarat-
syarat
Ada niat.
Dan apabila suatu perbuatan pidana yang tidak selesai telah memenuhi ketiga syarat di atas, maka
kepada
Pasal 11
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418 Kitab
Undangundang Hukum Pidana. Maka dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling
lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). (UU No. 31 Tahun 1999).
Pasal ini secara terbatas hanya dapat diterapkan kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
sebagai subjek hukum tindak pidana korupsi yang dapat dimintai pertanggungjawaban pidana.
Rangkuman
Tindak pidana korupsi merupakan suatu bentuk prilaku kejahatan yang dapat merugikan negara, moral
bangsa, hak asasi dan perekonomian. Orang yang melakukan korupsi harus di hukum sesuai dengan
peraturan undang-undang yang telah ditetapkan, Dan juga sesuai dengan kejahatan yang telah
diperbuat.
Korupsi sendiri dapat membawa dampak negatif yang sangat besar dan juga membawa negara pada titik
kehancuran.
TOPIK 7
INTERNASIONAL
Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh masyarakat internasional
pada
saat ini. Korupsi tidak hanya mengancam pemenuhan hak-hak dasar manusia dan menyebabkan
macetnya
demokrasi dan proses demokratisasi, namun juga mengancam pemenuhan hak asasi manusia, merusak
lingkungan hidup, menghambat pembangunan dan meningkatkan angka kemiskinan jutaan orang di
pemerintahan yang lebih baik, lebih bersih dan lebih bertanggung-jawab sangat besar.
Keinginan ini hendak diwujudkan tidak hanya di sektor publik namun juga di sektor swasta. Gerakan ini
dilakukan baik oleh organisasi internasional maupun Lembaga Swadaya Internasional (International
NGOs). Berbagai gerakan dan kesepakatan-kesepakatan internasional ini dapat menunjukkan keinginan
masyarakat internasional untuk memberantas korupsi. Gerakan masyarakat sipil (civil society) dan
sektor
swasta di tingkat internasional patut perlu diperhitungkan, karena mereka telah dengan gigih berjuang
melawan korupsi yang membawa dampak negatif rusaknya perikehidupan umat manusia.
Setiap 5 (lima) tahun, secara regular Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) menyelenggarakan
Kongres tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakuan terhadap Penjahat atau sering disebut United
Nation Congress on Prevention on Crime and Treatment of Offenders. Pada kesempatan pertama,
Kongres ini diadakan di Geneva pada tahun 1955. Sampai saat ini kongres PBB ini telah terselenggara 12
kali. Kongres yang ke-12 diadakandi Salvador pada bulan April 2010.
Dalam Kongres PBB ke-10 yang diadakan di Vienna (Austria) pada tahun 2000, isu mengenai Korupsi
menjadi topik pembahasan yang utama. Dalam introduksi di bawah tema International Cooperation in
Combating Transnational Crime: New Challenges in the Twenty-first Century dinyatakan bahwa tema
korupsi telah lama menjadi prioritas pembahasan. Dalam resolusi 54/128 of 17 December 1999, di
bawah
judul “Action against Corruption”, Majelis Umum PBB menegaskan perlunya pengembangan
strategi global melawan korupsi dan mengundang negara-negara anggota PBB untuk melakukan review
Setelah tahun 1997, tingkat korupsi menjadi salah satu pertimbangan atau prakondisi dari bank dunia
(baik World Bank maupun IMF) memberikan pinjaman untuk negara-negara berkembang. Untuk
keperluan ini, World Bank Institute mengembangkan Anti-Corruption Core, Program yang bertujuan
untuk menanamkan awareness mengenai korupsi dan pelibatan masyarakat sipil untuk pemberantasan
Setelah ditemuinya kegagalan dalam kesepakatan pada konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
pada
sekitar tahun 1970-an, OECD, didukung oleh PBB mengambil langkah baru untuk memerangi korupsi di
tingkat internasional. Sebuah badan pekerja atau working group on Bribery in International Business
Transaction didirikan pada tahun 1989. Pada awalnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan OECD hanya
melakukan perbandingan atau me-review konsep, hukum dan aturan di berbagai negara dalam berbagai
bidang tidak hanya hukum pidana, tetapi juga masalah perdata, keuangan dan perdagangan serta
hukum
administrasi.
