Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PELANGGARAN HAM di PAPUA

Disusun Oleh:
Septian Adi Saputra
20190340050
Prodi Kedokteran Gigi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMUKESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Telp. (0247) 387656, Fax (0274) 387646
Website: www.umy.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Pelanggaran HAM di Papua” ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pendidikan kewarganegaraan dengan judul “Pelanggaran HAM di Papua”. Disamping itu, kami
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama
pembuatan makalah ini berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini dengan tepat
waktu.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat
kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kekurangannya.

Sleman, 11 April
2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 3


A. Definisi HAM.............................................................................................. 3
B. Pelanggaran HAM........................................................................................ 3
C. Jenis Pelanggaran HAM............................................................................... 3
D. Provinsi Papua............................................................................................. 4

BAB III PEMBAHASAN............................................................................................... 5


A. Penyebab Pelanggaran HAM di Papua........................................................ 5
B. Jenis Pelanggaran HAM di Papua................................................................ 6
C. Dampak Akibat Pelanggaran HAM di Papua.............................................. 8
D. Solusi dari Kasus Pelanggaran HAM di Papua........................................... 8
E. Hikmah dari Kasus Pelanggaran HAM di Papua......................................... 10
F. Perbandingan Kasus Pelanggaran HAM di Papua dan Timor Timur........... 10

BAB IV KESIMPULAN................................................................................................. 12

BAB V DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan
bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang
manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun,
sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut. Hak asasi
manusia juga tidak dapat dibagi-bagi, saling berhubungan, dan saling bergantung. Di
dalamnya tidak jarang menimbulkan gesekan – gesekan antar individu dalam upaya
pemenuhan HAM pada diri sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan
pelanggaran HAM seseorang individu terhadap individu lainnya, kelompok terhadap
individu ataupun sebaliknya.
Ketika kita berbicara tentang Indonesia mungkin tiada habisnya terutama terkait
masalah pelanggaran HAM baik pelanggaran mulai dari yang ringan sampai yang
berat pun ada yang terjadi seluruh penjuru di Indonesia salah satunya yaitu di Papua.
Papua adalah daerah di ujung timur Indonesia yang selama ini masih menjadi
perhatian publik nasional dan internasional karena situasinya yang jauh dari kesan
kondusif dan aman. sampai saat ini berbagai tindakan yang sifatnya melanggar hak-
hak asasi manusia seringkali terjadi di Papua. Banyak sekali pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia maupun non pemerintah terhadap warga sipil di
papua, baik secara diam-diam maupun secara terang-terangan. Itu pun yang diketahui,
tak terhitung juga pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah dan non
pemerintah secara diam-diam yang belum diketahui hingga saat ini. Semua
pelanggaran HAM yang dilakukan terhadap warganya itu tak pernah diselesaikan satu
kasus pun hingga saat ini. Pelanggaran HAM yan dilakukan terhadap warga papua
kian hari semakin membukit dan terus bertambah. Korban jiwa berjatuhan disana sini.
Pelanggaran HAM tersebut tak satupun kasus yang dapat diselesaikan dengan baik
tetapi selalu membiarkan dan berlalu begitu saja.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi penyebab terjadinya pelanggaran HAM yang terjadi di Papua?
2. Apa saja jenis pelanggaran HAM yang terjadi di Papua
3. Apa dampak yang diakibatkan dari adanya pelanggaran HAM yang terjadi di
Papua?
4. Apa solusi dari permasalahan pelanggaran HAM yang terjadi di Papua?
5. Apa hikmah dari kejadian pelanggaran HAM yang terjadi di Papua?
6. Bagaimana perbandingan kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Papua jika
dikaitkan dengan yang terjadi di Timor Timur?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pelanggaran HAM yang terjadi di Papua
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pelanggaran HAM yang terjadi di Papua
3. Untuk mengetahui dampak yang diakibatkan dari adanya pelanggaran HAM yang
terjadi di Papua
4. Untuk mengetahui solusi dari permasalahan pelanggaran HAM yang terjadi di
Papua
5. Untuk mengetahui hikmah dari kejadian pelanggaran HAM yang terajadi di Papua
6. Untuk mengetahui perbandingan kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Papua
jika dikaitkan dengan yang terjadi di Timor Timur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi HAM
Menurut UU No 39 Tahun 1999, Hak Asasi Manusia (HAM) ialah seperangkat
hak yang sudah ada pada diri manusia ialah sebagai makhluk ciptaan Tuhan YHE.
yang mana hak ini ialah anugerah yang wajib untuk di hargai dan juga untuk
dilindungi oleh pada tiap orang untuk dapat melindungi harkat dan juga martabat
manusia. Sedangkan menurut John Locke, Hak Asasi Manusia (HAM) ialah hak-hak
yang secara langsung diberikan Tuhan YME pada tiap manusia ialah sebagai hak
yang kodrati. Oleh sebab itu, tidak ada juga kekuatan pada dunia ini yang dapat
mencabutnya. Hak Asasi Manusia (HAM) tersebut sifatnya fundamental atau juga
bersifat mendasar bagi tiap kehidupan manusia dan juga pada hakikatnya sangat suci.

B. Pelanggaran HAM
Menurut UU RI No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, telah dijelaskan
mengenai pengertian pelanggaran HAM. Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan
seseorang atau sekelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh UU ini, dan tidak
didapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil
dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Pelanggaran HAM yang
sering muncul biasanya terjadi dalam dua bentuk yaitu diskriminasi dan penyiksaan.

C. Jenis Pelanggaran HAM


Berdasarkan sifatnya, pelanggaran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
pelanggaran HAM berat dan ringan. Pelanggaran HAM berat bersifat non-derogable
rights, yang hakya tidak dapat dikurangkan dalam keadaan apapun termasuk
pelanggaran HAM berat. Hak-hak tersebut meliputi hak untuk hidup, hak bebas dari
penyiksaan, hak bebas dari perbudakan, hak bebas dari penahanan karena gagal

3
4

memenuhi perjanjian (utang), hak bebas dari pemidanaan yang berlaku surut, hak
sebagai subyek hukum dan hak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan agama.
Negara-negara pihak yang melakukan pelanggaran terhadap hak-hak dalam jenis ini,
sering akan mendapat kecaman sebagai negara yang melakukan pelanggaran serius
HAM (gross violation of human rights). Pelanggaran HAM yang bersifat berat
menurut UU RI No. 16 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu kejahatan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Sedangkan pelanggaran HAM ringan adalah pelanggaran yang derogable bersifat
hak-haknya boleh dikurangi atau dibatasi pemenuhannya oleh negara-negara pihak.
Hak dan kebebasan termasuk dalam jenis ini adalah hak atas berkumpul secara damai,
hak atas kebebasan berserikat, hak berpendapat dan berekspresi.

D. Provinsi Papua
Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang diberi Otonomi Khusus, bagian
dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang memiliki keragaman suku
dan lebih dari 250 (dua ratus lima puluh) bahasa daerah serta dihuni juga oleh suku-
suku lain di Indonesia. Lebih dari 250 suku yang ada di Papua masing-masing
memiliki hukum adat tersendiri yang masih bertahan hingga kini. Dalam masyarakat
adat, hukum adat dinilai lebih menguntungkan pihak korban dari pada hukum positif.
Nama provinsi ini diganti menjadi Papua sesuai UU No. 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus Papua. Papua masa era kolonial Belanda daerah ini disebut Nugini
Belanda (Dutch New Guinea).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Penyebab Pelanggaran HAM di Papua


