Anda di halaman 1dari 12

Hukum Acara

Militer (A)
Kelompok IV kelas A:
Akbar Pallasaron
Ainun Hany T
Zidni Ilma Nafia
Zuma Hidayati
Indriyani
Kasus IV

 Perbuatan hukum apa ?


 Perzinahan
Karena Mr. Z telah menikah resmi
dengan Sdri. Endang Sodiatun (Saksi-
3) dan melakukan persetubuhan
dengan wanita lain yang bukan istrinya
sampai hamil dan melahirkan seorang
anak perempuan.
Melanggar Pasal
Berapa ?
 Pasal 284 KUHP
 (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
 1. a. Seorang pria yang telah kawin yang melakukan zina (overspel) padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;
 1. b. Seorang wanita yang telah kawin yang melakukan zina.
 2. a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin.
 2. b. Seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan
itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan
pasal 27 BW berlaku baginya.
 (2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/isteri
yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam
tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pidah
meja atau ranjang karena alasan itu juga.
 (3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, pasal 73, pasal 75
KUHP
 (4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang
pengadilan belum dimulai.
 (5) Jika bagi suami isteri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak
diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau
sebelum putusan yang menyatakan pisah meja atau ranjang menjadi
tetap.
Mengapa 284 KUHP ?
 HPM => Lex Specialis Derogat Legi Generali
 Dasar hukum HPM
 KUHPM pasal 2
 (Diubah dengan UU No 39 Tahun 1947) Terhadap tindak
pidana yang tidak tercantum dalam kitab undang-undang ini,
yang dilakukan oleh orang-orang yang tunduk pada kekuasan
badan-badan peradilan militer, diterapkan hukum pidana
umum, kecuali ada penyimpangan-penyimpangan yang
ditetapkan dengan undang-undang.
 KUHP => kembali lagi pada ketentuan KUHP
 UU NO 31/1997 ttg Peradilan Militer
Bagaimana uraian perbuatan sesuai pasal
yang dilanggar dan kualifikasinya ?
 perbuatan yang dilakukan oleh anggota TNI tersebut adalah
Tindak Pidana Perzinahan, karena TNI Tersebut telah
memiliki istri (telah menikah) dan melakukan persetebuhan
dengan wanita yang bukan istrinya dengan dasar suka sama
suka. Sebagaimana diatur Dalam pasal 284 KUHP mengenai
perzinahan, jadi zinah adalah persetubuhan yang dilakukan
oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin dengan laki-
laki atau perempuan yang bukan istri atau suaminya. Untuk
memenuhi kriteria perzinahan sebagiamana pasal 284 KUHP
harus dilakukan dengan dasar suka sama suka tanpa ada
paksaan dari siapapun.
 Persetubuhan adalah peraduan antara kemaluan laki-laki
dan perempuan, kemaluan laki-laki masuk ke kemaluan
perempuan dan mengeluarkan air mani.(Arrest Hooge Raad
1912)
lanjutan
 Pasal 284 KUHP adalah delik aduan yang absolut,
artinya tidak dapat dituntut apabila tidak ada
pengaduan dari pihak suami atau istri yang
dirugikan atau dimalukan.
 Meskipun belum ada pengaduan, polisi tidak
dilarang untuk memeriksa peristiwa perzinahan,
dalam hal tertentu harus mengambil tindakan untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan untuk
mencapai keamanan dan ketentraman publik.
 pasal 27 BW (diganti UU Perkawinan) =>
Pelanggaran janji setia perkawinan, laki-laki atau
perempuan hanya boleh satu istri atau suami. Dalam
UU Perkawinan diperbolehkan Poligami dengan
ketentuan tertentu.
 Melanggar Disiplin Militer
 TNI tersebut adalah pelaku zina
 Perempuannya disebut turut serta Zina
Unsur-unsur pasal yang dilanggar?
 Bahwa mengenai tindak pidana yang didakwakan oleh
Oditur Militer dalam Dakwaan Tunggal yaitu melanggar
ketentuan Pasal 284 ayat (1) ke-2 a KUHP yang
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
 Unsur ke-1 : Seorang pria.
 Unsur ke-2 : Yang melakukan perbuatan zinah.
 Unsur ke-3 : Padahal diketahui bahwa yang melakukan zina
