Anda di halaman 1dari 25

Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Dugaan Tindakan Pelecehan

Anak dibawah Umur


Christianto Buntu Patandianan
102015127
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510
Email: Christpatandianan@yahoo.com

PENDAHULUAN
Berbagai macam kasus kejahatan seksual di Indonesia tidak hanya sering terjadi,
bahkan sudah menjadi kejadian awam yang menjadi topik sorotan baik di kalangan
masyarakat bahkan sampai telinga media masa.1
Secara umum suatu tindak kejahatan dapat diartikan sebagai perilaku yang
bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku dan yang telah disahkan oleh hukum
tertulis, sedangkan arti kesusilaan itu sendiri merupakan suatu yang berkaitan dengan adab
sopan santun atau norma atau kelakuan baik. Dalam kasus ini kejahatan susila secara khusus
dapat diartikan sebagai suatu perilaku yang dalam hal ini merupakan suatu “persetubuhan”
yang merupakan suatu tindak pidana.2
Kejahatan terhadap kesusilaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
yang menimbulkan kepuasan seksual dan di sisi lain perbuatan tersebut menggangu
kehormatan orang lain.1
Kejahatan terhadap kesusilaan dapat berupa persetubuhan, prcabulan maupun
pelecehan seksual. Dewasa ini kejahatan susila atau kejahatan seksual makin marak terjadi,
terutama anak-anak di bawah umur sebagai korbannya. Dengan alas an tindak kejahatan yang
beraneka ragam, tidak dipungkiri anak-anak merupakan korban yang paling rentan namun
juga paling mudah menjadi korban kejahatan susila. Dampak yang diakibatkan pasca
kejahatan susila terhadap seorang anak sangatlah berbahya, baik dalam segi fisik maupun
psikis. Hal tersebut lah yang menyebabkan rusaknya kepribadian dan terjadinya gangguan
perkembangan dari anak tersebut.1
Dalam menangani kasus tindak kejahatan seperti ini tetap dibutuhkan suatu
penyidikan dalam penindakan pengadilan kasus ini. Ilmu kedokteran forensik berperan besar
dalam menentukan penyidikan kasus kejahatan seksual.Interaksi antara bidang medis dan
hukum pada saat ini tidak dapat diragukan lagi, yang mana semakin meluas dan berkembang
dari waktu ke waktu.

1
Di sinilah peranan forensik klinis yang merupakan suatu ruang lingkup keilmuan yang
berintegrasi antara bidang medis dan bidang hukum diperlukan. Forensik Klinik adalah
bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mencakup pemeriksaan forensik terhadap korban
hidup dan investigasinya, kemudian aspek medikolegal, juga psikopatologinya, dengan kata
lain forensik klinik merupakan area praktek medis yang mengintegrasikan antara peranan
medis dan hukum1
Berbeda dengan forensik patologi, seorang dokter di forensik klinik lebih banyak
menghabiskan waktunya menangani korban hidup. Kasus-kasus yang ada di forensik klinik
meliputi perkosaan (rape), pencabulan (molestation), kekerasan dalam rumah tangga
(domestic violence), dan kekerasan pada anak (child abuse).
Skenario 3
Anda bekerja sebagai dokter di IGD sebuah rumah sakit. Pada suatu sore hari datang seorang
laki-laki berusaia 45 tahun membawa anak perempuannya yang berusia 14 tahun menyatakan
bahwa anaknya tersebut baru saja pulang “dibawa lari” oleh teman laki-laki yang berusia 18
tahun selama 3 hari keluar kota. Sang ayah takut apabila terjadi sesuatu pada diri putrinya. Ia
juga bimbang apa yang akan diperbuatnya bila sang anak telah “disetubuhi” laki-laki tersebut
dan akan merasa senang apabila anda dapat menjelaskan berbagai hal tentang aspek
medikolegal dan hukum kasus anaknya.
Rumusan Masalah

Seorang ayah kawatir pada anak perempuannya yang berusia 14 tahun setelah “dibawa lari”
oleh teman laki-laki yang berusia 18 tahun selama 3 hari keluar kota.

PEMBAHASAN
1. Aspek Hukum dan Medikolegal
Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana, hendaknya
dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti-bukti yang
ditemukannya karena berbeda dengan di klinik ia tidak lagi mempunyai kesempatan untuk
melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti. Tetapi dalam
melaksanakan kewajiban itu dokter jangan sampai meletakkan kepentingan sikorban di
bawah kepentingan pemeriksaan. Terutama bila korban masih anak-anak hendaknya
pemeriksaan itu tidak sampai menambag trauma psikis yang sudah dideritanya.3
UU No.23/2002 tentang Perlindungan Anak
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan

2
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp.
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang
yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk
anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Pasal 81 UU 23/2002 Tentang Perlindungan Anak
Dengan kekerasan atau ancaman memaksa anak ( belum 18 tahun ) bersetubuh dengannya
atau orang lain dipidana maksimum 3 hingga 15 tahun dan denda Rp 60 juta hingga Rp 300
juta.
Pasal 82 UU 23/2002 Tentang Perlindungan Anak
Dengan kekerasan atau ancaman tipuan, kebohongan, bujukan, terhadap anak ( belum 18
tahun ) berbuat cabul dengannya atau orang lain, dipidana maksimum 3 hingga 15 tahun dan
denda Rp 60 juta hingga Rp 300 juta.1-3

Kejahatan Terhadap Kesusilaan


Pasal 281 KUHP
Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah:
1. barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;
2. barang siapa dengan sengaja dan di depan orang lain yang ada di situ bertentangan dengan
kehendaknya, melanggar kesusilaan.
Pasal 285 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman memaksa seorang wanita bersetubuh dengan
dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
Pasal 287 KUHP
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahui
atau sepatutnya harus diduga, bahwa uurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya
tidak ternyata, belum mampu kawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan
tahun.
(2) Penuntutan hanya dilakukan ata pengaduan, kecuali jika umurnya wanita beum sampai
dua belas tahun atau jika ada salah suatu hal tersebut pasal 291 dan pasal 294.
Pasal 288 KUHP
3
(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di dalam perkawinan, yang diketahui
atau sepatutnya harus diduga bahwa belum mampu dikawin, diancam, apabila perbuatan
mengakibatkan luka-luka dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama 8 tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pudana penjara paling lama 12 tahun.

Pasal 289 KUHP


Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan
atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang
menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.
Pasal 290 KUHP
Diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun:
1: barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seorang pada hal diketahui, bahwa orang
itu pingsan atau tidak berdaya.
2: barang siapa melakukan perbuatan cabul, dengan seorang padahal diketahui atau
sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak
ternyata, bahwa belum mampu dikawin;
3: barang siapa membujuk seorang yang diketahio atau sepatutnya haru diduga, bahwa
umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu
dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, atau bersetubuh di
luar perkawinan dengan orang lain.
Pasal 291 KUHP
(1) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam paal 286, 287, 289 dan 290
mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama 12 tahun.
(2) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287 dan 290 itu
engakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima bela tahun.
Pasal 295 KUHP
Diancam:
1. dengan pidana penjara paling lama 5 tahun, barang siapa dengan sengaja
menghubungkanatau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya, anak
tirinya, anak angkatnya,atau anak di bawah pengawasannya yang belum cukup umur,
atau oleh orang yang belum cukupumur yang pemeliharaannya, pendidikan, atau
penjagaannya diserahkan kepadanya, atau punoleh bujangnya atau bawahannya yang
belum cukup umur, dengan orang lain;2: dengan pidana penjara paling lama empat

4
tahun, barang siapa dengan sengajamenghubungkan atau memudahkan perbuatan
cabul kecuali tersebut ke-1 di atas yang dilakukanoleh orang yang diketahui belum
cukup umurnya atau yang sepatutnya harus diduga demikian,dengan orang lain.
2. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan itu sebagai pencaharian atau kebiasaan,
maka pidana dapat ditambah sepertiga.
Pasal 351 KUHP
1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun depalapan bulan
atau pidana denda empat ribu lima ratus rupiah.
2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun.
3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan piana penjara paling lama tujuh tahun.
4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 352 KUHP


1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencarian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling lama
tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang
bekerja padanya atau menjadi bahawannya.
2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.3,4

Aspek Medikolegal
I. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan
Pasal 133 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

5
(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan cap jabatan yang
dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.2,3
Penjelasan Pasal 133 KUHAP
(2) Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan.3
Pasal 179 KUHAP
(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah
atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya
menurut pengetahuan dalam bidang keahliannya.3

II. Bentuk Bantuan Dokter Bagi Peradilan Dan Manfaatnya


Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannnya.3
Pasal 184 KUHAP
(1) Alat bukti yang sah adalah:
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Pertunjuk
e. Keterangan terdakwa
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.3
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.3
Pasal 180 KUHAP

6
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, Hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta
agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum
terhadap hasil keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Hakim
memerintahkan agar hal itu dilakukan penelitian ulang.
(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang
sebagaimana tersebut pada ayat (2).
(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh
instansi semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang
mempunyai wewenang untuk itu.3

III. Sangsi Bagi Pelanggar Kewajiban Dokter


Pasal 216 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh
pejabat berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda
paling banyak sembilan ribu rupiah.
(2) Disamakan dengan pejabat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas
menjalankan jabatan umum.
(3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidanya
dapat ditambah sepertiga.3

Pasal 222 KUHP


Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.3
Pasal 224 KUHP

7
Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau
jurubahasa, dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-
undang ia harus melakukannnya:
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 9 bulan.
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.3
Pasal 522 KUHP
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah.3

Alur Perkara
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk dilakukan pemeriksaan:
 Setiap pemeriksaan untuk pengadilan harus berdasarkan permintaan tertulis dari
penyidik yang berwenang.
 Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Kalau
korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi, tidak akan
diperiksa oleh dokter dan korban akan disuruh kembali kepada polisi.
 Setiap Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada
tubuh korban pada waktu permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter.
Bila dokter telah memeriksa seorang korban yang datang di rumah sakit atau di tempat
praktek atas inisiatif sendiri, bukan atas permintaan polisi, dan beberapa waktu kemudian
polisi mengajukan permintaan dibuatkan Visum et Repertum maka dokter harus menolak
karena segala sesuatu yang diketahui dokter tentang diri korban sebelum ada permintaan
untuk dibuatkan Visum et Repertum merupakan rahasia kedokteran yang wajib disimpannya
(KUHP pasal 322). Dalam keadaan seperti itu dokter dapat meminta kepada polisi supaya
korban dibawa kembali kepadanya dan Visum et Repertum dibuat berdasarkan keadaan yang
ditemukan pada waktu permintaan diajukan. Hasil pemeriksaan yang lalu tidak diberikan
dalam bentuk Visum et Repertum tetapi dalam bentuk surat keterangan. Hasil pemeriksaan
sebelum diterimanya surat permintaan pemeriksaan dilakukan terhadap pasien dan bukan
sebagai corpus dilicti (benda bukti).
 Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban
adalah seorang anak, dari orang tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakan-
tindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan
disampaikan ke pengadilan. Hal ini perlu diketahui walaupun pemeriksaan dilakukan

