Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bagas Kikim Mulyatin

NIM : A1012211120
Mata Kuliah : Sistem Peradilan Pidana
Dosen : Parulian Siagian , SH, M.Hum

Tugas

Rangkuman I 24 Oktober 2023

Perempuan dalam Sistem Tindak Pidana

Data menunjukan korban dalam KDRT dan perdangangan manusia lebih banyak menyasar wanita
setiap tahunnya. Terbanyak dalam 5 tahun terakhir adalah pada tahun 2022 yaitu 540 korban dari julah
keseluruhan yaitu 614 korban. Bahkan kekerasan terhadap wanita terbanyak dilakukan dengan
menyerang seksual mereka, seperti pada tahun 2022 mencapai angka 299.

Kekerasan terhadap perempuan sendiri diartikan sebagai segala bentuk tindak kekerasan berbasis
gender yang berakibat secara fisik, seksual, mental atau penderitaan terhadap perempuan, termasuk
ancaman dari tindakan tersebut, pemaksaan, atau perampasan semena-mena kebebasan, baik yang
terjadi di lingkaran masyarakat maupun dalam kehidupan pribadi.

Tindak KDRT dibedakan menjadi beberapa jenis diantaranya KDRT yang termasuk kedalam delik
aduan dan KDRT yang termasuk kedalam delik biasa. Seperti yang terdapat dalamUU Nomor 23 Tahun
2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tanggadalam Pasal 51, 52 dan 53 yang termasuk
delik aduan KDRT.

Sanksi Pidana terhadap pelaku kekerasan fisik dapat dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun, dalam
hal ini korban mengalami jatuh sakit atau mengalami luka berat, maka dapat dipidanapenjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun, dan apabila perbuatan tersebut mengakibatkan matinya korban maka dapat
dipidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun, apabila perbuatan tersebut dilakukan oleh suami
terhadap istri ataupun sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-hari maka dapat dipidana penjara paling lama 4
(empat bulan)
Rangkuman II 30 Oktober 2023

Tindak Pidana Perdagangan Orang

Definisi Perdagangan orang dapat dilihat sebagai berikut :

• Pasal 1 ayat (1) UU No. 17/2018 Perdagangan Orang adalah tindakan perekrutan,
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau
manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi
atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
• Pasal 1 ayat (2) UU No. 17/2018, Tindak Pidana Perdagangan Orang adalah setiap tindakan
atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam
Undang-Undang ini

Larangan perdagangan orang di Indonesia didasarkan pada berbagai peraturan hukum dan perundang-
undangan, termasuk beberapa undang-undang dan konvensi internasional. Berikut adalah beberapa
dasar hukum yang mengatur larangan perdagangan orang di Indonesia:

• Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang: Undang-Undang ini adalah undang-undang khusus yang mengatur tindak
pidana perdagangan orang di Indonesia. Undang-undang ini memberikan dasar hukum bagi
penegakan hukum dan perlindungan bagi korban perdagangan orang.
• Konvensi PBB tentang Hak-Hak Anak: Indonesia adalah negara pihak dalam Konvensi ini,
yang menetapkan hak-hak anak, termasuk hak untuk dilindungi dari eksploitasi, perdagangan,
dan pelecehan.
• Konvensi PBB tentang Pemberantasan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
(CEDAW): Indonesia juga adalah negara pihak dalam CEDAW, yang melarang diskriminasi
terhadap perempuan, termasuk tindakan perdagangan orang yang sering kali melibatkan
perempuan dan anak perempuan.
• Hukum Pidana Indonesia: Selain undang-undang khusus tentang perdagangan orang, tindakan
perdagangan orang juga bisa dihukum berdasarkan hukum pidana Indonesia, terutama dalam
kasus penculikan, penyekapan, pemaksaan, atau eksploitasi seksual.
• Konvensi PBB tentang Pemberantasan Tindak Pidana Transnasional Terorganisir (UNTOC):
Indonesia juga adalah negara pihak dalam UNTOC, yang mencakup tindakan perdagangan
orang sebagai salah satu tindak pidana transnasional yang harus diperangi
Rabkuman III 6 November 2023

Kekerasan terhadap Anak dalam Sistem Peradilan

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Mereka memiliki 4 hak dasar yang harus dilindungi, yaitu :

• Hak untuk hidup


• Hak tumbuh dan berkembang
• Hak Berpartisipasi
• Hak mendapat perlindungan

Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar
dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Salah satu elemen dalam
sistem perlindungan anak yang memberikan pandangan independen terhadap setiap masalah hukum
yang berkaitan dengan anak, terutama ketika keputusan formal perlu diambil demi kepentingan terbaik
anak dalam perkara pidana, perdata, dan administrasi dalam peradilan formal maupun informal.

UU No. 11 Tahun 2012 menjabarkan sejumlah ketentuan khusus yang harus dilakukan dalam
memperlakukan anak yang berhadapan dengan hukum. Untuk itu, peradilan pidana anak dilaksanakan
berdasarkan sejumlah asas, yakni:

• Asas perlindungan

• Asas Keadilan

• Asas Nondiskriminasi

• Asas Kepentingan Terbaik Bagi Anak

• Asas Penghargaan Terhadap Pendapat Anak

• Asas Kelangsungan Hidup dan Tumbuh Anak

• Asas Pembinaan dan Pembimbingan Anak

• Asas Proporsional

• Asas Perampasan Kemerdekaan dan Pemidanaan Sebagai Upaya Terakhir

• Asas Penghindaran Pembalasan


Perlindungan anak di Indonesia didasarkan pada berbagai dasar hukum, termasuk undang-undang,
konvensi internasional, dan peraturan lainnya. Beberapa dasar hukum utama yang mengatur
perlindungan anak di Indonesia antara lain:

• Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945): Pasal 28B ayat
(2) UUD 1945 menegaskan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
• Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak: Undang-
Undang ini merupakan landasan utama dalam perlindungan anak di Indonesia. Undang-Undang
ini mengatur hak-hak anak, tindak pidana terhadap anak, perlindungan anak di berbagai bidang,
dan pembentukan lembaga-lembaga terkait.
• Konvensi Hak Anak PBB (Convention on the Rights of the Child, CRC): Indonesia adalah
negara pihak dalam CRC, yang mengakui hak-hak dasar anak-anak dan menetapkan pedoman
penting dalam perlindungan anak.
• Konvensi PBB tentang Pemberantasan Segala Bentuk Diskriminasi terh adap Perempuan
(CEDAW): CEDAW juga memiliki relevansi dalam perlindungan anak karena mencakup isu-
isu diskriminasi terhadap perempuan yang dapat memengaruhi anak perempuan.
• Berbagai undang-undang lainnya: Selain Undang-Undang Perlindungan Anak, banyak undang-
undang lain yang mencakup perlindungan anak dalam berbagai konteks, seperti Hukum Pidana,
Undang-Undang Kesehatan, dan lainnya.
• Kebijakan Nasional Perlindungan Anak: Pemerintah Indonesia juga mengeluarkan kebijakan
nasional, rencana aksi, dan peraturan yang mendukung perlindungan anak, termasuk rencana
aksi nasional untuk pemberantasan pelecehan seksual anak dan rencana aksi nasional terkait
perlindungan anak.

Anda mungkin juga menyukai