Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA PADA KASUS MUNIR

BERDASARKAN DASAR HAK ASASI MANUSIA

 DAN UU NO. 39 TAHUN 1999

Disususn oleh :

ANDIK SETIAWAN

ILMU POLITIK

071311333020

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2014

BAB I

PENDAHULUAN

 ·         LATAR BELAKANG

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait
dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang
harus diperoleh. Masalah Hak Asasi Manusia (HAM) adalah sesuatu hal yang sering kali
dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. Hak Asasi Manusia lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Instrumen-
instrumen HAM pun didirikan sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih
optimal. Dalam era reformasi ini, pelanggaran Hak Asasi Manusia merupakan salah satu kasus
yang cukup menyita perhatian publik baik dalam maupun luar negeri karena hal ini menyangkut
dengan hak asasi setiap manusia. Di Indonesia sering terjadi pelanggaran terhadap hak asasi
manusia.

 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian pelanggaran hak asasi manusia ?
2. Apa yang melatarbelakangi terjadinya pelanggaran hak asasi manusia ?
3. Bagaimana kasus pelanggaran hak asasi manusia yang menimpa Munir sebagai aktivis
HAM ?
4. Bagaimana dasar dasar HAM dan UU No. 39 tahun 1999 mengatur pelanggaran HAM ?

 TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian pelanggaran hak asasi manusia


2. Mengetahui apa yang melatarbelakangi terjadinya pelanggaran hak asasi manusia
3. Mengetahui kasus pelanggaran ham yang menimpa aktivis ham Munir
4. Mengetahui bagaimana dasar dasar HAM dan UU mengatur dan mengadili pelanggaran
HAM

 PEMBAHASAN
 Pengertian pelanggaran hak asasi manusia

Menurut Pasal 1 Angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi
manusia adalah  setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik
disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin
oleh undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Menurut
UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan
seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang secara
hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang
atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau
dikhawatirksn tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku. Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan
pelanggaran kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau
institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan
rasional yang menjadi pijakanya.
 

 Faktor yang melatarbelakangi terjadinya pelanggaran hak asasi manusia


 Faktor internal, yaitu dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM yang berasal dari
diri pelaku pelanggar HAM, diantaranya adalah:

v  Sikap egois atau terlalu mementingkan diri sendiri.

Sikap ini akan menyebabkan seseorang untuk selalu mennuntutkan haknya, sementara
kewajibabannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyi sikap seperti ini, akan
menghalalkan segala cara supaya haknya bisa terpenuhi, meskipun caranya tersebut dapan
melanggar hak orang lain

v  Rendahnya kesadaran HAM.

Hal ini akan menyebabkan pelaku pelanggaran HAM berbuat seenaknya. Pelaku tidak mau tahu
bahwa orang lain pun mempunyai hak asasi yang harus dihormati. Sikap tidak mau tahu itu
berakibat muncul perilaku atau tindakan penyimpangan terhadap hak asasi manusia

v  Sikap tidak toleran

Sikap ini akan menyebabkan munculnya saling tidak menghargai dan tidak menghormati atas
kedudukan atau keberadaan orang lain. Sikap ini pada akhirnya akan mendorong orang untuk
melakukan diskriminasi kepada orang lain.

 Faktor eksternal, yaitu faktor – faktor di luar diri manusia yang mendorong seorang atau
sekelompok orang melakukan pelanggaran HAM, diantaranya sebagai berikut:

v  Penyalahgunaan kekuasaan

Di Masyarakat terdapat banyak kekuasaan yang berlaku. Kekuasaan disini tidak hanya menunjuk
pada kekuasaan pemerintah, tetapi juga bentuk – bentuk kekuasaan lain yang terdapat di
masyarakat.

v  Ketidaktegasan aparat penegak huku,

Aparat penegak hukum yang tidak bertindak tegas terhadap setiap pelanggaran HAM, tentu saja
akan mendorong timbulya pelanggaran HAM lainnya.

v  Penyalahgunaan teknologi

Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif, tetapi bisa juga memberikan
pengaruh negatif bahkan dapat memicu timbulnya kejahatan.

v  Kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi


Kesenjangan menggambarkan telah terjadinya ketidakseimbangan yang mencolok didalam
kehidupan masyarakat.

