Anda di halaman 1dari 27

Skenario 3

Seorang perempuan A datang ke Anda dan menceritakan keluhannya. Ia seorang wanita


karier dan telah bersuamikan S dengan dua anak. Perkawinan telah berlangsung 12 tahun.
Pada dua bulan yang lalu A telah didatangi seorang perempuan muda B yang mengaku
sebagai “istri gelap” suaminya (S) dan ia mengatakan bahwa akibat hubungannya dengan S
telah lahir seorang anak laki-laki. B telah meminta agar S mau mengawininya secara sah
demi untuk kepentingan anak laki-lakinya, tetapi S tidak setuju. B meminta kepada A agar
mau menerimanya sebagai madunya atau setidaknya memberi nafkah bagi anak laki-lakinya.
A kemudian telah berbicara secara baik-baik dengan S tentang hal ini. S mengakui
bahwa 2 tahun yang lalu, sewaktu A sedang tugas keluar negri selama 6 bulan, ia berkenalan
seorang wanita muda di sebuah cafe, yang dilanjutkan dengan pertemuan di hotel beberapa
kali. S yakin bahwa B bukanlah wanita baik-baik dan ia menganggap bahwa hubungan S
dengan B adalah hubungan yang short time saja.
A ingin agar dokter dapat memastikan apakah benar anak laki-laki B adalah benar
berasal dari hubungannya dengan suaminya. A juga meminta pendapat dokter, apa yang harus
dilakukannya agar dapat terlaksana pemeriksaan tersebut.
Pendahuluan

Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran,
yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakkan hukum serta
keadilan. Di masyarakat, kerap terjadi pelangaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa
manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ini di tingkat
lebih lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai
ahli di bidang terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara
tindakan yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut. Dalam hal terdapat
korban, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal akibat peristiwa tersebut,
diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para
pihak yang menangani kasus tersebut. Dokter yang diharapkan membantu dalam proses
peradilan ini akan berbekal pengetahuan kedokteran yang dimilikinya yang terhimpun dalam
ilmu kedokteran forensik. Dalam perkembangannya lebih lanjut, ternyata ilmu kedokteran
forensik tidak semata-mata bermanfaat dalam urusan penegakkan hukum dan keadilan di
lingkungan pengadilan saja, tetapi juga bermanfaat dalam segi kehidupan bermasyarakat lain,
misalnya dalam membantu penyelesaian klaim asuransi yang adil, baik bagi pihak yang
diasuransi maupun yang mengasuransi, dalam membantu pemecahan masalah paternitas

1
(penemuan ke-ayah-an), membantu upaya keselamatan kerja dalam bidang industry dan
otomotif dengan pengumpulan data korban kecelakaan industry maupun kecelakan lalu lintas
dan sebagainya. Untuk dapat memberi bantuan yang maksimal bagi berbagai keperluan
tersebut diatas, seorang dokter dituntut untuk dapat memanfaatkan ilmu kedokteran yang
dimilikinya secara optimal.1

Sesuai ketentuan yang diatur di dalam KUHP, perzinahan hanya dapat terjadi jika
ada persetubuhan yang dilakukan orang yang telah terikat dengan perkawinan. Sedangkan
orang yang belum menikah dalam perbuatan ini adalah termasuk orang yang turut melakukan
(medepleger). Ancaman pidana yang ditetapkan dalam pasal 284 ayat 1 KUHP adalah pidana
penjara sembilan bulan, baik bagi pelaku yang telah menikah maupun bagi orang yang turut
serta melakukan perbuatan zinah tersebut. Selain itu pada pasal 3 UU no.1/1974 tentang
perkawinan , disebutkan bahwa suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai
seorang istri atau diperbolehkan mempunyai lebih dari satu istri apabila diizinkan oleh pihak
yang bersangkutan. Peran dokter dalam suatu kasus pembuktian perzinahan ataupun
pembuktian identitas seorang anak dalam suatu kasus adalah dengan melakukan
pemeriksaan-pemeriksan guna mendapatkan suatu bukti yang pasti tentang kasus tersebut
dalam kasus ini dokter dituntut untuk bisa membuktikan anak si B merupakan anak dari si S.

Pembahasan

Tiap sistem hukum yang ada di dunia memandang berbeda terhadap delik
perzinahan sebagai bagian dalam delik-delik mengenai kesusilaan. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan cara pandang dan nilai-nilai yang melatarbelakanginya. Sistem hukum yang
berlaku dalam masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kesusilaan, perzinahan
akan dipandang sebagai sebuah perbuatan yang asusila. Namun hal ini berbeda menurut
masyarakat yang lebih bercorak individualis. Mereka menilai perzinahan sebagai bentuk
perbuatan yang biasa dan tergantung kemauan tiap individu. Perzinahan akan dipandang
tercela jika terjadi hal itu dilakukan dalam bingkai perkawinan. Menurut ketentuan yang
diatur di dalam KUHP, perzinahan hanya dapat terjadi jika ada persetubuhan yang dilakukan
orang yang telah terikat dengan perkawinan. Sedangkan orang yang belum menikah dalam
perbuatan ini adalah termasuk orang yang turut melakukan (medepleger).2

Ancaman pidana yang ditetapkan dalam pasal 284 ayat (1) KUHP adalah pidana
penjara sembilan bulan, baik bagi pelaku yang telah menikah maupun bagi orang yang turut
serta melakukan perbuatan zinah itu. Ketentuan yang mengatur mengenai persaksian tidak

2
diatur secara khusus dalam delik perzinahan menurut KUHP. Maka sistem pembuktian delik
perzinahan sama dengan sistem pembuktian delik-delik yang lain. Artinya, alat bukti yang
digunakan dalam membuktian adanya perbuatan zina ini seperti alat-alat bukti yang telah
diatur dalam pasal 184 KUHAP, yaitu : 2

1. keterangan saksi;

2. keterangan ahli;

3. surat;

4. petunjuk;

5. keterangan terdakwa.

Selanjutnya pasal 185 ayat (3) mengatur bahwa keterangan seorang saksi saja cukup
untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan
kepadanya apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya. Pasal 284 ayat (2)
KUHP mengatur bahwa delik perzinahan adalah delik aduan absolut (absoluut klachdelicten)
yang hanya dapat dituntut atas pengaduan suami atau isteri yang tercemar dengan adanya
perzinahan itu (vide pasal 284 ayat (2) KUHP). 2

Peran dokter dalam suatu kasus pembuktian perzinahan ataupun pembuktian


identitas seorang anak dalam suatu kasus adalah dengan melakukan pemeriksaan-
pemeriksaan guna mendapatkan suatu bukti yang pasti tentang kasus tersebut dalam kasus ini
dokter dituntut untuk bisa membuktikan anak si B merupakan anak dari si S.

Aspek Hukum

Pasal 284 KUHP

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:


1.a. Seorang pria yang telah kawin yang melakukan mukah (overspel) padahal diketahui
bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;
b. Seorang wanita yang telah kawin yang melakukan mukah.
2.a. Seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang
turut bersalah telah kawin.

3
b. Seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal 27 BW berlaku
baginya.
(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/isteri yang tercemar, dan
bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti
dengan permintaan bercerai atau pidah meja atau ranjang karena alasan itu juga.
(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, pasal 73, pasal 75 KUHP
(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum
dimulai.
(5) Jika bagi suami isteri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama
perkawinan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum putusan yang menyatakan
pisah meja atau ranjang menjadi tetap.

