Anda di halaman 1dari 28

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH


DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BANJARNEGARA
TAHUN 2017 – 2022

USULAN PENULISAN SKRIPSI

OLEH :
ASIH PURYANI
NPM : 151101.9272

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
FAKULTAS HUKUM
PURWOKERTO
2018
1
2
3

A. JUDUL

“TINJAUAN YURIDIS TERHADAP RENCANA PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN

BANJARNEGARA TAHUN 2017 – 2022”

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa :

Pasal 1

(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.

Oleh karena itu, adanya daerah yang mempunyai kewenangan untuk

mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri harus diletakkan dalam

kerangka Negara Kesatuan bukan Negara Federasi. Sistem Pemerintahan

Negara Indonesia dilaksanakan berdasarkan pada Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 18, dimana Pemerintah

membagi wilayahnya atas daerah-daerah provinsi, dan daerah provinsi itu

dibagi atas kabupaten atau kota. Setiap provinsi, kabupaten, kota tersebut

mempunyai Pemerintah Daerah, yang pelaksanaannya berpedoman dan diatur

dengan Undang-Undang. Hal ini mengingat bahwa wilayah negara Indonesia

sangat besar dengan rentang geografis yang luas dan kondisi sosial budaya

yang beragam, sehingga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 kemudian mengatur perlunya Pemerintahan Daerah.


4

Berkaitan dengan Pemerintahan Daerah, Pasal 18 A dan Pasal 18 B

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan

bahwa :

Pasal 18 A
(1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah provinsi, kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan
kabupaten dan kota, diatur dengan Undang-Undang dengan
memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber
daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat
dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil
dan selaras berdasarkan Undang-Undang.

Pasal 18 B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan
pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat
istimewa yang diatur dengan Undang-Undang.
(2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
dalam Undang-Undang.

Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya

Pasal 18 A dan 18 B tersebut dijadikan landasan pokok penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah di Indonesia. Pelaksanaan penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah di Indonesia pada masa sekarang ini mengacu pada

Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang–Undang

Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang–Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang

tentang Pemerintahan Daerah ini ditetapkan untuk mengganti Undang-


5

Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang sudah tidak relevan lagi dengan

perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Muatan Undang-Undang

Pemerintahan Daerah tersebut membawa banyak perubahan

dalam penyelenggaraan pemerintahan, salah satunya adalah pembagian

urusan Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

menitikberatkan pada asas desentralisasi dalam mengatur penyelenggaraan

pemerintahan daerah sebagai daerah otonom. Asas desentralisasi yaitu

penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia.1 Pemberian otonomi kepada daerah

sangat diperlukan, karena dengan diberikan otonomi kepada daerah, maka

daerah dapat mengembangkan daerahnya sendiri dan dapat mengatur sistem

pemerintahan di daerah. Yang dimaksud otonomi daerah adalah kewenangan

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai

dengan peraturan perundang-undangan.2 Otonomi daerah menjadi

kesempatan yang penting bagi Pemerintah Daerah untuk membuktikan

kemampuan dan kesanggupan daerah dalam melaksanakan urusan-urusan

pemerintahan daerah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.

1
Dadang Solihin, 2001, Kamus Istilah Otonomi Daerah, Jakarta, Lembaga Pemberdayaan Ekonomi
Kerakyatan, hlm. 26
2
HAW Widjaja, 2004, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, hlm. 76.
6

Otonomi daerah memberikan peluang bagi setiap daerah untuk

mengembangkan daerahnya masing-masing. Pelaksanaan otonomi daerah

selain berdasarkan pada aturan hukum, juga sebagai penerapan tuntutan

globalisasi yang wajib diberdayakan dengan cara memberikan daerah

kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggungjawab. Pemerintah

Daerah diharapkan dapat memanfaatkan setiap potensi daerah dengan sebaik-

baiknya sebagai penunjang peningkatan pembangunan daerah tersebut,

seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah sebagai berikut :

Pasal 258

(1) Daerah melaksanakan pembangunan untuk peningkatan dan


pemerataan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, lapangan
berusaha, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik
dan daya saing Daerah.

Pembangunan adalah sebuah proses perbaikan yang berkesinambungan

atas suatu masyarakat atau suatu sistem sosial secara keseluruhan menuju

kehidupan yang lebih baik lagi. Disamping itu pembangunan itu sendiri

adalah sebagai usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan, perubahan secara

sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah menuju modernitas dalam

rangka pembinaan bangsa.3 Hal ini mengandung makna bahwa pembangunan

merupakan suatu proses perbaikan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa

secara terencana.

