Anda di halaman 1dari 12

Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Perdagangan Orang (Human

Trafficking)

“Diajukan sebagai salah satu syarat akhir guna memperoleh gelar Sarjana

Hukum”

Nama: Nadya Chrysilla Bernard

Nim: 2016-050-077/12016001273

Dosen fasilitator: Dr. iur. Asmin Fransiska, SH., LLM.

No Telp: 081310158124

Peminatan: Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Katolik Indonesia

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tindak pidana perdagangan orang adalah bentuk modern dari perbudakan

manusia. Tindak pidana perdagangan orang juga merupakan salah satu bentuk perlakuan

terburuk dari pelanggaran harkat dan martabat manusia. Bertambah maraknya tindak

pidana perdagangan orang di berbagai negara, termasuk Indonesia dan negara-negara

berkembang lainnya, telah menjadi perhatian Indonesia sebagai bangsa, masyarakat

internasional dan anggota organisasi internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa

(PBB).

Berdasarkan bukti empiris, perempuan dan anak adalah kelompok yang paling

banyak menjadi korban tindak pidana perdagangan orang. Korban diperdagangkan tidak

hanya untuk tujuan pelacuran atau bentuk eksploitasi seksual lainnya, tetapi juga mencakup

bentuk eksploitasi lain, misalnya kerja paksa atau pelayanan paksa, perbudakan atau

praktek serupa perbudakan itu. Pelaku tindak pidana perdagangan orang melakukan

perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan orang untuk

tujuan menjebak, menjerumuskan atau memanfaatkan orang tersebut dalam praktek

eksploitasi dengan segala bentuknya dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,

penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan atau

memberi bayaran atau manfaat sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang

memegang kendali atas korban.


Bentuk-bentuk eksploitasi meliputi kerja paksa atau pelayanan paksa,

perbudakan dan praktek-praktek serupa perbudakan. Kerja paksa atau pelayanan paksa

adalah kondisi kerja yang timbul melalui cara, rencana atau pola yang dimaksudkan agar

seseorang yakin bahwa jika ia tidak melakukan perbuatan tertentu, maka ia atau orang yang

menjadi tanggungannya akan menderita baik secara fisik maupun psikis. Perbudakan

adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktik serupa perbudakan

adalah tindakan menempatkan seseorang dalam kekuasaan orang lain sehingga orang

tersebut tidak mampu menolak suatu pekerjaan yang secara melawan hukum diperintahkan

oleh orang lain itu kepadanya, walaupun orang tersebut tidak menghendakinya.

Perdagangan orang menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun

2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah tindakan

perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan

seseorang dengan ancaman kekerasan, penculikan penyekapan, pemalsuan, penipuan,

penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau

manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang

lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan

eksploitasi atau mengakibatkan orang terkesploitasi.

Berdasarkan pengertian perdagangan orang tersebut di atas, maka dirumuskanlah

pengertian tindak pidana perdagangan orang, yan gmana menurut Pasal 1 angka 2 Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

pengertian tindak pidana perdagangan orang adalah setiap tindakan atau serangkaian

tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan oleh dalam undang-

undang ini.
B Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diurmuskan masalah

yang akan menjadi penyusunan rangka dalam proposal skripsi ini adalah:

1. Bagaimana pertimbangan hukum majelis hakim dalam penjatuhan pidana terhadap

pelaku tindak pidana dalam perkara Nomor 29/Pid.Sus/2014/PN.KB?

2. Apakah penegakan hukum di Indonesia bersikap adil terhadap seluruh elemen

masyarakat?

3. Apakah penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan orang (Human

Trafficking) dapat mencegah terjadinya perdagangan orang (Human Trafficking)?

C Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak untuk dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pertimbangan hukum oleh hakim dalam menjatuhkan pidana

terhadap pelaku dalam Putusan Nomor 29/Pid.Sus/2014/PN.KB

2. Untuk mengetahui apakah penegakan hukum di Indonesia terhadap tindak

pidana perdagangan orang bersikap adil serta dapat mencegah terjadinya

perdagangan orang.

D Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan saran-saran yang berguna

bagi pemerintah serta instansi-instansi hukum yang terkait, dalam memberikan

perlindungan hukum terhadap anak-anak korban perdagangan serta untuk mengkaji dari
sisi hukum tentang dasar pertimbangan hukum oleh hakim dalam menjatuhkan suatu

hukuman terhadap kasus perdagangan orang.

BAB II

Tinjauan Pustaka

A Tinjauan Umum tentang Anak

Anak merupakan amanah sekaligus karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang

diberikan kepada kita, yang senantiasa harus kita jaga dan rawat karena di dalam diri anak

tersebut melekat harkat, martabat, dan hak-hal sebagai manusia yang harus dijunjung

tinggi. Serta jika dilihat dari sisi khidupan berbangsa dan bernegara, anak merupakan masa

depan bangsa dan negara, anak juga merupa kan generasi penerus cita-cita bangsa,

sehingga setiap anak berhak atas keberlangsungan hidupnya untuk tumbuh dan terus

berkembang, begitu pula untuk berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari itndak

kekerasan dan diskriminasi, serta hak sipil dan kebebasan.

