Anda di halaman 1dari 6

Tindak pidana kekerasan seksual

Tindak pidana kekerasan seksual ini baru saja disahkan melalui UU 12/2022 tanggal 3 mei mulai
berlaku.
Jenis-jenis tindak pidana seksual
1. Kekerasan seksual secara fisik
Diartikan ialah pemerkosaan dan pencabulan.
Indikasi pemerkosaan adalah adanya sperma, adanya cairan sperma di alat kelaminan
perempuan. Pemerkosaan harus ada kata PAKSA kemudian adanya HUBUNGAN
SEKSUAL. Hal ini dapat diperiksa melalui visum et repertum adalah keterangan tertulis
yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang pemeriksaan media
terhadap seorang manusia (baik hidup maupun mati) atau bagian dari tubuh manusia
(berupa temuan dan interpretasinya), di bawah sumpah untuk kepentingan peradilan.
a. Apakah pemerkosaan dalam perkawinan ada ancaman hukumannya? Bisakah
pemerkosaan dalam perkawinan terjadi?
Jdi di UU tindak pidana seksual luput dari salah satu tindak pidana pemerkosaan
dalam perkawinan tidak ada diatur dalam UU TPKS. Ini di atur di dalam KUHP
BARU.
Pasal 473 KUHP,
1) . Setiap Orang yang dengan Kekerasan atau Ancaman Kekerasan memaksa
seseorang bersetubuh dengannya, dipidana karena melakukan perkosaan,
dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.
2) Termasuk Tindak Pidana perkosaan dan dipidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi perbuatan:
a. persetubuhan dengan seseorang dengan persetujuannya, karena orang
tersebut percaya bahwa orang itu merupakan suami/istrinya yang sah;
b. persetubuhan dengan Anak;
c. persetubuhan dengan seseorang, padahal diketahui bahwa orang lain
tersebut dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya; atau
d. persetubuhan dengan penyandang disabilitas mental dan/atau disabilitas
intelektual dengan memberi atau menjanjikan uang atau Barang,
menyalahgunakan wibawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau
dengan penyesatan menggerakkannya untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan persetubuhan dengannya, padahal tentang keadaan disabilitas
itu diketahui.
3) Dianggap juga melakukan Tindak Pidana perkosaan, jika dalam keadaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dengan cara
a. memasukkan alat kelamin ke dalam anus atau mulut orang lain;
b. memasukkan alat kelamin orang lain ke dalam anus atau mulutnya
sendiri; atau
c. memasukkan bagian tubuhnya yang bukan alat kelamin atau suatu benda
ke dalam alat kelamin atau anus orang lain.
4) Dalam hal Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2)
huruf c, ayat (2) huruf d, dan ayat (3) dilakukan terhadap Anak, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit kategori IV dan paling banyak
kategori VII.
5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berlaku juga bagi Setiap
Orang yang memaksa Anak untuk melakukan Tindak Pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2) huruf c, ayat (2) huruf d, dan ayat (3)
dengan orang lain.
6) Dalam hal Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam ikatan perkawinan, tidak dilakukan penuntutan kecuali atas pengaduan
Korban.
7) Jika salah satu Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (3) mengakibatkan Luka Berat, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun.
8) Jika salah satu Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (3) mengakibatkan matinya orang, pidananya dapat ditambah
1/3 (satu per tiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
9) Jika Korban sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah Anak kandung,
Anak tiri, atau Anak di bawah perwaliannya, pidananya dapat ditambah 1/3
(satu per tiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (4).
10) Dalam hal Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (9) dilakukan secara bersama-sama dan bersekutu, atau
dilakukan terhadap seseorang dalam keadaan bahaya, keadaan darurat,
situasi konflik, bencana, atau perang, pidananya dapat ditambah 1/3 (satu per
tiga).
11) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(10) merupakan tindak pidana kekerasan seksual.

2. Pelecehan seksual Non fisik


Pasal 5 UU TPKS berbunyi: “Setiap Orang yang melakukan perbuatan seksual secara
nonfisik yang ditujukan terhadap tubuh, keinginan seksual, dan/atau organ reproduksi
dengan maksud merendahkan harkat dan martabat seseorang berdasarkan seksualitas
dan/atau kesusilaannya, dipidana karena pelecehan seksual nonfisik, dengan pidana
penjara paling lama 9 (sembilan) bulan dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).”
Apa makna seksual?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “seksual” berarti berkenaan
dengan seks (jenis kelamin) atau berkenaan dengan perkara persetubuhan antara
laki-laki dan perempuan .