Pada kasus ini, suaminya mengakui bahwa ia pernah bertemu dengan wanita di cafe yang
berujung pada pertemuan di hotel beberapa kali, sehingga sang suami dapat dikenakan
hukuman berdasarkan pasal 284 diatas.

Pasal 310

(1) Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan
menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum,
diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
Menurut R. Soesilo, supaya dapat dihukum menurut pasal ini, maka penghinaan itu
harus dilakukan dengan cara “menuduh seseorang telah melakukan perbuatan tertentu”
dengan maksud agar tuduhan itu tersiar (diketahui oleh orang banyak). Perbuatan yang
dituduhkan itu tidak perlu suatu perbuatan yang boleh dihukum seperti mencuri,
menggelapkan, berzina dan sebagainya, cukup dengan perbuatan biasa, sudah tentu suatu
perbuatan yang memalukan. Apabila ternyata anak laki-laki tersebut bukanlah anak dari
suaminya, maka wanita yang mengaku –ngaku istri gelap suaminya itu dapat dikenakan pasal
pencemaran nama baik, karena telah menuduh suaminya tersebut tanpa bukti.3

Pasal 311
(1) Jika yang melakukan kejahatan pencemaran atau pencemaran tertulis dibolehkan
untuk membuktikan apa yang dituduhkan itu benar, tidak membuktikannya, dan

4
tuduhan dilakukan bertentangan dengan apa yang diketahui, maka dia diancam
melakukan fitnah dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
Apabila setelah dibuktikan bahwa anak laki-laki tersebut bukanlah anak dari
suaminya, wanita tersebut juga dapat dikenakan pasal diatas tentang fitnah, karena telah
melakukan penuduhan dan hal yang dituduhkannya tidak benar.

Prosedur Medikolegal

Persetujuan tindakan medik


Peraturan menteri kesehatan No 585/menkes/Per/IX/1989 tentang persetujuan tindakan medik
Pasal 1. Pemerkes No 585/menkes/Per/IX/1989
a. Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut;
b. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa
diagnostik atau terapuetik;
c. Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh
d. Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis yang
bekerja dirumah sakit, puskesmas, klinik atau praktek perorangan/bersama.
Pasal 2. Pemerkes No 585/Menkes/per/IX/1989
1) Semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat
persetujuan.
2) Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan
3) Persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan seteah pasien mendapat
informasi yang ade kuat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta
resiko yang dapat ditimbulksnnya
4) Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan
serta kondisi dan situasi pasien.
Pasal 4 No 585/menkes/Per/IX/1989
1) Informasi tentang tindakan medik harus diberikan kepada pasien, baik diminta
maupun tidak
2) Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila dokter
menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau
pasien menolak diberikan informasi.
3) Dalam hal yang sebagaimana dimaksud ayat (2) dokter dengan persetujuan pasien
dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat dengan didampingi
oleh seorang perawat/paramedik lainnya sebagai saksi.
Pasal 12 No 585/menkes/Per/IX/1989
1. Dokter bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan tindakan
medik

5
2. Pemberian persetujuan tindakan medik yang dilaksanakan di rumah sakit/klinik yang
bersangkutan ikut bertanggung jawab.
Pasal 13 No 585/menkes/Per/IX/1989
Terhadap dokter yang melakukan tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari pasien atau
keluarganya dapat dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan surat izin praktik.

Aspek Agama

Agama Katolik mendefinisikan perzinahan menurut ajaran Kristus dalam Kitab Suci,
adalah:4

“Setiap orang yang menceraikan isterinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat
zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat
zinah.” (Luk 16:18, lih. Mrk 10:11)

“Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap
orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di
dalam hatinya.” (Mat 5:27-28)

Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

 KGK 2380 Perzinahan, artinya ketidaksetiaan suami isteri. Kalau dua orang, yang
paling kurang seorang darinya telah kawin, mengadakan bersama hubungan seksual,
walaupun hanya bersifat sementara, mereka melakukan perzinahan. Kristus malah
mencela perzinahan di dalam roh Bdk. Mat 5:27-28.. Perintah keenam dan Perjanjian
Baru secara absolut melarang perzinahan Bdk. Mat 5:32; 19:6; Mrk 10:11; 1 Kor 6:9-
10. Para nabi mengritiknya sebagai pelanggaran yang berat. Mereka memandang
perzinahan sebagai gambaran penyembahan berhala yang berdosa Bdk.Hos 2:7;Yer
5:7; 13:27.
 KGK 2381 Perzinahan adalah satu ketidakadilan. Siapa yang berzinah, ia tidak setia
kepada kewajiban-kewajibannya. Ia menodai ikatan perkawinan yang adalah tanda
perjanjian; ia juga menodai hak dari pihak yang menikah dengannya dan merusakkan
lembaga perkawinan, dengan tidak memenuhi perjanjian, yang adalah dasarnya. Ia
membahayakan martabat pembiakan manusiawi, serta kesejahteraan anak-anak, yang
membutuhkan ikatan yang langgeng dari orang-tuanya.

6
Perzinahan ini merupakan perbuatan yang melanggar kesucian ikatan perkawinan dan
makna luhur hubungan seksual antara seorang pria dan wanita. Jadi jika dijabarkan, Tuhan
tidak berkenan dengan dosa perzinahan, karena:

1. Merupakan perbuatan ketidak-setiaan.

“Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan,
kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan
berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah…” (Kol 3:5-6)

2. Merupakan perbuatan yang melanggar kesucian dan keluhuran hubungan seksual


suami istri, yang harusnya melambangkan kesatuan antara Kristus dan mempelai-Nya yaitu
Gereja-Nya (jemaat-Nya).

“Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan
ialah hubungan Kristus dan jemaat.” (Ef 5:31-32, lih. Mat 19:5-6)

3. Merupakan perbuatan ketidak- adilan; sebab keadilan mensyaratkan pembagian sesuatu


kepada pihak- pihak yang bersangkutan sesuai dengan haknya. Perzinahan melawan prinsip
keadilan ini, sebab hubungan dilakukan oleh pasangan yang tidak berhak melakukannya.
Selanjutnya, efeknyapun dapat membawa kehancuran dalam keluarga, yaitu pasangan yang
dikhianati, dan anak- anaknya. Tidak ada seorangpun dari kita yang ingin dikhianati, sebab
itu bertentangan dengan prinsip kasih dan keadilan, yang mengatakan:

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian
juga kepada mereka.” (Mat 7:12)

4. Merupakan perbuatan dosa yang dapat menyebabkan pelanggaran/ dosa yang lain,
seperti bersaksi dusta terhadap pasangan yang sesungguhnya, pemakaian alat kontrasepsi dan
bahkan pembunuhan ataupun aborsi. Kisah perzinahan Raja Daud merupakan salah satu
contohnya (lih. 2 Sam 11).

5. Merupakan perbuatan yang menjadi skandal/ batu sandungan, entah bagi umat seiman,
maupun bagi mereka yang tidak seiman dengan kita dan ini ‘menyesatkan’ karena dapat
mengakibatkan sikap merendahkan martabat perkawinan. Keluarga adalah Gereja yang

7
terkecil, yang seharusnya membagikan terang kepada dunia sekitarnya, dan bukannya malah
mengikuti arus dunia, yang seolah menyetujui/ tidak melarang perzinahan.

“Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi
celakalah orang yang mengadakannya.” (Mat 18:7)

6. Merupakan perbuatan yang merusak diri sendiri dan berdosa terhadap tubuhnya sendiri
yang seharusnya menjadi tempat kediaman Roh Kudus.

“Siapa melakukan zinah tidak berakal budi; orang yang berbuat demikian merusak diri.”(Ams
6:32)

“Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota
Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak! Atau tidak tahukah
kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh
dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: “Keduanya akan menjadi satu daging.” Tetapi
siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. Jauhkanlah dirimu
dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi
orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. Atau tidak tahukah
kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang
kamu peroleh dari Allah, –dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1 Kor 6:15-19)

7. Merupakan perbuatan yang dapat mengakibatkan seseorang kehilangan


keselamatannya, jika yang melakukannya tidak bertobat. Karena perzinahan adalah dosa
berat yang melawan hukum Tuhan, maka perbuatan ini sungguh membawa resiko pihak-
pihak yang terlibat di dalamnya kehilangan rahmat keselamatannya (Lih. Gal 5: 19-20).
Perzinahan melibatkan obyek moral yang berat, dan umumnya dilakukan atas kesadaran dan
pengetahuan yang penuh, dan dengan kehendak bebas; dan ketiga hal ini menjadikan
perzinahan sebagai dosa berat (lih. KGK 1857), yang sungguh memisahkan seseorang dari
Tuhan.

Selanjutnya, mungkin relevan di sini kita mengetahui konteks ayat Mat 19:9, di mana
Yesus mengatakan, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya,
kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.” (Mat 19:9, Mat
5:32). Namun bukan berarti karena zinah maka seseorang dapat menceraikan pasangannya

8
(istri/ suaminya) yang telah berbuat zinah. St. Clemens dari Alexandria (150-216),
mengajarkan maksud ajaran Yesus pada ayat tersebut sebagai berikut: “Zinah di sini artinya
adalah perkawinan antara mereka yang sudah pernah menikah namun bercerai, padahal
pasangannya yang terdahulu itu belum meninggal. Jadi, dalam hal ini, Yesus mengakui
perkawinan yang pertama sebagai yang sah, dan perkawinan kedua itulah yang harusnya
diceraikan agar pihak yang pernah menikah secara sah dapat kembali kepada pasangan
terdahulu.4

Menurut agama Islam, Zina (bahasa Arab : ‫الزنا‬, bahasa Ibrani : ‫ – ניאוף‬zanah ) adalah
perbuatan bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh hubungan
pernikahan (perkawinan). Secara umum, zina bukan hanya di saat manusia telah melakukan
hubungan seksual, tapi segala aktivitas-aktivitas seksual yang dapat merusak kehormatan
manusia termasuk dikategorikan zina.

Di dalam Islam, pelaku perzinaan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina muhshan dan
ghayru muhshan. Pezina muhshan adalah pezina yang sudah memiliki pasangan sah
(menikah). Sedangkan pezina ghayru muhshan adalah pelaku yang belum pernah menikah
dan tidak memiliki pasangan sah. Di bawah hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa
besar. Dalam agama Islam, hubungan seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah
dengan lelaki/perempuan yang bukan suami/istri sahnya, termasuk perzinaan. Dalam Al-
Quran, dikatakan bahwa semua orang Muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan
dilarang oleh Allah.

Tentang perzinaan di dalam Al-Quran disebutkan di dalam ayat-ayat berikut; Al Israa’


17:32, Al A’raaf 7:33, An Nuur 24:26. Dalam hukum Islam, zina akan dikenakan hukum
rajam. Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:

 Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela (tidak
dipaksa, tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian dirajam, berdasarkan
perbuatan Ali bin Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa didera dan ini lebih baik,
sebagaimana dilakukan oleh Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin
Khatthab.
 Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali. Kemudian
diasingkan selama setahun.

9
Dalam kitabnya Abdul Qodir sudah dijelaskan:

Ketika perempuan atau laki-laki berbuat zina maka dihukum dengan hukuman, yang
pertama yaitu jilid, dan kedua adalah pengasingan. Pertama, yaitu hukuman jilid, ketika
gadis/perawan berzina maka dihukum jilid 100 kali jilidan berdasarkan surat an-Nur ayat 2.
Hukuman jilid adalah dihad, yaitu hukuman yang ditetapkan, dan tidak boleh bagi hakim
(qodli) mengurangi atau menambahnya karena beberapa sebab. Kedua, yaitu pengasingan,
para ulama berbeda pendapat dalam hal ini, menurut Imam Syafii dan Imam Ahmad adalah
pengasingan dari daerah yang dijadikan untuk zina ke daerah lain. Sedangkan menurut Imam
Malik dan Abu Hanifah tahgrib adalah menahan.5

Aspek Sosial

1. Dampak Perselingkuhan
Apapun jenis perselingkuhan yang dilakukan oleh suami, dampak negatifnya terhadap
perkawinan amat besar dan berlangsung jangka panjang. Perselingkuhan berarti pula
penghianatan terhadap kesetiaan dan hadirnya wanita lain dalam perkawinan sehingga
menimbulkan perasaan sakit hati, kemarahan yang luar biasa, depresi, kecemasan, perasaan
tidak berdaya, dan kekecewaan yang amat mendalam.

Istri-istri yang amat mementingkan kesetiaan adalah mereka yang paling amat terpukul
dengan kejadian tersebut. Ketika istri mengetahui bahwa kepercayaan yang mereka berikan
secara penuh kemudian diselewengkan oleh suami, maka mereka kemudian berubah menjadi
amat curiga. Berbagai cara dilakukan untuk menemukan bukti-bukti yang berkaitan dengan
perselingkuhan tersebut. Keengganan suami untuk terbuka tentang detil-detil perselingkuhan
membuat istri semakin marah dan sulit percaya pada pasangan. Namun keterbukaan suami
seringkali juga berakibat buruk karena membuat istri trauma dan mengalami mimpi buruk
berlarut.

Secara umum perselingkuhan menimbulkan masalah yang amat serius dalam perkawinan.
Tidak sedikit yang kemudian berakhir dengan perceraian karena istri merasa tidak sanggup
lagi bertahan setelah mengetahui bahwa cinta mereka dikhianati dan suami telah berbagi
keintiman dengan wanita. Pada perkawinan lain, perceraian justru karena suami memutuskan
untuk meninggalkan perkawinan yang dirasakannya sudah tidak lagi membahagiakan. Bagi
para suami tersebut perselingkuhan adalah puncak dari ketidakpuasan mereka selama ini.

10
Bagi pasangan yang memutuskan untuk tetap mempertahankan perkawinan, dampak
negatif perselingkuhan amat dirasakan oleh istri. Sebagai pihak yang dikhianati, istri
merasakan berbagai emosi negatif secara intens dan seringkali juga mengalami depresi dalam
jangka waktu yang cukup lama. Rasa sakit hati yang amat mendalam membuat mereka
menjadi orang yang amat pemarah, tidak memiliki semangat hidup, merasa tidak percaya diri,
terutama pada masa-masa awal setelah perselingkuhan terbuka. Mereka mengalami konflik
antara tetap bertahan dalam perkawinan karena masih mencintai suami dan anak-anak dengan
ingin segera bercerai karena perbuatan suami telah melanggar prinsip utama perkawinan.

