Anda di halaman 1dari 4

Pelanggaran HAM

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut Para Ahli


1.Menurut filsuf Inggris, John Locke, hak asasi manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir, secara
kodrati melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat (bersifat mutlak).

2. Menurut Soetandyo Wignjosoebroto, pengertian hak asasi manusia adalah hak mendasar
(fundamental) yang diakui secara universal sebagai hak yang melekat pada manusia karena hakikat
dan kodratnya sebagai manusia. HAM disebut universal karena hak ini dinyatakan sebagai bagian dari
kemanusiaan setiap sosok manusia, apapun warna kulit, jenis kelamin, usia, latar belakang budaya,
agama, atau kepercayaan. Sedangkan sifat inheren karena hak ini dimiliki setiap manusia karena
keberadaannya sebagai manusia, bukan pemberian dari kekuasaan manapun. Karena melekat, maka
HAM tidak bisa dirampas.

3. Menurut Muladi, HAM adalah hak yang melekat secara alamiah (inheren) pada diri manusia sejak
manusia lahir, dan tanpa hak tersebut manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagai
manusia yang utuh. Karena keberadaan HAM yang begitu penting, tanpa HAM manusia tidak dapat
mengembangkan bakat dan memenuhi kebutuhannya.

4. Menurut Leah Levin, HAM adalah hak-hak yang melekat pada manusia yang tanpanya mustahil
manusia dapat hidup sebagai manusia.

5. Menurut Thomas Hobbes, Pengertian HAM adalah jalan keluar untuk mengatasi keadaan “homo
homini lupus, bellum omnium contra omnes“ yaitu manusia dapat menjadi serigala bagi manusia
lain. Keadaan seperti ini mendorong terbentuknya perjanjian masyarakat di mana rakyat
menyerahkan hak-haknya kepada penguasa.

Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) Menurut Undang-Undang


Tertulis juga dalam UU No. 39 Tahun 1999, hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. HAM meliputi
hak asasi pribadi, hak asasi ekonomi, hak asasi politik, hak asasi sosial dan kebudayaan, hak asasi
untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan, serta hak asasi manusia
untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan.

Pengertian Pelanggaran HAM


Masih menurut UU No. 39 Tahun 1999, pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang
dijamin oleh Undang-undang ini, dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Secara sederhana, HAM adalah sesuatu yang seharusnya dilindungi, dijaga, dan dijunjung tinggi oleh
setiap manusia dengan negara sebagai penjaminnya.

Jika HAM seseorang tidak dijaga, dilindungi, dihormati, bahkan sampai dicabut atau diabaikan maka
artinya sudah terjadi pelanggaran HAM.

Jenis-Jenis Pelanggaran HAM


Berdasarkan sifatnya, pelanggaran HAM dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Pelanggaran HAM Biasa

Adalah kasus pelanggaran HAM yang ringan dan tidak sampai mengancam keselamatan jiwa orang.
Namun, ini tetap saja termasuk dalam kategori berbahaya apabila terjadi dalam jangka waktu yang
lama. Beberapa contoh pelanggaran HAM ringan adalah pencemaran lingkungan secara sengaja,
penggunaan bahan berbahaya pada makanan yang disengaja, dan lain-lain.

Berikut contoh-contoh pelanggaran HAM ringan:

• Kelalaian dalam memberikan penanganan kesehatan

• Pencemaran lingkungan secara sengaja

• Perundungan atau bullying di sekolah

• Tidak memedulikan penyandang disabilitas

• Mengucapkan kata-kata kasar kepada teman

• Mencegah seseorang dalam menjalankan ibadah

• Melarang orang lain menyampaikan aspirasinya

• Mencemarkan nama baik seseorang

• Orang tua yang memaksakan kehendak pada anaknya atau sebaliknya

Menurut UU. RI Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Pelanggaran HAM Berat dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

1.Kejahatan genosida, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, atau kelompok agama.

2.Kejahatan kemanusiaan, yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas
atau sistematik. Serangan ini juga ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil. Bentuknya
berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara
paksa, perampasan kemerdekaan, dan masih banyak lagi.

Ada beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang berat di Indonesia. Diantaranya adalah:
1.Kerusuhan Tanjung Priok tanggal 12 September 1984. Dalam kasus ini 24 orang tewas, 36 orang
luka berat, dan 19 orang luka ringan. Keputusan majelis hakim terhadap kasus ini menetapkan
seluruh 14 terdakwa dinyatakan bebas.

2.Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam kasus ini, 4 orang
mahasiswa tewas. Mahkamah Militer yang menyidangkan kasus ini memvonis dua terdakwa dengan
hukuman hanya 4 bulan penjara, empat terdakwa divonis 2 - 5 bulan penjara dan sembilan orang
terdakwa divonis penjara 3 - 6 tahun.

3.penculikan aktivis pada 1997/1998. Dalam kasus ini, 23 orang dinyatakan hilang dengan rincian 9
orang di antaranya telah dibebaskan, dan 13 orang belum ditemukan sampai saat ini.