3
Sondang P. Siagian, 1985, Administrasi Pembangunan, Jakarta, Gunung Agung, hlm. 23.
7

Pembangunan nasional ialah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek

kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan suatu

proses pembangunan keseluruhan suatu sistem penyelenggaraan negara untuk

mewujudkan tujuan nasional. 4 Pembangunan nasional sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dilaksanakan secara berkesinambungan dengan harapan dapat

meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Pada masa sekarang ini, Indonesia dituntut untuk terus meningkatkan

pembangunan baik dari segi infrastruktur maupun suprastrukturnya. Terlebih

lagi dengan mengingat bahwa Indonesia masih tergolong negara berkembang

yang harus terus bersaing dengan negara lain dalam meningkatkan

pembangunannya. Selain itu, era globalisasi juga mengharuskan setiap negara

untuk mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju, khususnya dalam

aspek pembangunan baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Untuk

mewujudkan peningkatan pembangunan nasional, harus berawal dari

peningkatan pembangunan daerah.

Pelaksanaan pembangunan tersebut diperlukan serangkaian proses yang

harus dilaksanakan melalui tahapan-tahapan untuk dapat memaksimalkan

sasaran pembangunan. Tahapan yang paling awal dan merupakan tahapan

yang paling vital adalah tahap perencanaan. Sebagai tahapan awal, tahap

perencanaan akan menjadi pedoman ataupun acuan dasar bagi pelaksanaan

kegiatan pembangunan.

4
Bitar. “Pembangunan Nasional”. https://www.gurupendidikan.co.id/pembangunan-nasional-pengertian-
hakikat-dan-prinsip-beserta-tujuannya-lengkap/ (diakses tanggal 12 Nopember 2018 jam 22.00)
8

Di dalam melaksanakan pembangunan, pemerintah memerlukan

perencanaan pembangunan yang baik dan akurat. Upaya pembangunan yang

terencana dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang diharapkan.

Lebih jauh lagi berarti perencanaan yang tepat sesuai dengan kondisi di suatu

wilayah menjadi syarat mutlak dilakukannya usaha pembangunan. 5 Dapat

dikatakan bahwa perencanaan pembangunan yang tepat menjadi prioritas

utama untuk mewujudkan suatu pembangunan yang baik.

Pemerintah Daerah menjadikan Undang-Undang dan semua peraturan

yang ada sebagai pedoman dalam melaksanakan wewenang, hak, dan

kewajiban pemerintahannya, sehingga dalam setiap langkah dan kebijakan

yang diambil dapat mengedepankan kepatuhan hukum serta memberikan

hasil yang diharapkan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakatnya. Hal ini tidak terlepas dari tanggung jawab masing-masing

Pemerintah Daerah, khususnya para Kepala Daerah, karena mereka dipilih

secara langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Daerah.

Setiap Kepala Daerah memimpin daerahnya dengan mendasarkan pada

peraturan yang ada. Di dalam hal penyusunan perencanaan pembangunan

daerah, agar konsisten dan terarah maka dibentuklah aturan hukum yang

menjadi dasar sekaligus acuan dalam penyusunan perencanaan pembangunan

daerah yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

5
Nur Willy, 2016, Skripsi: Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) 2010-2015 Kabupaten Barru, Makassar, Universitas Hasanuddin, hlm. 2
9

2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, yang kemudian

dilengkapi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

sebagai pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008

tersebut. Disebutkan dalam bab II Pasal 2 ayat 2 Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN),

bahwa:

Pasal 2

(2) Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara sistematis,

terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.

Ketentuan terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal di atas dijelaskan

kembali pada Pasal 3 ayat (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang SPPN, sebagai berikut :

Pasal 3
(2) Perencanaan Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan
pembangunan yang disusun secara terpadu oleh
Kementerian/Lembaga dan perencanaan pembangunan oleh
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
(3) Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) menghasilkan :
a. rencana pembangunan jangka panjang;
b. rencana pembangunan jangka menengah;
c. rencana pembangunan tahunan.

Selanjutnya, masih berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang SPPN tersebut, mengamanatkan kepada Pemerintah Daerah bahwa

dalam menyusun perencanaan pembangunan daerah, masing-masing daerah

untuk membentuk pedoman penyusunan pola perencanaan daerah dalam

bentuk Peraturan Daerah.


10

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa

Tengah. Secara geografis Banjarnegara memiliki luas wilayah 106.970,997 ha

atau 3,29% dari luas seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah. 6 Sedangkan,

jumlah penduduk di wilayah Kabupaten Banjarnegara tahun 2016 sebanyak

1.001.856 jiwa, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 5.284 jiwa atau

sebesar 0,53 persen dari jumlah penduduk akhir tahun 2015 sebanyak

996.572 jiwa. 7 Dengan luas wilayah dan jumlah penduduk yang cukup besar

ini, diperlukan upaya-upaya yang lebih terarah dan terintegrasi melalui

program prioritas meliputi peningkatan akses, kualitas, dan pemerataan

pendidikan, peningkatan pemenuhan hak-hak dasar penduduk miskin dan

efektifitas program penanggulangan kemiskinan, peningkatan akses, kualitas

dan pemerataan kesehatan, peningkatan kualitas kelembagaan masyarakat dan

pelayanan umum melalui reformasi birokrasi, peningkatan daya saing daerah,

peningkatan ketahanan ekonomi daerah dan peningkatan kualitas kehidupan

beragama serta aktualisasi peran dan fungsi agama dalam aktivitas sehari-

hari. Berbagai upaya tersebut dituangkan Pemerintah Daerah Kabupaten

Banjarnegara dalam bentuk Perencanaan Pembangunan Daerah sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam melaksanakan program

pembangunan daerah berpedoman pada rencana pembangunan yang sudah

disusun dalam bentuk rencana pembangunan, baik dalam jangka tahunan,

6
Tim Penyusun, 2017, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2017 - 2022, Banjarnegara, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, hlm. II-1
7
Ibid. hlm. II-9
11

menengah, maupun panjang, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah

Kabupaten Banjarnegara Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Daerah. Hal ini memudahkan Pemerintah Daerah Kabupaten

Banjarnegara dalam menjalankan pembangunan di daerah, sehingga hasil

yang didapat bisa mencapai pada harapan segenap lapisan masyarakat di

Kabupaten Banjarnegara.

Pada Bulan Februari Tahun 2017 telah dilaksanakan Pemilihan Kepala

Daerah (Pilkada) Kabupaten Banjarnegara periode 2017 – 2022 dan Gubernur

telah melantik Bupati dan Wakil Bupati Banjarnegara terpilih pada tanggal

22 Mei 2017. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang–Undang

Nomor 09 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah

Kabupaten Banjarnegara Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Daerah, melekat kewajiban Pemerintah Kabupaten

Banjarnegara untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017 – 2022 sebagai

penjabaran atas visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih.

Maksud dari penyusunan RPJMD Kabupaten Banjarnegara Tahun

2017 – 2022 tersebut adalah memberikan pedoman bagi Pemerintah Daerah,

masyarakat, dunia usaha dan pemangku kepentingan lainnya dalam

mewujudkan cita – cita Kabupaten Banjarnegara sesuai dengan visi, misi dan

program Bupati dan Wakil Bupati terpilih periode 2017 – 2022.


12

Berdasarkan dari uraian yang dikemukakan di atas, maka penulis

tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuangkannya dalam suatu

penulisan hukum dengan judul: “TINJAUAN YURIDIS TERHADAP

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

(RPJMD) KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 – 2022”

C. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

mengambil pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017 – 2022 ?

2. Bagaimana Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017 – 2022 sampai

dengan akhir Tahun Anggaran 2017 ?

D. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan tentang Otonomi Daerah

Sistem Pemerintahan Negara Indonesia dilaksanakan berdasarkan

pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pasal 18, dimana Pemerintah membagi wilayahnya atas daerah-daerah

provinsi, dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten atau kota. Setiap

provinsi, kabupaten, kota tersebut mempunyai Pemerintah Daerah, yang

pelaksanaannya berpedoman dan diatur dengan Undang-Undang.


