OLEH :
KELOMPOK C8
ANGGOTA KELOMPOK :
LEOBALDA
(102010006)
(102010145)
(102010155)
(102010231)
SHERLY LIYO
(102010271)
IMRUL QAYS
(102010382)
AGUNG RONDONUWU
(102010396)
Pendahuluan
Beberapa tahun belakangan ini, masalah kekerasan marak terjadi, apalagi terhadap
mereka yang lebih rentan. Masyarakat mulai merasa resah dengan adanya berbagai kerusuhan
yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Perempuan yang berada di daerah aman juga
dapat menjadi korban kekerasan, dengan kata lain masalah kekerasan terhadap perempuan ini
merupakan masalah yang universal.1
Perkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapere yang berarti mencuri, memaksa,
merampas, atau membawa pergi (Haryanto, 1997). Pada jaman dahulu perkosaan sering
dilakukan untuk memperoleh seorang istri. Perkosaan adalah suatu usaha untuk
melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap perempuan
dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan hukum. Di dalam Pasal 285 KUHP
disebutkan bahwa: barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan
perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. Pada pasal ini perkosaan
didefinisikan bila dilakukan hanya di luar perkawinan. Selain itu kata-kata bersetubuh
memiliki arti bahwa secara hukum perkosaan terjadi pada saat sudah terjadi penetrasi. Pada
saat belum terjadi penetrasi maka peristiwa tersebut tidak dapat dikatakan perkosaan akan
tetapi masuk dalam kategori pencabulan. 1
Pembahasan
Aspek Hukum
Pasal 74 KUHP
1) Pengaduan hanya boleh diaujkan dalam waktu enam bulan sejak orang yang berhak
mengadu mengetahui adanya kejahatan, jika bertempat tinggal di Indonesia,l atau
dalam waktu sembilan bulan jika Bertempat tinggal di luar Indonesia.
2) Jika yang terkena kejahatan menjadi erhak mengadu pada saat tenggang tersebut
dalam ayat 1 belum habus, maka setelah saat itu pengaduan hanya masih boleh
diajukan, selama sisa yang masih kurang pada tenggang tersebut. 2
Pasal 75 KUHP
Orang yang mengajukan pengaduan, berhak menarik kembali dalam waktu tiga bulan setelah
pengaduan diajukan. 2
kalau umurnya tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, diancam dengan pidana
penjara paling lama sembilan tahun.
2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umurnya wanita belum
sampai dua belas tahun atau jika salah satu hal tersebut pasal 291 dan pasal 294.
Pasal 289 KUHP
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan
atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang
menyerang kehormatan kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban merupakan benda bukti. Kalau
korban datang sendiri dengan membawa surat permintaan dari polisi, tidak akan
diperiksa oleh dokter dan korban akan disuruh kembali kepada polisi.
5
Setiap Visum et Repertum harus dibuat berdasarkan keadaan yang didapatkan pada
tubuh korban pada waktu permintaan Visum et Repertum diterima oleh dokter.
Bila dokter telah memeriksa seorang korban yang datang di rumah sakit atau di
tempat praktek atas inisiatif sendiri, bukan atas permintaan polisi, dan beberapa waktu
kemudian polisi mengajukan permintaan dibuatkan Visum et Repertum maka dokter
harus menolak karena segala sesuatu yang diketahui dokter tentang diri korban
sebelum ada permintaan untuk dibuatkan Visum et Repertum merupakan rahasia
kedokteran yang wajib disimpannya (KUHP pasal 322). Dalam keadaan seperti itu
dokter dapat meminta kepada polisi supaya korban dibawa kembali kepadanya dan
Visum et Repertum dibuat berdasarkan keadaan yang ditemukan pada waktu
permintaan diajukan. Hasil pemeriksaan yang lalu tidak diberikan dalam bentuk
Visum et Repertum tetapi dalam bentuk surat keterangan. Hasil pemeriksaan sebelum
diterimanya surat permintaan pemeriksaan dilakukan terhadap pasien dan bukan
sebagai corpus dilicti (benda bukti).
