Anda di halaman 1dari 9

Hukum Acara Peradilan HAM

Dalam Perspektif Perlindungan Perempuan dan Anak

Sejak kita masih dalam kondisi janin, hingga kita beranjak menjadi anak-anak, remaja, dan menua,
satu hak paling fundamental yang telah kita miliki adalah Hak Asasi Manusia.

Hak ini dipandang sebagai hak ‘tertinggi’ karena perolehannya bukan melalui instansi pemerintah
nasional maupun internasional, namun merupakan hadiah langsung dari Tuhan. Sehingga berbagai
bentuk pelanggaran dan kejahatan yang mengancam kebebasan HAM seseorang pun akan dipandang
sebagai persoalan serius.

Secara lebih jelas, Negara melalui pengaturan HAM menyatakan Hak Asasi Manusia sebagai
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya, yang wajib dihormati, dijunjung tinggi serta
dilindungi oleh Negara.

Dasar Hukum HAM di Indonesia dan Bentuk-Bentuk Pelanggaran HAM adalah :

Dasar hukum HAM di Indonesia, selain berdasarkan pada Pancasila dan UUD NRI 1945,
diantaranya diatur juga melalui Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM yang disahkan pada tanggal 6
Nopember 2000. Diundangkan pada tanggal 23 Nopember 2000 yang mendasari terbentuknya
Peradilan HAM, dan Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
UU Nomor 26 Tahun 2000 menyatakan Pengadilan HAM merupakan pengadilan khusus yang
berada di lingkungan Peradilan Umum. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat, termasuk perkara pelanggaran HAM
berat yang dilakukan di luar batas teritorial Indonesia oleh warga negara Indonesia. Namun, terhadap
pelaku yang berusia di bawah 18 tahun (saat kejahatan itu dilakukan), tidak termasuk dalam
kewenangan Pengadilan HAM.

Dibentuknya Pengadilan HAM ini dilaksanakan atas pertimbanga bahwa pelanggaran HAM berat
merupakan extraordinary crime yang berdampak secara luas dan menimbulkan kerugian, sehingga
perlu segera dipulihkan dalam mewujudkan supremasi hukum untuk mencapai kedamaian,
ketertiban, ketentraman, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Pelanggaran HAM ini terdiri atas dua kategori, yaitu:

1. Kejahatan Genosida, yaitu perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan
atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok
agama. Lebih rinci, kejahatan ini dilakukan dengan cara-cara seperti membunuh anggota
kelompok, mengakibatkan penderitaan berat atas fisik/mental anggota-anggota kelompok,
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik
seluruh atau sebagiannya, memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran
di dalam kelompok, atau memindahkan secara paksa anak-anak dari suatu kelompok ke
kelompok lain.
2. Kejahatan Kemanusiaan, yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil, berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan,
pengusiran/pemindahan penduduk secara paksa, perampasan kemerdekaan, penyiksaan,
perkosaan dan bentuk-bentuk kekerasan secara seksual lain yang setara, penganiayaan,
penghilangan orang secara paksa, dan kejahatan apartheid.

Proses Peradilan Perkara HAM di Indonesia

Proses penyelesaian pelanggaran HAM menurut undang-undang pengadilan HAM melalui tahap
penangkapan, penahanan, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, sumpah dan pemeriksaan.

Pasal 10 menentukan bahwa dalam hal tidak ditentukan lain dalam Undang-Undang Nomor 26
Tahun 2000, hukum acara atas perkara pelanggaran HAM yang berat, dilakukan berdasarkan
ketentuan hukum acara pidana.

Dengan demikian, penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, upaya


hukum, pelaksanaan putusan pengadilan serta pengawasan dan pengamatan pelaksanaan putusan
atas perkara pelanggaran HAM yang berat, jika tidak ditentukan lain dalam UU Pengadilan HAM,
maka hukum acara atas pelanggaran HAM yang berat tersebut dilakukan berdasarkan ketentuan
hukum acara pidana.

Pasal 11 dan Pasal 12 UU Pengadilan HAM memberikan kewenangan kepada Jaksa Agung sebagai
penyidik untuk melakukan penangkapan dan penahanan termasuk wewenang Jaksa Agung sebagai
penuntut umum.

Selanjutnya, proses penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat serta
penerimaan atas pelaporannya dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Pelanggaran
HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM paling lama 90 hari terhitung sejak
perkara dilimpahkan ke Pengadilan HAM, dan dapat diperpanjang lagi selama 90 hari.