13

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Indonesia pada masa

sekarang ini dilaksanakan dengan mengacu pada Undang–Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang–Undang Nomor 9 Tahun

2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang–Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Otonomi Daerah sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, adalah sebagai

berikut :

BAB I
KETENTUAN UMUM
PASAL 1

(6) Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban


daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Secara etimologis, Otonomi berasal dari 2 (dua) kata

yaitu, auto berarti sendiri, nomos berarti rumah tangga atau urusan

pemerintahan. Dengan demikian, Otonomi berarti mengurus rumah

tangga sendiri. Dengan mendampingkan kata otonomi dengan kata

daerah, maka istilah “mengurus rumah tangga sendiri” mengandung

makna memperoleh kekuasaan dari pusat dalam mengatur atau

menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan daerah sendiri. 8

8
T. Siregar, “Otonomi Daerah”. https://www.academia.edu/21644110/ Otonomi_Daerah (diakses pada
tanggal 12 Nopember 2018 jam 22.15)
14

2. Pengertian Perencanaan

Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P mengemukakan bahwa :

“Perencanaan dapat berarti mengetahui dan menganalisis


kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor
non-controllable yang relevan, memperkirakan faktor-faktor
pembatas, menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan
dapat dicapai, serta mencari langkah-langkah untuk mencapai
tujuan tersebut.”9

Selanjutnya Tjokroamidjojo memberikan pengertian bahwa :

“Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu


proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.
Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan
sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih
efisien dan efektif.”10

3. Pengertian Pembangunan

Prof. Dr. Sondang P. Siagian mendefinisikan :

“Pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha


pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan
secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (national-
building).”11

Selanjutnya, menurut Dadang Solihin, Pembangunan adalah :

“Suatu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia dan


masyarakat yang dilakukan secara terencana dan
berkelanjutan, dengan mempertimbangkan kemampuan
sumber daya, kemajuan teknologi, dan memperhatikan
perkembangan global.”12

9
Robinson Tarigan, 2005, Perencanaan Pembangunan Wilayah, Jakarta, Bumi Aksara, hlm. 3
10
Bintoro Tjokroamidjojo, 1992, Perencanaan Pembangunan, Jakarta, CV Haji Masagung, hlm.12.
11
Sondang P. Siagian, op.cit. hlm.2
12
Dadang Solihin, 2002 , Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Jakarta, P.T. Gramedia Pustaka
Utama, hlm. 111
15

Menurut Bintoro Tjokroamidjojo sebagaimana dikutip oleh Nina Pratiwi:

“Pembangunan adalah suatu proses dinamis, kebijaksanaan


harus memberi peluang kepada kenyataan tetapi harus
mengandung kepastian dan kesinambungan bagi pelaksanaan
yang fiktif menuju terwujudnya masyarakat yang adil
berdasarkan Pancasila dengan keridhoan dari Tuhan Yang
Maha Esa.”13

3. Pengertian Perencanaan Pembangunan

Arthur W. Lewis sebagaimana dikutip oleh Sjafrizal mendefinisikan:


“Perencanaan pembangunan sebagai suatu kumpulan
kebijaksanaan dan program pembangunan untuk merangsang
masyarakat dan swasta untuk menggunakan sumberdaya yang
tersedia secara lebih produktif.”14
Moeljarto Tjokrowinoto juga memberikan definisi sebagai berikut :
“Perencanaan pembangunan sebagai konsep yang menyangkut
dua aspek yaitu pertama sebagai suatu proses perumusan
rencana pembangunan, dan kedua sebagai substansi rencana
pembangunan itu sendiri. Proses perumusan rencana
pembangunan berkaitan dengan aktifitas bagaimana sebuah
perencanaan pembangunan disusun, kapan dan siapa saja
pihak-pihak yang terlibat dalam proses perencanaan tersebut.
Sedangkan substansi rencana pembangunan berbicara
mengenai apa isi dari rencana pembangunan yang telah
disusun, permasalahan pokok dan isu-isu strategis yang
mendesak untuk diselesaikan dalam pembangunan.” 15

Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal yang sangat

penting dan vital dalam proses pembangunan, sehingga pada proses ini

harus dilakukan secara komprehensif dengan didukung dengan data-data

statistik yang memadai. Hal ini karena perencanaan pembangunan akan

menentukan arah proses pembangunan ke depan.

13
Nina Pratiwi, “Perencanaan Pembangunan”. http://www.academia.edu/25770542/ makalah_
perencanaan_pembangunan_bu_ika (diakses tanggal 5 November 2018 jam 14.10 wib)
14
Sjafrizal, 2015, Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi Daerah, Jakarta, Rajawali Pers,
hlm. 24-25.
15
Moeljarto Tjokrowinoto, 1993, Politik Pembangunan, Sebuah Konsep, Arah dan Strategi, Yogyakarta,
Tiara Wacana, hlm. 92
16

4. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional, Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk

menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang,

jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional berdasarkan jangka

waktunya dan mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu perencanaan jangka panjang, jangka

menengah, jangka pendek (tahunan), sehingga dengan Undang-Undang

ini kita mengenal satu bagian penting dari perencanaan wilayah yaitu apa

yang disebut sebagai rencana pembangunan daerah yaitu Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJM-D) dan Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD) serta Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah

(Renstra-SKPD) dan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah

(Renja-SKPD) sebagai kelengkapannya.

5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah

dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka waktu 5 tahun


17

yang merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala

Daerah. 16 RPJMD tersebut penyusunannya berpedoman pada RPJP

Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional yang memuat arah

kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan

umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja

Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-

rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang

bersifat indikatif.

Di dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 32

Tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017-2022 pasal 2 dan pasal 3 ayat (1),

dijelaskan mengenai pengertian RPJMD sebagai berikut :

Pasal 2

RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan


daerah sebagai landasan dan pedoman bagi Pemerintah
Daerah dalam melaksanakan pembangunan 5 (lima) tahun
terhitung sejak tahun 2017 sampai dengan tahun 2022 dan
pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam RKPD.

Pasal 3

(1) RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2


merupakan penjabaran dari visi, misi dan program
Bupati hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah Tahun
2017 yang memuat tujuan, sasaran, strategi, arah
kebijakan pembangunan Daerah dan keuangan Daerah,
serta program Perangkat Daerah dan lintas Perangkat
Daerah yang disertai dengan kerangka pendanaan
bersifat induktif untuk jangka waktu 5 (lima) tahun.

16
Tim Penyusun-Bappeda Kab Banjarnegara, 2016, Rancangan Teknokratik RPJMD (Rancangan Awal
Sementara) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017-2022, Banjarnegara, Bappeda Kabupaten Banjarnegara).
18

E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka

penulisan penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Mengetahui proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjarnegara Tahun

2017 - 2022.

b. Mengetahui Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017 – 2022

sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2017.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada

umumnya dan Hukum Administrasi Negara pada khususnya serta

dapat dipakai sebagai acuan terhadap penulisan maupun

penelitian di tahap berikutnya.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan

literatur kepustakaan mengenai Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD).


19

b. Manfaat praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan

sebagai bahan masukan bagi semua pihak yang terkait dengan

masalah yang sedang diteliti dan juga kepada berbagai pihak yang

berminat pada permasalahan yang sama.

2) Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan

sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak yang terlibat, baik

langsung maupun tidak langsung dalam hal penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yuridis normatif. Pada penelitian hukum ini, hukum dikonsepkan sebagai

apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau

hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan

berperilaku manusia yang dianggap pantas.17 Konsep ini memandang

hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan

oleh lembaga atau oleh pejabat negara yang berwenang. Konsep ini

memandang hukum sebagai suatu sistem normatif yang bersifat mandiri,

tertutup dan terlepas dari kehidupan masyarakat yang nyata.18

17
Amiruddin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, hlm: 118.
18
Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta, Ghalia Indonesia,
hlm: 13-14.
20

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian desktiptif analitis. Deskriptif karena

dengan penelitian ini diharapkan akan diperoleh gambaran yang

menyeluruh dan sistematis mengenai fokus penelitian. Sedangkan, analitis

berarti data-data yang diperoleh tersebut dianalisis.

3. Materi Penelitian

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017 – 2022 dan

pelaksanaannya sampai dengan akhir Tahun Anggaran 2017.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten

Banjarnegara dengan menginventarisir dan mempelajari berbagai data

sekunder terkait penelitian.

5. Sumber Data

Yang dimaksud sebagai Sumber Data dalam penelitian ini adalah

sumber dimana data diperoleh. Mengingat Metode Pendekatan yang

digunakan oleh Peneliti dalam penelitian ini adalah Metode Pendekatan

Yuridis Normatif, sehingga berdasarkan jenis datanya data yang

digunakan yaitu data sekunder. Sumber data sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu:

a. Bahan Hukum Primer: yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yang

terdiri dari:
21

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

telah diamandemen;

2) Peraturan Perundang-undangan :

a) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN);

b) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- 2025;

c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 sebagaimana telah

diubah beberapa kali terakhir dengan Undang–Undang Nomor 09

Tahun 2015 tentang Pemerintahan Daerah;

d) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,

Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Daerah;

e) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

f) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014

tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 – 2018;

g) Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 3 Tahun 2017

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;


22

h) Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 32 Tahun

2017 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017 – 2022.

b. Bahan Hukum Sekunder, merupakan bahan hukum yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum, yaitu berupa sejumlah keterangan

atau fakta dengan cara mempelajari bahan-bahan pustaka yang berupa

buku-buku, dokumen-dokumen, laporan-laporan, majalah, peraturan

perundang-undangan, surat kabar dan sumber-sumber lain yang

memberi penjelasan mengenai fokus penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier merupakan bahan hukum yang memberikan

petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder, seperti bahan dari internet, kamus, ensiklopedia, dan

sebagainya yang memberi penjelasan mengenai obyek penelitian.

6. Metode Pengumpulan Data

Data Sekunder diperoleh dengan menginventarisir dan mempelajari

berbagai data dan bahan sekunder yang kemudian disajikan dalam bentuk

uraian yang disusun secara sistematis.

7. Metode penyajian data

Data disajikan dalam bentuk uraian dan penjelasan secara sistematis

guna memberikan gambaran umum kesimpulan hasil dari penelitian yang

telah dilakukan.
23

8. Metode Analisis Data

Data–data yang diperoleh kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan

berdasarkan metode analisis normatif kualitatif serta disusun secara logis

dan sistematis berdasarkan pada doktrin dan pengertian hukum yang

terdapat dalam ilmu hukum dengan harapan akan diperoleh suatu

gambaran atau kesimpulan mengenai objek penelitian.

G. DAFTAR PUSTAKA

1. Literature

Amiruddin dan Zainal Asikin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Robinson Tarigan. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah, Jakarta:


Bumi Aksara.

Sjafrizal. 2015. Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi


Daerah. Jakarta: Rajawali Pers.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan


Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Solihin, Dadang. 2001. Kamus Istilah Otonomi Daerah. Jakarta:


Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan.

Solihin, Dadang. 2002 . Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah,


Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.

Sondang P. Siagian. 1985. Administrasi Pembangunan. Jakarta: Gunung


Agung.

Tim Penyusun-Bappeda Kab Banjarnegara. 2016. Rancangan Teknokratik


RPJMD (Rancangan Awal Sementara) Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2017-2022, Banjarnegara: Bappeda Kabupaten Banjarnegara.
24

Tim Penyusun. 2017. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017 - 2022, Banjarnegara:
Pemerintah Kabupaten Banjarnegara.

Tjokroamidjojo, Bintoro. 1992. Perencanaan Pembangunan, Jakarta: CV


Haji Masagung.

Tjokrowinoto, Moeljarto. 1993. Politik Pembangunan, Sebuah Konsep,


Arah dan Strategi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Widjaja, HAW. 2004. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta:


PT Raja Grafindo Persada.

Willy, Nur. 2016. Skripsi: Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan


Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2010-2015 Kabupaten Barru.
Makassar: Universitas Hasanuddin.

2. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang


sudah diamandemen.

Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438).

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4700).

Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244).

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara


Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah
25

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang


Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2013 – 2018.

Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 3 Tahun 2017 tentang


Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Lembaran Daerah
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017 Nomor 3).

Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 32 Tahun 2017 tentang


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2017-2022 (Lembaran Daerah Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2017 Nomor 32).

3. Internet

Bitar. “Pembangunan Nasional”. https://www.gurupendidikan.co.id/


pembangunan-nasional-pengertian-hakikat-dan-prinsip-beserta-
tujuannya-lengkap/ (diakses tanggal 12 Nopember 2018 jam 22.00)

Pratiwi, Nina. “Perencanaan Pembangunan”. http://www.academia.edu/


25770542/makalah_perencanaan_pembangunan_bu_ika (diakses
tanggal 5 November 2018 pukul 14.10 wib)

T. Siregar. “Otonomi Daerah”. https://www.academia.edu/21644110/


Otonomi_ Daerah (diakses pada tanggal 12 Nopember 2018 jam
22.15)
26

H. Sistematika Penulisan Skripsi

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Perumusan Masalah

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

D. Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM

A. Otonomi Daerah

B. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

C. Perencanaan Pembangunan Daerah

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan
27

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

I. Jadual Pelaksanaan Penelitian

2018 2019
NO Kegiatan
AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR
1. Persiapan penelitian
a. Penyusunan outline
b. Pengajuan Proposal
c. Perijinan Penelitian
2. Pelaksanaan
a. Pengumpulan data
b. Analisis Data
3. Penyusunan Skripsi
a. Penulisan Skripsi
b. Seminar
c. Ujian Skripsi

Anda mungkin juga menyukai