Pada tahun 1997, Convention on Bribery of Foreign Public Official in International Business Transaction
disetujui. Tujuan dikeluarkannya instrumen ini adalah untuk mencegah dan memberantas tindak pidana
suap dalam transaksi bisnis internasional. Konvensi ini menghimbau negara-negara untuk
mengembangkan aturan hukum, termasuk hukuman (pidana) bagi para pelaku serta kerjasama
Di negara-negara Uni Eropa, gerakan pemberantasan korupsi secara internasional dimulai pada sekitar
tahun 1996. Tahun 1997, the Council of Europe Program against Corruption menerima kesepakatan
politik untuk memberantas korupsi dengan menjadikan isu ini sebagai agenda prioritas. Pemberantasan
ini
dilakukan dengan pendekatan serta pengertian bahwa: karena korupsi mempunyai banyak wajah dan
merupakan masalah yang kompleks dan rumit, maka pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan
pendekatan multi-disiplin; monitoring yang efektif, dilakukan dengan kesungguhan dan komprehensif
Pada tahun 1997, komisi menteri-menteri negara-negara Eropa mengadopsi 20 Guiding Principles untuk
memberantas korupsi, dengan mengidentifikasi area-area yang rawan korupsi dan meningkatkan cara-
cara
efektif dan strategi pemberantasannya. Pada tahun 1998 dibentuk GRECO atau the Group of States
against Corruption yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas negara anggota memberantas korupsi.
Selanjutnya negara-negara Uni Eropa mengadopsi the Criminal Law Convention on Corruption, the Civil
Law Convention on Corruption dan Model Code of Conduct for Public Officials.
INTERNASIONAL
(INTERNATIONAL NGOs)
1. Transparency International
Transparency International (TI) adalah sebuah organisasi internasional non-pemerintah yang memantau
dan mempublikasikan hasil-hasil penelitian mengenai korupsi yang dilakukan oleh korporasi dan korupsi
politik di tingkat internasional. Setiap tahunnya TI menerbitkan Indeks Persepsi Korupsi serta daftar
perbandingan korupsi di negara-negara di seluruh dunia. TI berkantor pusat di Berlin, Jerman, didirikan
pada sekitar bulan Mei 1993 melalui inisiatif Peter Eigen, seorang mantan direktur regional Bank Dunia
(World Bank).
Pada tahun 1995, TI mengembangkan Indeks Persepsi Korupsi (Corruption Perception Index). CPI
membuat peringkat tentang prevalensi korupsi di berbagai negara, berdasarkan survei yang dilakukan
terhadap pelaku bisnis dan opini masyarakat yang diterbitkan setiap tahun dan dilakukan hampir di 200
negara di dunia. CPI disusun dengan memberi nilai atau score pada negara-negara mengenai tingkat
korupsi dengan range nilai antara 1-10. Nilai 10 adalah nilai yang tertinggi dan terbaik sedangkan
semakin rendah nilainya, negara dianggap atau ditempatkan sebagai negara-negara yang tinggi angka
korupsinya.
Dalam survey ini, setiap tahun umumnya Indonesia menempati peringkat sangat buruk dan buruk.
Namun setelah tahun 2009, nilai rapor ini membaik sedikit demi sedikit. Tidak jelas faktor apa yang
memperbaiki nilai ini, namun dalam realita situasi dan kondisi korupsi secara kualitatif justru terlihat
semakin parah. Melihat laporan survey TI, nampak bahwa peringkat Indonesia semakin tahun semakin
membaik. Namun cukup banyak pula masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional yang tidak
terlalu yakin terhadap validitas survey tersebut. Walaupun tidak benar, secara sinis di Indonesia ada
gurauan
2. TIRI
TIRI (Making Integrity Work) adalah sebuah organisasi independen internasional non-pemerintah yang
memiliki head-office di London, United Kingdom dan memiliki kantor perwakilan di beberapa negara
termasuk Jakarta. TIRI didirikan dengan keyakinan bahwa dengan integritas, kesempatan besar untuk
perbaikan dalam pembangunan berkelanjutan dan merata di seluruh dunia akan dapat tercapai. Misi
dari
TIRI adalah memberikan kontribusi terhadap pembangunan yang adil dan berkelanjutan dengan
mendukung pengembangan integritas di seluruh dunia. TIRI berperan sebagai katalis dan inkubator
untuk
Organisasi ini bekerja dengan pemerintah, kalangan bisnis, akademisi dan masyarakat sipil, melakukan
sharing keahlian dan wawasan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan praktis yang
diperlukan untuk mengatasi korupsi dan mempromosikan integritas. TIRI memfokuskan perhatiannya
pada pencarian hubungan sebab akibat antara kemiskinan dan tata pemerintahan yang buruk. Salah
satu
program yang dilakukan TIRI adalah dengan membuat jejaring dengan universitas untuk
mengembangkan kurikulum Pendidikan Integritas dan/atau Pendidikan Anti Korupsi di perguruan tinggi.