Ijin tertulis untuk pemeriksaan ini dapat diminta pada korban sendiri atau jika korban
adalah seorang anak, dari orang tua atau walinya. Jelaskan terlebih dahulu tindakantindakan apa yang akan dilakukan pada korban dan hasil pemeriksaan akan
disampaikan ke pengadilan. Hal ini perlu diketahui walaupun pemeriksaan dilakukan
atas permintaan polisi, belum tentu korban akan menyetujui pemeriksaan itu dan
menolaknya. Selain itu bagian yang akan diperiksa merupakan the most private part
dari tubuh seorang wanita.
Seorang perawat atau bidan harus mendampingi dokter pada waktu memeriksa
korban.
Kadang-kadang dokter yang sedang berpraktek pribadi diminta oleh seorang ibu/ayah
untuk memeriksa anak perempuannya karena ia merasa sangsi apakah anaknya masih
perawan atau karena ia merasa curiga kalau-kalau telah terjadi persetubuhan pada
anaknya.
Dalam hal ini sebaiknya ditanyakan dahulu maksud pemeriksaan, apakah sekedar
ingin mengetahui saja atau ada maksud untuk melakukan penuntutan. Bila
dimaksudkan akan melakukan penuntutan maka sebaiknya dokter jangan memeriksa
anak itu. Katakan bahwa pemeriksaan harus dilakukan berdasarkan permintaan polisi
dan biasanya dilakukan di rumah sakit. Mungkin ada baiknya dokter memberikan
penerangan pada ibu/ayah itu bahwa jika umur anaknya sudah 15 tahun dan jika
persetubuhan terjadi tidak dengan paksaan maka menurut undang-undang, laki-laki
yang bersangkutan tidak dapat dituntut. Pengaduan mungkin hanya akan merugikan
anaknya saja. Lebih baik lagi jika orang tua itu dianjurkan untuk minta nasehat dari
seorang pengacara.
Jika orang tua hanya sekedar ingin mengetahui saja maka dokter dapat melakukan
pemeriksaan. Tetapi jelaskan lebih dahulu bahwa hasil pemeriksaan tidak akan dibuat
dalam bentuk surat keterangan karena kita tidak mengetahui untuk apa surat
keterangan itu. Mungkin untuk melakukan penuntutan atau untuk menuduh seseorang
yang tidak bersalah. Dalam keadaan demikian umunya anak tidak mau diperiksa,
sebaliknya orang tua malah mendesaknya. Sebaiknya dokter meminta izin tertulis
untuk memeriksa dan memberitahukan hasil pemeriksaan kepada orang tuanya.3
Prosedur medikolegal.
Prosedur medikolegal yaitu tata cara prosedur penatalaksanaan dan berbagai aspek
yang berkaitan dengan pelayanan kedokteran untuk kepentingan umum. Secara garis besar
prosedur medikolegal mengacu kepada peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia
dan pada beberapa bidang juga mengacu kepada sumpah dokter dan etika kedokteran. 2,3
Lingkup prosedur medikolegal antara lain
1. Pengadaan Visum et Repertum
2. Pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka
3. Pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian
keterangan ahli di dalam persidangan
4. Kaitan Visum et Repertum dengan rahasia kedokteran
5. Penerbitan surat keterangan kematian dan surat keterangan medik
6. Fitness/kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik
Kewajiban dokter membantu peradilan: 2,3
7
Pasal 133
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan
luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah
sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat
tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap
jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. 2,3
Pasal 134
1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat
tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu
kepada keluarga korban.
2. Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelasjelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
Pasal 179
1. Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakirnan atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2. Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang
memberikan keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan
sumpah atau janji akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang
Kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini, maka tidak dapat didengar
keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi:
o keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah
sarnpai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa.
o saudara dan terdakwa atau yang brsama-sama sebagal terdakwa, saudara ibu
atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena
perkawinan dari anak-anak saudara terdakwa sampal derajat ketiga
o suami atau isteri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa.
Pasal 170
1. Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan
menyimpan rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi
keterangan sebagai saksi, yaitu tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.
2. Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.1-2
melakukannya.
Pasal 184
1. Alat bukti yang sah ialah:
keterangan saksi;
keterangan ahli;
surat;
petunjuk;
keterangan terdakwa.
2. Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.
Pasal 185
1. Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang
pengadilan.
2. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa
bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai
dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
4. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau
keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan
saksi itu ada .hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat
membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
5. Baik pendapat maupun rekan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan
merupakan keterangan saksi.
6. Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguhsungguh memperhatikan
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan
yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya
dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
e. Keterangan dari saksi yang tidak disumpah meskipun sesuai satu dengan
yang lain tidak merupakan alat bukti namun apabila keterangan itu sesuai
dengan keterangan dari saksi yang disumpah dapat dipergunakan sebagai
10
1. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum
yang berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan
tentang kejadian atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri,
disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
2. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat
yang dibuat oleh pejabat mengenal hal yang termasuk dalam tata laksana yang
menjadi tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal
atau sesuatu keadaan;
3. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi
dan padanya;
4. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat
pembuktian yang lain. 1-4
Sangsi bagi pelanggar kewajiban dokter
Pasal 216
1. Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa
untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa
dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna
menjalankan ketentuan undang- undang yang dilakukan oleh salah seorang
pejabat tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua
minggu atau pidana denda puling banyak sembilan ribu rupiah.
2. Disamakan dengan pejahat tersebut di atas, setiap orang yang menurut ketentuan
undang-undang terus-menerus atau untuk sementara waktu diserahi tugas
menjalankan jabatan umum.
3. Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka
bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Pasal 224
Barang siapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya, diancam:
11
1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan;
2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan.
Pasal 522
Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa, tidak
datang secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah. 2
Pemeriksaan Medis dan Intepretasi Hasil
Anamnesis
Anamnesis merupakan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau ditemukan oleh dokter
sehingga bukan merupakan pemeriksaan yang obyektif. Jadi, seharusnya anamnesis tidak
dimasukkan dalam Visum et Repertum. Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan pada
Visum et Repertum dengan judul "keterangan yang diperoleh dari korban". Dalam
mengambil anamnesis, dokter meminta pada korban untuk menceritakan segala sesuatu
tentang kejadian yang dialaminya dan sebaiknya terarah. Anamnesis terdiri dari bagian yang
bersifat umum dan khusus. Anamnesa diberikan bila diminta oleh penyidik dan tidak secara
otomatis dilampirkan dalam Visum et Repertum.
Anamnesis umum meliputi pengumpulan data tentang umur, tanggal, dan tempat lahir,
status perkawinan, siklus haid untuk anak yang tidak diketahui umurnya, penyakit kelamin,
penyakit kandungan dan penyakit lainnya seperti epilepsi, katalepsi, syncope. Keterangan
pernah atau belum pernah bersetubuh, saat persetubuhan terakhir, adanya penggunaan
kondom.3
Waktu Kejadian
Bila antara kejadian dan pelaporan kepada yang berwajib berselang beberapa
hari/minggu, dapat diperkirakan bahwa peristiwa itu bukan perkosaan tetapi persetubuhan
yang pada dasarnya tidak disetujui oleh wanita yang bersangkutan karena berbagai alasan,
misalnya merasa tertipu, cemas terjadi kehamilan atau karena ketakutan diketahui
orangtuanya bahwa dia sudah pernah bersetubuh maka mengaku disetubuhi secara paksa. Jika
korban benar telah diperkosa biasanya akan segera melapor. Pada pelaporan yang terlambat,
ada kemungkinan pula karena korban diancam untuk tidak melapor ke polisi. 3
Tempat Kejadian
Adanya rumput, tanah dan lainnya yang melekat pada pakaian dan tubuh korban dapat
dijadikan petunjuk dalam pencarian trace evidence yang berasal dari tempat kejadian. Perlu
12
diketahui pula apakah korban melawan. Jika korban melawan maka pada pakaian mungkin
ditemukan robekan, pada tubuh korban akan ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan dan
pada alat kelamin mungkin terdapat bekas perlawanan. Kerokan kuku mungkin menunjukkan
adanya sel-sel epitel kulit dan darah yang berasal dari pemerkosa/penyerang. Temukan
adanya kemungkinan korban menjadi pingsan karena ketakutan atau dibuat pingsan dengan
pemberian obat tidur/bius. Dalam hal ini diperlukan sampel pengambilan urin dan darah
untuk pemeriksaan toksikologik.Perlu ditanyakan pula apakah setelah kejadian korban
mencuci, mandi, dan mengganti pakaian. 3
Pemeriksaan Pakaian
Pemeriksaan pakaian perlu dilakukan dengan teliti helai demi helai, apakah terdapat
robekan lama atau baru sepanjang jahitan atau melintang pada pakaian, kancing yang terputus
akibat tarikan, bercak darah, air mani, lumpur, dan lainnya yang berasal dari tempat kejadian.