3. Pemaksaan kontrasepsi
Pasal 8 UU TPKS, setiap orang yang melakukan perbuatan memaksa orang lain
menggunakan alat kontrasepsi dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,
penyalahgunaan kekuasaan, penyesatan, penipuan, membuat atau memanfaatkan kondisi
tidak berdaya yang dapat membuat kehilangan fungsi reproduksinya untuk sementara
waktu, akan dipidana karena pemaksaan kontrasepsi.
Apakah mempromosikan penggunaan alat kontrasepsi diperbolehkan?
Pasal 534 KUHP, "Barangsiapa secara terang-terangan mempertunjukkan sesuatu sarana
untuk mencegah kehamilan maupun secara terang-terangan atau tana diminta
menawarkan, ataupun secara terang-terangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa
diminta, meunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan (diensten) yang demikian
itu, diancam dengan pidana kurungan paling lama dua bulan atau pidana denda paling
banyak tiga riibu rupiah.”
Pasal 283 KUHP ayat (1), juga mengatur sanksi pidana terhadap perbuatan
mempertunjukkan sarana untuk mencegah kehamilan kepada orang yang belum dewasa.
Hal ini diancam dengan pidana penjara paling lama 9 bulan atau pidana denda paling
banyak 900rb.
Namun berdasarkan Pasal 28 UU 52/2009, “Penyampaian informasi dan/atau peragaan
alat,obat, dan cara kontrasepsi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga
lain yang terlatih serta dilaksanakan di tempat dan dengan cara yang layak.

Maka dapat disimpulkan mempromosikan alat kontrasepsi melanggar Pasal 534


KUHP, tetapi terdapat pengecualian tertentu. Pengecualian berlaku kepada tenaga
kesehatan atau tenaga lain yang terlatih untuk menyampaikan informasi.

4. Pemaksaan perkawinan
Di lombok ada namanya kawin jebak. Masyarakat sekelilingnya akan mengawinkan.
Adat ini adalah kawin tangkap. Apakah kawin tangkap termasuk tindak pidana?
Seseorang yang melakukan Kawin Tangkap atas dasar paksaan dan melakukan
perkawinan tanpa persetujuan pihak lain dengan cara kekerasan dapat dikenakan sanksi
pidana dengan pidana penjara serta ganti kerugian atas peristiwa yang dialami.

5. Tindak pidana penyiksaan seksual


Tindak pidana penyiksaan seksual adalah tindakan kekerasan seksual yang melibatkan
penggunaan kekerasan fisik atau non-fisik untuk memaksa seseorang melakukan tindakan
seksual atau memaksa seseorang untuk menonton tindakan seksual

Ketentuan Saksi Dalam Tindak Pidana Seksual

Pasal 25 UU No. 12 Tahun 2022 menyebutkan bahwa: 1. Keterangan Saksi dan/atau


Korban cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah jika disertai dengan 1 (satu)
alat bukti sah lainnya dan hakim memperoleh keyakinan bahwa benar telah terjadi tindak
pidana dan terdakwalah yang bersalah melakukannya.
Menurut Pasal 1 ayat 5 UU No. 12 Tahun 2022, saksi adalah orang yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang
suatu perkara Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri,
dan ia alami sendiri, termasuk pula orang yang dapat memberikan keterangan yang
berhubungan dengan suatu perkara Tindak Pidana Kekerasan Seksual meskipun tidak ia
dengar sendiri, tidak ia lihat sendiri, dan tidak ia alami sendiri sepanjang keterangan
orang itu berhubungan dengan Tindak Pidana Kekerasan Seksual