Dalam perkara pelanggaran HAM yang berat permohonan banding ke Pengadilan Tinggi diperiksa
dan diputus paling lama 90 hari sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi, dan Permohonan
Kasasi ke Mahkamah Agung diperiksa dan diputus 90 hari sejak perkara itu dilimpakan ke
Mahkamah Agung.

Kasus Pelanggaran HAM berat di Indonesia hingga saat ini masih banyak yang belum tuntas.

Menurut Tioria Pretty selaku Staf Divisi Kontras mengatakan bahwa masih ada 12 kasus HAM berat
di indonesia yang belum tuntas.

Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia :

1. Kerusuhan Tanjunga Priok Tanggal 12 September 1984 . Dalam kasus ini, 24 orang Tewas, 36
Orang Luka berat dan 19 Orang Luka ringan. Keputusan Majelis Hakim terhadap Kasus ini
menetapkan Seluruh 14 Terdakwa Dinyatakan bebas.
2. Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada Tanggal 12 Mei 1998 .dalam kasus Ini 4
Orang mahasiswa tewas. Mahkamah Militer Menyidangkan Kasus ini Memvonis Dua
Terdakwa dengan hukuman hanya 4 Bulan penjara, Empat Terdakwa Divonis 2-5 Bulan bulan
penjara dan sembilan Orang Terdakwa divonis penjara 3-6 tahun.
3. Pelanggaran HAM Berat lainnya adalah penculikan Aktivis pada 1997/1998. Dalam kasus Ini
23 Orang dinyatakan Hilang dengan Rincian 9 orang diantara telah di bebaskan dan 13 Orang
belum ditemukan sampai saat ini.
Lembaga Perlindungan HAM Di Indonesia :

1. Polri - ditetapkan sebagai lembaga yang menjamin tertib serta tegaknya Hukum di Indonesia;
2. Komnas HAM – ditetapkan sebagai lembaga perlindungan HAM di Indonesia yang berdiri
secara mandiri;
3. Komnas Perempuan – Komisi Nasional anti kekerasan terhadap perempuan yang bergerak
pada lembaga perlindungan khusus perempuan;
4. Pengadilan HAM - merupakan Pengadilan Khusus dilingkungan Peradilan Umum;
5. LBH – dikenal dengan LBH Jakarta
6. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi – merupakan Lembaga independen yang dibentuk untuk
mengungkap kebenaran atas adanya pelanggaran HAM berat dan melaksanakan rekonsiliasi;
7. KPAI - Komnas Perlindungan Anak Indonesia. Suatu Lembaga untuk melindungi anak-anak
Indonesia, dasar hukum pembentukannya UU Perlindungan anak Nomor 23 Tahun 2002;
8. BKBH – Biro Konsultasi dan Bantuan Hukum dari Perguruan Tinggi /Mahasiswa;
9. KONTRAS - Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Lembaga ini yang Fokus
pada penanganan orang hilang karena tindakan HAM;
10. YLBHI – Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (Pendirinya Dr. Adnan Buyung
Nasution Tangga 26 Oktober 1970) ;

Lembaga ini mengharusnya menegakkan Hukum kepada siapapun orang yang melanggar HAM
tanpa kecuali.

Dengan Demikian Peradilan HAM ini diharapkan sebagaim jalan keadilan bagi korban dan
keluarganya, dalam kontek kerangka normatif hukum acara Peradilan HAM penerapan
ketentuannya yang berstandar pada KUHAP yang sesungguhnya kurang tepat karena jenis
kejahatannya yang dihadapi oleh Pengadilan HAM adalah kejahatan luar biasa yang tentunya
KUHAP didesain dalam rangka jenis kejahatan tersebut sihingga tidak begitu mengherankan
apabila standar pembuktian yang berdasarkan KUHAP tidak bisa membongkar struktur
kekerasan yang menjadi karakter kejahatan HAM berat, Mayoritas pelaku kejahatan HAM berat
banyak dibebaskan dan tidak berhasil mengungkap siapa sesungguhnya aktor kejahatan terhadap
kemanusian HAM (seperti di Timor Leste).

Dengan situasi demikianlah maka pembaharuan hukum acara peradilan HAM di Indonesia
harus mulai diupayakan untuk memperkuat kerangka normatif yang sesuai standar hak asasi
manusia utamanya ditujukan penghormatan dan perlindungan hak hak asasi manusia secara
paripurna.
SURAT Ke
PENYELIDIKAN PENYIDIKAN PRESIDEN DPR

PENUNTUTAN Rekomendasi

PERADILAN HAM DPR


Terima kasih.

Hj. NUR’AIN, SH., MH.

Anda mungkin juga menyukai