Pritadevi
Latar Belakang
Dunia memperingati tanggal 2 Desember sebagai Hari
Penghapusan Perbudakan Internasional setiap tahunnya.
Modernisasi tak lantas secara otomatis menjadikan
perbudakan sebagai bagian dari sejarah manusia yg tinggal
kenangan. Faktanya hingga kini perbudakan masih saja
terjadi dalam berbagai bentuk. Perbudakan yg mendorong
terjadinya perdagangan manusia (human trafficking/
trafficking in person) merupakan salah satu bentuk
kejahatan terhadap kemanusiaan.
Secara historis, perdagangan manusia dapat dikatakan
sebagai perbudakan & juga melanggar HAM. Pelanggaran HAM
yg dimaksud seperti kerja paksa, eksploitasi seksual &
tenaga kerja, kekerasan, serta perlakuan sewenang-wenang
terhadap para korbannya. Keprihatinan berbasis HAM
tersebut perlu juga menjadi keprihatinan yg inklusif-
gender. Gender dianggap faktor penentu dalam perdagangan,
Latar Belakang – Cont’d
Berdasarkan laporan dari IOM disebutkan bahwa jumlah
korban perdagangan manusia di Indonesia pada tahun 2005-
2017 mencapai 8876 orang. Perempuan menduduki peringkat yg
paling besar, diikuti oleh korban anak-anak di bawah umur
yg mencapai 15% atau sebanyak 1.155 orang. UNICEF
memperkirakan, terdapat 100.000 perempuan & anak di
Indonesia diperdagangkan setiap tahun untuk eksploitasi
seksual komersial di Indonesia & di luar negeri. Sekitar
30% perempuan pelacur di Indonesia di bawah usia 18 tahun
& sebanyak 40.000-70.000 anak jadi korban perdagangan
manusia. Pada tahun 2017, Direktorat Tindak Pidana Umum
(Dittipidum) Bareskrim Polri berhasil memulangkan 1083
korban perdagangan manusia. Dari jumlah tersebut, sebanyak
1078 orang adalah perempuan dewasa & sisanya adalah anak-
anak.
Rentetan data tersebut adalah kasus yg tercatat &
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yg telah dikemukakan
tersebut, maka yang menjadi perumusan masalah
adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan perdagangan manusia?
2. Bagaimanakah penerapan instrumen hukum dan HAM
dalam suatu studi kasus mengenai perdagangan
manusia?
Pengertian Hak Asasi Manusia
HAM dapat didefinisikan sebagai milik atau
kepunyaan yang bersifat mendasar atau pokok yg melekat
pada seseorang sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
HAM adalah hak-hak dasar yg melekat pada diri manusia
secara kodrati, universal & abadi, meliputi hak untuk
hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan diri, hak
keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak
keamanan, & kesejahteraan yg oleh karena itu tidak
boleh diabaikan atau dirampas oleh siapapun.
Pada awalnya Indonesia hanya berpatokan pada
ketentuan PBB, yaitu Deklarasi Universal HAM pada
tanggal 10 Desember 1948. Kemudian pemerintah telah
mengesahkan UU No. 39 Tahun 1999 yg khusus mengatur
tentang masalah HAM.
Pengertian Hak Asasi Manusia – Cont’d
Berdasarkan beberapa pasal yg mengatur HAM dalam
deklarasi PBB & UUD 1945 untuk dapat berlaku secara
efektif, maka hak asasi tersebut harus dipertahankan &
dilindungi, & sebagai konsekuensinya harus diatur dalam
hukum positif yg berupa peraturan hukum sebagai bagian
dari hukum nasional.
Beberapa kebijakan dalam peraturan hukum HAM yg
dilaksanakan pemerintah Indonesia, diantaranya: Perubahan
kedua UUD Tahun 1945; Tap MPR No. XVII Tahun 1998 tentang
HAM yg dianggap sebagai piagam HAM Nasional; UU Nomor 5
Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi anti penyiksaan,
perlakuan atau penghukuman yg kejam, tidak manusiawi &
merendahkan martabat; & UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM. Dalam UU ini dimuat norma-norma HAM Internasional
secara lengkap baik dari instrumen-instrumen HAM yg telah
& belum diratifikasi. Secara tegas pula, dalam salah satu
Pengertian Perdagangan Manusia
Menurut Protokol PBB Pasal 3, yg dimaksud dengan perdagangan
manusia adalah:
“Rekrutmen, transportasi, pemindahan, penyembunyian, atau
penerimaan orang-orang, dengan ancaman atau tindakan kekerasan
atau bentuk paksaan lainnya, dengan penculikan, pemalsuan,
penipuan, atau dengan penyalahgunaan kekuasaan pada posisi yang
lebih lemah atau dengan menerima bayaran atau keuntungan
lainnya agar memperoleh persetujuan dari seseorang yang
memiliki kendali atas orang lain, demi tujuan eksploitasi”
Kemudian UU No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang (PTPPO) dalam Pasal 1 angka 1 menyebutkan:
“Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau
posisi rentan, penjeratan utang, atau memberi bayaran atau
manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yg memegang
Pengertian Perdagangan Manusia – Cont’d
Keppres No. 88 Tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Perdagangan (Trafficking) Perempuan & Anak
memberikan definisi trafficking perempuan & anak sebagai:
“Segala tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah dan
antar negara, pemindah-tanganan, pemberangkatan,
penerimaan dan penampungan sementara atau di tempat
tujuan, perempuan & anak. Dengan ancaman, penggunaan
kekerasan verbal & fisik, penculikan, penipuan, tipu
muslihat, memanfaatkan posisi kerentanan (misalnya ketika
seseorang tidak memiliki pilihan lain, terisolasi,
ketergantungan obat, jebakan hutang, dll), memberikan atau
menerima pembayaran atau keuntungan, dimana perempuan &
anak digunakan untuk tujuan pelacuran & eksploitasi
seksual (termasuk phaedopili), buruh migran legal maupun
ilegal, adopsi anak, pekerjaan jermal, pengantin pesanan,
pembantu rumah tangga, mengemis, industri pornografi,
Pengertian Perdagangan Manusia – Cont’d
Dari definisi tersebut terdapat tiga unsur utama perdagangan
manusia, yaitu :
1.Memindahkan orang, baik di dalam maupun di luar batas negara
(termasuk perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan atau penerimaan);
2.Cara-caranya melawan hukum (termasuk ancaman, penggunaan
kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang
atau memberi bayaran atau manfaat sehingga memperoleh
persetujuan dari orang yg memegang kendali atas orang lain
tersebut).
3.Tujuannya eksploitasi atau menyebabkan orang tereksploitasi.
Definisi Eksploitasi dalam Pasal 1 angka 7 UU No. 21 Tahun 2007
tentang PTPPO, yaitu :
“Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan
korban yg meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran, kerja
atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik serupa
Pengertian Perdagangan Manusia – Cont’d
Bentuk-bentuk eksploitasi dalam UU No. 21 Tahun 2007 Pasal 1
angka 10, 11, 12, 13, 16, 17 dijabarkan dapat meliputi
paling tidak yaitu :
1. Eksploitasi untuk melacurkan orang lain atau bentuk-
bentuk lain dari eksploitasi seksual.
2. Kerja atau pelayanan paksa
3. Perbudakan atau praktek-praktek yg serupa dengan
perbudakan
4. Penghambaan
5. Pengambilan organ-organ tubuh