Apakah pakaian dalam keadaan rapi atau tidak. Bila tidak ada fasilitas pemeriksaan, maka
benda-benda yang melekat dan pakaian yang dipakai ketika terjadi persetubuhan dikirim ke
laboratorium forensik di kepolisian atau bagian ilmu kedokteran forensik dalam keadaan
dibungkus, tersegel dan disertai berita acara pembungkusan dan penyegelan. 3
dibasahi dengan garam fisiologis. Pada vulva, perlu diteliti adanya tanda-tanda bekas
kekerasan seperti hiperemi, edema, memar dan luka lecet (goresan kuku). Introitus vagina
apakah hiperemi/edema dan penggunaan kapas lidi untuk pengambilan bahan pemeriksaan
sperma dari vestibulum.
Pemeriksa jenis selaput dara untuk melihat adanya ruptur dan penentuan apakah
ruptur tersebut baru atau lama. Bedakan ruptur dengan celah bawaan dari ruptur dengan
memperhatikan sampai di pangkal selaput dara. Celah bawaan tidak mencapai pangkal
sedangkan ruptur dapat sampai ke dinding vagina. Pada vagina akan ditemukan parut bila
ruptur sudah sembuh, sedangkan ruptur yang tidak mencapai basis tidak akan menimbulkan
parut. Ruptur akibat persetubuhan biasa ditemukan di bagian posterior kanan atau kiri dengan
asumsi bahwa persetubuhan dilakukan dengan posisi saling berhadapan. Tentukan pula besar
orifisium apakah sebesar ujung jari kelingking, jari telunjuk, atau 2 jari. Ukuran pada seorang
perawan kira-kira 2,5 centimeter sedangkan lingkaran persetubuhan yang dapat terjadi
menurut Voight minimal 9 centimeter. Pada persetubuhan tidak selalu disertai deflorasi.
Pemeriksaan pada frenulum labiorum pudendi dan comissura labiorum posterior
untuk melihat keutuhannya. Pemeriksaan vagina dan serviks dilakukan dengan spekulum bila
keadaan alat genital memungkinkan dan pemeriksaan kemungkinan adanya penyakit
kelamin.3
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam lendir vagina dilakukan dengan
mengambil lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang gelas
atau swab. Bahan diambil dari forniks posterior, bila mungkin dari spekulum. Pada anak-anak
atau bila selaput dara masih utuh, pengambilan bahan dibatasi dari vestibulum saja.
Pemeriksaan terhadap kuman Neisseria gonorrhoeae dari sekret urether (urut dengan
jari) dan dipulas dengan pewarnaan Gram. Pmeriksaan dilakukan pada hari ke-I, III, V, dan
VII. Jika pada pemeriksaan didapatkan N.gonorrheae berarti terbukti adanya kontak seksual
dengan seorang penderita, bila pada pria tertuduh juga ditemukan maka ini akan menjadi
bukti yang kuat. Jika terdapat ulkus, sekret perlu diambil untuk pemeriksaan serologik atau
bakteriologik. Pemeriksaan kehamilan dan toksikologik terhadap urin dan darah juga bisa
dilakukan bila ada indikasi. 3
Pemeriksaan Pada Pria Tersangka
14
Menjadi resource center tentang hak asasi perempuan sebagai hak asasi manusia dan
kekerasan terhadap perempuan sebagai pelanggaran HAM;
2.
Menjadi negosiator dan mediator antara pemerintah dengan komunitas korban dan
komunitas pejuang hak asasi perempuan, dengan menitikberatkan pada kepentingan
korban;
3.
4.