2. Proses Healing
Perselingkuhan yang dilakukan oleh suami memberikan dampak negatif yang luar biasa
terhadap istri. Berbagai perasaan negatif yang amat intens dialami dalam waktu bersamaan.
Selain itu terjadi pula perubahan mood yang begitu cepat sehingga membuat para istri serasa
terkuras tenaganya. Kondisi ini, yang bisa berlangsung selama berbulan-bulan, sama sekali
tidak mudah untuk dilalui. Salah satu perasaan yang secara intens dirasakan adalah kesedihan
dan kehilangan. Perasaan sedih semakin mendalam pada saat-saat menjelang ulang tahun
pernikahan, ulang tahun pasangan, dan tanggal pada saat terbukanya perselingkungan.
Kesedihan akibat perselingkuhan dapat dijelaskan melalui model “proses berduka” dari
Kubler-Ross yang terdiri dari 5 tahapan:

a) Tahap Penolakan
Awal tahap ini diwarnai dengan perasaan tidak percaya, penolakan terhadap informasi
tentang perselingkuhan suami. Dalam beberapa istri merasa mati rasa yang merupakan respon
perlindungan terhadap rasa sakit yang berlebihan. Bila tidak berlarut-larut, penolakan ini
menjadi mekanisme otomatis yang menghindarkan diri dari luka batin yang dalam.

b) Tahap Kemarahan
Setelah melewati masa penolakan, istri akan mengalami perasaan marah yang amat dahsyat.
Mereka biasanya akan sangat memaki-maki suami atas perbuatannya tersebut, sering
menangis, bahkan melakukan kekerasan fisik terhadap suami. Kemarahan seringkali
dilampiaskan pula kepada wanita yang menjadi pacar suami. Keinginan istri untuk balas
dendam kepada suami amatlah besar, yang muncul dalam bentuk keinginan untuk melakukan
perselingkuhan atau membuat suami sangat menderita.

c) Tahap Bargaining

11
Ketika perasaan marah sudah agak mereda, maka istri akan memasuki tahap bargaining.
Karena menyadari kondisi perkawinan yang sedang dalam masa krisis maka istri berjanji
melakukan banyak hal positif asalkan perkawinan tidak hancur. Misalnya saja berusaha untuk
lebih perhatian pada suami, menjadi pasangan yang lebih ekspresif dalam hubungan seksual,
atau lebih merawat diri. Keputusan ini kadang tidak rasional karena seharusnya pihak yang
berselingkuh yang harus memperbaiki diri dan meminta maaf.

d) Tahap Depresi
Kelelahan fisik, perubahan mood yang terus menerus, dan usaha-usaha untuk memperbaiki
perkawinan dapat membuat istri masuk ke dalam kondisi depresi. Para istri kehilangan gairah
hidup, merasa sangat sedih, tidak ingin merawat diri dan kehilangan nafsu makan. Mood
depresif menjadi semakin buruk bila istri meyakini bahwa dirinyalah yang salah dan
menyebabkan suami berselingkuh.

e) Tahap Penerimaan
Setelah istri mencapai tahap penerimaan, barulah dapat terjadi perkembangan yang positif.
Penerimaan terbagi menjadi dua tipe. Pertama, penerimaan intelektual yang artinya menerima
dan memahami apa yang telah terjadi. Kedua, penerimaan emosional yang artinya dapat
mendiskusikan perselingkuhan tanpa reaksi-reaksi berlebihan. Proses menuju penerimaan
tidak sama bagi semua orang dan rentang waktunya juga berbeda. Selain perasaan sedih dan
marah, para istri juga mengalami obsesi terhadap perselingkuhan suami. Sepanjang hari
mereka tidak bisa melepaskan diri dari berbagai pertanyaan dan detil-detil perselingkuhan.
Banyak istri yang menginterogasi suaminya berkali-kali untuk memastikan bahwa suami
tidak berbohong dan menceritakan keseluruhan peristiwa.

A. Pemeriksaan Medis
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara baik pemeriksaan
fisik yang melihat ciri – ciri fisik dari orang tuanya, misalnya warna rambut, warna kornea,
bentuk muka dan lainnya. Namun, pada pemeriksaan fisik tidak dapat ditentukan secara pasti.
Oleh karena itu diperlukan beberapa pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya
misalnya pemeriksaan paternitas.6

2. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan Golongan Darah

12
Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan penentuan golongan darah
sebagai tes penyaring apa benar seorang anak mempunyai golongan darah yang sama dengan
orang tuanya. Berikut langkah - langkah melakukan pemeriksaan laboratorium untuk
penentuan golongan darah; Ambil beberapa tetes darah yang dipisahkan dengan kotak –
kotak yang didalamnya kemudian akan diberikan antibodi dari masing – masing golongan
darah. Lihat apakah tes terjadi aglutinasi atau tidak. Yang tidak beraglutinasi terhadap anti,
itulah golongan darah anak tersebut.6

Anti A Anti B Anti AB


A + - +
B - + +
AB + + +
O - - -

+ : Aglutinasi

- : tidak aglutinasi

Ragu ayah ada berbagai kasus yang bisa muncul antaranya siapa ayah yang
sebenarnya dari seorang anak

Golongan Darah
Bayi B MNS Rhesus +
Ibu A MNS Rhesus +
Pria I AB MNS Rhesus +
Pria II O MNS Rhesus +
Pria III A MNS Rhesus +

Pria I tidak dapat disingkirkan kemungkinan menjadi ayah si anak. Sedangkan pria
II dan III pasti bukan ayah anak tersebut.

13
Kasus yang lain yang biasa muncul adalah ayah curiga bahwa anak bukanlah
anaknya yang sejati

Golongan Darah
Anak O MNS Rhesus +
Ibu A MNS Rhesus +
Pria B MNS Rhesus +

Anak tersebut pastilah bukan anak dari pria diatas

b) Pemeriksaan DNA
DNA merupakan materi genetik yang membawa informasi yang dapat diturunkan.
Setiap orang memiliki DNA yang unik. Dalam sel manusia, DNA dapat ditemukan di inti sel
dan mitokondria. Di dalam inti sel, DNA membentuk suatu kesatuan untaian yang disebut
kromosom. Setiap anak akan menerima setengah pasang kromoson dari ayah dan setengah
pasang kromosom dari ibu sehingga setiap individu membawa sifat yang diturunkan baik dari
ibu maupun ayah. Dalam hal ini ada dua tes, yaitu : 6

- Tes paternitas

Tes ini untuk menentukan apakah seorang pria adalah ayah biologis dari seorang
anak. Tes paternitas membandingkan pola DNA anak dengan terduga ayah untuk memeriksa
bukti pewarisan DNA yang menunjukkan kepastian adanya hubungan biologis.

- Tes maternitas

Tes DNA ini untuk menentukan apakah seorang perempuan adalah ibu biologis
seorang anak. Tes ini bisa dilakukan untuk kasus dugaan bayi tertukar, bayi tabung, dan anak
angkat. Selain di dalam inti sel, DNA juga bisa ditemukan di dalam mitokondria, yaitu bagian
dari sel yang menghasilkan energi. DNA mitokondria hanya diturunkan dari ibu. Keunikan
pola pewarisan DNA mitokondria menyebabkan DNA ini dapat digunakan sebagai penanda
untuk mengidentifikasi hubungan kekerabatan secara maternal/garis ibu.

14
Berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang tes paternitas dan maternitas.

 Siapa yang diperiksa?