telah nikah. Mengenai Dakwaan tersebut Majelis
mengemukakan pendapatnya sebagi berikut :
 Unsur Kesatu “Seorang pria” Bahwa yang dimaksud
“seorang pria” adalah seseorang yang berjenis kelamin laki-
laki, dimana secara fisik ada beberapa ciri antara lain :
mempunyai alat kelamin yang disebut penis, yang dapat
memberikan keturunan bagi seorang perempuan. Bagi
seorang Prajurit TNI yang berjenis laki-laki ditentukan pula
oleh pakaian seragam yang dipakainya yang sesuai dengan
seragam Prajurit TNI-AD.
lanjutan
 Unsur Kedua: “yang melakukan perbuatan zina” Bahwa yang
diartikan dengan “melakukan perbuatan zina” berarti ada
pihak sebagai turut serta. Dalam ilmu pengetahuan Hukum
Pidana delik kesusilaan dikenal juga sebagai delik
bersanding artinya delik ini hanya terjadi karena adanya dua
pihak/pelaku atau dengan kata lain persetubuhan tidaklah
terjadi seandainya hanya ada satu orang saja, jadi paling
sedikitnya harus ada dua orang/pihak pelaku yaitu apakah
kedua-duanya sebagai pezinah atau dari salah satu sebagai
pezinah dan lainnya sebagai yang turut serta. Bahwa yang
diartikan dengan “perzinahan” adalah persetubuhan yang
dilakukan oleh seseorang yang telah terikat perkawinan
dengan seseorang yang bukan suami/istrinya yang dilakukan
atas dasar suka sama suka. Bahwa yang diartikan dengan
“persetubuhan” adalah jika kemaluan seorang pria telah
masuk ke dalam kemaluan seorang wanita yang normalitas
dapat membuahkan kehamilan.
 Anggota TNI tersebut telah melakukan persetubuhan dengan
wanita yang bukan istrinya hingga hamil.
lanjutan
 Unsur Ketiga “Padahal diketahui bahwa yang yang
melakukan perbuatan zina telah nikah”.
 Bahwa unsur ini merupakan kesalahan pelaku dimana
sebelumnya (melakukan zinah) si pelaku telah
mengetahui adanya penghalang bagi teman kencannya
(yaitu adanya ikatan perkawinan). Bahwa yang dimaksud
“padahal diketahui” merupakan pengganti kata-kata
dengan sengaja yang berarti jika si pelaku sebelumnya
telah mengetahui adanya penghalang (terikat
perkawinan) dengan teman kencannya namun pelaku
tetap saja melakukan (tidak
menghindarkan/memutuskan) perbuatan itu (melakukan
zinah) maka berarti si pelaku secara sadar dan
menginsyafi atas perbuatan yang dilakukannya.
Bagaimana penjatuhan hukumannya
yang tepat?
 Adapun putusan yang dijatuhkan dalam sidang yang dibuka untuk umum adalah sebagai
berikut:
MENGADILI
 a) Menyatakan : terdakwa tersebut diatas bernama Mr. Z, Lettu Arm Nrp.
11030040970581, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana :
“PERZINAHAN”
 b) Memidana Terdakwa oleh karena itu dengan : Pidana Pokok : Penjara selama 6 (enam)
Bulan. Menetapkan selama waktu Terdakwa menjalani Penahanan dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Pidana Tambahan: Dipecat dari dinas Militer.
 c) menetapkan barang-barang bukti berupa:
 1) satu lembar foto copy Akta Nikah Lettu Hardian Sudarmono dengan Sdri. Endang
Sodiatun.
 2) Satu lembar foto anak hasil persetubuhan antara Mr. Z dengan Sdri. Wida Dian
Kencanawati.
Tersebut diatas tetap dilekatkan dalam berkas perkaranya.
 d) Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa dalam perkara ini sebesar Rp. 7.500,-
(tujuh ribu lima ratus rupiah).
 e) Memerintahkan Terdakwa ditahan.

Pidana ini dijatuhkan harus dengan pertimbangan bahwa terdakwa belum pernah
melakukan tindak pidana sebelumnya. Terdakwa dijatuhi enam bulan karena maksimal
pidana 9 bulan penjara dan terdakwa telah ditahan sejak 2 bulan yang lalu. Terdakwa juga
patut dijatuhi hukuman administrasi atau dipecat dari militer karena sudah melanggar
disiplin Tentara.
Bentuk surat
dakwaan
 Dakwaan Tunggal
 di dakwa dengan satu jenis Tindak Pidana
tanpa adanya pengganti, subsidair atau
lainnya.
 Karena Tindak Pidananya sederhana, jelas
dapat dibuktikan sesuai dakwaannya sehingga
tidak ditentukan Tindak Pidana yang lain.
Sekian, terima kasih

Anda mungkin juga menyukai