Pengertian dalam Kamus Hukum mengatakan bahwa anak adalah setiap anak

yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang

masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.1

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang

dapat menjaminnya anak tersebut dalam pertumbuhan dan perkembangannya dengan

wajar, baik secara rohani maupun jasmani serta secara sosial. Usaha kesejahteraan anak

usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak

terutama dalam memenuhi kebutuhan pokok anak.

1
Soesilo Prajogo, Kamus Hukum Internasional&Indonesia, Jakarta: Wacana Intelektual, 2007 hal 32.
Anak adalah makhluk sosial sama seperti orang dewasa. Anak juga

membutuhkan orang lain untuk dapat membantunya mengembangkan kemampuannya,

karena anak lahir dengan segala kelema han sehingga tanpa orang lain anak tidak

mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. 2 Para ahli yang dipandang

sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak pun mengatakan bahwa anak itu tidaklah

sama seperti orang dewasa. Anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari

hukum dan ketertiban yang disebabkan karena adanya keterbatasan pengetahuan dan

pengertian terhadap realita kehidupan atau bisa disebut dengan fakta kehidupan, dan anak-

anak lebih mudah belajar dengan adanya contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-

aturan yang bersifat memaksa.3

Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan

Anak ( UU Kesejahteraan Anak) menyebutkan bahwa:

“ Anak adalah seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum

pernah kawin”.4

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) memberikan batasan tentang

pengertian anak dan orang yang belum dewasa adalah orang-orang yang belum berumur 21

(dua puluh satu) tahun. Seperti yang dimaksud dalam pasal 330 KUHPer yang berbunyi:

“ Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun,

dan tidak lebih dahulu kawin”.5

2
digilib.unimus.ac.id/files//disk1/110/jtptunimus-gdl-weniulanda-5479-2-bab1.pdf yang diakses pada hari
Kamis, tanggal 5 September 2020 pukul 23:40 PM WIB
3
Agustinus, Pengertian Anak, Jakarta: Suryabrata,1987, hlm 14.
4
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/47148/uu-no-4-tahun-1979 yang diakses pada hari senin
tanggal 12 oktober 2020 pukul 22:00
5
Wetboek Burgerlijk, Kitab Undang-Undang HUKUM PERDATA, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2018, hlm
90
Pengetian tentang anak secara khusus (legal formal) dapat kita temukan dalam pasal

1 angka (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak ( UU Perlindungan Anak ), dan Pasal 1 angka (5) UU T.P Perdagangan

Orang, yaitu: “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun

termasuk anak yang ada dalam kandungan”.6

Sedangkan menurut Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak (UU Pengadilan Anak), pengertian anak adalah:

“ Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur delapan (8)

tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin.”

Maksudnya adalah anak tersebut tidak sedang terikat dalam perkawinan ataupun pernah

kawin dan kemudian cerai.

Apabila sang anak sedang terikat dalam suatu perikawinan atau perkawinannya

putus karena perceraian, maka sang anak dianggapnya sudah dewasa walaupun umurnya

belum genap 18 tahun.

Menurut UU Pengadilan Anak, bagi seorang anak yang usianya belum mencapai

usia 8 (delapan) tahun, maka ia belum dapat mempertanggungjawabkan akibat dari

perbuatan yang dilakukannya, walaupun perbuatan tersebut merupakan tindak pidana.

Akan tetapi apabila si anak tersebut melakukan tindak pidana dalam batas umur 8 (delapan)

tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun maka ia tetap dapat diajukan

ke sidang pengadilan anak.

6
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/44473/uu-no-23-tahun-2002 yang diakes pada hari senin,
tanggal 12 oktober 2020 pukul 22:30 pm WIB
B Pengertian Umum tentang Trafficking

Trafficking merupakan perekrutan, pengangkutan,pemindahan, penampungan, atau

penerimaan seseorang dengan ancaman atau paksaan serta penggunaan kekerasan atau

bentuk-bentuk paksaan lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, posisi rentan dan lain

sebagainya dengan tujuan untuk eksploitasi seksual, perbudakan atau praktik-praktik lain,

dan pengambilan organ tubuh berdasarkan pasal 3 protokol PBB.

