2. Menurut Soetandyo Wignjosoebroto, pengertian hak asasi manusia adalah hak mendasar
(fundamental) yang diakui secara universal sebagai hak yang melekat pada manusia karena hakikat
dan kodratnya sebagai manusia. HAM disebut universal karena hak ini dinyatakan sebagai bagian dari
kemanusiaan setiap sosok manusia, apapun warna kulit, jenis kelamin, usia, latar belakang budaya,
agama, atau kepercayaan. Sedangkan sifat inheren karena hak ini dimiliki setiap manusia karena
keberadaannya sebagai manusia, bukan pemberian dari kekuasaan manapun. Karena melekat, maka
HAM tidak bisa dirampas.
3. Menurut Muladi, HAM adalah hak yang melekat secara alamiah (inheren) pada diri manusia sejak
manusia lahir, dan tanpa hak tersebut manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagai
manusia yang utuh. Karena keberadaan HAM yang begitu penting, tanpa HAM manusia tidak dapat
mengembangkan bakat dan memenuhi kebutuhannya.
4. Menurut Leah Levin, HAM adalah hak-hak yang melekat pada manusia yang tanpanya mustahil
manusia dapat hidup sebagai manusia.
5. Menurut Thomas Hobbes, Pengertian HAM adalah jalan keluar untuk mengatasi keadaan “homo
homini lupus, bellum omnium contra omnes“ yaitu manusia dapat menjadi serigala bagi manusia
lain. Keadaan seperti ini mendorong terbentuknya perjanjian masyarakat di mana rakyat
menyerahkan hak-haknya kepada penguasa.
Jika HAM seseorang tidak dijaga, dilindungi, dihormati, bahkan sampai dicabut atau diabaikan maka
artinya sudah terjadi pelanggaran HAM.
Adalah kasus pelanggaran HAM yang ringan dan tidak sampai mengancam keselamatan jiwa orang.
Namun, ini tetap saja termasuk dalam kategori berbahaya apabila terjadi dalam jangka waktu yang
lama. Beberapa contoh pelanggaran HAM ringan adalah pencemaran lingkungan secara sengaja,
penggunaan bahan berbahaya pada makanan yang disengaja, dan lain-lain.
Menurut UU. RI Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, Pelanggaran HAM Berat dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1.Kejahatan genosida, yaitu setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud menghancurkan atau
memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, atau kelompok agama.
2.Kejahatan kemanusiaan, yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas
atau sistematik. Serangan ini juga ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil. Bentuknya
berupa pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, pengusiran atau pemindahan penduduk secara
paksa, perampasan kemerdekaan, dan masih banyak lagi.
Ada beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang berat di Indonesia. Diantaranya adalah:
1.Kerusuhan Tanjung Priok tanggal 12 September 1984. Dalam kasus ini 24 orang tewas, 36 orang
luka berat, dan 19 orang luka ringan. Keputusan majelis hakim terhadap kasus ini menetapkan
seluruh 14 terdakwa dinyatakan bebas.
2.Penembakan mahasiswa Universitas Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998. Dalam kasus ini, 4 orang
mahasiswa tewas. Mahkamah Militer yang menyidangkan kasus ini memvonis dua terdakwa dengan
hukuman hanya 4 bulan penjara, empat terdakwa divonis 2 - 5 bulan penjara dan sembilan orang
terdakwa divonis penjara 3 - 6 tahun.
3.penculikan aktivis pada 1997/1998. Dalam kasus ini, 23 orang dinyatakan hilang dengan rincian 9
orang di antaranya telah dibebaskan, dan 13 orang belum ditemukan sampai saat ini.
Unsur terpenting yang semestinya menjadi perhatian, yakni soal korban. Korban pelanggaran hak
asasi manusia adalah orang-orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama telah menderita
kerugian, termasuk luka fisik atau mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomi atau kerugian
substansial atas hak-hak dasarnya. Korban juga termasuk keluarga dekat atau tanggungan korban
langsung.
Proses penyelesaian peristiwa pelanggaran HAM berat masih mengalami kendala dengan
dibentuknya pengadilan HAM ad hoc. Di sisi lain, pelanggaran HAM berat ini menimbulkan korban
berupa hilangnya nyawa, luka fisik dan mental, kerugian sosial dan ekonomi, harta benda, perlakuan
diskriminatif dan stigmatisasi, hilangnya hak-hak sipil, dan hilangnya hak asasi manusia lainnya ini
menjadi perhatian Komnas HAM RI.
Pengadilan HAM di Indonesia terbagi menjadi dua yaitu:
Di antara ketentuan hukum acara khusus yang diatur dalam UU Pengadilan HAM adalah kewenangan
penyelidikan yang diberikan kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (“Komnas HAM”), dan
kewenangan penyidikan di tangan Jaksa Agung. Adapun mengenai pengaduan yang ditanyakan
masyarakat, Komnas HAM sebagai penyelidiklah yang berhak menerima laporan atau pengaduan
tersebut.