Anda di halaman 1dari 37

HAK AZASI MANUSIA

HAK AZASI MANUSIA

Menurut Undang-Undang No 39 tahun 1999


tentang HAM dalam pasal 1

Hak Asasi Manusia adalah :


seperangkat hak yang melekat pada hakikát dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang
wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi
oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang
demi kehormatan dan perlindungan harkat dan
martabat manusia.
Ciri Pokok HAM
1. HAM adalah hak. Hak asasi itu tdk diberikan/diwariskan
melainkan melekat pd martabat kita sbg manusia.
2. HAM adalah universal. Hak asasi itu berlaku untuk semua
orang tanpa memandang jenis kelamin, asal-usul, ras,
agama, etnik, dan pandangan politik.
3. HAM dianggap ada dg sendirinya. Hak asasi itu tidak
boleh dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai hak untuk
membatasi atau melangar hak orang lain. Orang tetap
memiliki HAM meskipun sebuah negara membuat hukum
yang tidak melindungi bahkan melanggar hak asasi
manusia.
4. HAM dipandang sbg norma-norma yg penting. HAM cukup
kuat kedudukannya sbg pertimbangan normatif unt
diberlakukan di dlm benturan dg norma2 nasional yg
bertentangan, dan unt membenarkan aksi internasional yg
dilakukan demi HAM.
5. HAM mengimplikasikan kewajiban bagi individu maupun
pemerintah.
6. HAM menetapkan standar minimal bagi praktik
bermasyarakat dan kenegaraan yang layak.
Sifat HAM
1. Universal: dimiliki oleh setiap orang lepas dari suku,
ras, agama, negara, dan jenis kelamin yg dimiliki
seseorang.
2. Supralegal: tidak tergantung pada negara,
pemerintah, atau undang-undang yang mengatur hak-
hak ini.
3. Kodrati: HAM bersumber dari kodrat manusia.
4. Kesamaan derajat: kesamaan sebagai ciptaan Tuhan
maka harkat dan martabat manusia pun sama.
Hak-hak asasi manusia itu dapat dibeda-bedakan sbb:

1. Hak-hak asasi pribadi (personal rights), yang meliputi


kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan memeluk agama,
dan kebebasan bergerak
2. Hak-hak asasi ekonomi (property rights), yaitu hak untuk
memiliki sesuatu, membeli dan menjual serta memanfaatkannya.
3. Hák-hak asasi politik (political rights), yaitu hak untuk ikut
serta dalam pemerintahan, hak pilih (dipilih dan memilih dalam
suatu pemilihan umum), dan hak untuk mendirikan partal politik.
4. Hak-hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama
dalam hukum dan pemerintahan (rights of legal equality).
5. Hak-hak asasi sosial dan kebudayaan (social and culture
rights). Misalnya hak untuk memilih pendidikan dan hak untuk
mengembangkan kebudayaan.
6. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata-cara
peradilan dan perlindungan (procedural rights). Misalnya,
peraturan dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan,
dan peradilan.
Undang-Undang No 39 tahun 1999 tentang HAM

HAK AZASI MANUSIA


 
HAK ANAK
HAK ATAS KEBEBASAN PRIBADI
HAK ATAS KESEJAHTERAAN
HAK ATAS RASA AMAN
HAK BERKELUARGA MELANJUTKAN KETURUNAN
HAK MENGEMBANGKAN DIRI
HAK TURUT SERTA DALAM PEMERINTAHAN
HAK UNTUK HIDUP
HAK WANITA
Prinsip-prinsip Pelaksanaan HAM di Indonesia

1.Keseimbangan antara hak dan kewajiban


2.Bersifat relatif
3.Keterpaduan
4.Keseimbangan
5.Kerjasama internasional yang saling menghormati
6.Taat pada peraturan
7.Keterkaitan sistem politik
8.Kesamaan harkat dan martabat
9.Prinsip memperoleh & menuntut perlakuan yang sama
10.Perlindungan masyarakat adat
11.Mendahulukan hukum nasional
12.Tanggung jawab pemerintah
INSTRUMEN HUKUM HAM

1.Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.


2.UU No. 5 Tahun 1998 tentang pengesahan Convention Against Torture
and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment
(Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain
yang Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia).
3.Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan
Terhadap Perempuan.
4.Keppres No. 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak-Hak
Asasi Manusia Indonesia.
5.Inpres No, 26 Tahun 1998 tentang Menghentikan Penggunaan Istilah
Pribumi dan Nonpribumi dalam Semua Perumusan dan Penyelenggaraan
Kebijakan, Perencanaan Pro­gram, ataupun Pelaksanaan Kegiatan
Penyelenggaraan Pemerintahan.
6.UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
7.UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
8.Amandemen kedua UUD 1945 (2000) Bab XA Pasal 28A — 28J
mengatur secara eksplisit Pengakuan dan Jaminan Perlindungan
Terhadap Hak Asasi Manusia.
Hambatan Penegakkan HAM

a. Faktor Kondisi Sosial-Budaya.


b. Faktor Komunikasi dan Informasi
1) Letak geografis Indonesia yang luas
2) Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum
terbangun secara baik
3) Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih
sangat terbatas.
c. Faktor Kebijakan Pemerintah.
1) Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang sama tentang pentingnya
jaminan hak asasi manusia.
2) Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak asasi
manusia sering diabaikan.
d. Faktor Perangkat Perundangan.
1) Pemerintahan tidak segera meratifikasi hasil-hasil konvensi internasional
tentang hak asasi manusia.
2) Kalaupun ada, peraturan perundang-undangannya masih sulit untuk
diimplementasikan.
e. Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement).
1) Masih adanya oknum aparat yang secara institusi atau pribadi
mengabaikan prosedur kerja yang sesuai dengan hak asasi manusia.
2) Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih
belum layak sering membuka peluang ‘jalan pintas’ untuk memperkaya diri.
3) Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskriminatif,
tidak konsekuen, dan tindakan penyimpangan berupa KKN (Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme).
Pelanggaran HAM Berat

Perihal pelanggaran berat yang dimaksudkan, sesuai


dengan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia, mencakup Kejahatan Qenosida dan
Kejahatan Kemanusiaan.
1) Kejahatan Genosida
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, kelompok etnik, kelompok agama, dengan cara:

a. membunuh anggota kelompok;

b. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap


anggota-anggota kelompok;

c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan


kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagian;

d. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di


dalam kelompok; atau

e. memindahkan secara paksa anak-anak dan kelompok tertentu ke


kelompok lain.
2) Kejahatan Terhadap Kemanusiaan

Adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dan serangan
yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut
ditujukan langsung terhadap penduduk sipil, berupa:
a. pembunuhan
b. pemusnahan
c. perbudakan;
d. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang
f. penyiksaan;
g. perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk
kekerasan seksual lain yang setara;
h. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin, atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai
hal yang dilarang menurut hukum internasional;
i. penghilangan orang secara paksa; atau
j. kejahatan apartheid.
PERADILAN HAM BERAT

Pemeriksaan perkara pelanggaran hak asasi manusia


yang berat, dilakukan oleh majelis hakim pengadilan
HAM yang berjumlah lima orang terdiri atas dua orang
hakim pada Pengadilan HAM yang bersangkutan dan
tiga orang hakim ad hoc.

Hakim ad hoc adalah hakim yang diangkat dari luar


hakim karier yang memenuhi persyaratan profesional,
berdedikasi tinggi, menghayati cita-cita negara hukum
dan negara kesejahteraan yang berintikan keadilan,
memahami dan menghormati hak asasi manusia dan
kewajiban dasar manusia.
Peradilan HAM Internasional
1948 PBB mengeluarkan Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of
Human Rights) yang menjadi dasar hukum
internasional baru bagi persoalan HAM.

Lembaga bernama Interna­tional Criminal


Court mulai bekerja pada 2002 untuk
mengadili kejahatan perang, pembersihan
etnik (genosida), kejahatan terhadap
kemanusiaan, dan kejahatan agresi.
Proses Peradilan HAM Internasional

 Dalam rangka menyelesaikan masalah pelanggaran HAM, PBB membentuk


Komisi PBB untuk Hak Asasi manusia (The United Nations Commission on
Human Right)
 Cara kerja Komisi PBB Hak Asasi Manusia sampai pada proses peradilan
internasional,
 Melakukan pengkajian (studies) terhadap pelanggaran-pelanggaran yang
dilakukan, baik dalam suatu negara tertentu maupun secara global.
 Terhadap kasus-kasus pelanggaran yang terjadi, kegiatan Komisi terbatas
pada himbauan serta persuasi. Kekuatan himbauan dan persuasi terletak
pada tekanan opini dunia internasional terhadap pemerintah yang
bersangkutan.
 Seluruh temuan Komisi mi dimuat dalam Yearbook of Human Rights yang
disampaikan kepada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
 Mahkamah Internasional sesuai dengan tugasnya, segera menindaklanjuti
baik pengaduan oleh anggota maupun warga negara anggota PBB, serta
hasil pengkajian dan temuan Komisi Hak Asasi Manusia PBB untuk diadakan
penyidikan, penahanan, dan proses peradilan.
PERADILAN HAK AZASI MANUSIA INTERNASIONAL

Dibentuk ICC ( INTERNATIONAL CRIME COURT) 17 Juni 1998 di Roma.