Pengertian Trafficking pada umumnya adalah pengertian yang diambil dari

Protokol PBB dengan tujuan untuk mencegah, menekan, dan menghukum pelaku

Trafficking terhadap manusia, khususnya kepada kaum perempuan dan anak-anak (disebut

dengan protokol Trafficking). Dalam protokol ini pengertian Trafficking menurut Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2007 adalah perekrutan, pengangkutan, pemindahan,

penyembunyian atau penerimaan seseorang, melalui penggunaan ancaman atau tekanan

atau bentuk-bentuk lain dari kekerasan, penculikan, penipuan, kecurangan, posisi rentan,

dan lain sebagainya dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan kekuasaan atau kendali

atas orang lain untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi

berdasarkan.7

Tahap awal modus operandi dari pelaku praktik perdagangan manusia dimulai

dari:

1. Menghadirkan calon korban dengan cara menjebak atau memberikan harapan yang

lebih baik melalui proses perekrutan, pengangkutan, pemindahan, persembunyian,

atau penerimaan orang;

7
file:///C:/Users/nadya/Downloads/29272-70740-1-PB%20(1).pdf yang diakses pada hari senin, tanggal
12 oktober 2020 pukul 23:00
2. Memegang kendali atas korban dan atau orang-orang yang dipercaya oleh korban

dengan cara memberikan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,

pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, atau memberi

pembayaran atau manfaat.8

C Pengertian perlindungan anak

Perlindungan anak pada pasal 1 ayat (2), yang menyatakan bahwa perlindungan anak

adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,

tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindugan dari kekerasan dan diskriminasi.9

Upaya perlindungan terhadap anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari

janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Hal ini bertitik tolak dari

konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif. Undang-Undang

Perlindungan Anak juga harus meletakkan kewajiban memberikan perlindungan anak

berdasarkan asas-asas non diskriminatif, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup,

kelangsungan hidup, dan perkembangan, serta penghargaan terhadap pendapat anak.

D Metode Penelitian

Metode penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan cara

pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan mengkaji literatur, artike serta berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan studi kepustakaan maupun sumber

lainnya yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian.

8
Kamal Muhammad, HUMAN TRAFFICKING Penanggulangan Tindak Pidana Perdagangan Manusia di
Indonesia, Makassar: CV Social Politic Genius, 2019, hlm 3
9
Dr. Candra Mardi, S, Ag., M.Ag., M.H., ASPEK PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA, Jakarta:
KENCANA (Divisi dari PRENADAMEDIA GROUP), 2018, hlm 3
Daftar pustaka
1. file:///C:/Users/nadya/Downloads/UU_NO_21_2007.PDF
2. http://arifrohmansocialworker.blogspot.com/2011/02/undang-undang-republik-indonesia-
nomor_3072.html
3. Soesilo Prajogo, 2007, Kamus Hukum Internasional dan Indonesia, Jakarta: Wacana
Intelektual
4. digilib.unimus.ac.id/files//disk1/110/jtptunimus-gdl-weniulanda-5479-2-bab1.pdf
5. Agustinus,1987, Pengertian Anak, Jakarta: Suryabrata
6. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/47148/uu-no-4-tahun-1979
7. Wetboek Burgerlijk, 2018, Kitab Undang-Undang HUKUM PERDATA, Jakarta: PT. Balai Pustaka
8. https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/44473/uu-no-23-tahun-2002
9. file:///C:/Users/nadya/Downloads/29272-70740-1-PB%20(1).pdf
10. Kamal Muhammad, 2019, HUMAN TRAFFICKING Penanggulangan Tindak Pidana
Perdagangan Manusia di Indonesia, Makassar: CV Social Politic Genius
11. Dr. Candra Mardi, S, Ag., M.Ag., M.H., 2018, ASPEK PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA,
Jakarta: KENCANA (Divisi dari PRENADAMEDIA GROUP)
Bahwa pada hari minggu tanggal tanggal 6 oktober 2013 sekitar jam 21:00 WIB telah terjadi
kasus perdagangan anak yang dilakukan oleh terdakwa Rian Purnama Bin Asep, sedangkan
yang menjadi korban perdagangan anak tersebut bernama Mardianti yang dipanggil dengan
alias juve yang masih berusia 15 tahun yang menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku, korban masih berada di usia tergolong di bawah umur.
Hakim dalam putusan nomor 29/Pid.Sus/2014/PN.KB. memutuskan pihak tergugat yaitu Rian
Purnama Bin Asep dihadapan persidangan Pengadilan Kotabumi atas surat dakwaan Penuntut
Umum Nomor Register PDM-161/K.Bumi/01/2014 tanggal 17 Maret 2014, yang dibacakan di
persidangan pada tanggal 27 Maret 2014 telah dinyatakan bersalah secara sah karena
perbuatan terdakwa melanggar ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 UU No.
21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang yang berbunyi “Setiap orang yang
melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau
penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan
utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah
negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,00 (seratus
dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah ).” dan
melanggar pasal 88 UU No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak yang berbunyi “setiap
orang yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak dengan maksud untuk menguntungkan
diri

sendiri atau orang lain, dipidana dengan penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
denda paling paling banyak Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah ).”
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan melakukan studi analisa kasus dalam sebuah
penelitian yang dituangkan ke dalam skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap
Perdagangan Orang(Human Trafficking)”.
INI BAGIAN ISI ATAU PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai