Pendahuluan
bermasyarakat dan bernegara harus sesuai dengan aturan hukum yang berlaku baik
pemerintahan, jadi dapat dikatakan bahwa setiap segi kehidupan diatur oleh hukum.
ketentuan hukum yang berlaku, baik bagi penguasa ataupun bagi pemerintah dalam
menjalankan tugas dan kewenangannya harus tunduk dan taat dengan hukum yang
berlaku. Hukum mempunyai sifat mengatur dan memaksa setiap orang, supaya
masyarakat mentaati segala ketentuan yang sudah diatur dalam hukum tersebut
1
atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan
dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang
dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi
atau mengakibatkan orang tereksploitasi.”
human trafficking sudah diatur pada pasal 297 KUHP, namun sampai sejauh ini
berani oleh para penegak hukum kita agar corak hukum pidanan kita semakin
humanis.1 Arif gosita, yang merupakan salah satu pakar hukum pidana mengatakan
bahwa sistem hukum pidana kita masih condong menyoroti sebuah kejahatan dari
sudut pandang pembuat kejahatan. Menurutnya, bahwa ada yang kurang dan tidak
seimbang jika sudut pandang korban diabaikan. Bagaimanapun juga bahwa unsur
penyebab kejahatan tidak tidak akan terjadi jika tidak ada korban.2
1
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakkan Dan Pengembangan
Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti:Bandung,1998,Hal.55
2
Arif gosita, Masalah Korban Kejahatan Edisi Pertama, Akademika Pressindo:Jakarta,
1983,Hal.87
2
pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama lima belas tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)”
“Setiap orang yang membawa warga negara Indonesia ke luar wilayah negara
Republik Indonesia dengan maksud untuk dieksploitasi di luar wilayah
negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana penjara paling singkat
tiga dan paling lama lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).”
“Setiap orang yang melakukan pengiriman anak ke dalam atau ke luar negeri
dengan cara apa pun yang mengakibatkan anak tersebut tereksploitasi
dipidana dengan pidana penjara paling singkat tiga tahun dan paling lama
lima belas tahun dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus
3
dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus
juta rupiah).”
belakangi kemiskinan dan lapangan kerja yang tidak ada atau tidak memadai dengan
besarnya jumlah penduduk, sehingga kedua hal inilah yang menyebabkan seseorang
untuk melakukan sesuatu, yaitu mencari pekerjaan meskipun harus keluar dari daerah
asalnya dengan resiko yang tidak sedikit. Kemiskinan yang begitu berat dan langkanya
dalam dan ke luar negeri guna menemukan cara agar dapat menghidupi diri mereka dan
sebagai penerima para korban perdagangan orang dari Indonesia relatif lebih kaya dari
Indonesia seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, Thailand dan Saudi Arabia. Oleh
karena itu orang yang bermigrasi memiliki harapan akan lebih sejahtera jika bermigrasi
ke negara lain.
Banyak orang yang bermigrasi untuk mencari kerja baik di Indonesia ataupun
di luar negeri tidak mengetahui adanya bahaya perdagangan orang dan tidak
mengetahui cara-cara yang dipakai untuk menipu atau menjebak mereka dalam
dengan pendidikan yang terbatas memiliki lebih sedikit keahlian/skill dan kesempatan
kerja dan mereka lebih mudah ditrafik karena mereka bermigrasi mencari pekerjaan
3
Farhana, Aspek Hukum Perdagangan Orang di Indonesia, Sinar Grafika: Jakarta, 2010,
Hal.145
4
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 juga merumuskan mengenai ruang
1. Membawa Warga Negara Indonesia (WNI) ke luar wilayah NKRI untuk tujuan
eksploitasi;
maksud eksploitasi;
3. Mengirimkan anak ke dalam atau ke luar negeri dengan cara apa pun; dan setiap
orang yang menggunakan atau memanfaatkan korban TPPO dengan cara melakukan
mengambil keuntungan;
4. Setiap orang yang memberikan dan memasukan keterangan palsu pada dokumen
5. Setiap orang yang memberikan kesaksian palsu, menyampaikan bukti palsu atau
6. Setiap orang yang menyerangan fisik terhadap saksi atau petugas dipersidangan
perkara TPPO; setiap orang yang mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara
Pengadilan terhadap tersangka, terdakwa, atau saksi dalam perkara TPPO; setiap
7. Setiap orang yang memberikan identitas saksi atau korban padahal seharusnya
dirahasiakan. 4
Jika kita melihat mengenai ruang lingkup tindak pidana perdagangan orang
atau kejahatan perdagangan orang (human trafficking) maka dapat kita ambil
4
Ibid, Hal.98-99.