 Kasus pelanggaran hak asasi manusia terhadap aktivis HAM Munir

Dengan nama lengkap Munir Said Thalib, (alm) Munir lahir di Malang, Jawa Timur pada 8
Desember 1965 dan meninggal pada 7 September 2004 di pesawat Garuda Jakarta-Amsterdam
yang transit di Singapura. Ia meninggal karena terkonsumsi racun arsenik dalam penerbangan
menuju Belanda untuk melanjutkan studi masternya di bidang hukum. Pria keturunan Arab
lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya ini merupakan seorang aktivis dan pejuang HAM
Indonesia. Ia dihormati oleh para aktivitis, LSM, hingga dunia internasional.

Tanggal 16 April 1996, Munir mendirikan Komosi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan
(KontraS) serta menjadi Koordinator Badan Pekerja di LSM ini. Di lembaga inilah nama Munir
mulai bersinar, saat dia melakukan advokasi terhadap para aktifis yang menjadi korban
penculikan rejim penguasa Soeharto. Perjuangan Munir tentunya tak luput dari berbagai teror
berupa ancaman kekerasan dan pembunuhan terhadap diri dan keluarganya. Usai
kepengurusannya di KontraS, Munir ikut mendirikan Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia
Indonesia, Imparsial, di mana ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif.

Saat menjabat Koordinator KontraS namanya melambung sebagai seorang pejuang bagi orang-
orang hilang yang diculik pada masa itu. Ketika itu dia membela para aktifis yang menjadi
korban penculikan Tim Mawar dari Kopassus yang dipimpin oleh Prabowo Subianto (Ketum
GERINDRA). Setelah Suharto jatuh, penculikan itu menjadi alasan pencopotan Danjen Kopassus
(waktu itu) Prabowo Subianto dan diadilinya para anggota Tim Mawar.  Pembunuhan Munir
Sepuluh tahun silam, tepatnya pada 2004, Indonesia dikejutkan oleh meninggalnya seorang
aktivis HAM, Munir Saib Thalib. Kematianya menimbulkan kegaduhan politik yang menyeret
Badan Intelijen Negara (BIN) dan instituti militer negeri ini. Berdasarkan hasil autopsi,
diketahui bahwa penyebab kematian sang aktivis yang terkesan mendadak adalah karena adanya
kandungan arsenik yang berlebihan di dalam tubuhnya. Munir meninggal ketika melakukan
perjalanan menuju Belanda. Ia berencana melanjutkan studi S2 Hukum di Universitas Utrecht,
Belanda, pada 7 September 2004. Dia menghembuskan nafas terakhirnya ketika pesawat sedang
mengudara di langi Rumania.

Kronologi Kasus Munir  Hak yang di langgar dalam kasus munir adalah pelanggaran hak untuk
hidup. Banyak orang yang terlibat dalam kejadian itu. Orang pertama yang menjadi tersangka
pertama pembunuhan Munir (dan akhirnya terpidana) adalah Pollycarpus Budihari Priyanto.
Selama persidangan, terungkap bahwa pada 7 September 2004, seharusnya Pollycarpus sedang
cuti. Lalu ia membuat surat tugas palsu dan mengikuti penerbangan Munir ke Amsterdam. Aksi
pembunuhan Munir semakin terkuat tatkala Pollycarpus ‘meminta’ Munir agar berpindah
tempat duduk dengannya. Sebelum pembunuhan Munir, Pollycarpus menerima beberapa
panggilan telepon dari sebuah telepon yang terdaftar oleh agen intelijen senior. Dan pada
akhirnya, 20 Desember 2005 Pollycarpus BP dijatuhi vonis 20 tahun hukuman penjara.
Meskipun sampai saat ini, Pollycarpus tidak mengakui dirinya sebagai pembunuh Munir,
berbagai alat bukti dan skenario pemalsuan surat tugas dan hal-hal yang janggal.

Penyelesaian Kasus Munir merupakan contoh lemahnya penegakan HAM di Indonesia. Kasus
Munir juga merupakan hasil dari sisa-sisa pemerintahan orde baru yang saat itu lebih bersifat
otoriter. Seharusnya kasus Munir ini dijadikan suatu pelajaran untuk bangsa ini agar
meninggalkan cara-cara yang bersifat otoriter k arena setiap manusia atau warga Negara
memiliki hak untuk memperoleh kebenaran, hak hidup, hak memperoleh keadilan, dan hak atas
rasa aman. Sedangkan bangsa Indonesia saat ini memiliki sistem pemerintahan demokrasi yang
seharusnya menjunjung tinggi HAM seluruh masyarakat Indonesia.

Atas perjuangannya yang tak kenal lelah, dia pun memperoleh The Right Livelihood Award di
Swedia (2000), sebuah penghargaan prestisius yang disebut sebagai Nobel alternatif dariYayasan
The Right Livelihood Award Jacob von Uexkull, Stockholm, Swedia di bidang pemajuan HAM
dan Kontrol Sipil terhadap Militer di Indonesia. Sebelumnya, Majalah Asiaweek (Oktober 1999)
menobatkannya menjadi salah seorang dari 20 pemimpin politik muda Asia pada milenium baru
dan Man of The Year versi majalah Ummat (1998).

 Dasar dasar HAM dan UU No. 39 tahun 1999 mengatur pelanggaran hak
asasi manusia

Menurut UUD 1945 & UU No. 39 Tahun 1999 UUD 1945 Hak Asasi Manusia adalah hak dasar
atau hak pokok yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak
asasi manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa sejak lahir, maka tidak seorang pun
dapat mengambilnya atau melanggarnya. Kita harus menghargai anugerah ini dengan tidak
membedakan manusia berdasarkan latar belakang ras, etnik, agama, warna kulit, jenis kelamin,
pekerjaan, budaya, dan lain-lain. Namun perlu diingat bahwa dengan hak asasi manusia bukan
berarti dapat berbuat semena-mena, karena manusia juga harus menghormati hak asasi manusia
lainnya. UU No. 39 Tahun 1999 Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”

Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM Pelanggaran HAM adalah setiap
perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
didapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.Kasus pelanggaran HAM yang bersifat berat

 Pembunuhan masal (genosida)Genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan


maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, etnis, dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan (UUD
No.26/2000 Tentang Pengadilan HAM)
 Kejahatan Kemanusiaan Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan
berupa serangan yang ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil seperti
pengusiran penduduk secara paksa, pembunuhan,penyiksaan, perbudakkan dll.Kasus
pelanggaran HAM yang biasa

1.Pemukulan

2.Penganiayaan

3.Pencemaran nama baik

4.Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

5. Menghilangkan nyawa orang lain

 Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu :

1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional dalam upaya menegakkan HAM di
seluruh dunia atau di setiap negara dan Indonesia sangat merespons terhadap
pelanggaran HAM internasional hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman Presiden atas
beberapa agresi militer di beberapa daerah akhir-akhir ini contoh; Irak, Afghanistan, dan
baru-baru ini Indonesia juga memaksa PBB untuk bertindak tegas kepada Israel yang
telah menginvasi Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil, wanita dan anak-anak
2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan penegakan HAM, antara lain telah
ditunjukkan dalam prioritas pembangunan Nasional tahun 2000-2004 (Propenas)
dengan pembentukan kelembagaan yang berkaitan dengan HAM. Dalam hal
kelembagaan telah dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan kepres nomor
50 tahun 1993, serta pembentukan Komisi Anti Kekerasan terhadap perempuan

c. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia , Undang-
undang nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM, serta masih banyak UU yang lain yang
belum tersebutkan menyangkut penegakan hak asasi manusia.

 
 Kesimpulan

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya. Setiap individu
mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa
Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain. Dalam kehidupan bernegara HAM
diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM
baik yang dilakukan oleh seseorang, kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara
akan diadili dalam pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang pengadilan
HAM.

Anda mungkin juga menyukai