TPK 28 NOVEMBER 2023


UU NO 32/2009 SEBELUM UU 23/1997 , jadi sebelum uu no 32/2009 telah ada uu tentang
pengelolahan lingkungan hidup tetapi tidak seakurat dengan uu tplk tersebut tetapi berkembang
lagi ada uu cipta kerja.
Yang menjadi ambiguitas LH, adalah dimasukkannya delik lingkungan hidup dalam KUHP.
1. damping (pembuangan limbah beracun)
boleh membuang limbah ke sungai apabila sudah memilki izin dan adanya manfaat baku mutuh
2. dengan persetujuan perintahan pusat
3. tidak ditempat vital hidup masyarakat
jadi kita boleh membuang limbah, namun harus memenuhi 3 poin diatas.
apakah dibenarkan membuang limbah ketempat yang sudah tercemar,
PEMBUKTIAN dalam LH, menggunakan sainstifik evidence (pembuktian pengetahuan).
jadiorang yang membuktikan pencemaran LH adalah orang yang diberikan kewenangan pada hal
tersebut. contohnya pembuktian melalui laborotoriun.
bagaimana cara membuktikan limbah tersebut dari salah satu limbah pabrik. misalnya
ada 2 pabrik yang melakukan pencemaran?
bagaimanna cara membuktikan bahwa pabrik x lebih sedikit potensi pencemaran limbah?
INI DI UJIAN DITANYAKAN
Jadi pembuang limbah itu sebenarnya boleh yang tidak dibolehkan jika membuang limbah
tanpa izin. perbuatan membuang limbah tanpa izin itu memenuhi unsur melawan hukum, jdi
ketentuan larangan pengelolahan LH adalah melawan hukum.
Membakar hutan itu diperbolehkan tetapi dengan ketentuan tidak lebih 2 hektar ( psl 69 uu pplh).
KEPADA SIAPA PEMBERIAN PENGANTI KERUGIAN PECEMARAAN UDARA?
azas ultimum remedium
1. Penegakan hukum pidana dalam UU ini tetap memperhatikan asas ultimum remedium yang
mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya terakhir setelah penerapan
penegakan hukum administratif dianggap tidak berhasil.
Tujuan pidana denda dalam LH? jadi tujuan Penghukuman ada dapat menegakkan hukum.
agar keadilan dapat ditegakkan dalam lingkung sehingga pidana dendany harus sesuai dengan
kerusakkan yang terjdi.
Penghukuman duble track sistem, penghukuman yang tidak hanya memberikan hukuman
pokok saja tetapi ada hukuman tindakkan disitu. dalam KUHP yang dikatakan hukum tindakkan
hukuman pokok: penjara, mati, kurungan, denda, tutupan penghukuman pada pelaku LH tidak
hanya penghukuman pokok saja

KUIS
Jawaban
1. Jenis tindak pidana kekerasan seksual
a. Pelecehan seksual nonfisik
b. Pelecehan seksual fisik
c. Pemaksaan kontrasepsi
d. Pemaksaan sterilisasi
e. Pemaksaan perkawinan
f. Penyiksaan seksual
g. Eksploitasi seksual
h. Perbudakan seksual
i. Kekerasan seksual berbasis elektronik
2. Menurut saya PT Maju Mundur tidak bisa di dakwa dengan dugaan tindak pidana
pencemaran lingkungan. Karena PT Maju Mundur sebelumnya telah memiliki izin
pembuangan limbah B3 pada salah satu wilayah sumatera utara, walaupun perbuatan yang
telah dilakukan oleh PT Maju Mundur dapat dikatakan salah karena PT Maju Mundur belum
melakukan pembaharuan terhadap perpanjang izin pembuangan limbah B3 dan juga tidak
ada pemberitahuan sama sekali terlebih dahulu. Namun, dalam kasus ini tidak terbukti
terjadi pencemaran di sekitaran pabrik PT Maju Mundur sehingga PT Maju mundur tidak
dapat di dakwakan dalam kasus pencemaran lingkungan.
3. A. Bagi pelaku menurut saya ia harus mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah
dilakukannya yaitu dengan memberikan ganti rugi atas perbuatannya berupah biaya
pengobatan sampai korban pulih seperti sediakala dan juga pelaku harus meminta maaf dan
tidak akan melakukan perbuatannya kembali. Hal ini dilakukan dikarenakan pelaku
merupakan anak di bawah umur dengan usia 11 tahun, pelaku tidak dapat dipidana maupun
mendapat diversi dan usia minimal anak yang bisa dimintai pertanggung jawaban adalah 12
tahun.
B. Bagi korban, hal yang bisa dilakukan oleh orangtua korban adalah melaporkan perbuatan
anak tersebut pada kepolisian sehingga pengawasan pertanggungjawaban pelaku dapat
diawasi. Orang tua korban juga dapat meminta pertanggungjawaban ganti rugi seperti biaya
rumah sakit dan juga membuat perjanjian tertulis antara keluarga korban dengan pelaku
agar tidak mengulangi perbuatannya tersebut.

Anda mungkin juga menyukai