Papua menjadi perhatian nasional maupun internasional terkait masalah
pelanggaran Hak Asasi Manusia. Perlindungan dan penegakan hak asasi manusia
merupakan syarat fundamental dari berjalannya Negara demokrasi yang menghormati
hak asasi manusia. Hal itu merupakan prinisp penting yang mendasari bahwa setiap
pelaksanaan kekuasaan. Negara harus menjadikan hak asasi manusia sebagai dasar
pijakan demi terpenuhinya martabat manusia setiap warga negaranya. Kasus
pelanggaran HAM yang banyak terjadi di Papua saat ini antara lain pelanggaran Hak
Sipil dan Politik dalam bentuk pembatasan hak berekspresi, kekerasan terhadap
masyarakat sipil terkait stigma separatis, masih maraknya kasus-kasus penembakan
yang mengakibatkan korban dan berkurangnya perlindungan terhadap hak hidup dan
hak atas rasa aman.
Penanganan konflik Papua tidak berubah walaupun rezim telah beberapa kali
berganti. Hal itu bisa dilihat dengan belum adanya perubahan secara jelas terhadap
kebijakan pusat setelah 50 tahun lebih integrasi Papua ke Indonesia. Faktanya
pendekatan keamanan dan militer masih dipertahankan dan digunakan dengan alasan
ancaman keamanan dan kedaulatan negara. Kemudian diperparah ketika terjadi
perubahan politik nasional seiring tumbangnya rezim orde baru tahun 1998,
penanganan konflik Papua tidak beranjak dari pola pendekatan politik militer.
Meskipun tahun 2001 pemerintah pusat yang ketika itu dipimpin oleh Presiden
Megawati Sokarnoputri memberikan Otonomi Khusus (OTSUS) sebagai suatu alat
politik terhadap Papua melalui pada Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001, namun
hal tersebut tidak menandakan adanya gejala perubahan pola penanganan di Papua
dan dianggap gagal oleh sebagian besar masyarakat Papua, karena kenyataannya
pendekatan yang bertumpu pada penggunaan aparat TNI masih diberlakukan. Tetap
berlanjutnya pendekatan ini terhadap Papua mencerminkan sikap setengah hati dari
pemerintah pusat untuk menyelesaikan konflik antara Jakarta – Papua secara damai

5
6

dan tanpa kekerasan. Sehingga sampai saat ini berbagai tindakan yang sifatnya
melanggar hak-hak asasi manusia seringkali terjadi di Papua.
Permasalahan di Papua yang terjadi selama ini telah berakibat serius terhadap
kondisi pelanggaran hak asasi manusia di Papua. Situasi seperti ini tidak pernah
disikapi oleh pemerintah Indonesia secara bijaksana, tetapi malah sebaliknya
menerapkan kebijakan secara sepihak yang makin menambah persoalan di Papua.
Peristiwa pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Papua, baik semasa orde baru
maupun peristiwa semasa reformasi belum diselesaikan dengan baik. Penyelesaian
yang ada, misalnya kasus Pembunuhan Theys dan kasus Abepura Desember 2000
sangat mengecewakan masyarakat Papua. Begitu pula dengan kasus-kasus lainnya,
seperti kasus Wasior dan Wamena hingga kini belum kelihatan hasilnya.
Ketidakseriusan pemerintah dalam menyelesaikan pelanggaran hak asasi manusia
telah menambah rasa kekecewaan masyarakat Papua terhadap pemerintah Indonesia.

B. Jenis Pelanggaran HAM di Papua


Pelanggaran primer pada UU No 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia yaitu
pelanggaran kebebasan individu untuk hidup (Liberty), pelanggaran keamanan
(Safety), pelanggaran perlawanan terhadap penindasan (Resistance to Oppression).
seperti pembunuhan dengan segala cara dan juga pemerkosaan. Banyaknya
pembunuhan oleh TNI yang kemudian tidak diusut dan dibiarkan begitu saja antara
lain:
1. Pembunuhan terhadap Theys Hiyo Eluay dan penghilangan sopirnya,
Aristoles Masoka
2. Kasus Wasior
3. Kasus Abepura dll

Pelanggaran Terhadap Hak – Hak Sipil dan Politik (Mengacu pada International
Covenant on Civil and Political Rights). Terkait dengan penyelewengan penerapan
Otonomi Khusus yang pada realitanya ternyata tidak berpihak pada penduduk Papua.
Juga terkait pelanggaran pada MRP (Majelis Rakyat Papua) yang sangat dicampuri
oleh pemerintah pusat, dan bidang keuangan cenderung tidak transparan pada
pembagian sumber daya alam papua. Selain itu, pelanggaran yang mendasar adalah
7

segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk Papua tidak pernah
mengikutcampurkan suara Papua atau wakil-wakil Papua di dalamnya.

Pelanggaran Terhadap Hak – Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (Terkait dengan
International Covenant on Economic, Sosial and Cultural Rights). Sektor ekonomi,
pendidikan dan kesehatan penduduk Papua sangat buruk sekali. Ini dikarenakan
pengalokasian APBD yang pada realitanya tidak sesuai dengan angka yang tertera.
Juga terkait dengan pengeksploitasi sumber daya alam Papua yang hasilnya tidak
bisa dinikmati oleh penduduk Papua.

Pelanggaran Terhadap Diskriminasi Rasial (Terkait dengan International


Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination). Pelanggara di
Papua mencangkup pelanggaran terhadap diskriminasi rasial dikarenakan pada
pelanggaran di papua sudah membawa stigma kedaerahan (primordial, kepentingan
segelintir orang dan stigma masyarakat Papua – Jawa). Terjadinya diskriminasi
bahwa semua orang Papua adalah anggota OPM dan tindakan sewenang-wenang TNI
membunuh tanpa aturan dan tidak ada hukuman membuat populasi penduduk Papua
menipis. Selain itu, apabila hal ini terus berkelanjutan, maka kekerasan tersebut bisa
menjadi genocide yaitu pemusnahan suatu ras atau suku. Karena apabila
digambarkan pada tabel analisis perubahan kependudukan di Papua, penduduk asli
papua bisa benar-benar punah. Selain itu, banyak persoalan lain seperti
menganaktirikan orang papua asli dengan pendatang, dikarenakan orang Papua asli
lebih banyak berkulit hitam. Hal ini biasanya terjadi di lingkungan sekolah dan
tempat kerja.

Pelanggaran Diskriminasi Terhadap Perempuan (Terkait dengan Convention on


the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women). Pelanggaran di
Papua bisa termasuk pada pelanggaran diskriminasi pada perempuan, dikarenakan
tindakan aparatur TNI yang sewenang-wenang menggunakan tubuh perempuan
penduduk Papua sebagai pelampiasan kebutuhan seks kemudian ditinggalkan begitu
saja. Selain itu, perempuan penduduk Papua khususnya istri – istri anggota OPM
juga banyak dimanfaatkan untuk memancing para anggota OPM yang kebanyakan
laki-laki agar keluar dari persembunyiannya dan aparat TNI bisa menangkap juga
8

tidak segan – segan membunuh. Namun faktanya adalah bahwa undang – undang
tentang hak asasi manusia belum mampu melindungi perempuan terhadap
pelanggaran hak asasinya dalam bentuk:

1. Kekerasan berbasis gender bersifat kekerasan fisik, seksual atau


psikologis, penganiayaan, pemerkosaan dan berbagai jenis pelecehan
2. Diskriminasi dalam lapangan pekerjaan.
3. Diskriminasi dalam sistem pengupahan.

C. Dampak Akibat Pelanggaran HAM di Papua


Dapat mengakibatkan sebuah siklus kekerasan jika dibalas kekerasan hanya akan
menghasilkan dendaman, dendaman hanya akan menghasilkan kekerasan baru, jika
kekerasan itu bertahan terus maka akan timbul rasa untuk ingin berlalu dan pergi jauh
dari kenyataan hidup itu. Jika kekerasan itu terjadi dalam sebuah keluarga maka,
kekerasan hanya akan menghasilkan kekerasan dan sakit hati yang pada akhirnya
salah satu pihak pergi dari kehidupan keluarga, akan menjadi pilihan terakhir.
Jika itu kekerasan dilakukan oleh Negara melalui oknum aparat dengan
menggunakan alat negara terhadap rakyat papua, telah menanamkan kebencian rakyat
papua, ditambah lagi dengan praktek impunitas terhadap oknum pelaku maka karena
Pelanggaran HAM itu masyarkat papua meminta pengakuan atas kemerdekaan
sebagai sebuah Negara yang pernah ada pada tahun 1961. Selain itu juga dapat
berakibat pada aspek baik itu dari sisi eknomi dan kehidupan sosial kemasyarakatan
baik itu di Papua maupun pada negara.

D. Solusi dari Kasus Pelanggaran HAM di Papua


Untuk memperbaiki kondisi Papua yang kian hari kian memburuk, maka
pemerintah dapat melakukan hal – hal berikut ini:
1. Mengamandemen UU No 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus yang
merupakan sebuah produk ideal yang membrerikan harapan untuk
memulihkan hubungan antara pemerintah pusat dengan masyarakat papua
secara bertahap dan menyeluruh UU yang terdiri dari 79 pasal ini cukup
banyak memuat aturan yang berusaha untuk meningkatkan posisi dan
9

kesejahteraan penduduk asli Papua, antara lain dengan menetapkan


“Perlindungan Hak-hak Masyarakat Adat” (Pasal 43 dan 44), bahkan
penduduk Provinsi Papua juga diberi hak untuk membentuk partai politik dan
rekruitmennya digariskan agar memprioritaskan masyarakat asli Papua (Pasal
28)
2. Memperbaiki kebijakan-kebijakan yang cenderung melegitimasi tindakan
pelanggaran HAM
3. Perbaikan taraf hidup penduduk Papua dan juga aparatur TNI yang ditugaskan
di Papua
4. Peningkatan ketegasan hukum dan peningkatan kinerja KOMNASHAM
dalam menangani masalah pelanggaran HAM di Papua sehingga tidak
berlarut-larut
5. Meminimalisir campurtangan pihak asing dalam pemerintahan dan
perekonomian natara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi Papua, juga
harus dibentuknya peraturan sistem bagi hasil SDA yang jelas bagi penduduk
Papua.
6. Pemerintah harus lebih mengontrol saham-saham asing yang ada di Papua,
karena sampai sekarang saham asing di tanah Papua itu hampir menyeluruh
memiliki SDA tambang di Papua.
7. Meminimalisir sikap neoliberalisme terkait dengan janji-janji pada
penandatanganan utang luar negeri yang biasanya syarat-syaratnya harus
menjual public goods yang ada di Indonesia.
8. Pemerintah harus lebih transparan pada penduduk Papua.
9. Perubahan stigma penduduk Papua bahwa tindakan pemerintah tidak selalu
buruk, begitu juga perubahan stigma aparat TNI yang sedang bertugas bahwa
penangkapan tidak boleh sewenang-wenang.
10. Meminimalisir aparat TNI di papua.
11. Dibentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Hal ini perlu
dilaksanakan dengan norma hukum Lex spesialis, apalagi dalam UU No 21
Tahun 2001 telah tersurat pembentukan Pengadilan HAM dan KKR
10

E. Hikmah dari Kasus Pelanggaran HAM di Papua


Pemerintah harusnya sadar dan harus mengambil langkah yang strategis dalam
menangani keadaan saat ini yang terjadi di Indonesia. Pemerintah harus serius dalam
menanggapi dan menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM baik dari yang
ringan sampai yang berat. Tidak membiarkan saja kasus pelanggaran HAM seperti
halnya suara kendaraan yang berlalu di jalan raya. Berbagai aspek pelanggaran HAM
harus ditangani serius oleh pemerintah baik dari aspek pelanggaran sosial, ekonomi,
diskriminasi perempuan, diskriminasi ras, hak-hak sipil di Papua. Pengadilan dalam
pelanggaran HAM pun harus diadili sesuai dengan asas praduga tak bersalah tanpa
diboncengi oleh kepentingan-kepentingan yang lain. Jadi dalam proses pengadilan
harus diadili dengan seadil-adilnya. Sehingga rakyat Papua memiliki mosi percaya
kepada pemerintah dan memiliki pandangan positif terhadap kegiatan yang
pemerintah lakukan.

F. Perbandingan Kasus Pelanggaran HAM di Papua dan di Timor Timur


Kasus pelanggaran HAM antara Timor Timur dan Papua dianggap memiliki
banyak kemiripan. Hal ini mengakibatkan banyak kalangan dari dalam maupun luar
negeri yang beranggapan bahwa Papua akan memiliki nasib yang sama dengan Timor
Timur. Akan tetapi, pada faktanya, kasus yang terjadi di Papua dan Timor Timur
sangatlah berbeda, sehingga Papua harus terus dipertahankan untuk menjaga
keutuhan NKRI.
Kasus yang terjadi di Papua hingga saat ini dikonsiderasikan sebagai kasus murni
pelanggaran HAM. Akan tetapi, hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja oleh
pemerintah Indonesia. Hal ini dikarenakan kasus HAM yang terjadi di Papua telah
menjalar ke kasus yang beragam, dan salah satu yang paling mendesak adalah
mengenai isu kemerdekaan Papua.
Karena banyaknya kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Papua, beberapa
kalangan dari dalam maupun luar negeri percaya bahwa Papua harus merdeka.
11