Dalam konferensi / sidang United Nations Diplomatic Conference On
Criminal Court.

Disepakati bahwa kejahatan-kejahatan itu adalah:


1.The Crime of Genocide (permusuhan masal thd kelompok etnis atau
agama tertentu)
2.Crime Against Humanity (kejahatan melawan kemanusiaan)
3.War Crimes (kejahatan perang)
4.The Crimes of Agression (penyerangan suatu bangsa atau negara
terhadap negara ) lain
SANKSI INTERNASIONAL ATAS PELANGGARAN HAM

1. Di berlakukannya travel warning terhadap warga


negaranya
2. Pengalihan investasi atau penanaman modal asing
3. Pemutusan hubungan diplomatik
4. Pengurangan bantuan ekonomi
5. Pengurangan tingkat kerjasama
6. Pemboikotan produk eksport
7. Embargo ekonomi
NEGARA HUKUM (RULE OF LAW)
 Negara Hukum adalah negara yang penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum.
 Pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan
tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum.
 Hukum sebagai dasar diwujudkan dalam peraturan
perundang-undangan yang berpuncak pada konstitusi
(berisi kesepakatan/konsensus bersama) atau hukum
dasar negara.
 Di dalam negara hukum, kekuasaan negara berdasar atas
hukum bukan kekuasaan belaka serta pemerintahan
negara berdasarkan pada konstitusi. Negara berdasarkan
atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang
tertinggi sehingga ada istilah supremasi hukum.
 Abad 19 (Eropa) (machtstaat), warga negara dibiarkan untuk
mengurus kepentingan ekonominya sendiri maka dengan
sendirinya perekonomian negara akan sehat (machtstaat).
Konsep ini penerapannya mengundang kecaman banyak warga
negaranya terutama pasca perang dunia ke 2 di mana neg
dianggap lambat dan tidak bertanggung jawab atas segala
dampak ekonomi yang timbul pasca perang tsb.
 Welfare state (neg kesejahteraan), disebut sbg konsep neg hkm
material. Pemerintah memiliki keleluasaan untuk turut campur
tangan dalam urusan warga negaranya dengan dasar bahwa
pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan
rakyat.
 Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum (‘rechtsstaat’)
mencakup :
 Perlindungan hak asasi manusia.
 Pembagian kekuasaan.
 Pemerintahan berdasarkan undang-undang.
 Peradilan tata usaha Negara.
 A.V. Dicey Negara Hukum (“The Rule of Law”), :
 Supremasi hukum dalam arti tidak boleh ada kesewenang-
wenangan sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika
melanggar hukum (Supremacy of Law).
 Kedudukan yang sama di depan hukum baik bagi rakyat biasa
maupun bagi pejabat (Equality before the law).
 Terjaminnya hak-hak manusia oleh undang-undang dan
keputusan-keputusan pengadilan (Constitution based on
Individual Right).
Rumusan syarat-syarat (ciri-ciri) pemerintahan yang
demokratis di bawah ‘Rule of Law’ (yang dinamis)

 Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin


hak-hak individu konstitusi harus pula menentukan
cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas
hak-hak yang dijamin.
 Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
 Pemilihan Umum yang bebas.
 Kebebasan menyatakan pendapat.
 Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi.
 Pendidikan kewarganegaraan
a. fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yg
bersangkutan sesuai dgn ketetapan sebuah UUD
b. UUD menjamin HAM yg paling penting, krn tanpa
jaminan tersebut, hukum menjadi sarana penindasan
c. badan-badan negara menjalankan kekuasaannya dan
hanya taat pada dasar hukum yg berlaku
d. terhadap tindakan badan negara, masyarakat dapat
mengadu ke pengadilan dan putusan pengadilan
dilaksanakan oleh badan negara
e. badan kehakiman yang bebas & tidak memihak.
1. Supremasi Hukum (Supremacy of Law):
Adanya pengakuan normatif dan empirik akan prinsip supremasi
hukum, yaitu bahwa semua masalah diselesaikan dengan
hukum sebagai pedoman tertinggi.
2. Persamaan dalam Hukum (Equality before the Law):
Adanya persamaan kedudukan setiap orang dalam hukum dan
pemerintahan, yang diakui secara normatif dan dilaksanakan
secara empirik.
3. Asas Legalitas (Due Process of Law):
Dalam setiap Negara Hukum, dipersyaratkan berlakunya asas
legalitas dalam segala bentuknya (due process of law), yaitu
bahwa segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas
peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis.
4. Pembatasan Kekuasaan:
Adanya pembatasan kekuasaan Negara dan organ-organ Negara
dengan cara menerapkan prinsip pembagian kekuasaan secara
vertikal atau pemisahan kekuasaan secara horizontal.
5. Organ-Organ Eksekutif Independen:
Dalam rangka membatasi kekuasaan itu, di zaman sekarang
berkembang pula adanya pengaturann kelembagaan
pemerintahan yang bersifat ‘independent’.
6. Peradilan Bebas dan Tidak Memihak:
Adanya peradilan yang bebas dan tidak memihak (independent and
impartial judiciary).
7. Peradilan Tata Usaha Negara:
Dalam setiap Negara Hukum, harus terbuka kesempatan bagi tiap-
tiap warga negara untuk menggugat keputusan pejabat
administrasi Negara dan dijalankannya putusan hakim tata
usaha negara (administrative court) oleh pejabat administrasi
negara.
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court):
Di samping adanya pengadilan tata usaha negara yang diharapkan
memberikan jaminan tegaknya keadilan bagi tiap-tiap warga
negara, Negara Hukum modern juga lazim mengadopsikan
gagasan pembentukan mahkamah konstitusi dalam sistem
ketatanegaraannya.
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia:
Adanya perlindungan konstitusional terhadap hak asasi manusia
dengan jaminan hukum bagi tuntutan penegakannya melalui
proses yang adil.
10. Bersifat Demokratis (Democratische Rechtsstaat):
Dianut dan dipraktekkannya prinsip demokrasi atau kedaulatan
rakyat yang menjamin peran serta masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan kenegaraan, sehingga setiap peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan dan ditegakkan
mencerminkan perasaan keadilan yang hidup di tengah
masyarakat.
11. Berfungsi sebagai Sarana Mewujudkan Tujuan Bernegara
(Welfare Rechtsstaat):
Hukum adalah sarana untuk mencapai tujuan yang diidealkan
bersama. Cita-cita hukum itu sendiri, baik yang dilembagakan
melalui gagasan negara demokrasi (democracy) maupun yang
diwujudkan melalui gagasan negara hukum (nomocrasy)
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan umum.
12. Transparansi dan Kontrol Sosial:
Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhadap
setiap proses pembuatan dan penegakan hukum, sehingga
kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam mekanisme
kelembagaan resmi dapat dilengkapi secara komplementer
oleh peran serta masyarakat secara langsung (partisipasi
langsung) dalam rangka menjamin keadilan dan kebenaran
Tujuan Negara Hukum
 S. Tasrif: 1) Kepastian hukum (tertib/order); 2) Kegunaan
(kemanfaatan/utility); dan 3) Keadilan (justice).
 Ahmad Dimyati: 1) Pencapaian keadilan, 2) Kepastian
hukum, dan 3) Kegunaan (kemanfaatan).
 Kesimpulan:
• Pencapaian Keadilan, sesuai dengan asas Ius quia
iustum (hukum adalah keadilan, dan Quid ius sine
justitia (apalah arti hukum tanpa keadilan).
• Hukum adalah untuk mengatur hubungan, baik warga
masyarakat maupun negara, The law is a tool to “social
control” and “social engineering”.
• Hukum dilaksanakan untuk mencapai kepastian.
No Sistem Hukum Negara Hukum Wilayah
Eropa Barat
1 Civil Law System Rechtsstaat
(Kontinental)
Common Law Anglo Saxon-
2 System The Rule of Law Anglo America

