Hal serupa juga dapat dilihat dalam pertimbangan hakim pada Putusan Pengadilan
Negeri Pangkajene No.: 157/Pid.B/2011/PN Pangkajene, dimana Majelis Hakim
menekankan bahwa norma utama yang terkandung dalam UU Perlindungan
Anak yang menjadi aturan yang didakwakan dalam perkara a quoberbeda
normanya dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) terkait dengan masalah tindak pidana kesusilaan.
Ini berarti atas dasar suka sama suka dalam persetubuhan yang melibatkan
anak, tidak dapat dijadikan alasan untuk menghindar dari jeratan hukum.
Mengenai persetubuhan dengan anak serta perbuatan cabul, diatur dalam Pasal
76D dan 76E UU 35/2014 sebagai berikut:
Sanksi dari tindak pidana tersebut dapat dilihat dalam Pasal 81 dan Pasal 82 UU
35/2014:
Pasal 81 UU 35/2014:
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula
bagi Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat,
serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Orang Tua, Wali, pengasuh Anak, pendidik, atau
tenaga kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari
ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 82 UU 35/2014
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Orang Tua, Wali, pengasuh Anak, pendidik, atau
tenaga kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari
ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Lain halnya, jika salah satu atau keduanya terikat dalam perkawinan, maka
perbuatan tersebut dapat dipidana karena zina sepanjang adanya pengaduan dari
pasangan resmi salah satu atau kedua belah pihak (lihat Pasal 284 KUHP).
Karena sanksi pidana bagi persetubuhan atau percabulan terhadap anak di bawah
umur paling sedikit 5 tahun dan paling lama 15 tahun, maka daluarsanya adalah
sesudah 12 tahun sesudah perbuatan dilakukan. Ini berarti, korban masih dapat
melakukan penuntutan walaupun ia bukan termasuk kategori anak lagi.
Dasar hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek van
Starfrecht) Staatsblad Nomor 732 Tahun 1915
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak sebagaimana diubah denganUndang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.