Badan Perlindungan HAM di Indonesia


Di Indonesia sendiri diatur dalam UU NO.39 Tahun 2009. Indonesia mendirikan suatu badan yang
fokus terhadap masalah HAM, yakni Komnas HAM. Komnas HAM adalah lembaga independen di
Indonesia yang memiliki tugas untuk memantau, melindungi, dan mempromosikan hak asasi
manusia. Komnas HAM bertugas untuk memantau situasi HAM di seluruh Indonesia dan
menginvestigasi dugaan pelanggaran HAM. Mereka juga dapat menyusun laporan tahunan tentang
situasi HAM di Indonesia. Selain itu, Komnas HAM juga harus memberikan perlindungan terhadap
korban pelanggaran HAM dan memperjuangkan keadilan bagi mereka. Salah satu fungsi penting
lembaga ini adalah mengedukasi masyarakat mengenai Hak Asasi Manusia dan meningkatkan
kesadaran HAM. Atau kata lain, Komnas HAM berfungsi sebagai wadah independen yang berperan
penting dalam memastikan pelaksanaan kesadaran HAM berupa pematuhan terhadap standar HAM
di Indonesia.

Mekanisme Penyelesaian Pelanggaran HAM


Mekanisme penyelesaian Pelanggaran HAM Berat didasarkan pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2000 tentang Pengadilan HAM. Undang-undang ini mengatur bahwa penyelesaian pelanggaran HAM
dilakukan dengan Pengadilan HAM dan untuk kasus pelanggaran berat masa lalu dilakukan dengan
dua cara penyelesaian yaitu melalui Pengadilan HAM ad hoc dan dapat melalui Komisi Kebenaran
dan Rekonsiliasi.

Unsur terpenting yang semestinya menjadi perhatian, yakni soal korban. Korban pelanggaran hak
asasi manusia adalah orang-orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama telah menderita
kerugian, termasuk luka fisik atau mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi atau kerugian
substansial atas hak-hak dasarnya. Korban juga termasuk keluarga dekat atau tanggungan korban
langsung.

Proses penyelesaian peristiwa pelanggaran HAM berat masih mengalami kendala dengan
dibentuknya pengadilan HAM ad hoc. Di sisi lain, pelanggaran HAM berat ini menimbulkan korban
berupa hilangnya nyawa, luka fisik dan mental, kerugian sosial dan ekonomi, harta benda, perlakuan
diskriminatif dan stigmatisasi, hilangnya hak-hak sipil, dan hilangnya hak asasi manusia lainnya ini
menjadi perhatian Komnas HAM RI.
Pengadilan HAM di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu:

1. Pengadilan HAM (permanen)


2. Pengadilan HAM Ad Hoc

Pengadilan HAM (Permanen)


Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang berat dan
berada di lingkungan pengadilan umum. Tugas dan kewenangan dari pengadilan HAM adalah
memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM yang berat. Adapun yang dimaksud dengan
"memeriksa dan memutus" termasuk juga menyelesaikan perkara yang menyangkut kompensasi,
restitusi, dan rehabilitasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. pengadilan
HAM berwenang juga memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan
di luar batas teritorial wilayah negara Republik Indonesia oleh warga negara Indonesia, namun tidak
berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan oleh
seseorang yang berumur di bawah 18 tahun pada saat kejahatan dilakukan.

Pengadilan HAM Ad Hoc


Pengadilan HAM ad hoc adalah pengadilan yang dibentuk khusus untuk memeriksa dan mengadili
perkara pelanggaran HAM yang berat yang dilakukan sebelum adanya UU No. 26 Tahun 2000,
berbeda dengan Pengadilan HAM (permanen) yang dapat memeriksa dan mengadili perkara
pelanggaran HAM yang berat yang terjadi setelah UU Pengadilan HAM diundangkan. Pembentukan
Pengadilan HAM ad hoc oleh DPR RI berdasarkan pada telah terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia yang berat yang dibatasi oleh locus dan tempus delicti tertentu yang terjadi sebelum
diundangkannya UU Pengadilan HAM. Adapun mekanisme peradilan, atau yang dikenal dengan
hukum acara, di pengadilan HAM sendiri diatur khusus dalam UU Pengadilan HAM sebagai lex
specialis (aturan khusus) dari aturan hukum acara pidana yang berlaku secara umum. Namun, untuk
hal-hal yang tidak diatur dalam UU Pengadilan HAM, maka yang berlaku adalah hukum acara pidana
pada umumnya.

Di antara ketentuan hukum acara khusus yang diatur dalam UU Pengadilan HAM adalah kewenangan
penyelidikan yang diberikan kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (“Komnas HAM”), dan
kewenangan penyidikan di tangan Jaksa Agung. Adapun mengenai pengaduan yang ditanyakan
masyarakat, Komnas HAM sebagai penyelidiklah yang berhak menerima laporan atau pengaduan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai