Anda di halaman 1dari 26

Makalah Penegakan HAM di Indonesia

BAB I : Menapaki Jalan Terjal Penegakan HAM di Indonesia

Fakta yang terjadi di negeri ini :

 Orang dilarang menghilangkan nyawa orang lain, akan tetapi saat ini banyak terjadi
peristiwa pembunuhan. Salah satu buktinya, sering sekali media masa memberitakan
adanya kasus pembunuhan
 Setiap orang berhak untuk menikmati kebebasan dan kemerdekaan, akan tetapi faktanya
kita sering mendengar pemberitaan tentang penculikan, pemerkosaan, trackficing
(perdagangan manusia), perbudakan atau deskriminasi yang sering terjadi baik dinegeri
kita atau negara lain.
 Tidak seorangpun ingin hidup sengsara, ia akan selalu berusaha mencapai kesejahteraan
bagi dirinya lahir batin. Tetapi faktanya kita sering melihat banyaknya kasus kemiskinan,
anak putus sekolah, anak-anak jalana dan sebagainya.

Kehidupan, kebebasan dan kebahagiaan manusia sering sekali di abaikan oleh manusia itu
sendiri maupun pemerintah. Hal ini jelas bertentangan dengan pasal 28 I ayat (1) UUD 1945
yang menyatakan bahwa hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi
dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
Selain hak asasi manusia juga mempunyai kewajiban asasi yakni menghormati, menjamin dan
melindungi hak asasi manusia lainnya.

Pengertian Pelanggaran HAM

Secara yuridis, menurut pasal 1 angka 6 UU Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia, yang dimaksud pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi
manusia seseorang atau sekelompok orang yang dijamin  oleh undang-undang dan tidak
mendapat atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adill dan benar
berdasarkan mekanisme yang berlaku.

Dengan demikian Pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik


dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok, institusi negara atau institusi lainnya terhadap
hak asasi manusia. Pelanggaran HAM itu tidak hanya berkaitan dengan masalah pembunuhan,
penyiksaan, dan sebagainya, tetapi berkaitan juga dengan hal-hal lain dalam kehidupan sehari-
hari, seperti ketidaknyamanan, hilangnya rasa aman, munculnya ketakutan dan sebagainya.

 
Bentuk-bentuk Pelanggaran HAM

Yang sering muncul / terjadi :

 Deskriminasi

Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung ataupun tak
langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok,
golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat
pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak
asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam
bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.

 Penyiksaan

 Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga


menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada
seseorang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari orang itu atau dari orang
ketiga, dengan menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga
telah dilakukan oleh orang itu atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa orang
itu atau orang ketiga, atau untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk
diskriminasi, apabila rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan
dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan pejabat publik.

Berdasarkan sifatnya

 Pelanggaran HAM Berat :

 Kejahatan genosida : Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan untuk
menghancurkan seluruh / sebagian bangsa, ras, kelompok, etnis dengan cara membunuh
yang mengakibatkan penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap anggota kelompok.

Contoh : Pembantaian suku bangsa Bosnia dan Kroasia di Yugoslavia oleh Serbia antara 1991 –
1996.

 Kejahatan manusia : Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah serangan secara luas atau
sistematis yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil.

Contoh :  perbudakan, perampasan, pemerkosaan, pembunuhan, dll

 Pelanggaran HAM Ringan : Pencemaran nama baik, pelecehan, penghinaan


Upaya Pemerintah dalam Menegakkan HAM

Semua negara  di dunia sepakat menyatakan penghormatan terhadap nilai-nilai hak asasi manusia
yang universal melalui berbagai upaya penegakan HAM. Akan tetapi, pelaksanaan hak asasi
manusia dapat saja berbeda antara satu negara dengan negara lain. Ideologi, kebudayaan dan
nilai-nilai khas yang dimiliki suatu bangsa akan mempengaruhi sikap dan perilaku hidup
berbangsa. Misalnya di Indonesia, semua perilaku hidup berbangsa diukur dari kepribadian
Indonesia yang tentu saja berbeda dari bangsa lain. Bangsa Indonesia dalam proses penegakan
HAM tentu saja mengacu pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun  1945 serta peraturan perundang-undangan lainnya. Dengan kata lain, penegakan HAM di
Indonesia tidak berorientasi pada pemahaman HAM liberal dan sekuler yang tidak selaras
dengan makna sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Selain mengacu pada peraturan
pundang-undangan nasional, proses penegakan HAM di Indonesia juga mengacu kepada
ketentuan-ketentuan hukum internasionalyang pada dasarnya memberikan wewenang luar biasa
kepada setiap negara.

Pemerintah Indonesia dalam proses penegakan HAM ini telah melakukan

langkah-langkah strategis, diantaranya:

Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)

Komnas HAM  dibentuk pada tanggal 7 Juni 1993 melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993.
keberadaan Komnas HAM selanjutnya diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 39 tahun1999
tentang Hak Asas Manusia pasal 75 sampai dengan pasal 99. Komnas HAM merupakan lembaga
negara mandiri setingkat lembaga negara lainnya yang berfungsi sebagai lembaga pengkajian,
penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi HAM. Komnas HAM beranggotakan 35 orang
yang dipilih oleh DPR berdasarkan usulan Komnas HAM dan diresmikan oleh Presiden. Masa
jabatan anggota Komnas HAM selama lima tahun dan dapat dianggkat lagi hanya untuk satu kali
masa jabatan.

Komnas HAM mempunyai wewenang sebagai berikut:

1)  melakukan perdamaian pada kedua belah pihak yang bermasalah

2)  menyelesaikan masalah secara konsultasi maupun negosiasi

3)  menyampaikan rekomendasi  atas suatu kasus pelanggaran hak asasi manusia

kepada pemerintah dan DPR untuk ditindaklanjuti.

4)  memberi saran kepada pihak yang bermasalah untuk menyelesaikan sengketa  di pengadilan.
Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar boleh melakukan  pengaduan kepada
Komnas HAM. Pengaduan tersebut harus disertai dengan alasan, baik secara tertulis maupun
lisan dan identitas pengadu yang benar.

Pembentukan Instrumen HAM

Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan  penegakan hak asasi
manusia. Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-undangan dan lembaga-lembaga
penegak hak asasi manusia, seperti Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan
Pengadilan HAM. Instrumen HAM yang berupa peraturan perundang-undangan dibentuk untuk
menjamin kepastian hukum serta memberikan arahan dalam proses penegakan HAM. Adapun
peraturan perundang-undangan yang dibentuk untuk mengatur masalah HAM adalah:

1)  Pada Amandemen Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
telah ditetapkan satu bab tambahan dalam batang tubuh yaitu bab X A yang berisi mengenai hak
asasi manusia, melengkapi pasal-pasal yang lebih dahulu mengatur mengenai masalah HAM.

2)  Dalam Sidang Istimewa MPR 1998 ditetapkan sebuah Ketetapan  MPR mengenai Hak Asasi
Manusia yaitu TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998.

3)  Ditetapkannya Piagam HAM Indonesia pada tahun 1998.

4)  Diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak


Asasi Manusia, yang diikuti dengan dikeluarkannya PERPU Nomor 1 Tahun 1999 tentang
pengadilan HAM yang kemudian ditetapkan menjadi sebuah undang-undang, yaitu Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM.

5)  Ditetapkan peraturan perundang-undangan tentang perlindungan anak, yaitu:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang  Pengadilan Anak.


2. Undang-Undang Republik IndonesiaI Nomor 23 Tahun 2002 tentang  Perlindungan
Anak.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Anak.

Pembentukkan Pengadilan HAM

Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun


2000. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap  pelanggaran HAM berat yang
diharapkan dapat melindungi hak asasi manusia baik perseorangan maupun masyarakat dan
menjadi dasar dalam penegakan, kepastian hukum, keadilan dan perasaan aman, baik
perseorangan maupun masyarakat. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat. Disamping itu, berwenang
memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM yang dilakukan oleh warga negara
Indonesia dan terjadi di luar batas teritorial wilayah Indonesia.

Upaya Penanganan Kasus Pelanggaran HAM

Upaya Pencegahan Pelanggaran HAM

Berikut ini tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi berbagai kasus
pelanggaran HAM:

Supremasi hukum dan demokrasi harus ditegakkan.

Pendekatan hukum dan pendekatan dialogis harus dikemukakan dalam rangka melibatkan
partisipasi masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Para pejabat penegak hukum
harus memenuhi kewajiban dengan memberikan pelayanan yang baik dan adil kepada
masyarakat, memberikan perlindungan kepada setiap orang dari perbuatan melawan hukum, dan
menghindari tindakan kekerasan yang melawan hukum dalam rangka menegakkan hukum.

Meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk


pelanggaran HAM oleh pemerintah.

3)  Meningkatkan pengawasan dari masyarakat dan lembaga-lembaga politik terhadap setiap


upaya penegakan HAM yang dilakukan oleh pemerintah.

4)  Meningkatkan penyebarluasan prinsip-prinsip HAM kepada masyarakat melalui lembaga


pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi) maupun non-formal (kegiatan-kegiatan keagamaan
dan kursus-kursus).

5)  Meningkatkan profesionalisme lembaga keamanan dan pertahanan negara.

6)  Meningkatkan kerja sama yang harmonis antarkelompok atau golongan dalam masyarakat
agar mampu saling memahami dan menghormati keyakinan dan pendapat masing-masing.

Penanganan Kasus Pelanggaran HAM

 
Kasus pelanggaran HAM akan senatiasa terjadi jika tidak secepatnya ditangani. Negara yang
tidak mau menangani kasus pelanggaran HAM yang terjadi di negaranya akan disebut sebagai
Unwillingnes State atau negara yang tidak mempunyai kemauan menegakkan HAM. Kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di negara tersebut akan disidangkan oleh Mahkamah
Internasional. Hal tersebut tentu saja menggambarkan bahwa kedaulatan hukum negara tersebut
lemah dan wibawa negara tersebut jatuh di dalam pergaulan bangsa-bangsa yang beradab.

Sebagai negara hukum dan beradab, tentu saja Indonesia tidak mau disebut sebagai Unwillingnes
State. Indonesia selalu menangani sendiri kasus pelanggaran  HAM yang terjadi di negaranya
tanpa bantuan dari Mahkamah Internasional. Contoh-contoh kasus yang dikemukakan pada
bagian sebelumnya merupakan bukti bahwa di negara kita ada proses peradilan untuk menangani
masalah HAM terutama yang sifatnya berat.

Sebelum berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang


pengadilan HAM, kasus pelanggaran HAM diperiksa dan diselesaikan di pengadilan HAM
DGKRF yang dibentuk berdasarkan keputusan presiden dan berada di lingkungan peradilan
umum. Setelah berlakunya undang-undang tersebut kasus pelanggaran HAM di Indonesia
ditangani dan diselesaikan melalui proses peradilan di Pengadilan HAM.

Penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia dilakukan berdasarkan ketentuan yang
terdapat dalam Undang-Undang  Republik Indonesia Nomor 26  Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM. Berdasarkan undang-undang tersebut, proses persidangannya berlandaskan pada
ketentuan Hukum Acara Pidana. Proses penyidikan dan penangkapan dilakukan oleh Jaksa
Agung dengan disertai surat perintah dan alasan penangkapan, kecuali tertangkap tangan.
Penahanan untuk pemeriksaan dalam sidang di Pengadilan HAM dapat dilakukan paling lama 90
hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari oleh pengadilan negeri sesuai dengan daerah
hukumnya. Penahanan di Pengadilan Tinggi dilakukan paling lama 60 hari dan dapat
diperpanjang paling lama 30 hari. Penahanan di Mahkamah Agung paling lama 60 hari dan dapat
diperpanjang paling lama 30 hari.

Adapun penyelidikan di terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang  berat dilakukan oleh
Komnas HAM. Dalam melakukan penyelidikan, Komnas HAM dapat membentuk Tim DGKRF
yang terdiri dari Komnas Ham dan unsur Info Kewarganegaraan Pada dasarnya, secara tidak
langsung Peradilan HAM mempertahankan harga diri bangsa kita sebagai bangsa yang merdeka
terutama di bidang peradilan dan menjamin terwujudnya nilai Pancasila yaitu kemanusiaan yang
adil dan beradab.

https://ganadametro.wordpress.com/2015/08/29/makalah-penegakan-ham-di-indonesia/ diunduh tgl


12/7/18 jam 21.40

Upaya Pemerintah Dalam Penegakan HAM


20.01 | Diposting oleh Han Prasetya Utama |

1.      UPAYA PEMERINTAH DALAM PENEGAKAN HAM


Hak asasi manusia tidak lagi dilihat sekadar sebagai perwujudan faham individualisme dan liberalisme.
Hak asasi manusia lebih dipahami secara humanistis sebagai hak-hak yang inheren dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, apapun latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin dan
pekerjaannya. Dewasa ini pula banyak kalangan yang berasumsi negatif pada pemerintah dalam
menegakkan HAM. Sangat perlu diketahui bahwa pemerintah Indonesia sudah sangat serius dalam
menegakkan HAM. Hal ini dapat kita lihat dari upaya pemerintah sebagai berikut;
  Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM di seluruh dunia
atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons pada pelanggaran HAM internasional hal ini
dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden atas beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-akhir
ini contoh; Irak, Afghanistan, dan baru-baru ini Indonesia juga memaksa PBB untuk bertindak tegas
kepada Israel yang telah menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil, wanita dan anak-
anak.
  Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM, antara lain telah ditunjukkan
dalam prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-2004 (Propenas) dengan pembentukan
kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia dengan kepres nomor 50 tahun 1993, serta pembentukan Komisi Anti Kekerasan pada
perempuan
  Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 mengenai hak asasi manusia , Undang-undang
nomor 26 tahun 2000 mengenai pengadilan HAM, serta masih banyak UU yang lain yang belum itukan
menyangkut penegakan hak asasi manusia.

2.      UPAYA PENANGANAN KASUS PELANGGARAN HAM


Proses  penanganan kasus pelanggaran HAM dapat dilakukan melalui lembaga Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM), Pengadilan HAM, dan Pengadilan HAM ad hoc. Berikut iniuraian singkatnya.

1)      Proses Penanganan Pelanggaran HAM Melalui Komnas HAM

Pada awalnya KOmnas HAM mendapat aduan baik secara lisan maupun tertulis dari setiap orang atau
kelompok yang memiliki alasan kuat bahwa hak asasinya telah dilanggar. Langkah Komnas HAM
selanjutnya melalui tahapan berikut.

a.       Melakukan Pemeriksaan


Tahap ini dilakukan dengan memanggil pengadu, saksi, ataupun pihak lain yang terkait untuk dilakukan
pemeriksaan. Tujuannya tidak lain untuk menentukan dapat dilanjutkan atau tidaknya penuntutan yang
ada. Hal itu dapat ditentukan berdasarkan pembuktian dalam pemeriksaan. Jika buktinya tidak kuat,
penuntutan tidak dapat dilanjutkan lagi atau dihentikan.
b.      Menyelesaikan Pengaduan Setelah Melalui Tahap Pemeriksaan
Pada tahap ini Komnas HAM dapat menetukan penyelesaian pengaduan yang ada dalam berbagai
bentuk seperti berikut. Perdamaian kedua belah pihak; penyelesaian perkara melalui cara konsultasi,
negosiasi, mediasi, konsiliasi; pemberian saran kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa
melalui pengadilan; penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran HAM kepada pemerintah
untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya; serta penyampaian rekomendasi atas suatu kasus pelanggaran
HAM kepada DPR untuk ditindaklanjuti.

2)      Proses Penanganan Pelanggaran HAM Melalui Pengadilan HAM

Proses penanganan pelanggaran HAM melalui pengadilan HAM dapat dilakukan melalui tahap-tahap
berikut.

a.       Penangkapan
Penangkapan dilakukan oleh jaksa agung untuk kepentingan penyidikan dengan memperlihatkan surat
tugas. Jika pelaku tertangkap tangan, tidak diperlukan surat tugas tetapi menyerahkan barang bukti.
b.      Penahanan
Penahanan dapat dilakukan oleh jaksa agung untuk kepentingan penyidikan, penunututan, pemeriksaan
di sidang pengadilan HAM, banding di pengadilan tinggi, dan kasasi di Mahkamah Agung.

c.       Penyelidikan
Penyelidikan dilakukan oleh Komnas HAM. Dalam upaya penyelidikan, Komnas HAM dapat membentuk
tim ad hoc yang terdiri atas Komnas HAM dan unsur masyarakat.
d.      Penyidikan
Penyidikan dilakukan oleh jaksa agung. Dalam upaya penyidikan, jaksa agung dapat mengangkat
penyidik ad hoc. Jika dalam penyidikan tidak diperoleh bukti yang cukup, jaksa agung dapat
mengeluarkan surat penghentian penyidikan.
e.       Penuntutan
Penuntutan dilakukan oleh jaksa agung. Dalam hal ini jaksa agung dapat mengangkat penuntut umum
ad hoc.
f.       Pemeriksaan di Sidang Pengadilan
Pemeriksaan disidang pengadilan dilakukan oleh lima orang hakim yang terdiri atas dua orang hakim
HAM dan tiga orang hakim ad hoc. Pemeriksaan ditingkat pertama dilakukan paling lama 180 hari. Untuk
banding dan kasasi dilakukan paling lama 90 hari.

3)      Proses Penanganan Pelanggaran HAM di Pengadilan HAM Ad Hoc

Proses pengadilan HAM ad hoc pada dasarnya sama denganproses di pengadilan HAM. Yang
membedakannya pada jenis kasus yang ditanganinya. Pengadilan HAM ad hoc hanya menangani kasus
pelanggaran HAM yang terjadi sebelum diundangkannya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Pengadilan HAM ad hoc dibentuk atas usul DPR berdasarkan keputusan
presiden. Jadi, pengadilan HAM ad hoc sifatnya tidak permanen sedangkan pengadilan HAM bersifat
permanen.