Menjadi pemantau dan pelapor tentang pelanggaran Ham berbasis jender dan
pemenuhan hak korban;
5.
posisi persetubuhan
bahwa pada wanita tidak terjadi penetrasi; sebaliknya adanya robekan pada hymen hanya
merupakan adanya suatu benda (penis atau benda lain), yang masuk ke dalam vagina Apabila
pada persetubuhan tersebut disertai dengan ejakulasi dan ejakulat tersebut mengandung
sperma, maka adanya sperma di dalam liang vagina merupakan tanda pasti adanya
persetubuhan. Apabila ejakulat tidak mengandung sperma maka pembuktian adanya
persetubuhan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap ejakulat tersebut.
Komponen yang terdapat di dalam ejakulat dan dapat diperiksa adalah enzim asam fosfatase,
kholin, dan spermin.
Apabila pada kejahatan seksual yang disertai dengan persetubuhan itu tidak sampai
berakhir dengan ejakulasi, dengan sendirinya pembuktian adanya persetubuhan secara
kedokteran forensik tidak mungkin dapat dilakukan secara pasti. Maksimal dokter dapat
mengatakan bahwa pada diri wanita yang diperiksanya tidak ditemukan tanda-tanda
persetubuhan, yang mencakup dua kemungkinan:
1
terjadinya persetubuhan, harus ditentukan; hal ini menyangkut masalah alibi yang sangat
penting di dalam proses penyidikan. Sperma di dalam vagina masih dapat bergerak dalam
waktu 4-5 jam post-coital, sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai 24-36 jam
post-coital, dan bila wanitanya masih akan dapat ditemukan sampai 7-8 hari. Perkiraan saat
terjadinya persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan dari selaput dara
yang robek. Pada umumnya penyembuhan tersebut akan tercapai dalam waktu 7-10 hari postcoital.
Hal lain yang dapat diperiksa untuk menentukan terjadinya persetubuhan adalah
pemeriksaan adanya kehamilan dan adanya penyakit kelamin. Terjadinya kehamilan jelas
merupakan tanda adanya persetubuhan, akan tetapi oleh karena waktu yang dibutuhkan untuk
itu cukup lama, dengan demikian nilai bukti ini menjadi kurang.
Terjangkitnya penyakit kelamin pada wanita hanya merupakan petunjuk bahwa
wanita itu telah mengalami persetubuhan dengan laki-laki yang menderita penyakit kelamin
18
sejenis. Penyakit kelamin yang masa inkubasinya singkat lebih bermakna di dalam upaya
pembuktian bila dibandingkan dengan penyakit kelamin yang masa inkubasinya lama.
Tanda-tanda persetubuhan dengan berlangsungnya waktu akan menghilang dengan
sendirinya, luka-luka akan sembuh. Dengan demikian pemeriksaan sedini mungkin
merupakan keharusan, bila dari pemeriksaan diharapkan hasil yang maksimal. Pakaian
korban yang telah diganti, tubuh wanita yang telah dibersihkan akan menyulitkan
pemeriksaan oleh karena keadaannya sudah tidak asli.6
Pembuktian adanya kekerasan
Seorang dokter dapat menentukan tanda-tanda kekerasan, tetapi ia tidak dapat
menentukan apakah terdapat unsur paksaan pada tindakan ini. Ditemukannya tanda kekerasan
pada tubuh korban tidak selalu merupakan akibat paksaan, mungkin juga disebabkan oleh
hal-hal lain yang tak ada hubungannya dengan paksaan. Demikian pula jika dokter tidak
menemukan tanda kekerasan, maka hal itu belum merupakan bukti bahwa paksaan tidak
terjadi.3
Pada pemeriksaan perlu diperhatikan apakah korban menunjukkan tanda-tanda bekas
kehilangan kesadaran, atau tanda-tanda telah berada di bawah pengaruh alkohol, hipnotik,
narkotik. Apabila ada petunjuk bahwa alkohol, hipnotik, atau narkotik telah dipergunakan,
maka dokter perlu mengambil urin dan darah untuk pemeriksaan toksikologi.
Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan tanda kekerasan lainnya dengan menemukan adanya
luka lecet, memar atau bekas gigitan (bite mark) di daerah mulut, bibir, leher, puting susu,
pergelangan tangan, dan pangkal paha sekitar alat kelamin.