Mereka beranggapan bahwa kasus ini sudah melewati batas dan mereka pun
beranggapan bahwa kasus yang saat ini terjadi di Papua hampir serupa dengan kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di Timor Timur atau Timor Leste saat ini. Namun,
faktanya adalah, kasus yang sedang terjadi di Papua saat ini hanya memiliki satu
kesamaan dengan Timor Timur, yaitu mengenai pelanggaran HAM. Selain itu, tidak
ada alasan lain untuk melepaskan Papua dari NKRI.
Hal pertama yang harus diketahui adalah mengenai teritori Indonesia. Pada masa
lalu, Indonesia menentukan teritori negaranya berdasarkan wilayah yang dijajah oleh
Belanda. Melihat hal ini, ada perbedaan signifikan antara wilayah Indonesia yang lain
yaitu Timor Timur, yang hanya dijajah oleh Portugis.
Pada tahun 1950-an, Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, pernah
berkunjung ke Portugal untuk bertemu dengan pemimpin diktator Portugis saat itu,
António de Oliveira Salazar, yang menawarkan Timor Timur kepada Soekarno.
Ia pun menolak dengan alasan bahwa Timor Timur bukan bagian dari wilayah
Hindia Belanda. Ini berbeda dengan Papua yang merupakan bagian dari jajahan
Hindia Belanda, sehingga penting bagi Indonesia untuk mempertahankan Papua.
Kedaan berubah secara signifikan pada tahun 1975, pada saat AS kalah dalam
perang melawan Vietnam. Pada era tersebut, Indonesia masih dipimpin oleh
Soeharto. Pada saat itu juga, terjadi aneksasi Timor Timur yang dilakukan oleh
Soeharto dan juga dibantu oleh AS.
Agenda ini bertujuan untuk membendung paham komunisme di Asia Tenggara,
khususnya di Indonesia. Setelah Soeharto lengser, Timor Timur mendapatkan
kemerdekaanya melalui mekanisme referendum.
Berdasarkan sejarah yang terjadi pada saat itu, jelas bahwa Papua merupakan
bagian dari Indonesia sejak berdirinya Indonesia dan bahkan berdasarkan alasan
sejarah. Oleh karena itu, Penting bagi pemerintah Indonesia untuk tetap
mempertahankan Papua dalam rangka menjaga keutuhan NKRI.
12
BAB IV
KESIMPULAN

Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normatif yang menyatakan
bahwa manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang
manusia. Hak asasi manusia berlaku kapanpun, di manapun, dan kepada siapapun,
sehingga sifatnya universal. HAM pada prinsipnya tidak dapat dicabut. Maka dari itu
setiap warga negara memiliki hak yang melekat pada dirinya, tidak dapat dicabut, dan
tidak boleh di injak-injak atau pun ditindas oleh siapapun termasuk saudara kita yang
ada di bagian timur yaitu rakyat Papua. Saya sebagai penyusun makalah sangat
berharap untuk pemerintah agar tidak menghiraukan pelanggaran HAM baik dari
yang ringan sampai yang berat sekalipun dan berlaku adil kepada setiap warga negara
tanpa memandang suku, ras, bahasa, dan agama.

13
DAFTAR PUSTAKA

Artikel dan Journal:


 Jurnal Hukum Pelanggaran Hak Sipil Politik Terhadap Warga Indonesia Asal
Papua di Provinsi Papua Setelah Berlakunya Uu No 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua
 Studi Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua

Website:
 https://www.matamatapolitik.com/berbeda-timor-timur-indonesia-papua-
original- analisis-polling/
 https://suarapapua.com/2019/10/23/pentingnya-komisi-kebenaran-dan-
rekonsiliasi-papua/
 http://lintaspapua.com/2017/12/10/efek-pelanggaran-ham-dan-solusi-siklus-
masalah-di-papua/
 https://www.gurupendidikan.co.id/hak-asasi-manusia/
 https://id.wikipedia.org/wiki/Hak_asasi_manusia
 https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/28/210000069/pelanggaran-
ham--pengertian-dan-jenis?page=all
 https://id.wikipedia.org/wiki/Papua

14

Anda mungkin juga menyukai