3.      PERILAKU YANG MENDUKUNG UPAYA PENEGAKAN HAM DI INDONESIA


Berikut ini beberapa contoh perilaku yang mendukung upaya penegakan HAM di indonesia baik di
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa dan negara.

1)      Upaya penegakan HAM di lingkungan keluarga

-          Menghormati dan menyayangi adik dan kakak


-          Saling menghargai pendapat antar anggota keluarga
-          Setiap permasalahan diselesaikan dengan cara musyawarah
-          Orang tua tidak pilih kasih kepada anaknya

2)      Upaya penegakan HAM di lingkungan sekolah

-          Tidak memaksakan kehendak kepada teman atau guru


-          Tidak membeda-bedakan antara teman
-          Mentaati semua tata tertib di sekolah
-          Tidak mengejek, menghina dan menganiaya teman

3)      Upaya penegakan HAM di lingkungan masyarakat


-          Tidak menghardik pengemis dan kaum duafa
-          Mengutamakan musyawarah untuk mufakat
-          Menjauhkan sifat kekerasan dan main hakim sendiri
-          Mengembangkan sikap tengang rasa

4)      Upaya penegakan HAM di lingkungan bangsa dan negara

-          Memahami dan mentaati setap instrumen HAM yang berlaku


-          Bersedia menjadi saksi jika mengetahui terjadinya pelanggaran HAM
-          Tidak membuat kerusuhan dan provokasi yang dapat memecah belah kerukunan umat beragama di
indonesia
-          Melaporkan pada pihak yang berwajib jika melihat dan mengetahui telah adanya pelangaran HAM. 

http://macam-makalah.blogspot.com/2015/09/upaya-pemerintah-dalam-penegakan-
ham.html#.W0dk_zl9i00 diunduh tgl 12/7/18 jam 22.30

Makalah Tentang HAM di Indonesia


BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya
berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara
individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah
sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih
dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu
diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan
atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Berdasarkan uraian di atas penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka
dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”. Sebagai pemenuhan Tugas Mata Pelajaran
PKn.

B.       Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1.      Bagaimana Sejarah HAM di dunia dan Indonesia ?


2.      Apa Definisi dan Pengertian HAM?
3.      Bagaimana upaya-upaya penangan terhadap kasus-kasus HAM ?

C.      Tujuan

Adapun tujuan disusunnya makalh ini adalah :

1.      Untuk memnuhi Tugas Sekolah Mata Pelajaran PKn di SMA Negeri 1 Surade.
2.      Untuk menambah pengetahuan tentang Hak Asasi manusia (HAM).

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Sejarah HAM


1.        Sejarah HAM di Dunia

Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf Inggris pada abad ke-
17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada setiap diri manusia,
yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada waktu itu, hak masih terbatas pada bidang sipil
(pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di
dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi Amerika, dan Revolusi Prancis.

a)      Magna Charta (1215)


Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para bangsawan disebut Magna Charta. Isinya
adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja kepada para bangsawan beserta keturunannya,
seperti hak untuk tidak dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu diberikan
sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat
itu, jaminan hak tersebut berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.
b)      Revolusi Amerika (1776)
Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan penjajahan Inggris disebut Revolusi Amerika.
Declaration of Independence (Deklarasi Kemerdekaan) dan Amerika Serikat menjadi negara merdeka
tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi ini.
c)      Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis kepada rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah
bertindak sewenang-wenang dan absolut. Declaration des droits de I’homme et du citoyen (Pernyataan
Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh Revolusi Prancis. Pernyataan ini memuat tiga hal:
hak atas kebebasan (liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan (fraternite).
d)     African Charter on Human and People Rights (1981)
Pada tanggal 27 Juni 1981, negara-negara anggota Organisasi Persatuan Afrika (OAU) mengadakan
konferensi mengenai HAM. Dalam konferensi tersebut, semua negara Afrika secara tegas berkomitment
untuk memberantas segala bentuk kolonialisme dari Afrika, untuk mengkoordinasikan dan
mengintensifkan kerjasama dan upaya untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat
Afrika.
e)      Cairo Declaration on Human Right in Islam (1990)
Deklarasi Kairo tentang Hak Asasi Manusia dalam Islam merupakan deklarasi dari negara-negara anggota
Organisasi Konferensi Islam di Kairo pada tahun 1990 yang memberikan gambaran umum pada Islam
tentang hak asasi manusia dan menegaskan Islam syariah sebagai satu-satunya sumber. Deklarasi ini
menyatakan tujuannya untuk menjadi pedoman umum bagi negara anggota OKI di bidang hak asasi
maunsia.
f)       Bangkok Declaration (1993)
Deklarasi Bangkok diadopsi pada pertemuan negara-negara Asia pada tahun 1993. Dalam konferensi ini,
pemerintah negara-negara Asia telah mengegaskan kembali komitmennya terhadap prinsip-prinsip
Piagam PBB dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Mereka menyatakan pandangannya saling
ketergantungan dan dapat dibagi hak asasi manusia dan menekankan perlunya universalitas,
objektivitas, dan nonselektivitas hak asasi manusia.
g)      Deklarasi PBB (Deklarasi Wina) Tahun 1993
Deklarasi ini merupakan deklarasi universal yang ditandatangani oleh semua negara anggota PBB di ibu
kota Austria, yaitu Wina. Oleh karenanya dikenal dengan Deklarasi Wina. Hasilnya adalah
mendeklarasikan hak asasi generasi ketiga, yaitu hak pembangunan. Deklarasi ini sesungguhnya adalah
re-evaluasi tahap dua dari Deklarasi HAM, yaitu bentuk evaluasi serta penyesuaian yang disetuju semua
anggota PBB, termasuk Indonesia.
2.        Sejarah HAM di Indonesia
Sepanjang sejarah kehidupan manusia ternyata tidak semua orang memiliki penghargaan yang
sama terhadap sesamanya. Ini yang menjadi latar belakang perlunya penegakan hak asasi manusia.
Manusia dengan teganya merusak, mengganggu, mencelakakan, dan membunuh manusia lainnya.
Bangsa yang satu dengan semena-mena menguasai dan menjajah bangsa lain. Untuk melindungi harkat
dan martabat kemanusiaan yang sebenarnya sama antarumat manusia, hak asasi manusia dibutuhkan.
Berikut sejarah penegakan HAM di Indonesia.
a)      Pada masa prakemerdekaan
Pemikiran modern tentang HAM di Indonesia baru muncul pada abad ke-19. Orang Indonesia pertama
yang secara jelas mengungkapkan pemikiran mengenai HAM adalah Raden Ajeng Kartini. Pemikiran itu
diungkapkan dalam surat-surat yang ditulisnya 40 tahun sebelum proklamasi kemerdekaan.
b)      Pada masa kemerdekaan
           Pada masa orde lama
Gagasan mengenai perlunya HAM selanjutnya berkembang dalam sidang BPUPKI. Tokoh yang gigih
membela agar HAM diatur secara luas dalam UUD 1945 dalam sidang itu adalah Mohammad Hatta dan
Mohammad Sukiman. Tetapi, upaya mereka kurang berhasil. Hanya sedikit nilai-nilai HAM yang diatur
dalam UUD 1945. Sementara itu, secara menyeluruh HAM diatur dalam Konstitusi RIS dan UUDS 1950.
           Pada masa orde baru
Pelanggaran HAM pada masa orde baru mencapai puncaknya. Ini terjadi terutama karena HAM
dianggap sebagai paham liberal (Barat) yang bertentangan dengan budaya timur dan Pancasila. Karena
itu, HAM hanya diakui secara sangat minimal. Komisi Hak Asasi Manusia dibentuk pada tahun 1993.
Namun, komisi tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik karena kondisi politik. Berbagai pelanggaran
HAM terus terjadi, bahkan disinyalir terjadi pula berbagai pelanggaran HAM berat. Hal itu akhirnya
mendorong munculnya gerakan reformasi untuk mengakhiri kekuasaan orde baru.
           Pada masa reformasi
Masalah penegakan hak asasi manusia di Indonesia telah menjadi tekad dan komitmen yang kuat dari
segenap komponen bangsa terutama pada era reformasi sekarang ini. Kemajuan itu ditandai dengan
membaiknya iklim kebebasan dan lahirnya berbagai dokumen HAM yang lebih baik. Dokumen itu
meliputi UUD 1945 hasil amendemen, Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU No.
39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia.
Pada tahun 2005, pemerintah meratifikasi dua instrumen yang sangat penting dalam penegakan HAM,
yaitu Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (ICESCR) menjadi Undang-
Undang No. 11 tahun 2005, dan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR) menjadi
Undang-Undang No. 12 tahun 2005.

B.       Definisi dan Pengertian HAM

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).

Pengertian HAM menurut UDHR sering dinilai masih pada tahap Generasi 1 Konsep HAM, yaitu
isinya sarat dengan hakhak yuridik dan politik. Sedangkan jika memperhatikan pengertian HAM menurut
UU No. 39 Tahun 1999 di atas, tampak mengandung visi filsafati dan visi yuridis konstitusional.
Kemudian pengertian HAM meurut visi politik dapat diidentikan dengan pendekatan struktural, karena
keduanya lebih menonjolkan pengertian HAM dalam kehidupan seharihari yang cenderung banyak
pelanggaran.

Memperhatikan berbagai pengertian /konsep/definisi hak asasi tersebutdi atas dapat disimpulkan
bahwa HAM merupakan hak yang melekat (inheren) pada setiap orang yang merupakan karunia dari
Tuhan YME, bukan pemberian Negara, pemerintah dan atau orang lain. Kewajiban dan tidak boleh
dihilangkan atau dihapus oleh siapapun dengan alasan apapun. Karena kebutuhan dasar manusia
dimanapun pada hakekatnya sama seperti hak atas hidup,, bebas mengeluarkan pikirannya, bebas dari
rasa takut, tidak ingin dieksploitasi, hidup bahagia dan lainlain, maka HAM merupakan sesuatu yang
bersifat Universal.

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri
pokok hakikat HAM yaitu:

•         HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.
•         HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik
atau asalusul sosial dan bangsa.
•         HAM tidak bisa dilanggar. Tidak seorangpun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak
orang lain. Orang tetap mempunyai HAM walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak
melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).

C.      Upaya Pemerintah dalam Menegakan HAM

Upaya penegakkan HAM akan berhasil jika putusan peradilan tidak memihak dan merdeka dalam
memperjuangkan penegakan HaM di Indonesia. Dibandingkan dengan masa sebelumnya, pada masa
reformasi, perkembangan HAM di Indonesia memiliki landasan operasional yang lebih jelas. Sebenarnya
istilah hak dasar atau hak asasi manusia sudah banyak tercantum dalam peraturan perundang-undangan
Indonesia, seperti dalam UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, UUD Sementara 1950, dan Tap MPRS No.
XIV/MPRS/1966. Walaupun begitu, ketetapan MPR tentang HAM baru dihasilkan pada masa reformasi,
misalnya dalam Tap MPR No. XVII/MPR/1998.

Sebagai upaya untuk tetap menegakkan hak-hak asasi manusia di Indonesia, melalui keputusan
Presiden No. 50 Tahun 1993 pemerintah membentuk lembaga independen Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia (Komnas HAM) yang berkedudukan di Jakarta. Komnas HAM hanya berfungsi sebagai
penyelidik dengan mengumpulkan berbagai data dan fakta dari kasus yang diduga melanggar HAM. Hasil
penyelidikan diserahkan kepada pihak kejaksaan. Selanjutnya proses hukuman diserahkan kepada
pengadilan.

Penegakan HAM secara yuridis formal ini diperkuat dengan dikeluarkannya UU No. 39 Tahun 1999
tentang pelaksanaan HAM di Indonesia serta UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Tap MPR
No. XVII/MPR/1998 memuat Piagam Hak Asasi Manusia yang mencakup hak untuk hidup, hak untuk
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak untuk mengembangkan diri, hak atas keadilan, hak
kemerdekaan, hak atas kebebasan informasi, hak atas keamanan, hak atas kesejahteraan, serta hak atas
perlindungan dan pemajuan oleh pemerintah.