Untuk tes paternitas yang diperiksa adalah ibu, anak, dan terduga ayah. Bisa saja
hanya ayah dan anak yang diperiksa, jika ibu biologis tidak bersedia ikut tes. Partisipasi ibu
pada tes paternitas dapat membantu separuh DNA anak, sehingga separuhnya lagi dapat
dibandingkan dengan DNA terduga ayah.

 Apa yang diperiksa?


Hampir semua sampel biologis dapat dipakai untuk tes DNA. Mulai dari buccal
swab (sel mukosa di pipi bagian dalam, diambil dengan alat khusus seperti cotton buds yang
ujungnya dilengkapi dengan sisir kecil dari karet), darah, kuku, sampai rambut. Untuk bayi,
jaringan bisa diambil dengan buccal swab atau jarum suntik kecil. Menurut Hera, yang paling
efektif adalah darah karena bisa dapat banyak DNA. Namun, kini teknik pengambilan DNA
makin lama makin sensitif, dalam arti bisa dilakukan dengan mengambil sedikit jaringan,
seperti sidik jari yang menempel di suatu benda dan bekas lipstik.

 Adakah batasan usia?


Tak ada batasan usia. Bahkan pada janin dan orang yang sudah meninggal. Pada tes
paternitas sebelum anak dilahirkan (prenatal), tes DNA dapat dilakukan dengan sampel dari
jaringan janin, umumnya pada usia kehamilan 10-13 minggu atau dengan cara amniosentesis
(tes prenatal) pada usia kehamilan 14-24 minggu. Untuk pengambilan jaringan janin ini harus
dilakukan oleh ahli kebidanan/kandungan. Ibu yang ingin melakukan tes DNA prenatal harus
berkonsultasi dengan ahli kebidanan kandungan.

 Bagaimana prosedurnya?
Setelah ditanya alasan dan latar belakangnya, klien harus menandatangani
persetujuan tes paternitas atau tes DNA lainnya di atas materai. Klien juga harus
menyerahkan identitas diri (KTP atau paspor) dan foto. Setelah itu baru diambil darahnya
dengan dihadiri saksi. Apabila anak belum dewasa, diperlukan fotokopi surat kelahiran atau
surat perwalian anak yang menyatakan terduga ayah atau wali anak memiliki hal untuk
membawa anak itu melakukan tes paternitas.6

 Seberapa akurat?
Tes DNA adalah 100 persen akurat jika dikerjakan dengan benar. Tes DNA ini
memberikan hasil lebih dari 99,99 persen probabilitas paternitas jika DNA terduga ayah dan

15
DNA anak, cocok (matched). Apabila DNA terduga ayah dan anak tidak cocok (mismatched)
maka terduga ayah yang dites, 100 persen bukanlah merupakan ayah biologis anak itu.
Dulu, konfirmasi dilakukan dengan mengulang tes terhadap terduga ayah. Kini, begitu ada
tes, dilakukan dua kali dengan dua orang pemeriksa (researcher) Jika hasil dari dua orang itu
berbeda, pasti ada kesalahan. Lalu kami cek lagi. Semua researcher sudah diperiksa DNA-
nya. Sehingga jika ada yang tidak match, jangan-jangan ada kontaminasi. Mungkin terkena
DNA si researcher.

 Bagaimana prosesnya?
Begini proses yang paling sederhana: setelah mengambil jaringan atau darah, (dalam
darah ada plasma, serum, sel-sel darah merah, sel-sel darah putih), dengan suatu detergen,
"dipecahkan" membran sel darah putih. Apapun yang ada di dalamnya akan keluar, termasuk
DNA. Sekarang ada teknologi yang bisa menggandakan sampai jutaan kali fragmen suatu
DNA yang akan diperiksa.6

 Berapa lama?
Hasil tes DNA selesai dalam waktu 12 hari kerja terhitung dari tanggal diterimanya
sampel. Selain itu, seluruh informasi pasien, mengenai tes, dan hasil tes akan dijamin
kerahasiaannya. Karena pertanyaan mengenai paternitas, sangat sensitif. Hasil tes DNA
hanya akan diberikan kepada individu yang melakukan tes. Tidak Bisa Dipaksakan Tes DNA
tidak bisa dilakukan karena paksaan dari pihak ketiga. Namun, untuk keperluan pengadilan,
jaksa dan polisi bisa meminta. Hasil tes ini hanya dapat digunakan sebagai referensi pribadi,
kecuali jika sampel yang diperiksa diambil melalui prosedur hukum (surat dari polisi atau
jaksa), maka sampel tersebut memiliki kekuatan hukum.

Ada beberapa pemeriksaan DNA yang bias dilakukan,yaitu:

1. Konsep Polimorfisme
Polimorfisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan adanya suatu bentuk
yang berbeda dari suatu struktur dasar yang sama. Jika terdapat variasi / modifikasi pada
suatu lokus yang spesifik (pada DNA) dalam suatu populasi, maka lokus tersebut dikatakan
bersifat polimorfik. Sifat polimorfik ini di samping menunjukkan variasi individu, juga
memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk membedakan satu orang dari yang
lain.

16
Dikenal polimorfisme protein dan polimorfisme DNA. Polimorfisme protein antara
lain ialah golongan darah, golongan protein serum, sistim golongan enzim eritrosit dan sistim
HLA (Huma Lymphocyte Antigen). Polimorfisme DNA merupakan suatu polimorfisme pada
tingkat yang lebih awal dibandingkan polimorfisme protein, yaitu tngkat kode genetik atau
DNA. Pemeriksaan polimorfisme DNA meliputi pemeriksaan Sidik DNA (DNA fingerprint),
VNTR (Variable Number of Tandem Repeats) dan RFLP (Restriction Fragment Length
Polymorphism), secara Southern blot maupun dengan PCR (Polymerase Chain Reaction).

Dibandingkan dengan pemeriksaan polimorfisme protein, pemeriksaan polimorfisme


DNA menunjukan beberapa kelebihan. Pertama, polimorfisme DNA menunjukkan tingkat
polimorfis yang jauh lebih tinggi, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan terhadap banyak
sistem. Kedua, DNA jauh lebih stabil dibandingkan protein, membuat pemeriksaan DNA
masih dimungkinkan pada bahan yang sudah membusuk, mengalami mummifikasi atau
bahkan pada jenazah yang tinggal kerangka saja. Ketiga, distribusi DNA sangat luas meliputi
seluruh sel tubuh, sehingga berbagai bahan mungkin untuk digunakan sebagai bahan
pemeriksaan. Keempat, dengan ditemukannya metode PCR, bahan DNA yang kurang segar
dan sedikit jumlahnya masih mungkin untuk dianalisis.6

2. Pemeriksaan DNA Fingerprint


Pemeriksaan sidik DNA pertama kali dperkenalkan oleh Jeffreys pada tahun 1985.
Pemeriksaan ini didasarkan atas adanya bagian DNA manusia yang termasuk daerah non-
coding atau intron (tak mengkode protein) yang ternyata merupakan urutan basa tertentu yang
berulang sebanyak n kali.