5
kesimpulan bahwa sesuai dengan ruang lingkup tindak pidana perdagangan orang
seperti yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 angka ke 3 yang
mana isinya adalah setiap orang yang menggunakan atau memanfaatkan korban tindak
dapat dikatakan mempekerjakan orang untuk dikerjakan sebagai penjaja seksual juga
merupakan tindak pidana perdagangan orang. Hal ini dapt dilihat dari banyaknya
pekerja seks dari luar kalimantan yang didatangkan dan dipekerjakan oleh mucikari
untuk melayani para pria hidung belang yang ada di Kalimantan Tengah. Sebagai
contoh dapat dilihat dari surat kabar elektronik mana mana memberitakan Polda
Sulawesi Utara mengungkap kasus perdagangan orang atau human trafficking yang
terjadi lintas pulau Sulawesi dan Kalimantan. Kasus perdagangan orang ini terjadi di
wilayah Kalimantan Tengah pada Kamis tanggal 2 bulan Juni Tahun 2022) lalu.
(27), warga Kota Manado, Sulut, dan SK (38), warga Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Sedangkan korbannya adalah dua orang perempuan di bawah umur yakni, RD (13) dan
mengetahui lebih jauh dalam hal tindak pidana perdagangan orang, oleh karena itu
penulis mengangkat hal tersebut dalam karya ilmiah berupa skripsi dengan judul
PERDAGANGAN ORANG.
5
https://www.liputan6.com/regional/read/5026929/nestapa-2-gadis-belia-asal-manado-
dijadikan-pekerja-seks-di-kalimantan-tengah, diakses pada tanggal 10 Januari 2022, pukul 19.l24
WIB
6
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
orang?
perdagangan orang?
sebagai berikut:
7
tindak pidana perdagangan orang dan perlindungan hukum terhadap korban
3. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada
Metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Jenis Penelitian
penyebaran suatu gejala atau untuk menentukan apakah ada adalah hubungan
antara suatu gejala dengan gejala lain dalam suatu masyarakat. Penulis ingin
8
2. Metode Pendekatan
orang.
3. Tahapan Penelitian
a. Penelitian Kepustakaan
9
c) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan
1). Kepolisian
2). Pengadilan
10
penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan orang dan
terpimpin dengan responden dimana penulis tidak terikat pada teks dengan
(responden).
Dari data yang diperoleh baik dari hasil studi kepustakaan, observasi
dan wawancara, akan diolah atau dianalisis dengan metode kualitatif yang
secara tertulis ataupun lisan dan perilaku nyata, yang akan menarik
11
6. Lokasi Penelitian
E. Sistematika Penulisan
Penulisan Proposal Skripsi ini bertolak dari masalah pokok seperti telah
berikut :
BAB I Merupakan bagian pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah,
orang.
12
13
PERDAGANGAN ORANG
pemikiran selalu dengan force untuk menegakkan hukum dan hanya terkait dengan
pidana saja yang dikuatkan dengan kebiasaan menyebut penegak hukum ialah
pidana, atau perdata, hingga tercapai hukum dan aturan yang tertata bagi umum dan
individu.6
Ada tiga komponen sistem hukum syarat penegakan hukum dikatakan berhasil:
1. Struktur hukum
Bergerak dalam sistem atau fasilitas yang ada dan di siapkan. Jadi
dan putusan hakim pada isu nasional yang tak selesai-selesai dan
6
Jur Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008,Hal. 48.
14
Barito Utara.7
2. Substansi hukum
Aturan yang mengatur suatu perbuatan pidana, dalam hal ini yang
7
Hasil wawancara dengan Penyidik Pembantu Brigadir Nur Cholifah Yuli Astuti,
87071766 unit PPA di Polresta Palangka Raya, pada hari Senin 17 April 2023, Pukul. 10.15 WIB
15
3. Budaya hukum
masih suka melawan hukum, tidak disiplin dan taat pada hukum,
pada orang yang tepat atau tidak mimiliki badan hukum dalam
Terkait dengan penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan orang yang
mengenakan ancaman pidana sebagaimana yang sudah diatur di dalam pasal 297
KUHP, namun sampai sejauh ini masih belum dirasakan kemanfaatannya. Selain
itu juga menggunakan peraturan yang lebih khusus terkait dengan perdagangan
8
Moh Hatta, Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana umum dan Pidana Khusus,
Yogyakarta: Liberty Cet.1, 2009,Hal.51
16
orang dirasa masih belum maksimal karena jika dilihat dari unsur subtansi polisi
yang merupakan garda terdepan dalam penegakan hukum tidak bersifat aktif untuk
mencegah tindak pidana perdagangan orang. Hal itu dapat dibuktikan dengan masih
seperti yang dapat dilihat pada tempat hiburan malam atau di sepanjang jalan lintas
Palangka Raya. Tidak ada upaya aktif yang dilakukan oleh polisi untuk menindak
pelaku tindak pidana perdagangan orang. Polisi akan melakukan penegakan hukum
jika ada laporan dari korban atau kejadia sudah tersebar di masyarakat, baru polisi
bertindak melakukan penegakan hukum, dari unsur subtansi sudah ada aturan
hukumnya yaitu pasal 297 KUHP dan mulai dari pasal 2 sampai dengan pasal 6
Perdagangan Orang.