Meskipun dari sisi perundang-undangan sudah menunjukan kemajuan yang positif, namun
penegakan HAM dan dan keadilan masih jauh dari harapan. Banyak pelanggaran HAM yang terjadi tidak
diselesaikan secara adil atau memenuhi keadilan masyarakat.
D.      Perkembangan Masyarakat dalam Menegakan HAM

Dalam usaha penegak HAM di sebuah negara, khususnya di Indonesia, partisipasi pemerintah dan
masyarakat sangatlah dibutuhkan. Pihak masyarakat yang dapat dan berhak berpartisipasi dalam usaha
perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia meliputi individu, kelompok, organisasi
politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, ataupun lembaga kemsyarakatan lainnya.

Pelanggaran HAM bisa terjadi kapan dan dimana saja. Setiap individu berhak untuk berpartisipasi
dalam usaha penegakan HAM apabila ia mendapat perlakuan atau melihat tindakan yang melanggar
HAM. Bentuk partisipasi yang dapat dilakukan adalah melaporkan apabila terjadi pelanggaran HAM
kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya yang berwenang. Setiap individu juga berhak mengajukan
usulan mengenai kebijakan yang berkaitan dengan HAM kepada Komnas HAM atau lembaga lainnya.
Seiring dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, perubahan yang terjadi di tengah masyarakat
juga semakin pesat dan dinamis sehingga sangatlah sulit bagi pemerintah untuk mengamati kebutuhan
hak asasi masyarakat setiap waktu. Untuk mengatasi kendala tersebut, masyarakat dapat membantu
dengan melakukan penelitian, pendidikan, dan penyebarluasan informasi mengenai HAM,  baik
dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bekerjasama dengan Komnas HAM.

E.       Pelanggaran HAM dan Penanganan Kasus Pelanggaran HAM

Pelanggaran HAM menurut pasal 1 ayat (6) UU No.Pelanggaran HAM menurut pasal 1 ayat (6) UU
No. 39 Tahun 1999 tentang HAM adalah setiap perbuatan seorang atau kelompok orang, termasuk
aparat negara, baik disengaja ataupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang, dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM yang berat. Pelanggaran
HAM berat yang diperiksa dan diputuskan oleh Pengadilan HAM meliputi hal-hal sebagai berikut.

a.      Kejahatan genosida (genocide crime)


Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian bangsa, ras, kelompok etnis, atau kelompok
agama.

b.      Kejahatan terhadap kemanusiaan (crime against humanity)

Kejahatan ini merupakan serangan secara luar atau sistematis yang ditujukan secara langsung
terhadap penduduk sipil. Kejahatan ini dapat berupa pembunuhan, pemusnahan, pembudakan,
pengusiran, atau pemindahan penduduk secara paksa, dll.

Terhadap pelanggaran hak asasi manusia dalam kategori berat seperti genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan yang berdasarkan hukum internasional, dapat digunakan asas retroaktif, dengan
pemberlakuan pasal mengenai kewajiban untuk tunduk pada pembatasan yang ditetapkan undang-
undang, sebagaimana tercantum dalam pasal 28J ayat (2) Undang-undang Dasar 1945.

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan
HAM adalah hakhak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAMnya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah
melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih dulu
memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber utama ajaran Islam itu
yaitu AlQur’an dan Hadits yang merupakan sumber ajaran normatif, juga terdapat dalam praktik
kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundangundangan RI, dimana
setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau
bahkan suatu Negara akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh
proses pengadilan melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam.
B.       Saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai
kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh
orang lain.

Jadi dalam menjaga HAM kita harus mampu menyesuaikan dan mengimbangi antara HAM kita
dengan orang lain. Dan kita juga harus membantu negara dalam mencari upaya untuk mengatasi atau
menanggulangi adanya pelanggaran-pelanggaran HAM yang ada di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

http://www.zonasiswa.com/2014/07/sejarah-hak-asasi-manusia-ham.html

http://www.gudangmakalah.com/2014/10/contoh-makalah-pkn-hak-asasi-manusia.html

http://daviedan.blogspot.co.id/

http://coretan-berkelas.blogspot.com/2014/10/upaya-penanganan-kasus-pelanggaran-hak.html

http://www.ujangarisman.com/2016/12/makalah-tentang-ham-di-indonesia.html diunduh tgl 12/7/18 jam


22.45

1. Latar Belakang Masalah

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak manusia masih
dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di di dalamnya tidak jarang menimbulkan
gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah
yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap individu
lain,kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.

Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang penegakan HAM
bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan sebagai upaya menunjang
komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini,
pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di sekitar kita. Untuk itulah kami menyusun
makalah yang berjudul “Contoh Kasus Pelanggaran Hak asai Manusia di Indonesia”,untuk
memberikan informasi tentang apa itu pelanggaran HAM.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah  di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai
berikut.

1. Apa Pengertian Pelanggaran Hak Asasi Manusia ?


2.   Apa sajafaktor – faktor penyebab pelanggaran Hak Asasi Manusia?
3. Apa contoh dari kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia ?

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk

1. mendeskripsikan faktor-faktor yang memengaruhi kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia

di Indonesia.

2. mendeskripsikan contoh – contoh kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang pernah ada
di Indonesia.

1. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi manfaat teoretis dan manfaat praktis

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap para penduduk di Indonesia,
khususnya memajukan penduduk di Indonesia menjadi modern khususnya yang berhubungan
dengan perkembangan zaman agar tidak melanggar Hak Asasi Manusia.

2. Mamfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang kasus – kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia dan pemahaman tentang pengaruh pelanggaran Hak Asasi
Manusia.
 

1. Landasan Teori

Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat
kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Tuhan yang harus dihormati, dijaga, dan
dilindungi. Sedangkan hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan
perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusiamenjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara
individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer), dan negara.