Bagian DNA ini tersebar dalam seluruh genommanusia sehingga dinamakan


multilokus. Bagian DNA ini dimiliki oleh smua orang tetapi masing-masing individu
mempunyai jumlah pengulangan yang berbeda-beda satu sama lain, sedemikian sehingga
kemungkinan dua individu mempunyai fragmen DNA yang sama adalah sangat kecil sekali.
Bagian DNA ini dikenal dengan nama Variable Number of Tandem Repeats (VNTR) dan
umumnya tersebar pada bagian ujung kromosom. Seperti juga DNA pada umumnya, VNTR
ini diturunkan dari kedua orangtua menurut hukum Mendel, sehingga keberadaanya dapat
dilacak secara tidak langsung dari orangtua, anak maupun saudara kandungnya.

Jeffreys dan kawan - kawan menemukan bahwa suatu fragmen DNA yang diisolasi
dari DNA yang terletak dekat dengan gen globin mansuai ternyata dapat melacak VNTR ini

17
secara simultan. Pelacak DNA (probe) multilokus temuannya ini dinamakan pelacar Jeffreys
yang terdiri dari beberapa probe, diantaranya 16.6 dan 16.15 yang paling sering digunakan.

Pemeriksaan sidik DNA diawali dengan melakukan ekstraksi DNA dari sel berinti,
lalu memotongnya dengan enzim restriksi Hinfl, sehingga DNA menjadi potongan-potongan.
Potongan DNA ini dipisahkan satu sama lain berdasarkan berat molekulnya (panjang
potongan) dengan melakukan elektroforesis pada gel agarose. Dengan menempatkan DNA
pada sisi bermuatan negatif, maka DNA yang bermuatan negatif akan ditolak ke sisi lainnya
dengan kecepatan yang berbanding terbalik dengan panjang fragmen DNA. Fragmen DNA
yang tleha terpisah satu sama lain di dalam agar lalu diserap pada suatu membran
nitroselulosa dengan suatu metode yang dinamakan metode Southern blot.6

Membran yang kini telah mengandung potongan DNA ini lalu diproses untuk
membuat DNA-nya menjadi DNA untai tunggal (proses denaturasi), baru kemudian
dicampurkan dnegan pelacak DNA yang telah dilabel dengan bahan radioaktif dalam proses
yang dinamakan hibridisasi. Pada proses ini pelacak DNA akan bergabung dengan fragmen
DNA yang merupakan basa komplemennya.

Untuk menampilkan DNA yang telah ber-hibridisasi dengan pelacak berlabel ini,
dipaparkanlah suatu film diatas membran sehingga film akan terbakar oleh adanya radioaktif
tersebut (proses autoradiografi). Hasil pembakan film oleh sinar radioaktif ini akan tampak
pada fil berupa pita-pita DNA yang membentuk gambaran serupa Barcode (label barang di
supermarket).

Dengan metode Jeffreys dan menggunakan 2 macam pelacak DNA umumnya dapat
dihasilkan sampai 20-40 buah pita DNA per-sampelnya. Pada kasus identifikasi mayat tak
dikenalm dilakukan pembandingan pita korban dengan pita orangtua atau anak-anak
tersangka korban. Jika korban benar adalah tersangka maka akan didapatkan bahwa separuh
pita anak akan cocok dengan ibunya dan separuhnya lagi cocok dengan pita ayahnya. Hal
yang sama juga dapat dilakukan pada kasus ragu ayah (disputed paternity).

Pada kasus perkosaan, dilakukan pembandingan pita DNA dari apus vagina dengan
pita DNA tersangka pelaku. Jika tersangka benar adalah pelaku, maka akan dijumpai pita
DNA yang persis pola susunannya.

18
3. Analisis VNTR Lain
Setelah penemuanny Jeffreys ini, banyak terjadi penemuan VNTR lain. Metode
pemeriksaanpun menjadi beraneka ragam dengan menggunakan enzim restriksi, sistim
labeling pelacak dan pelacak yang berbeda, meskipun semua masih menggunakan metode
Southern blot seperti metode Jeffreys.

Setelah kemudian ditemukan suatu pelacak yang dinamakan pelacak lokus tunggal (singel
locus), maka mulailah orang mengalihkan perhatiannya pada metode baru ini. Pada sistim
pelacakan dengan pelacak tunggal, yang dilacak pada suatu pemeriksaan hanyalah satu lokus
tertentu saja, sehingga pada analisis selanjutnya hanya akan didapatkan dua pita DNA saja.
Karena pola penurunan DNA ini juga sama, maka satu pita berasal dari ibu dan pita satunya
berasal dari sang ayah.

Adanya jumlah pita yang sedikit ini menguntungkan karena interpretasinya menjadi lebih
mudah dan sederhana. Keuntungan lainn adalah ia dapat mendeteksi jumlah pelaku
perkosaan. Jika pada usap vagina korban ditemukan ada 6 pita DNA misalnya, maka pelaku
perkosaan adalah 3 orang (satu orang 2 pita). Kelemahannya adalah jumlah pita yang sedikit
membuat kekuatan diskriminasi individunya lebih kecil, sehingga perlu identifikasi personal
selain kasus perkosaan, perlu dilakukan pemeriksaan dengan pelacakan beberapa lokus
sekaligus.

Secara umum, metode Jeffreys dan pelacak multilokus dianjurkan untuk kasus
identifikasi personal, sedang untuk kasus perkosaan menggunakan metode dengan pelacak
lokus tunggal.

4. Pemeriksaan RFLP
Polimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
adalah suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat adanya variasi panjang fragmen DNA
setelah dipotong dengan enzim restriksi tertentu. Suatu enzim restriksi mempunyai
kamampuan memotong DNA pada suatu urutan basa tertentu sehingga akan menghasilkan
potongan-potongan DNA tertentu. Adanya mutasi tertentu pada lokasi pemotongan dapat
membuat DNA yang biasanya dapat dipotong menjadi tak dapat dipotong sehingga
membentuk fragmen DNA yang lebih panjang. Variasi inilah yang menjadi dasar metode
analisis RFLP.6

19
VNTR yang telah dibicarakan di atas sesungguhnya adalah salah satu jenis RFLP,
karena variasi fragmennya didapatkan setelah pemotongan dengan enzim restriksi. Metode
pemeriksaan RFLP dapat dilakukan dengan metode Southern blot tetapi dapat juga dengan
metode PCR.

5. Metode PCR
Metode PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah suatu metode untuk
memperbanyak fragmen DNA tertentu secara in vitro dengan menggunakan enzim
polimerase DNA.

Kelompok Cetus pada tahun 1985 menemukan bahwa DNA yang dicampur dengan
deoksiribonukleotida trifosfat atau dNTP (yang terdiri dari ATP, CTP, TTP dan GTP), enzim
polimerase DNA dan sepasang primer jika dipanaskan, didinginkan lalu dipanaskan lagi akan
memperbanyak diri dua kali lipat. Jika siklus ini diulang sebanyak n kali, maka DNA akan
memperbanyak diri 2n kali lipat.

Yang dimaksud dengan primer adalah fragmen DNA untau tunggal yang sengaja
dibuat dan merupakan komplemen dari bagian ujung DNA yang akan diperbanyak, sehingga
dapat diibaratkan sebagai patok pembatas bagian DNA yang akan diperbanyak.6

Siklus proses PCR diawali dengan pemanasan pada suhu tinggi, yang berkisar antara
90-95 derajat Celsius (fase denaturasi). Pada suhu ini DNA untai ganda (double stranded)
akan terlepas menjadi 2 potong DNA untai tunggal (single stranded). Proses ini dilanjutkan
dengan pendinginan pada suhu tertentu (fase penempelan prier atau primer annealing) yang
dihitung dengan rumus Thein dan Walace: Suhu = 4(G + C) + 2(A + T)

G, C, A dan T adalah jumlah basa Guaninm Sitosin, Adenin dan Timin pada primer
yang digunakan. Pada fase ini primer akan menempel pada basa komplemennya pada DNA
untai tunggal tadi. Selanjutnya, siklus diakhiri dengan pemansan kembali antara 70-75 derajat
Celsius (fase ekstensi atau elongasi), yang akan membuat primer memperpanjang diri
membentuk komplemen dari untai tunggal dengan menggunakan bahan dNTP.