VISUM et REPERTUM
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 7 Telp. (021) 56942061, Jakarta 11510
Nomor : 6798-SK.II/1234/1-7--------------------------------------------------------------------Lamp : Satu sampul tersegel-----------------------------------------------------------------------19
16 desember 2013
Visum et Repertum
Yang bertanda tangan di bawah ini, Joko, dokter ahli kedokteran forensik pada bagian Ilmu
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta,
menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta Barat No.
Pol.: B/111/VR/XI/12/Serse tertanggal 12 November 2012, maka pada tanggal dua belas
November tahun dua ribu duabelas, pukul tiga lewat tiga puluh lima menit Waktu Indonesia
bagian Barat, bertempat di ruang Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana telah melakukan pemeriksaan yang menurut surat permintaan tersebut
adalah:-------------------------------------------------------------------------------------------------------------Nama
Ratih------------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin :
Perempuan------------------------------------------------------------------------
Umur
14tahun----------------------------------------------------------------------------
Kebangsaan
Indonesia--------------------------------------------------------------------------
Agama
Budha-----------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan
Pelajar-----------------------------------------------------------------------------
Alamat
HASIL PEMERIKSAAN:------------------------------------------------------------------------------1. Korban datang dalam keadaan lemas, tidak semangat, malas berbicara dengan keadaan
umum baik. Korban mengaku diajak pergi oleh teman jejaring sosialnya ke daerah
puncak pada tanggal 8 agustus 2012 . Korban diajak pergi ke suatu kafe dan setelah itu
korban tidak sadarkan diri setelah meminum minuman yang di pesankan oleh temannya-2. Pada korban ditemukan:------------------------------------------------------------------------------a. Terdapat bekas gigitan pada payudara sebelah kanan dan kiri. Berbatas tegas dan
berwarna kemerahan pucat. Bekas gigitan pada payudara kiri dan kanan terdapat pada
sekitar putting susu ------------------------------------------------------------------------------b. Ditemukannya rambut kemaluan yang saling melekat menjadi satu. Ditemukannya
bercak mani pada daerah kemaluan depan. ---------------------------------------------------c. Pada bibir bagian bawah dan atas terdapat luka lecet tanpa darah ------------------------d. Terdapat memar pada kedua pergelangan tangan dan paha -------------------------------3. Terhadap Korban Dilakukan-------------------------------------------------------------------------a. Pemeriksaan laboratorium dengan bahan pulas mulut di sela-sela gigi didapatkan
adanya sel spermatozoa.-------------------------------------------------------------------------20
b. Pemeriksaan laboratorium dengan bahan pulas lendir vagina didapatkan adanya sel
spermatozoa.--------------------------------------------------------------------------------------c. Pemeriksaan Fosfatase Asam pada baju dan celana dalam korban, tidak ditemukan
adanya perubahan warna menjadi violet.------------------------------------------------------d. Pemeriksaan Sinar Ultra Violet pada celana dalam dan baju korban dan tidak
ditemukan fluoresensi putih.--------------------------------------------------------------------e. Pemeriksaan Uji Pewarnaan Baecchi pada celana dalam dan baju korban, tidak
ditemukan adanya sel spermatozoa.------------------------------------------------------------f. Pembersihan luka/Wound Toilet.---------------------------------------------------------------g. Pemberian analgetika. ---------------------------------------------------------------------------4. Korban dipulangkan----------------------------------------------------------------------------------KESIMPULAN-------------------------------------------------------------------------------------------Pada pemeriksaan korban seorang perempuan berumur 14 tahun ini ditemukan adanya
robekan pada selaput dara dengan bercak darah mengering, luka lecet pada bibir vagina
sebelah kanan atas, sel spermatozoa pada pemeriksaan laboratorium bahan pulasan mulut dan
lendir vagina, luka memar pada kedua payudara yang tidak menimbulkan penyakit atau
halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian.------------------------------------Demikianlah Visum et Repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan
keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana.-----------------------------------------------------------------------------------------------Dokter Pemeriksa
Dr. Joko
SIP: 267
Daftar Pustaka
1. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran. Jakarta:
Pustaka Dwipar. 2007.h. 17-85.
2. Anonymous. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik FK UI. 1994.h.33-6.
3. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S, et al.
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FK UI.
1997.h.147-58.
21
22