Kasus-Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia Menurut Pasal 1 Ayat 6 No. 39 Tahun 1999 yang
dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku. Pada tingkatan operasional, berbagai perencanaan program
nasional telah dicanangkan untuk menangani masalah pelanggaran HAM pada anak antara lain
penghapusan bentuk-bentuk terburuk pekerja anak, penghapusan perdagangan perempuan dan
anak, penghapusan eksploitasi seksual komersial pada anak, penanganan terhadap anak jalanan.
Namun berbagai peraturan perundang-undangan yang ada terhadap anak itu belum dapat
memberikan jaminan bagi peningkatan kualitas anak Indonesia. Banyaknya faktor yang
menghambat implementasi peraturan perundang-undangan di lapangan menunjukkan bahwa
masalah pembinaan kualiatas anak merupakan masalah yang kompleks.

Faktor yang menghambat pengimplementasian ketentuan tersebut dapat bersifat internal maupun
eksternal. Untuk dapat mengentaskan anak-anak dari kondisi demikian, yang perlu dilakukan
pertama-tama adalah: kenali masalah yang terdapat di dalam lingkungan terdekat anak, yaitu
keluarga.

Fungsi perlindungan atau proteksi kepada anak merupakan salah satu fungsi yang penting karena
dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan dalam keluarga. Bila fungsi ini
dapat dikembangkan dengan baik, keluarga akan menjadi tempat perlindungan yang aman secara
lahiriah dan batin bagi seluruh anggotanya. Namun, selain fungsi perlindungan keluarga juga
memiliki fungsi ekonomi. Fungsi itu menjadi pendukung kemampuan kemandirian keluarga dan
anggotanya dalam batas-batas ekonomi masyarakat, bangsa, dan negara dimana keluarga itu
hidup. Apabila dikembangkan dengan baik fungsi ini dapat memberikan kepada setiap keluarga
kemampuan untuk mandiri dalam bidang ekonominya, sehingga mereka dapat memilih bentuk
dan arahan sesuai kesanggupannya.

Dengan berkembangnya waktu, fenomena pekerja anak banyak berkaitan erat dengan dengan
alasan ekonomi keluarga (kemiskinan) dan kesempatan memperoleh pendidikan. Pendapatan
orangtua yang sedikit tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehingga memaksa
mereka untuk bekerja. Di lain pihak, biaya pendidikan di Indonesia yang masih tinggi telah pula
ikut memperkecil kesempatan untuk mengikuti pendidikan.

Perbenturan kepentingan antara kedua fungsi inilah yang kadang menimbulkan dilema bagi
keluarga yag kehidupan ekonominya kurang membahagiakan. Di satu sisi, keluarga harus
mampu memberikan perlindungan kepada anggotanya, termasuk anak-anak. Namun di sisi lain,
adanya fungsi ekonomi juga telah menuntut para anggotanya untuk ikut memberikan sumbangan
agar kebutuhan hidup keluarga dapat terpenuhi, yaitu dengan bekerja. Karena itu tidak heran jika
kemudian muncul fenomena pekerja anak.

Fenomena pekerja anak di Indonesia pada awalnya banyak berkaitan dengan tradisi atau budaya
membantu orangtua, yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia pada umunya. Ada beberapa
alasan yang dapat dikemukakan mengapa anak dilatih untuk bekerja. Pertama, sebagian orangtua
masih beranggapan bahwa memberi pekerjaan kepada anak-anak merupakan upaya proses
pembelajaran agar anak mengerti arti tanggung jawab. Kedua, tindakan itu juga dapat melatih
dan memperkenalkan anak kepada dunia kerja. Ketiga, untuk membantu meringankan beban
kerja keluarganya.

Bahkan lebih parah lagi, saat ini fenomena pekerja anak masih ditambah dengan munculnya
fenomena anak jalanan di kota-kota besar, yang makin menambah kompleksnya permasalahan.
Jika kita menyusuri jalan-jalan di sekitar Jakarta, dengan mudah kita akan mendapatkan anak-
anak usia sekolah yang mengamen atau sekedar meminta-minta di lampu merah. Tidak jarang
pula kita menemukan mereka di dalam bis-bis kota. Mereka kemudian dikenal dengan sebutan
‘anak jalanan’. Entah sebutan itu cocok atau tidak untuk mereka. Sebagaimana anak-anak lain,
anak jalanan juga menginginkan hidup normal. Mereka anak kita juga yang membutuhkan
tempat untuk tinggal, rasa aman, nyaman, dan ingin diterima oleh masyarakat.

Fenomena anak jalanan merupakan ekses lingkaran setan kemiskinan bangsa Indonesia. Kendala
yang dihadapi mobilitas anak-anak itu cukup tinggi. Anak-anak yang dibimbing di rumah
singgah, setelah keluar, kadang kembali menjadi anak-anak jalanan. Sebab, kebutuhan ekonomi
tidak terelakkan. Sayangnya, perhatian kepada anak-anak terkesan digelar pada momen-momen
tertentu saja. mereka yang hidup di jalanan sebagai, pengamen, pedagang asongan, pengemis,
dan pelacur. Paru-paru mereka tidak hanya menghirup kerasnya udara yang mengandung timbal
dan karbon monoksida tapi juga menghisap asap kekerasan purba langsung dari akarnya.

Secara, struktural negara bisa disalahkan sebagai penyebab buruknya kondisi anak-anak di negeri
ini. Karena negara sebagai pemegang kekuasaan membuat kebijakan yang sering tak berpihak
pada masyarakat bawah. Kebijakan itu menyebabkan orang miskin yang makin terbelenggu dan
tidak berdaya. Kemiskinan menjadi satu faktor pemicu terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
(HAM) pada anak. Anak dalam keluarga miskin mengalami subordinasi ganda, yaitu ada
supremasi dari yang kaya dan orang dewasa. Hak anak bisa dilanggar karena dia anak-anak dan
miskin.

Menyalahkan negara sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab tak secara otomatis
membawa kehidupan anak menjadi lebih baik. Kita semua, tanpa disadari, telah menjadi orang
dewasa, para orang tua yang merangkap sebagai eksekutor bagi anak-anak kita sendiri. Algojo
yang menghukum anak secara tidak proporsional. Hukuman yang menghabiskan seluruh energi
kehidupan dan masa depan anak-anak dalam bayang-bayang trauma jalanan, dan debu
peperangan.

1. Pembahasan

1. Pengertian pelanggaran Hak Asasi manusia

Menurut Pasal 1 Angka 6 No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi
manusia adalah  setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin
oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar,
berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.

Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan baik


dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi
individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.

2. Faktor – faktor penyebab Pelanggaran Hak Asasi Manusia

Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) disebabkan oleh faktor – faktor berikut :

1. Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang berasal dari
diri pelaku pelanggar HAM, diantaranya adalah:
o Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri.

Sikan ini akan menyebaabkan seseorang untuk selalu mennuntutkan haknya, sementara
kewajibabannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyi sikap seperti ini, akan
menghalalkan segala cara supaya haknya bisa terpenuhi, meskipun caranya tersebut dapan
melanggar hak orang lain

 Rendahnya kesadaran HAM.

Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran HAM berbuat seenaknya. Pelaku tidak mau tahu
bahwa orang lain pun mempunyai hak asasi yang harus dihormati. Sikap tidak mau tahu itu
berakibat muncul perilaku atau tindakan penyimpangan terhadap hak asasi manusia

 Sikap tidak toleran

Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak menghargai dan tidak menghormati atas
kedudukan atau keberadaan orang lain. Sikap ini pada akhirnya akan mendorong orang untuk
melakukan diskriminasi kepada orang lain.

1. Faktor eksternal, yaitu faktor – faktor di luar diri manusia yang mendorong seorang atau
sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, diantaranya sebagai berikut:
o Penyalahgunaan kekuasaan

Di Masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan disini tidak hanya menunjuk
pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk – bentuk kekuasaan lain yang terdapat di
masyarakat.
 Ketidaktegasan aparat penegak huku,

Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran HAM, tentu saja
akan mendorong timbulya pelanggaran HAM lainnya.

 Penyalahgunaan teknologi

Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi bisa juga memberikan
pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya kejahatan.

 Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi

Kesenjangan menggambarkan telah terjadinya ketidakseimbangan yang mencolok didalam


kehidupan masyarakat.

3. Contoh – contoh kasus pelanggaran HAM

Di Indonesia, meskipun pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundangan – undangan


mengenai HAM, namun pelanggaran HAM tetap selalu ada baik yang dilakukan oleh pemerintah
maupun olej masyarkat sendiri.

Berikut ini beberapa contoh kasus pelanggaran HAM yang pernah terjadi di Indonesia :

1. Kasus Trisakti dan Semanggi

Kasus pelanggaran HAM Trisakti dan Semanggi ini erat berkaitan dengan gerakan reformasi
pada 1998 lalu. Dipicu oleh krisis ekonomi pada tahun 1997 dan tindakan KKN pada masa
kepemimpinan Presiden Soeharto, maka terjadilah gerakan reformasi besar-besaran yang
dipelopori oleh mahasiswa. Para mahasiswa pun melakukan demo yang berujung pada bentrok
fisik dengan aparat. Hal inilah yang akhirnya menyebabakan tewasnya 4 mahasiswa dari
Universitas Trisakti akibat tembakan peluru aparat. Sedangkan tragedi Semanggi terjadi 6 bulan
kemudian pada 13 November 1998 yang menewaskan 5 mahasiswa. Dua peristiwa ini memicu
kerusuhan di seluruh wilayah Indonesia. Kerusuhan dan kekerasan pun terjadi di mana-mana dan
menewaskan ribuan warga. Peristiwa kerusuhan Mei 1998 ini pun dicatat sebagai salah satu
tahun kelam sejarah bangsa Indonesia.

 
 

2. Kasus Marsinah

Kasus pelanggaran HAM Marsinah terjadi pada tanggal 3 dan 4 Mei 1993. Kasus ini berawal
dari unjuk rasa dan pemogokan yang dilakukan buruh PT.CPS. Marsinah dan 12 buruh lain
menuntut kepada perusahaan untuk mencabut status PHK pada mereka. Namun berselang 5 hari
kemudian, Marsinah ditemukan tewas di hutan Wilangan, kota Nganjuk dalam keadaan yang
mengenaskan.

3. Kasus Bom Bali

Kasus Bom Bali juga menjadi salah satu kasus pelanggaran HAM terbesar di Indonesia.
Peristiwa ini terjadi pada 12 November 2002, di mana terjadi peledakan bom oleh kelompok
teroris di daerah Legian Kuta, Bali. Total ada 202 orang yang meninggal dunia, baik dari warga
lokal maupun turis asing mancanegara yang sedang berlibur. Akibat peristiwa ini, terjadi
kepanikan di seluruh Indonesia akan bahaya teroris yang terus berlangsung hingga tahun-tahun
berikutnya.

4. Kasus Pembunuhan Munir

Kasus pembunuhan Munir merupakan salah satu pelanggaran HAM di Indonesia yang kasusnya
belum terselesaikan hingga akhirnya ditutup. Munir Said Thalib bukan sembarang orang, dia
adalah seorang aktivis HAM yang pernah menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Ia
meninggal pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda Indonesia dalam perjalanan
menuju kota Amsterdam di Belanda. Banyak yang menganggap bahwa Munir meninggal karena
dibunuh atau diracuni oleh suatu kelompok tertentu. Sayangnya hingga kini kasus kematian
Munir ini belum jelas dan kasusnya sendiri akhirnya ditutup.

 
 

5. Peristiwa Tanjung Priok

Kasus pelanggaran HAM di Indonesia lain pernah terjadi di wilayah Tanjung Priok, Jakarta
Utara. Kasus ini murni pelanggaran HAM. Bermula ketika warga sekitar Tanjung Priok, Jakarta
Utara melakukan demonstrasi beserta kerusuhan karena adanya upaya pemindahan makam
keramat Mbah Priok untuk kepentingan lain. Hal ini lalu mengakibatkan bentrok antara warga
dengan kepolisian dan anggota TNI yang mengakibatkan sebagian warga tewas dan luka-luka.

1. Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan
pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan
dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili
dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan HAM.

1. Saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita
sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan
sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan
dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga HAM kita

https://luishalianysp.wordpress.com/2014/08/23/makalah-contoh-kasus-pelanggaran-hak-asasi-manusia-di-
indonesia/ diunduh 12/7/18 jam 23.12

Anda mungkin juga menyukai