18
oleh orang lain dan perlindungan ini diberikan kepada masyarakat agar mereka
dapat menikmati semua hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain
hukum. aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman baik lahir maupun
batin terhadap gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.9 Perlindungan
hukum merupakan penyempitan dari arti perlindungan, dalam hal ini hanya
perlindungan oleh hukum. Perlindungan yang diberikan oleh hukum juga terkait
dengan adanya hak dan kewajiban, dalam hal ini hak dan kewajiban yang dimiliki
oleh orang sebagai subjek hukum dalam interaksinya dengan sesama manusia dan
untuk menuntut.10
kurang serius. Produk hukum yang menjadi lokomotif utama dan fundamental
penegakan hukum yaitu KUHP masih cenderung tidak berpihak pada korban,
memberikan efek jera bagi para pelaku tindak pidana perdagangan orang.
9
Satjipto Rahardjo, Penyelenggaraan Keadilan dalam Masyarakat yang Sedang Berubah.
Jurnal Masalah Hukum, Hal.74
10
CST Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka
,Jakarta,1989,Hal.102
19
20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
belum maksimal karena jika dilihat dari unsur subtansi polisi yang merupakan
garda terdepan dalam penegakan hukum bersifat pasif untuk mencegah tindak
pidana perdagangan orang. Hal itu dapat dibuktikan dengan masih banyaknya
yang dapat dilihat pada tempat hiburan malam atau di sepanjang jalan lintas
Palangka Raya. Tidak ada upaya aktif yang dilakukan oleh polisi untuk
penegakan hukum jika ada laporan dari korban atau kejadia sudah tersebar di
subtansi sudah ada aturan hukumnya yaitu pasal 297 KUHP dan Undang-
Perdagangan Orang tepatnya pada pasal 2 sampai dengan pasal 6. Dari unsur
kultur atau budaya yang mana masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
hak asasi manusia itu sendiri yang didak boleh memperlakukan orang lain
dengan curang bahkan mempekerjakan orang lain diluar hal yang sewajarnya,
sedangkan untuk korban sendiri tidak berani untuk melaporkan atas suatu hal
kejahatan yang melanggar aturan baik itu secara agama, kebiasaan, adat istiadat
maupun hukum yang berlaku baik secara internasional maupun hukum yang
berlaku di negara Indonesia. Oleh karena itu korban dari tindak pidana
adalah pihak yang lemah dan harus mendapatkan perlindungan hukum baik dari
untuk mendapatkan keadilan hukum yang sebanding denga napa yang sudah
B. Saran
kejam karena yang diperdagangkan bukan barang akan tetapi orang dengan
dengan ancaman kekerasan yang diterima oleh korban, oleh karena itu
hendaknya apparat penegak hukum dapat memberikan sanksi yang berat kepada
orang agar dapat segera melaporkan tindak pidana perdagangan orang tersebut
kepada pihak penegak hukuim agar segera dilakukan Tindakan hukum terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Andi Sofyan dan Nur Azisa, Hukum Pidana, Pustaka Pena Press, Makassar, 2016.
CST Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Balai Pustaka
,Jakarta,1989.
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung, 2011.
Moh Hatta, Beberapa Masalah Penegakan Hukum Pidana umum dan Pidana
Khusus, Yogyakarta: Liberty Cet.1, 2009.
Romli Atmasasmita dan Kodrat Wibowo, Analisis Ekonomi Mikro Tentang Hukum
Pidana Indonesia, Prenadamedia Group, Jakarta,2016.
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Politik Hukum Pidana: Kajian
Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi,Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2005.
Peraturan Perundang-Undangan
24
Internet
https://www.liputan6.com/regional/read/5026929/nestapa-2-gadis-belia-asal-
manado-dijadikan-pekerja-seks-di-kalimantan-tengah.
http://achmadrhamzah.blogspot.co.id/2011/01/skripsi-hukum-tinjauan-
yuridis.html diakses pada tanggal 10 Juli 2022, pukul 09.00 WIB
http://www.tenagasosial.com/2013/08/unsur-unsur-tindak-pidana.html diakses
pada tanggal tanggal 11 Juli 2022, pukul 11.00 WIB
Hasil wawancara dengan Penyidik Pembantu Brigadir Nur Cholifah Yuli Astuti,
87071766 unit PPA di Polresta Palangka Raya, pada hari Senin 17 April
2023, Pukul. 10.15 WIB