PENCEGAHAN KORUPSI
Salah satu instrumen internasional yang sangat penting dalam rangka pencegahan dan pemberantasan
korupsi adalah United Nations Convention against Corruption yang telah ditandatangani oleh lebih dari
140 negara. Penandatanganan pertama kali dilakukan di konvensi internasional yang diselenggarakan
Tindak pidana korupsi dapat diberantas melalui Badan Peradilan. Namun menurut konvensi ini, salah
satu
hal yang terpenting dan utama adalah masalah pencegahan korupsi. Bab yang terpenting dalam
konvensi
didedikasikan untuk pencegahan korupsi dengan mempertimbangkan sektor publik maupun sektor
privat
• peningkatan transparansi dalam pembiayaan kampanye untuk pemilu dan partai politik;
• rekrutmen atau penerimaan pelayan publik (pegawai negeri) dilakukan berdasarkan prestasi;
• adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan publik (pegawai negeri) dan mereka harus tunduk pada
• penerapan tindakan indisipliner dan pidana bagi pegawai negeri yang korup;
• dibuatnya persyaratan-persyaratan khusus terutama pada sektor publik yang sangat rawan seperti
badan
• untuk pencegahan korupsi yang efektif, perlu upaya dan keikutsertaan dari selu-ruh komponen
masyarakat;
• seruan kepada negara-negara untuk secara aktif mempromosikan keterlibatan organisasi non-
pemerintah
(LSM/NGOs) yang berbasis masyarakat, serta unsur-unsur lain dari civil society;
• peningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) terhadap korupsi termasuk dampak buruk
korupsi serta hal-hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang mengetahui telah terjadi TP korupsi.
Business Transaction adalah sebuah konvensi internasional yang dipelopori oleh OECD. Konvensi Anti
Suap ini menetapkan standar-standar hukum yang mengikat (legally binding) negara-negara peserta
untuk
mengkriminalisasi pejabat publik asing yang menerima suap (bribe) dalam transaksi bisnis internasional.
Konvensi ini juga memberikan standar-standar atau langkah-langkah yang terkait yang harus dijalankan
oleh negara perserta sehingga isi konvensi akan dijalankan oleh negara-negara peserta secara efektif.
Convention on Bribery of Foreign Public Official in International Business Transaction adalah konvensi
internasional pertama dan satu-satunya instrumen anti korupsi yang memfokuskan diri pada sisi ‘supply’
dari tindak pidana suap. Ada 34 negara anggota OECD dan empat negara non-anggota yakni Argentina,
Brasil, Bulgaria dan Afrika Selatan yang telah meratifikasi dan mengadopsi konvensi internasional ini.
NEGARA LAIN
India adalah salah satu negara demokratis yang dapat dianggap cukup sukses memerangi korupsi.
Meskipun korupsi masih cukup banyak ditemui, dari daftar peringkat negara-negara yang disurvey oleh
Transparency Internasional (TI), India menempati ranking lebih baik daripada Indonesia. Pada tahun
2005, dari survey yang dilakukan oleh TI, 62% rakyat India percaya bahwa korupsi benar-benar ada dan
bahkan terasa dan dialami sendiri oleh masyarakat yang di-survey. Di India, Polisi menduduki ranking
pertama untuk lembaga yang terkorup diikuti oleh Pengadilan dan Lembaga Pertanahan. Dari survey TI,
pada tahun 2007, India menempati peringkat 72 (sama kedudukannya dengan China dan Brazil). Pada
tahun yang sama, negara tetangga India seperti Srilangka menempati peringkat 94, Pakistan peringkat
138
dan Bangladesh peringkat 162. Pada tahun 2007 tersebut, Indonesia menempati nomor 143 bersama-
sama
dengan Gambia, Rusia dan Togo dari 180 negara yang di-survey. Peringkat yang cukup buruk jika
Rangkuman
Tindak pidana korupsi dapat diberantas melalui Badan Peradilan. Namun menurut konvensi ini, salah
satu
hal yang terpenting dan utama adalah masalah pencegahan korupsi. Bab yang terpenting dalam
konvensi
didedikasikan untuk pencegahan korupsi dengan mempertimbangkan sektor publik maupun sektor
privat
• peningkatan transparansi dalam pembiayaan kampanye untuk pemilu dan partai politik;
• rekrutmen atau penerimaan pelayan publik (pegawai negeri) dilakukan berdasarkan prestasi;
• adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan publik (pegawai negeri) dan mereka harus tunduk pada
• penerapan tindakan indisipliner dan pidana bagi pegawai negeri yang korup;
• dibuatnya persyaratan-persyaratan khusus terutama pada sektor publik yang sangat rawan seperti
badan
• untuk pencegahan korupsi yang efektif, perlu upaya dan keikutsertaan dari selu-ruh komponen
masyarakat;
• seruan kepada negara-negara untuk secara aktif mempromosikan keterlibatan organisasi non-
pemerintah
(LSM/NGOs) yang berbasis masyarakat, serta unsur-unsur lain dari civil society;
• peningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) terhadap korupsi termasuk dampak buruk
korupsi serta hal-hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang mengetahui telah terjadi TP korupsi.