Disusun Oleh :
Tiara Pia Amelia (P27824423216)
Kelas:
Alih Jenjang STR Kebidanan Suraba Kelas B
Para WNI tersebut berangkat ke Myanmar melalui beberapa negara dan secara ilegal.
Beberapa korban dibawa ke Malaysia lalu ke Bangkok, dan yang lainnya langsung ke
Thailand dari Bandara Soekarno Hatta. Awalnya para korban mendapat tawaran pekerjaan
dari kerabat dekat, teman, maupun kenalan ke Thailand. Tawaran pekerjaan itu berasal dari
informasi para pelaku. Para korban yang tertarik kemudian diwawancara oleh pelaku via
panggilan video. Kemudian, para pelaku mengelabui pihak Imigrasi terkait visa kerja para
korban yang belum diterbitkan dengan alasan wawancara hingga seleksi terkait pekerjaan.
Para pelaku menyebut visa kerja akan diurus di Thailand setelah para korban lolos seleksi.
Para korban dibekali tiket pulang dari Thailand jika tak lolos seleksi sehingga pihak imigrasi
mempercayai modus dari para pelaku tersebut.
Setelah dibawa ke Myanmar, para koban dijanjikan bekerja sebagai marketing
operator online dengan gaji antara Rp12 - 15 juta di luar komisi jika mencapai target. Dalam
surat perjanjian kerja berbahasa China, korban dijelaskan oleh pelaku harus bekerja selama
12 jam per hari dan memperoleh cuti 6 bulan sekali untuk kembali ke Indonesia. Padahal,
klausul dalam perjanjian kerja tersebut faktanya berbeda. Korban dieksploitasi tanpa
terpenuhi hak-haknya sebagai pekerja. Korban diketahui bekerja dari pukul 20.00 sampai
dengan 14.00 atau 16-18 jam dengan gaji Rp3 juta. Namun, beberapa korban mengaku tidak
mendapatkan gaji.
Keadaan masyarakat yang makin memburuk dan terlihat jelas membuat pemerintah
harus perperan lebih ekstra dalam menjalankan sebuah sosialisasi maupun pemahaman umum
terhadap masyarakat di sekitar lingkungan mereka. Tak hanya itu, kegiatan sosialisasi dapat
dilakukan di sekolah-sekolah, mengingat anak-anak merupakan termasuk korban utama
dalam kegiatan perdagangan manunsia. Maksud sosialisasi dan seminar-seminar ini
dilakukan agar masyarakat menyetahui Pasal 297 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
menyatakan yang bahwa : “Memperdagangkan perempuan dan laki-laki yang belum dewasa,
dihukum penjara paling lama enam tahun ”. Dan Pasal 65 Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan bahwa : “Setiap anak berhak untuk
memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan pelecehan seksual, penculikan,
perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya”, melindungi orang dari eksploitasi dan perdagangan orang,
menyelamatkan dan merehabilitasi korban perdagangan orang, menemukan akibat tragis dari
kejahatan perdagangan orang, meningkatkan pengetahuan untuk menangani perdagangan
orang, dan melawan pelakunya mengambil tindakan dan mendukung perdagangan orang.
Pemerintah harus memperkuat kerjasama dengan organisasi nasional, negara sahabat
hingga organisasi internasional untuk memiliki lebih banyak sumber daya untuk memerangi
perdagangan manusia yang telah menjadi kejahatan terorganisir transnasional. Pemerintah
secara khusus memperhatikan perlindungan korban, mendorong aparat dan masyarakat untuk
mengupayakan tindakan hukum yang lebih tegas terhadap para pelaku perdagangan manusia
untuk menciptakan efek jera. Ada juga upaya peningkatan kesadaran yang sedang
berlangsung, kampanye dan upaya peningkatan kesadaran publik untuk mencegah manipulasi
kelompok rentan dalam perdagangan manusia serta pemberdayaan perempuan dan anak
dalam bidang ekonomi.