8
atas permintaan polisi, belum tentu korban akan menyetujui pemeriksaan itu dan
menolaknya. Selain itu bagian yang akan diperiksa merupakan the most private part
dari tubuh seorang wanita.
 Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu memeriksa
korban.
 Pemeriksaan dilakukan secepat mungkin dan jangan ditunda terlampau lama.
Hindarkan korban dari menunggu dengan perasaan was-was dan cemas di kamar periksa.
Apalagi bila korban adalah seorang anak. Semua yang ditemukan harus dicatat, jangan
tergantung pada ingatan semata.
 Visum et Repertum diselesaikan secepat mungkin. Dengan adanya Visum et
Repertum perkara dapat cepat diselesaikan. Seorang terdakwa dapat cepat dibebaskan
dari tahanan bila ternyata ia tidak bersalah.
 Kadang - kadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang
ibu/ayah untuk memeriksa anak perempuannya karena ia merasa sangsi apakah
anaknya masih perawan atau karena ia merasa curiga kalau-kalau telah terjadi
persetubuhan pada anaknya.
Dalam hal ini sebaiknya ditanyakan dahulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar
ingin mengetahui saja atau ada maksud untuk melakukan penuntutan. Bila
dimaksudkan akan melakukan penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa
anak itu. Katakan bahwa pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi
dan biasanya dilakukan di rumah sakit. Mungkin ada baiknya dokter memberikan
penerangan pada ibu/ayah itu bahwa jika umur anaknya sudah 15 tahun dan jika
persetubuhan terjadi tidak dengan paksaan maka menurut undang-undang, laki-laki
yang bersangkutan tidak dapat dituntut. Pengaduan mungkin hanya akan merugikan
anaknya saja. Lebih baik lagi jika orang tua itu dianjurkan untuk minta nasehat dari
seorang pengacara.
Jika orang tua hanya sekedar ingin mengetahui saja maka dokter dapat melakukan
pemeriksaan. Tetapi jelaskan lebih dahulu bahwa hasil pemeriksaan tidak akan dibuat
dalam bentuk surat keterangan karena kita tidak mengetahui untuk apa surat
keterangan itu. Mungkin untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh seseorang
yang tidak bersalah. Dalam keadaan demikian umunya anak tidak mau diperiksa,
sebaliknya orang tua malah mendesaknya. Sebaiknya dokter meminta izin tertulis
untuk memeriksa dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tuanya.2,4

9
Bagan 1. Alur perkara.4

2.Informed consent
Informed concent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif
antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yag akan dan apa yang
tidak akan dilakukan terhadap pasien. Informed consent dilihat dari aspek hukum bukanlah
sebagai perjanjian antara dua pihak, melainkah lebih ke arah persetujuan sepihak atas layanan
yang ditawarkan pihak lain.
Pada pelaksanaan pemeriksaan kasus ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan kepa ayah
korban dan atau korban sendiri atas tindakan-tindakan apa yang akan dilakukan pada korban.
Sebelumnya yang perlu diingat adalah menanyakan kepada ayah korban apa maksud dari
tujuan pemeriksaan yang ingin dilakukan, apakah untuk menuntuk pelaku yang dimaksud
atau hanya sekedar untuk mengetahui hasil pemeriksaan saja. Apabila hanya ingin sekedar
mengetahui, maka pemeriksaan dapat dilakukan. Bagian yang akan diperiksa merupakan the
most private part dari tubuh korban wanita,atau korban itu sendiri, oleh karena itu sangat

10
penting untuk melakukan informed consent serta meminta ijin tertulis dari korban sendiri,
atau jika korban adalah seorang anak, dapat diminta dari orangtua atau walinya.
Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup
untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed consent juga
berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat
terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia perlukan
sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila
informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.
Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan etik yang
kuat. Pasien harus mendapat informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil
keputusan. Berbeda dengan teori terdahulu yang memandang tidak adanya informed consent
menurut hukum penganiayaan, kini hal ini dianggap sebagai kelalaian. Informasi yang
diberikan harus lengkap, tidak hanya berupa jawaban atas pertanyaan pasien.

Anamnesis
Anamnesis merupakan suatu yang tidak dapat dilihat atau ditemukan oleh dokter
sehingga bukan merupakan pemeriksaan yang objektif, sehingga seharusnya tidak
dimasukkan kedalam visum et repertum. Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan pada
visum et repertum dengan judul “keterangan yang diperoleh dari korban”.
Dalam mengambil anamnesis, dokter meminta pada korban untuk menceritakan
segala sesuatu tentang kejadian yang dialaminy dan sebaiknya terarah. Anamnesis terdiri dari
bagian yang bersifat umum dan khusus.4
 Anamnesis umum
 Meliputi pengumpulan data tentang umur, tanggal dan tempat lahir, status
perkawinan, siklus haid, untuk anak yang tidak diketahui umurnya, penyakit
kelamin, dan penyakit kandungan serta adanya penyakit lain; epilepsi, katalepsi,
syncope. Cari tahu pula apakah pernah bersetubuh? Persetubuhan yang terakhir?
apakah menggunakan kondom?
 Anamnesis Khusus
 Hal khusus yang perlu diketahui adalah waktu kejadian; tanggal dan jam. Bila waktu
antara kejadian dan pelaporan kepada yang berwajib berselang beberapa hari atau
minggu, dapat diperkirakan bahwa peristiwa itu bukan peristiwa perkosaan, tetapi
persetubuhan yang pada dasarnya tidak setujui oleh wanita yang bersangkutan. 4

11
Karena berbagai alasan, misalnya perempuan itu merasa tertipu, cemas akan menjadi
hamil atau selang beberapa hari baru diketahui oleh orang tua dan karena ketakutan
mengaku bahwa ia telah disetubuhi dengan paksa. Jika korban benar telah diperkosa
biasanya akan segera melapor. Tetapi saat pelaporan yang terlambat mungkin juga
disebabkan karena korban yang diancam untuk tidak melapor kepada polisi. Dari data
ini dokter dapat mengerti mengapa ia tidak dapat menemukan lagi spermatozoa, atau
tanda-tanda lain persetubuhan.5
 Tanyakan pula dimana tempat terjadinya. Sebagai petunjuk dalam pencarian trace
evidence yang berasal dari tempat kejadian, misalnya rumput, tanah dan sebagainya
yang mungkin melekat pada pakaian atau tubuh korban. Sebaliknya petugas pundapat
mengetahui dimana harus mencari trace evidence yang ditinggalkan oleh korban atau
pelaku.
 Perlu diketahui apakah korban melawan. Jika korban melawan maka pada pakaian
mungkin ditemukan robekan, pada tubuh korban mungkin ditemukan tanda-tanda
bekas kekerasan dan pada alat kelamin mungkin terdapat bekas perlawanan. Kerokan
kuku mungkin menunjukkan adanya sel-sel epitel kulit dan darah yang berasal dari
pemerkosa/ penyerang. 4
 Cari tahu apakah korban pingsan. Ada kemungkinan korban menjadi pingsan karena
ketakutan tetapi mungkin juga korban dibuat pingsan oleh laki-laki pelaku dengan
pemberian obat tidur atau bius. Dalam hal ini jangan lupa untuk mengambil urin dan
darah untuk pemeriksaan toksikologi.
 Tanyakan apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi, apakah setelah kejadian, korban
mencuci, mandi dan mengganti pakaian. 4
3.Pemeriksaan Medis
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah terdapat tanda-tanda kekerasan, tanda
persetubuhan dan juga untuk melihat apakah terdapat trace evidence pada korban. Pakaian
korban sewaktu terjadi persetubuhan harus diperlakukan sebagai bahan bukti dan dikirim ke
laboratorium forensik di kepolisian atau bagian ilmu Kedokteran Forensik, dibungkus, segel
serta membuat berita acara pembungkusan dan penyegelan. Rambut dan barang bukti lain
yang ditemukan juga diperlakukan serupa.

