Nim : A1012211179
Kelas : A PPAPK
RESUME
Materi ke1
Delik biasa
Tindak pidana yang dapat dituntut tanpa diperlukan adanya suatu pengaduan
Delik aduan
Tindak pidana yang hanya dapat dituntut apabila ada pengaduan dari orang yang dirugikan
Sanksi Pidana terhadap pelaku kekerasan fisik dapat dipidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun, dalam hal ini korban mengalami jatuh sakit atau mengalami luka berat, maka dapat
dipidanapenjara paling lama 10 (sepuluh) tahun, dan apabila perbuatan tersebut
mengakibatkan malinya korban maka dapat dipidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun, apabila perbualan tersebut dilakukan oleh suami terhadap istri ataupun sebaliknya
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan atau mata
pencaharian alau kegiatan sehari-hari maka dapat dipidana penjara paling lama 4 (empat
bulan)
DATA KASUS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) PADA PEREMPUAN DAN ANAK
Tahun 2019: 114 Orang
Tahun 2020:147 Orang
Tahun 2021:159 Orang
Tahun 2022:184 Orang
Tahun 2023:128 Orang
(Jan-Agustus)
Sanksi Pidana terhadap pelaku kekerasan psikis dapat dipidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun, dalam hal perbualan tersebut dilakukan oleh suami terhadap istri alaupun sebaliknya
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan alau mala
pencaharian atau kegiatan sehari-haridapat dipidana penjara paling lama 4 ( empat bulan).
Sanksi Pidana terhadap pelaku kekerasan seksual yang masih termasuk kedalam lingkup
rumah tangga dapat dipidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun.
Materi ke 2
Definisi TPPO
Pasal 1 ayat (2) UU No. 17/2018, Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah setiap tindakan atau
serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam Undang-
Undang ini.
HARUS MEMENUHI 3 UNSUR TPPO "Perdagangan Orang merupakan kejahatan luar biasa
(extraordinary crime) yang harus diberantas"
Pasal 2 ayat (1): Barang siapa yang melakukan perekrutan, pengangkutan penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan
kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat
walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain,
untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah republik indonesia, dipidana penjara
minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun atau denda minimal rp 120.000.000,- dan maksimal
rp 600.000.000,-
Pasal 2 ayat (2): Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang
terksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana yang sama, sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)
Pasal 4
Setiap orang yang membawa warga negara indonesia (wni) ke luar wilayah negara republik
indonesia dengan maksud untuk di eksploitasi di luar wilayah republik indonesia, dipidana
dengan pidana penjara minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun dan pidana denda minimal
rp 120.000.000,- dan maksimal rp 600.000.000
Pasal 5
Setiap orang yang melakukan pengangkatan anak dengan menjanjikan sesuatu atau
memberikan sesuatu dengan maksud untuk di eksploitasi dipidana dengan pidana penjara
minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun, serta denda minimal rp 120.000.000,- dan
maksimal rp 600.000.000,-
Pasal 6
Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara
apapun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi dipidana dengan pidana penjara
penjara minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun, serta denda minimal rp 120.000.000,-
maksimal rp 600.000.000,-.
Pasal 9
Setiap orang yang berusaha menggerakkan orang lain supaya melakukan tindak pidana
perdagangan orang, dan tindak pidana itu tidak terjadi, dipidana dengan pidana penjara
minimal 1 tahun dan maksimal 6 tahun serta pidana denda minimal rp 40.000.000,- dan
maksimal rp 240.000.000,-.
Pasal 10
Setiap orang yang membantu atau melakukan percobaan untuk melakukan tindak pidana
perdagangan orang, dipidana dengan pidana yang sama, sebagaimana dimaksud dalam pasal
2, 3, 4, 5, 6.
Materi ke 3
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.
Hak Hidup
Hak Tumbuh Kembang
Hak Perlindungan
Hak Berpartisipasi
UU SPPA merupakan pengganti dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
dengan tujuan agar dapat mewujudkan peradilan yang benar-benar menjamin perlindungan
kepentingan terbaik terhadap anak yang berhadapan dengan hukum. Adapun substansi yang diatur
dalam UU SPPA antara lain mengenai penempatan anak yang menjalani proses peradilan dapat
ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) serta pengaturan secara tegas mengenai
Keadilan Restoratif dan Diversi.
Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan pelaku, korban,
keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang
adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula, dan bukan pembalasan.
Diversi dalam UU SPPA adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dalam proses peradilan pidana
ke proses di luar peradilan. Tujuan dari diversi tersebut antara lain; Mencapai perdamaian anak di
luar proses peradilan; Menyelesaikan perkaran anak di luar proses peradilan; Menghindarkan anak
dari perampasan kemerdekaan; Mendorong masyarakat untuk partisipasi; Menanamkan rasa
tanggung jawab kepada anak; Perlindungan anak berhadapan dengan hukum tercantum dalam UU.
UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA). UU SPPA merupakan salah
satu upaya perlindungan khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum yang
mengutamakan diversi dengan pendekatan restoratif.
Salah satu eleman dalam sistem perlindungan anak yang memberikan pandangan
Independen terhadap setiap masalah hukum yang berkaitan dengan anak, terutama ketika
keputusan formal perlu diambil demi kepentingan terbaik anak dalam perkars pidana,
perduta, dan administrasi dalam peradilan formal maupun informal
Merupakan bagian dari sistem Perlindungan anak yang dalam pelaksanaannya berinteraksi
secara holistic dan Integratif dengan sistem kesejahteran sosial anak dan keluarga serta
sistem perubahan perilaku sosial
Perlindungan
Keadilan
Non diskriminasi
Kepentingan terbaik bagi anak
Penghargaan pendapat anak
Kelangsungan hidup tumbuh kembang anak
Pembinaan dan pembimbingan anak
Proposional
Penghindaran pembalasan
Perampasan kemerdekaan dan pemindanaan sebagan upaya terakhir
Dukungan Parenting pengasuhan anak, konseling , dll. Pelayanan dasar lain, yaitu Kesehatan dan
Pendidikan.
Sistem Peradilan
Pengasuhan Anak, Pengadilan Anak, Perawatan, Adops, saksi anak dan korban anak