Pemeriksaan dengan metode PCR hanya dimungkinkan jika bagian DNA yang ingin
diperbanyak telah diketahui urutan basanya. Tahapan selanjutnya adalah menentukan dan
menyiapkan primer yang merupakan komplemen dari basa pada ujung-ujung bagian yang
akan diperbanyak. Pemeriksaan PCR sendiri merupakan suatu proses pencampuran antara
DNA cetakan (template) yang akan diperbanyak, dNTP, primer, enzim polimerase DNA dan

20
larutan buffer dalam reaksi 50 ul atau 100 ul. Campuran ini dipaparkan pada 3 suhu secara
berulang sebanyak n buah siklus (biasanya di bawah 35 siklus).6

Adanya mesin otomatis untuk proses ini membuat prosedurnya menjadi amat
sederhana. DNA hasil perbanyakan dapat langsung dianalisis dengan melakukan
elektroforesis pada gel agarose atau gel poliakrilamide.

LokusDNA yang dapat dianalisis dengan mteode PCR, meliputi banyak sekali lokus
VNTR maupun RFLP lainnya, diantaranya lokus D1S58 (dulu disebut D1S80) dan D2S44.
Metode analisis dengan PCR ini begitu banyak disukaisehingga penemuan-penemuan lokus
DNA polimorfik yang potensial untuk analisis kasus forensik terus terjadi tanpa henti setiap
saat.

Pada masa sebelum berkembangnya teknologi bio-molekuler, identifikasi personal


dilakukan hanya dengan memanfaatkan pemeriksaan polimorfisme protein, seperti golongan
darah, dengan segala keterbatasannya. Keterbatasan pertama, ia hanya dimungkinkan
dilakukan pada bahan yang segar karena protein cepat rusak oleh pembusukan. Keterbatasan
kedua, ia hanya dapat memberikan kesimpulan eksklusi yaitu "pasti bukan" atau "mungkin".

Pada metode konvensional, untuk mempertinggi ketepatan kesimpulan pada


kelompok yang tak terkesklusi, pemeriksaan harus dilakukan terhadap banyak sistim
sekaligus.6

Penemuan DNA fingerprint yang menawarkan metode eksklusi dengan kemampuan


eksklusi yang amat tinggi membuatnya menjadi metode pelengkap atau bahkan pengganti
yang jauh lebih baik karena ia mempunyai ketepatan yang nyaris seperti sidik jari.

Dengan mulai diterapkannya metode PCR, kemampuan metode ini untuk


memperbanyak DNA jutaan samapi milyaran kalomemungkinkan dianalisisnya sampel
forensik yang jumlahnya amat minim, seperti analisis kerokan kuku (cakaran korban pada
pelaku), bercak mani atau darah yang minim, puntung rokok dsb. Kelebihan lain dari
pemeriksaan dengan PCR adalah kemampuannya untuk menganalisis bahan yang sudah
berdegradasi sebagian. Hal ini penting karena banyak dari sampel forensik merupakan sampe
postmortem yang tak segar lagi.6

21
Interpretasi hasil

Setelah dilakukan pemeriksaan DNA pada tersangka ayah, anak, dan ibu maka
ketiga hasil pemeriksaan DNA tersebut dimasukkan dalam suatu tabel FCM (father child
mother). Pada setiap lokusnya, dicari fragmen DNA maternal, yaitu fragmen DNA anak yang
sama dengan salah satu fragmen DNA ibunya. Kemudian fragmen DNA anak satunya, yang
merupakan fragmen DNA paternal (berasal dari ayah) dibandingkan dengan kedua fragmen
DNA tersangka ayah. Jika ditemukan ada fragmen DNA tersangka ayah yang sama dengan
fragmen DNA paternal anak, maka pria tersebut dinyatakan mungkin merupakan anak dari
pria tersebut. Jika DNA paternal anak tidak sama dengan salah satu DNA tersangka ayah,
maka komposisi tersebut dapat dinyatakan sebagai ekslusi (2,3,4,5). Ditemukannya dua
ekslusi atau lebih pada panel 10 atau 15 lokus memastikan bahwa anak tersebut bukan anak
pria tersebut.

Contoh hasil pemeriksaan paternitas yang menunjukkan bahwa tersangka pria adalah ayah
biologis dari seorang anak.

No Lokus Tn. X Anak B Ny. M Kesimpulan

01 CSFIPO 11 , 12 11 , 11 11 ,11 Mungkin

02 FGA 12 , 15 15 , 16 16 , 18 Mungkin

03 TH01 08 , 12 08 , 11 11 , 12 Mungkin

04 TPOX 15 , 15 15 , 15 14 , 15 Mungkin

05 VWA 19 , 21 19 , 22 20 , 22 Mungkin

06 D3S1358 11 , 12 10 , 12 10 , 22 Mungkin

07 D5S818 08 , 11 09 , 11 09 , 11 Mungkin

08 D7S820 07 , 09 07 , 07 07 , 08 Mungkin

09 D8S1179 14 , 16 14 , 18 17 , 18 Mungkin

10 D13S317 12 , 14 14 , 15 15 , 15 Mungkin

11 D16S539 08 , 11 08 , 09 08 , 09 Mungkin

22
12 D18S51 14 , 16 16 , 18 15 , 18 Mungkin

13 D21S11 14 , 14 13 , 14 13 , 15.2 Mungkin

Keterangan :7

1. Pada setiap lokus (daerah) DNA yang diperiksa, setiap anak memiliki sepasang pita
DNA, yang dinyatakan sebagai angka yang menunjukkan panjangnya DNA.
2. Satu pita anak pasti ada padanannya (sama) dengan DNA ibunya (pita materal),
sedangkan satu pita lainnya pasti ada padanannya (sama) dengan DNA ayah
kandungnya (pita paternal)
3. Eksklusi artinya terdapat ketidaksesuaian (tidak sama) DNA paternal anak dengan
DNA tersangka ayah pada lokus tersebut.
4. Seorang pria dikatakan AYAH BIOLOGIS (genetik) dari seorang anak, jika pita
paternal anak sama dengan salah satu DNA pria tersebut pada setiap lokus DNA yang
diperiksa.
5. Seorang pria dikatakan BUKAN AYAH BIOLOGIS (genetik) dari seorang anak jika
dua atau lebih lokus DNA yang diperiksa didapat ada ketidaksesuaian (eksklusi) DNA
paternal anak dengan DNA pria tersebut.
6. Pada tabel diatas didapatkan pada semua lokus DNA ditemukan kesesuaian DNA
paternal anak B dengan DNA Tuan X. Hal ini menunjukkan bahwa anak B adalah
benar anak biologis Tuan X. Paternity Index 5.540.619, menunjukkan bahwa Tuan X
5.540.619kali lebih mungkin merupakan ayah biologis dari anak B dibandingkan pria
lngain yang diambil secara acak dari dalam populasi yang sama.
7. Probability of paternity pada kasus ini adalah 99,99998%.
Manfaat tes DNA

Karena sebagian DNA didapat dari ayah biologik dan sebagian lagi didapat dari ibu,
maka profil DNA seseorang menunjukkan beberapa persamaan dengan profil DNA ayah/ibu
dan saudara-saudaranya. Itulah mengapa, tes DNA ini mempunyai banyak kegunaan:

 Dapat dilakukan oleh wanita yang memerlukan bukti ayah dari anaknya kepada lelaki
yang menolak mengakui anak tersebut sebagai anaknya.
 Dapat menolong ayah yang ingin mencari kebenaran identitas anaknya demi
ketenangan pikirannya.
 Dapat menolong anak angkat yang sedang membuktikan siapa orang tua kandungnya.