Pemeriksaan pakaian
 Pakaian diteliti helai demi helai, apakah terdapat, robekan lama atau baru sepanjang
jahitan atau melintang pada pakaian, kancing terputus akibat tarikan, bercak darah, air

12
mani, lumpur dsb. Yang berasal dari tempat kejadian. Catat apakah pakaian dalam
keadaan rapi atau tidak, benda-benda yang melekat dan pakaian yang mengandung
trace evidence dikirim ke laboratorium kriminologi untuk pemeriksaan lebih lanjut.1,5

Pemeriksaan Tubuh Korban



Pemeriksaan tubuh meliputi pemeriksaan umum; lukiskan penampilannya (rambut
dan wajah), rapi atau kusut, keadaan emosional, tenang atau sedih dsb. Adakah tanda-
tanda bekas kehilangan kesadaran atau diberikan obat tidur/ bius, apakah ada needle
marks. Bila ada harus dilakukan pemeriksaan dengan sample urine atau darah.

Adakah tanda-tanda bekas kekerasan, memar atau luka lecet pada daerah mulut, leher,
pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam, dan pinggang.

Dicatat pula perkembangan alat kelamin sekunder,pupil, refleks cahaya, pupil
pinpoint, tinggi dan berat badan, tekanan darah, keadaan jantung, paru dan abdomen.

Pemeriksaan Khusus
 Pemeriksaan bagian khusus (daerah genitalia) meliputi ada tidaknya rambut kemaluan
yang saling melekat menjadi satu karena air mani yang mengerin, gunting untuk
pemeriksaan laboratorium. Cari juga bercak air mani disekitar alat kelamin.
 Pada vulva, teliti adanya tanda-tanda bekas kekerasan, seperti hiperemi, edema,
memar, dan luka lecet (goresan kuku). Introitus vagina apakah hiperemi/ edema ?
dengan kapas lidi diambil bahan untuk pemeriksaan sperma dari vestibulum.
 Periksa jenis selaput dara, adakah rupture atau tidak. Bila ada, tentukan rupture baru
atau lama dan catat lokasi rupture tersebut, teliti apakah sampai ke insertion atau
tidak. Tentukan besar orifisium, sebesar ujung jari kelingking, jari telunjuk, atau 2
jari. Sebagai gantinya boleh juga ditentukan ukuran lingkaran orifisium, dengan cara
masukan kelingking dan telunjuk dimasukkan sampai terasa tepi selaput dara menjepit
ujung jari, ukuran pada seorang perawan kira-kira 2,5 cm. Lingkaran yang
memungkinkan persetubuhan dapat terjadi menurut Voight adalah minimal 9 cm.
 Harus diingat bahwa pada persetubuhan tidak selalu disertai dengan deflorasi. Pada
ruptur lama, robekan menjalar sampai ke insertio disertai adanya parut pada jaringan
di bawahnya. Ruptur yang tidak sampai ke insertio, bila sudah sembuh tidak dapat
dikenal lagi.1,6

13
 Periksa pula apakah frenulum labiorum pudendi dan commisura labiorum posterior
utuh atau tidak. Periksa vagina dan serviks dengan spekulum, bila keadaan alat genital
mengijinkan. Adakah tanda penyakit kelamin.
 Lakukan pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium. Untuk pemeriksaan
cairan mani dan sel mani dalam lender vagina, lakukan dengan mengambil lender
vagina menggunakan pipet Pasteur atau diambil dengan ose batang gelas, atau swab.
Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan speculum.
 Pada anak-anak atau bila selaput darah utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi
dari vestibulum saja. Pemeriksaan terhadap kuman N.gonorrhoea: dari secret urether
(urut dengan jari) dan dipulas dengan pewarnaan gram.
 Pemeriksaan dilakukan pada hari ke-1, 3, 5, dan 7. Jika pada pemeriksaan didapatkan
N.gonorrhoea berarti terbukti adanya kontak seksual dengan seorang penderita. Bila
pada pria tertuduh juga ditemukan N.gonorrhoea, ini merupakan petunjuk yang cukup
kuat. Jika terdapat ulkus, secret perlu diambil untuk pemeriksaan serologic atau
bakteriologik. Pemeriksaan kehamilan dan pemeriksaan toksikologik urin dan darah
juga dilakukan bila ada indikasi.1,3,7

Tanda-tanda seks sekunder


Pada pemerikasaan akan diketahui umur korban. Jika tidak ada akte kelahiran maka umur
korban yang pasti tidak diketahui. Dokter perlu menyimpulkan apakah wajah dan bentuk
badan korban sesuai dengan umur yang dikatakannya. Keadaan perkembangan payudara dan
pertumbuhan rambut kemaluan perlu dikemukakan.
Tanner membagi tahapan yang terjadi selama pubertas. Tahapan ini dibagi menjadi dari
T1 sampai T5, di mana T1 identik dengan perkembangan masa anak-anak dan T5 identik
dengan maturitas penuh.
Beberapa istilah yang sering digunakan dalam tanda-tanda seks sekunder pada wanita
antara lain :
i. telarche, yaitu pembesaran payudara,
ii. pubarche, yaitu tumbuhnya rambut pubis,
iii. menarche, yaitu menstruasi yang pertama kali terjadi, dan
iv. adrenarche, yaitu tumbuhnya rambut aksila sebagai akibat peningkatan
androgen dari adrenal.

14
Untuk mempermudah pemahaman mengenai perubahan fisik yang terjadi selama
pubertas pada wanita, Tanner menggolongkannya menjadi beberapa tahapan yang ditandai
dengan dari T1 (Tanner 1) sampai T5.7
Tabel 1. Tahapam perkembangan pubertas pada wanita.1,2

Pengetahuan tentang penutupan epifise tulang pergelangan tangan dan kadang lutut
atau lengan dapat dipakai untuk menentukan usia seseorang sudah dewasa atau belum.

Pemeriksaan Pria Tersangka


Pemeriksaan pria tersangka dapat dilakukan terhadap pakaian, catat adanya bercak
semen, darah dsb. Bercak semen tidak mempunyai arti dalam pembuktian sehingga tidak
perlu ditentukan. Darah mempunyai nilai karena kemungkinan berasal dari darah deflorasi.
Disini penentuan golongan darah penting untuk dilakukan mungkin dapat ditemukan tanda
bekas kekerasan: akibat perlawanan oleh korban. Untuk mengetahui apakah seorang pria baru
melakukan persetubuhan, dapat dilakukan pemeriksaan ada tidaknya sel epitel vagina pada
glans penis.1
Pemeriksaan terhadap sel epitel vagina pada glans penis dapat dilakukan dengan
menekankan kaca objek pada glans penis, daerah korona atau frenulum, kemudian diletakkan
terbalik diatas cawan yang berisi larutan lugol. Uap yodium akan mewarnai lapisan pada kaca
objek tersebut. Sitoplasma sel epitel vagina akan berwarna coklat tua karena mengandung
glikogen. Warna coklat tadi cepat hilang namun dengan meletakkan kembali sediaan diatas
cairan lugol maka warna coklat akan kembali lagi. Pada sediaan ini dapat pula ditemukan
adanya spermatozoa tetapi tidak mempunyai arti apa-apa. Perlu pula secret uretra untuk
menentukan ada atau tidak penyakit kelamin. Trace evidence pada pakaian yang dipakai
ketika terjadi persetubuhan harus diperiksa.

15
Bila fasilitas untuk pemeriksaan tidak ada, kirim ke laboratorium forensic
dikepolisian atau bagian ilmu kedokteran forensic, dibungkus, segel, serta membuat berita
acara pembungkusan dan penyegelan.
Rambut dan barang bukti lain yang ditemukan diperlakukan serupa. Jika dokter
menemukan rambut kemaluan yang lepas pada badan wanita ia harus mengambil beberapa
helai rambut kemaluan dari wanita dan laki-laki sebagai bahan pembanding (matching). 4

Pemeriksaan tanda kekerasan pada tubuh2


Pada tubuh korban, perhatikan apakah terdapat tanda-tanda bekas kekerasan. Dilihat
juga jenis kekerasannya apakah merupakan kekerasan tumpul, kekerasan benda setengah
tajam atau kekerasan tajam. Luka akibat kekerasan tumpul antara lain, memar atau luka lecet,
pergelangan tangan, lengan, paha bagian dalam dan pinggang.
Pada vulva, teliti adanya tanda-tanda bekas kekerasan, seperti hiperemi, edema,
memar dan luka lecet (goresan kuku). Introitus vagina apakah hipermi atau edema.
Ditemukannya luka pada setiap bagian tubuh korban perlu tindakan yang sangat hati-hati,
karena jejas/luka tersebut menjadi barang bukti yang penting untuk identifikasi. Sehingga
harus dilakukan pemotretan/ dokumentasi pada setiap luka yang ada di tubuh korban.
Bite Mark
Jejas-gigit atau bite mark merupakan luka lecet tekan atau hematoma berbentuk garis
lengkung terputus-putus. Pada luka tersebut dilakukan pengukuran, pemotretan berskala dan
swab air liur (untuk penentuan golongan darah pelaku). Cetakan gigi tersangka perlu dibuat
untuk digunakan pada perbandingan. Pada korban hidup, luka gigitan umumnya masih baik
bentuk dan ukurannya sampai 3 jam pascatrauma, setelah itu dapat berubah akibat elastisitas
kulit.7
Pemeriksaan cetakan gigi

Tahap pertama pada bite mark adalah menentukan apakah jejas yang ditimbulkan
benar merupakan bekas gigitan manusia. Beberapa hal penyidik bisa mencari adalah
adanya tanda hisap (unik untuk manusia) dan tanda dari gigi seri depan, gigi taring
dan premolar tapi bukan geraham.

Kedua, peneliti harus menentukan apakah bekas gigitan konsisten dengan waktu
kejahatan. Misalnya, gigitan menandai yang mulai sembuh tidak konsisten dengan
kejahatan yang terjadi hanya beberapa jam sebelum pemeriksaan. Luka ini mungkin
tidak terkait dengan kejahatan dalam penyelidikan. Akhirnya, penyelidik harus
menentukan apakah tanda gigitan adalah kualitas yang akan berguna untuk tujuan