3 Socialist Law System Socialist Legality Eropa Timur

4 Islamic Law System Nomocraci Islam Arab-Islam

Indonesian Law
5 Pancasila Indonesia
System
Unsur-unsur Negara Hukum
 Rechtsstaat : 1) Pengakuan dan perlindungan HAM,
2) Pembatasan kekuasaan, 3) Pemerintahan
berdasarkan aturan hukum, dan 4) Peradilan
administrasi
 The Rule of Law : 1) Supremacy of law, 2)
Equality before the law, dan 3) Individual right.
 Socialist Legality : 1) Manifestation of Socialism ,
2) The law as a tool of Socialism, dan 3) Pushed on
Social right than individual right.
 Nomokrasi Islam : 1) Kekuasaan adalah amanah,
2) HAM, 3) Keadilan, 4) Persamaan, 5)
Musyawarah, 6) Perdamaian, 7) Peradilan
bebas, 8) Kesejahteraan, dan 9) Ketaatan
 F.M. Hadjon:
1. Keserasian hubungan antara rakyat dan
pemerintah berdasarkan asas kerukunan,
2. Hubungan fungsional yang proporsional antar
kekuasaan negara,
3. Penyelesaian sengketa melalui musyawarah dan
peradilan merupakan sarana terakhir,
4. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 M. Tahir Azhary:
1. Adanya hubungan erat antara agama dan
negara,
2. Bertumpu pada Ketuhanan yang Maha Esa,
3. Kebebasan beragama dalam artian positif,
4. Atheisme tidak dibenarkan dan Komunisme tidak
diperkenankan,
5. Berdasarkan asas kekeluargaan dan kerukunan.
 Konfigurasi Politik diartikan sebagai susunan atau
konstelasi kekuatan politik yang secara dikotomis
dibagi atas dua konsep yang bertentangan secara
diametral, yaitu konfigurasi politik demokratis dan
konfigurasi politik otoriter.
 Konfigurasi politik demokratis adalah susunan sistem
politik yang membuka kesempatan (peluang) bagi
partisipasi rakyat secara penuh untuk ikut aktif
menetukan kebijakan umum.
 Konfigurasi politik otoriter adalah susunan sistem
politik yang lebih memungkinkan negara berperan
sangat aktif serta mengambil hampir seluruh inisiatif
dalam pembuatan kebijakan negara.
TIPE KARAKTER PRODUK HUKUM
KONSERVATIF/ELITIS RESPONSIF/POPULISTIK
Konteks Lahir dari Konfigurasi Politik Lahir dari Konfigurasi Politik
Konfigurasi Otoriter. Kekuasaan politik Demokratis.
Politik yang didominasi oleh satu Kekuasaan politik tersebut
melahirkannya kelompok atau koalisi di berbagai kelompok
kelompok elite, yang masyarakat yang beragam
memegang kekuasaan kepentingannya.
eksekutif.

Proses Sentralistik Partisipatif


Pembuatan Didominasi oleh lembaga- Mengundang sebanyak-
Hukum lembaga negara, terutama banyaknya partisipasi
pemegang kekuasaan masyarakat melalui
eksekutif kelompok-kelompok sosial
dan individu di dalam
masyarakat.
TIPE KARAKTER PRODUK HUKUM
KONSERVATIF/ELITIS RESPONSIF/POPULISTIK
Sifat Fungsi Positif-instrumentalis Aspiratif
Hukum Memuat materi-materi yang lebih Memuat materi-materi yang secara
merefleksikan visi sosial dan politik umum sesuai dengan aspirasi atau
pemegang kekuasaan atau kehendak masyarakat yang
memuat materi yang lebih dilayaninya. Sehingga produk
merupakan alat untuk mewujudkan hukum itu dapat dipandang
kehendak dan kepentingan sebagai kristalisasi dari kehendak
program pemerintah. masyarakat.
Kemungkinan Peluang sempit untuk Interpretasi. Peluang luas untuk Interpretasi
Penafsiran oleh Memuat materi hal-hal penting Memuat materi singkat dan pokok-
Pemerintah secara cukup rinci, sehingga pokoknya saja, sehingga memberi
memberi sedikit peluang bagi pekluang luas kepada pemerintah
pemerintah untuk membuat untuk membuat berbagai
penafsiran sendiri melalui berbagai interpretasi dengan berbagai
peraturanh pelaksanaan dan peraturan lanjutan yang
peluang yang sempit itu pun hanya berdasarkan visi sepihak dari
berlaku untuk hal-hal yang betul- pemerintah dan tidak sekedar
betul bersifat teknis. masalah teknis.
 seperti dua sisi mata uang. Konsep negara
hukum material mensyaratkan adanya
demokrasi, begitu pula demokrasi
mensyaratkan adanya wadah negara hukum
dalam pelaksaksanaannya.
 Negara Indonesia yang dalam konstitusinya
(pasal 1 ayat (3)) secara nyata menyatakan diri
sebagai negara hukum, dalam pasal lainnya
(pasal 1 ayat (2)) dinyatakan kedaulatan ada di
tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD

Anda mungkin juga menyukai