23
 Dapat menolong seseorang yang mencari salah satu orang tuanya yang telah bercerai
lama.
 Dapat digunakan untuk mencari nenek moyangnya demi kepentingan klaim asuransi.
 Dapat digunakan untuk mencari tahu apakah kedua anak tersebut kembar identik atau
bukan.
 Dapat mencari tahu apakah anak mereka anak kandungnya atau bukan, terutama pada
kasus anak yang tertukar di rumah sakit.
 Dapat menentukan apakah beberapa orang tersebut saudara kandungnya atau bukan.
 Dapat digunakan untuk mencari seseorang yang terlibat dalam tindakan kriminal,
seperti pembunuhan, perampokan, ataupun pemerkosaan.8

B. Etika Profesi Kedokteran


Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu
sikap atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas.

Beauchamp and Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu


keputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral (moral principle) dan beberaoa rules
dibawahnya. Ke-4 kaidah dasar moral tersebut adalah :9

a) prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak
otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian
melahirkan doktrin informed consent.
b) prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan
ke kebaikan pasien.
c) prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memoerburuk keadaan pasien.
d) prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya.
1. Etika Klinik
Jonsen, Siegler, dan Winslade (2002) mengembangkan teori etik yang menggunakan
4 topik yang esensial dalam pelayanan klinik, yaitu :9

a) medical indication

24
dimasukkan semua prosedur diagnostic dan terapi yang sesuai untuk mengevaluasi
keadaan pasien dan mengobatinya. Penilaian aspek indikasi meis ini ditinjau dari sisi
etiknya, terutama menggunakan kaidah beneficence dan nonmaleficence. Pertanyaan
etika pada topic ini adalah serupa dengan seluruh informasi yang selayaknya
disampaikan kepada pasien pada doktrin informed consent.

b) patient preferences
perlu memperhatikan nilai (value) dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban
yang akan diterimanya, yang berarti cerminan kaidah autonomi. Pertanyaan etiknya
meliputi pertanyaan tentang kompetensi pasien, sifat volunteer sikap dan
keputusannya, pemahaman atas informasi, siapa pembuat keputusan bila pasien tidak
kompeten, nilai, dan keyakinan yang dianut pasien, dll.

c) quality of life
aktualisasi salah satu tujuam kedokteran, yaitu memperbaiki, menjaga, atau
meningkatkan kualitas hidup insani. Apa, siapa, dan bagaimana melakukan penilaian
kualitas hidup merupakan pertanyaan etik sekitar prognosis, yang berkaitan dengan
beneficence, nonmaleficence, dan autonomi,

d) contextual features
dibahas pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mempengaruhi keputusan,
seperti faktor keluarga, ekonomi, agama, budayaa, kerahasiaan, alokasi sumber daya,
dan faktor hukum.

2. Hak Pasien Dan Kewajiban Dokter


Berdasarkan hubungan kontrak di atas, muncullah hak-hak pasien yang pada
dasarnya terdiri dari 2 hak, yaitu :

1. the rights to health care


2. the rights to self determination
Secara tegas the World Medical Association telah mengeluarkan Declaration of
Lisbon on the Rights of the Patient (1991), yaitu hak memilih dokter secara bebas, hak
dirawat oleh dokter yang bebas dalam membuat keputusan klinis dan etis, hak untuk
menerima atau menolak pengobatan setelah menerima informasi yang adekuat, hak untuk

25
dihormati kerahasiaan dirinya, hak untuk mati secara bermartabat, dan hak untuk menerima
atau menolak dukungan spiritual atau moral.

UU Kesehatan menyebutkan beberapa hak pasien, sperti hak atas informasi, hak atas
second opinion, hak untuk memberikan persetujuan atau menolak suatu tindakan medis, hak
untuk kerahasiaan, hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan, dan hak untuk memperoleh
ganti rugi apabila ia dirugikan akibat kesalahan tenaga kesehatan.

Di sisi lain, para pasien juga memiliki kewajiban, demikian pula dokter juga
memiliki hak. Namun yang lebih utama dibicarakan adalah kewajiban dokter yang
dimilikinya sejak dia mengucapkan sumpah dokter. Kewajiban tersebut adalah :

1. kewajiban profesi sebagaimana terdapat dalam lafal sumpah dokter, kode etik
kedokteran, standar perilaku profesi (SOP) dan standar pelayanan medis (SPM)
2. kewajiban yang lahir oleh karena adanya hubungan dokter-pasien
UU Praktik Kedokteran pasien memiliki hak untuk mendapatkan penjelasan lengkap
tentang rindakan medis sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 45 ayat (3), meminta
pendapat dokter lain, mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis, menolak
tindakan medis, dan mendapatkan isi rekam medis. Adapun pasal 45 ayat (3) menyatakan
tentang penjelasan tersebut diatas sekurang-kurangnya meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tibdakan medis yang akan dilakukan, alternative tindakan lain dan
risikonya, risiko dan komplikasi yang dilakukan. Di sisi lain, pasien berkewajiban
memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya, mematuhi
nasihat dan petunjuk dokter, mematuhi ketentuan yang berlaku disarana pelayanan kesehatan,
dan memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

Kesimpulan

Dibutuhkan hasil pemeriksaan untuk memastikan anak laki-laki B adalah benar


berasal dari hubungannya dengan S.

26
Daftar Pustaka

1. Staf Pengajar Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu


Kedokteran Forensic. Cetakan ke-2. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 1997
2. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan hukum kedokteran. Jilid 2. Jakarta :
Pustaka Dwipar; 2007.
3. R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-
Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Politeia: Bogor.
4. http://www.katolisitas.org/4287/tentang-perzinahan. Diunduh tanggal 5 Januari 2017
5. https://zenyqq.wordpress.com/2012/12/28/hukum-perzinahan-menurut-pandangan-
islam. Diunduh tanggal 5 Januari 2017
6. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Mun’im WA, Sampurna B, Atmadja DS.
Ilmu kedokteran forensik. Edisi 2. Jakarta : Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 1997.h.200-12.
7. Asam deoksiribonukleat. http://id.wikipedia.org/wiki/Asam-deoksiribonukleat.
Diunduh tanggal 5 Januari 2017
8. Idries AM. Pedoman ilmu kedokteran forensik. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997.
9. Etika kedokteran indonesia dan penanganan pelanggaran etika di indonesia.
http://astaqauliyah.com/2006/12/04/etika-kedokteran-indonesia-dan-penanganan-
pelanggaran-etika-di-indonesia. Diunduh tanggal 5 Januari 2017

27

Anda mungkin juga menyukai