16
perbandinganJika ditentukan bahwa tanda adalah manusia berasal dan terkait dengan
kejahatan maka pengolahan tanda datang dimulai. Pada titik ini gigi model kerja dapat
dibuat. Gips dapat dibuat dari luka-luka dan / atau gigi tersangka.4,7,6
Pemeriksaan Anal
Pada pemeriksaan anal, diperhatikan apakah terdapat tanda-tanda kekerasan seperti
sodomi. Pada korban yang mengalami kekerasan berupa sodomi akan tampak anus yang
berbentuk corong.1
Pemeriksaan Rambut
Diantara jaringan-jaringan tubuh yang mungkin ditemukan dan merupakan bukti
panting dalam kasus kejahatan, rambut mempunyai peranan yang cukup menonjol,
Di samping jaringan keras seperti tulang, yigi dan kuku, rambut juga bersifat sangat
stabil terhadap temperatur lingkungan dan pembusukan.Nilai bukti dari rambut akan
bertambah pada kasus yang tidak ditemukan bukti-bukti lain atau bukti-bukti lainnya telah
rusak.Guna pemeriksaan laboratorium terhadap rambut dalam bidang forensik adalah untuk
membantu Renentuan identitas seseorang, rnenunjukkan keterkaitan antara seseorang yang
dicurigai dengan suatu peristiwa kejahatan tertentu, antara korban dengan senjata atau antara
korban dengan kendaraan yang dicurigai.
Pemeriksaan laboratorium terhadap rambut meliputi pemeriksaan makroskopik dan
mikroskopik. Pada pemeriksaan makroskopik dicatat keadaan warna, panjang, bentuk (lurus,
ikal, keriting) dan zat pewarna rambut yang mungkin dijumpai.4,7
Untuk mikroskopik, perlu dibuat sediaan mikroskopik rambut sebagai berikut:
Rambut dibersihkan dengan air, alkohol dan eter. Kemudian letakkan pada galas obyek, tetesi
gliserin dan tutup dengan gelas penutup. Dengan cara ini dapat diiihat gambaran medula
rambut. Untuk melihat pola sisik sari rambut secara mikroskopik, dibuat cetakan rambut
tersebut pada sehelai film selulosa dengan meteteskan asam asetat glasial, lalu letakkan
rambut yang telah dibersihkan di atasnya dan ditekan menggunakan gelas objek. Pola sisik
dapat didokumentasikan dengan membuat foto hasil pemeriksaan mikroskopik.
4. Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan cairan mani (semen)
 Cairan mani merupakan cairan agak kental, berwarna puith kekuningan, keruh dan
berbau khas. Cairan mani pada saat ejakulasi kental kemudian akibat enzom
proteiolitik menjadi cair dalam waktu yang singkat (10 – 20 menit). Dalam keadaan
normal, volume cairan mani 3 – 5 ml pada 1 kali ejakulasi dengan pH 7,2 – 7,6.
Cairan mani mengandung spermatozoa, sel – sel epitel dan sel – sel lain yang
17
tersuspensi dalam cairan yang disebut plasma seminal yang mengandung spermin dan
beberapa enzim seperti fosfatase asam. Spermatozoa mempunya bentuk khas untuk
spesies tertentu dengan jumlah yang bervariasi, biasanya 60 sampai 120 juta per ml.
 Pada orang yang hidup, sperma masih dapat diketemukan (tidak bergerak) sampai
sekitar 24-36 jam setelah persetubuhan; sedangkan pada orang mati sprema masih
dapat diketemukan dalam vagina paling lama sampai 7-8 hari setelah
persetubuhan.5Untuk menentukan adanya cairan mani dalam vagina guna
membuktikan adanya suatu persetubuhan, perlu diambil bahan dari forniks posterior
vagina.1

 Penentuan spermatozoa (mikroskopis)


Tanpa pewarnaan
 Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah terdapat motilitas spermatozoa ini
paling bermakna untuk memperkirakan saat terjadinya persetubuhan. Umumnya
disepakati bahwa dalam 2 – 3 jam setelah persetubuhan masih dapat ditemukan
spermatozoa yang bergerak dalam vagina. Haid akan memperpanjang waktu ini
menjadi 3 – 4 jam.
 Setelah itu spermatozoa tidak bergerak lagi dan akhirnya ekornya akan menghilang
(lisis), sehingga harus dilakukan pemeriksaan dengan pewarnaan. 4
 Cara pemeriksaan : satu tetes lendir vagina diletakkan pada kaca objek, dilihat dengan
pembesaran 500 x serta kondesor diturunkan. Perhatikan pergerakan sperma.
 Bila sperma tidak ditemukan, belum tentu dalam vagina tidak ada ejakulat mengingat
kemungkinan azospermia atau pasca vasektomi sehingga perlu dilakukan penentuan
cairan mani dalam cairan vagina.1,6
Dengan pewarnaan
 Dibuat sediaan apus dan difikasi dengan melewatkan gelas sediaan apus tersebut pada
nyala api. Pulas dengan HE, Methylene Blue atau Malachite Green.
 Cara pewarnaan yang mudah dan baik untuk kepentingan forensik adalah dengan
pulasan malachite green dengan prosedur sebagai berikut:
Warnai dengan larutan malachite Green 1% selama 10 – 15 menit, lalu cuci dengan
air mengalir dan setelah itu lakukan counter stain dengan larutan Eosin Yellowish 1%
selama 1 menit, terakhir cuci lagi dengan air.

18
 Keuntungan dengna pulasan ini adalah inti sel epitel dan leukosit tidak terdiferensi,
sel epitel berwarna merah muda merata dan leukosit tidak terwarnai. Kepala sprema
tampak merah dan lehernya merah muda, ekornya bewarna hijau.

 Penentuan cairan mani (kimiawi)


 Untuk membuktikan adanya cairan mani dalamsekret vagina, perlu dideteksi adanya
zat – zat yang banyak terdapat dalam cairan mani dengan pemeriksaan laboratorium
berikut:
 Reaksi fosfatase asam
Dasar reaksi: adanya enzim fosfatase dalam kadar tinggi yang dihasilkan oleh
kelenjar prostat. Aktivitas enzim fosfatase asam rata – rata adalah sebesar 2500
U.K.A (kaye). Dalam sekret vagiana setelah 3 hari absistensi seksualis ditemukan
aktivitas 0 – 6 unit (Risfeld).
Dengan menentukan secara kuantitatif aktifitas fosfatase asam per 2 cm2 bercak,
dapat ditentukan apakah bercak tersebut adalah bercak mani atau bukan. Aktifitas
25 U.K.A per 1 cc ekstrak yang diperoleh dari 1 cm2 bercak dianggap spesifik
sebagai bercak mani.
Cara pemeriksaan: bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang
telah terlebih dahulu dibahsai dengan akuades selama beberapa menit. Kemudian
kertas saring diangkat dan disemprot dengan reagens. Ditentukan waktu reaksi
dari saat penyemprotan sampai timbul warna ungu.
Perlu diperhatikan bahwa intensitas warna maksimal tercapai secara berangsur-
angsur dan test ini tidak spesifik. Hasil positif semu dapat terjadi dengan feses, air
teh, kontraseptik, sari buah dan tumbuh-tumbuhan.
Bercak yang tidak megnandung enzim fosfatase memberi warna dengan serentak
dengan intensitasnya tetap, sedangkan bercak yang megnandung enzim fosfatase
memberikan warna secara berangsur-angsur.

 Inhibisi dengan I (-) tartrat (Sivaram)


Untuk membedakan bercak mani dari bercak lain dapat digunakan I (-) tartrat
yang menghambat aktifitas enzim fosfatase asam dalam semen.
Dipergunakan 2 macam reagens yang mengandung Na- alfa taftil fosfat dan
Brentamine fast Blue Salt.

19
- Reagens I: merupakan larutan kedua zat di atas dalam larutan penyangga sitrat
dengan pH 4,9.
- Reagens II: terdiri dari 9 bagian larutan sitrat (pH4,9) dan 1 bagian larutan 0,4
MI (+) asam tartrat dengan pH 4,9.
Interprestasi: apabila bercakl ekstrak yang disemprot dengan ragens I berwarna
ungu, sedangkan dengan reagens II tak timbul warna, maka dapat dipastika
bahwa dalam ekstrak tedapat mani. Bila warna ungu dengan intesitas yang sama
timbul pada kedua kertas tadi, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat akrifitas
fosfatase asam yang bukan berasal dari mani.1

 Cara elektro-imodulasi (Baxter)


Serum anti mani manusia ( anti human semen serum), selain spesifik untuk
antigen manusia, juga mengandung zat anti terhadap fosfatase asam. Bila serum
ditambahkan dengan air mani akan terbentuk kompleks enzim – antibodi uang
masih memiliki sifat enzimatik dan dapat diperhatikan dengan reaksi fosfatase
asam.
Medium yang digunakan adalah lempeng agar yang megnadung serum anti mani
manusia dalam konsentrasi kecil (1%). Setelah dilakukan elektroforesis, lempeng
agar dikembangkan dalam reagens fosfatase asam. Pada fosfatase seminal,
tampak puncak presipitin ke arah anoda, sedangkan pada fosfatase vaginal,
puncak presipitin ke arah katoda.
Cara ini adalah satu-satunya cara untuk menetukan dengan pasti adanya mani
manusia pada keadaan azoospermia. Dengan cara ini, Baxter dapat menentukan
adanya semen di dalam vagina sampai 4 hari pasca persetubuhan. 4

 Elektroforesis (Adam & Wraxall)


Cara ini menggunakan lempeng akrilamid dan dikemabangkan dengan bufer
(pH3), dilihat di bawah sinar ultraviolet. Hasil: fosfatase asam seminal bergerak
sejauh 4 cm, sedangkan fosfatase asam vaginal bergerak sejauh 3 cm.

 Reaksi Berberio
Dasar reaksi: untuk menentukan adanya spermin dalam semen.
Reagens: larutan asam pikrat jenuh.
Cara pemeriksaan: sama seperti pada reaksi Florence.

20
Hasil positif memperlihatkan adanya kristal spermin pikrat yang kekuning-
kuningan berbentuk jarum dengan ujung tumpul, dan kadang-kadang terdapat
garis refraksi yang terletak longitudinal. Kristal mungkin pula berbentuk ovoid.
Reaksi tersebut mempunyai arti bila mikroskopik tidak ditemukan spermatozoa.

Penentuan adanya spermin dapat pula dengan tes Puranen yang khas untuk cairan
mani. Tetapi mungkin terjadi hasil negatif semu dan reaksinya lebih lambat
dibandingkan dengan tes Berberio. Reagens adalah larutan 5g naphothol S
yellow dalam 100 cc aquadest.
Cara pemeriksaan: seperti tes Florence, tunggu kira – kira 1 jam. Hasilnya positif
terlihat kristal - kristal spermin flavinat berwarna kuning. 5

 Penentuan golongan darah ABO pada cairan mani


Penentuan golongan darah ABO pada semen golongan sekratir dilakukan dengan
cara absorpsi inhibisi. Hanya untuk golongan sekretor saja dapat ditentukan
golongan darah dalam semen.
Pada individu yang termasuk golongan sekretor, dapat ditemukan subtansi
golongan darah dalam cairan tubuhnya seperti air liur, sekret vagina, cairan mani
dan lain-lain. Ternyata subtansi golongan darah dalam cairan mani jauh lebih
banyak dari pada dalam air liur (2-100 kali).
Pada golongan bukan sekretor (non-sekretor), tidak ditemukan adanya subtansi
tersebut dalam cairan tubuhnya. Kira-kira 80% individu termasuk dalam
golongan sekretor, dan 20% golongan non-sekretor.1 Untuk mendapat gambaran
yang lebih jelas mengenai subtansi golongan darah dalam bahan pemeriksaan
yang berasal dari foniks oosterior vagina, lihatlah tabel di bawah ini;

21
Tabel 3. Penggolongan darah ABO pada cairan mani
Golongan darah si wanita
O A B AB
Substansi “ H A B A+B
sendiri” dalam A+H B+H
sekrit vagina
Substansi A B A H*
“asing” berasal B H* H* A+H
dari semen A+B

Jika dari sekrit vagina wanita golongan O, ditemukan subtansi A dan H atau B
dan H, berarti terdapat subtansi "sendiri" bersama dengan subtansi "asing". Jika
ditemukan subtansi A atau B atau A dan B, berarti pada sekrit vagina tersebut
terdapat subtansi "asing". Adanya subtansi "asing" menunjukkan bahwa di dalam
vagina wanita tersebut terdapat cairan mani.

 Pemeriksaan bercak mani pada pakaian


- Visual, Bercak mani berbatas tegas dan lebih gelap dari sekitarnyaa. Bercak
yang sudah agak tua berwarna agak kekuning-kuningan. Pada bahan sutera/
nylon batasnya sering tidak jelas, tetapi selalu lebih gelap dari sekitarnya.
- Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak yang segar akan menunjukkan
permukaan mengkilat dan transiusen, kemudian akan me ngering. Dalam
waktu kira-kira 1 bulan akan berwarna kuning sampai coklat.
- Pada tekstil yang menyerap, bercak yang segar tidak berwarna atau bertepi
kelabu yang berangsur-berangsur akan berwarna kuning sampai cokiat dalam
waktu 1 bulan.
- Di bawah Sinar ultra violet, bercak semen menunjukkan fluoresensi putih.
- Secara taktil (perabaan) bercak mani teraba memberi kesan kaku seperti
kanji. Pada tekstil yang tidak menyerap, bila tidak teraba kaku, kita masih
dapat mengenalinya karena permukaan bercak akan teraba kasar.
- Dapat pula dilakukan uji pewarnaan Baecchi

22
- Serabut pakaian tidak mengambil warna, spermatozoa dengan kepala
berwarna merah dan ekor berwarna merah muda terlihat banyak menempel
pada serabut benang.
- Skrining dapat dilakukan dengan Reagens Fosfatase Asam. Sehelai kertas
saring yang telah dibasahi dengan akuades ditem pelkan pada bercak yang
dicurigai selama 5 10 menit. Keringkan lalu semprot dengan reagens. Bila
terlihat bercak berwarna ungu, kertas saring diletakkan kembali pada pakaian
sesuai dengan letaknya semula. Dengan demikian letak bercak pada kain
dapat diketahui.
- Reaksi Fosfatase Asam dan Florence dilakukan bila pada pemeriksaan tidak
dapat ditemukan set spermatozoa.1,5,7
Visum et Repertum
Visum et repertum adalah istilah yang dikenal dalam Ilmu Kedokteran Forensik,
biasanya dikenal dengan nama “Visum”. Visum berasal dari bahasa Latin, bentuk tunggalnya
adalah “visa”. Dipandang dari arti etimologi atau tata bahasa, kata “visum” atau “visa” berarti
tanda melihat atau melihat yang artinya penandatanganan dari barang bukti tentang segala
sesuatu hal yang ditemukan, disetujui, dan disahkan, sedangkan “Repertum” berarti melapor
yang artinya apa yang telah didapat dari pemeriksaan dokter terhadap korban. Secara
etimologi visum et repertum adalah apa yang dilihat dan diketemukan.
Dalam pembuatan visum,
1. Data harus lengkap dan jelas
2. Tidak menggunakan istilah/bahasa yang hanya lazim bagi kalangan
kedokteran
3. Mengacu pada pasal yang terikat dalam undang – undang
4. Objektif, ilmiah, independent dan impartial
5. Memberikan penilaian dan melakukan pemeriksaan terhadap hasil dari
kejadian/peristiwa yang telah terjadi bukan proses
6. Dalam visum tidak boleh dituliskan apakah kasus tersebut pembunuhan,
perkosaan, kecelakaan, bunuh diri, ataupun penganiayaan

KESIMPULAN
Dalam kasus kejahatan susila, perlu diketahui apakah merupakan kejahatan berupa
persetubuhan, pencabulan maupun pelecehan seksual. Usia korban merupakan hal penting
perlu diperhatikan karena mengacu pada hukum yang menindak lanjuti kejahatan susila

23
tersebut. Tanda-tanda kekerasan maupun persetubuhan yang ditemukan haruslah nyata untuk
dapat melukai korban baik dari segi fisik maupun psikisnya. Waktu terjadinya kejadian
menjadi informasi penting dalam melakukan pemeriksaan-pemeriksaan yang kemudian dapat
menjadi alat bukti yang sah.
Forensik Klinik adalah bagian dari ilmu kedokteran forensik yang mencakup
pemeriksaan forensik terhadap korban hidup dan investigasinya, kemudian aspek
medikolegal, juga psikopatologinya, dengan kata lain forensik klinik merupakan area praktek
medis yang mengintegrasikan antara peranan medis dan hukum terutama dalam kasus-kasus
berkaitan kejahatan susila. Namun, untuk menyelesaikan permasalahan kasus kejahatan
seksual, tidak hanya membutuhkan intervensi medis semata-mata tapi, menuntut diambilnya
langkah penanganan yang holistik dan komprehensif termasuk dukungan psikososial yang
secara otomatis membutuhkan dukungan optimal dari keluarga dan masyarakat. Tugas dokter
tidak hanya menjalankan fungsi maksimal dalam bidang kesehatan, namun dokter tersebut
dituntut untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan kedokteran seoptimal mungkin dan
mematuhi tuntutan undang-undang terhadapnya terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan
proses hukum.
DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im TWA, Hertian S, Sampurna B, et al.


Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1997.h.147-158.
2. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1994.h.32-7.
3. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran pengantar bagi
mahasiswa kedokteran dan hukum. Jakarta: Pustaka Dwipar; 2007.h.8-83.
4. Wiknjosastro H, dkk. Ilmu Kandungan. Ed. kedua. Cetakan ketujuh Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo; 2009.h.35-87.
5. Akhyar Israr Y, Warman Y, Kurniati R, Dewi A. Peranan Forensik Klinik dalam Kasus
Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan. Jurnal Kedokteran Universitas Riau. 2009.
6. Erfan Kusuma S. Kejahatan Seksual Lab Ilmu Kedokteran Forensik. Surabaya: Jurnal
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga; 2009.
7. Widiatmaka W. Visum Et Repertum. Jakarta: Jurnal Kedokteran Bagian Departemen
Forensik Universitas Indonesia; 2009.

24
25

Anda mungkin juga menyukai