NIM. 1103005081
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
SKRIPSI
NIM. 1103005081
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
EFEKTIVITAS LEMBAGA PEMASYARAKATAN
NIM. 1103005081
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iii
Lembar Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
I Made Tjatrayasa,SH.,MH
iv
SKRIPSI INI TELAH DIUJI
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah
skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Udayana.
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini atas bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
Universitas Udayana;
Universitas Udayana;
5. Bapak Dr. Ida Bagus Surya Dharma Jaya, SH.,MH., Ketua Bagian Hukum
vi
6. Bapak I Gst. Ngr. Parikesit Widiatedja SH.,M.Hum, Pembimbing Akademik
(PA) yang selama ini telah memberikan saran dan nasihat kepada penulis;
10. Bapak/Ibu Pegawai Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Udayana dan
13. Bapak Dewa Gede Astara,SH.MH, Ka.Sub Bagian Tata Usaha Lembaga
vii
14. Bapak Mikha Simanjuntak, SH, Staff Pegawai Bimbingan Kemasyarakatan
dan Perawatan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar, yang turut serta
15. Bapak Ida Bagus Sedana, SH, Kasi. Pencegahan BNN Kota Denpasar, yang
16. Kepada orang tua penulis, Bapak I Nengah Sukandia dan Ibu Yani Suryani,
17. Kepada saudara kandung penulis, Ni Putu Hilda Septian Andriyani, Dikri
Lazuardi, Ni Komang Intan Tri Pujiani, I Ketut Andika Pramudia yang terus
memberikan dukungan serta doa tiada henti. Selain itu terimakasih untuk
Aritonang, Irma Putri Labora, Arya Utamayasa, A.A Ayu Mirah Kartini
Kurniawan, Ida Ayu Merta Dewi yang telah memberikan doa, dukungan serta
viii
19. Keluarga Besar ALSA, UMCC, SOLIH Fakultas Hukum Universitas
20. All crew Pro2fm Denpasar, Ayu Rasminiati SH, Alan Bawana, Theresa P
Turker, Cahyo Suryo Andre A, Diah Karang, IAP Widya Indah Sari, Ida
Bagus Tri Pramana, Yogi Ari Dwipayana, Desak Putu Kurnia, Erica
Wahyuni, Komang Pratama Putra, Kadek Windy Pranata Putra, Made Arya,
21. Segenap pihak yang membantu dan mendukung penulis baik secara material
skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan
skripsi ini, penulis persembahkan skripsi ini kepada almamater tercinta, Fakultas
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
ix
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Hukum/Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang
manapun, dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja
mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka
penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/ atau sanksi hukum yang berlaku.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggung jawaban ilmiah
Yang menyatakan,
x
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
xi
b. Tujuan Khusus ............................................................................ 12
a. Jenis Penelitian.......................................................................... 22
d. Sumber Data.............................................................................. 24
xii
2.2.1 Pengertian Sistem Pembinaan ............................................... 40
PENANGGULANGANNYA
Narapidana ................................................................................ 75
xiii
4.3 Upaya yang dapat dilakukan untuk Memaksimalkan Pembinaan
Narapidana ................................................................................ 80
BAB V PENUTUP
DAFTAR BACAAN
DAFTAR INFORMAN
DAFTAR RESPONDEN
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
Abstrak
xv
Abstract
Legal methods used is the method of empirical laws, using primary data and
secondary data analysis the analysis at a later deskriptif kualitatif.
For the results obtained in this study was the construction of the prison in
Kerobokan recovery facility has been implemented in a sufficient way known as
workshops. The construction of the building was carried out by Security officers and
correctional officers. the construction of the venue began with the construction of the
stage, stage of assimilation. For pattern construction construction of personality and
construction of independence. Klas IIA Denpasar correctional institution rehabilitation
(prison staff) is one who suffers from excess capacity and experience to date between the
factors restricting the construction process for inmates that not all citizens are willing to
follow correctional building construction are in Klas IIA Denpasar correctional facility,
lack of guidance of the coaching. For policies that can be used by the Government in the
days to come, among other things, a reduction in the number of people in our prisons,
make cards, there is a socialization to society. Brezzi Based on the research results can
be drawn the conclusion that the condition of building the prison in Klas IIA Denpasar
recovery facilities can be said not to walk with maybe this is evidenced by the large
number of problems still occur in Klas IIA Denpasar prison staff.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional dalam garis besar haluan negara mencakup semua aspek
sesuai dengan apa yang diharapkan, atau tidak terjadi ketimpangan didalam proses
penerapannya. Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)
adalah negara hukum. Menegakan tertib hukum guna mencapai tujuan negara
Republik Indonesia yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
yang kompleks terjadi dalam aspek perkembangan hukum di Indonesia, Selain itu
para pihak (pejabat) dalam melaksanakan tugasnya kurang atau tidak berdasarkan
1
2
masyarakat, maka dari itu pembangunan hukum tersebut dapat dikatakan berjalan
sesuai dengan rencana, namun tidak bisa dipungkiri lagi bahwa didalam proses
pembangunan hukum yang kuat masih banyak terjadi kendala, misalnya saja
hukum di Indonesia ini seakan menjadi milik segelintir orang yang mempunyai
kedudukan penting di negara ini, mereka bisa dengan mudah membeli hukum itu
sendiri, namun dilain pihak masyarakat terus menjerit ketika hukum tersebut tidak
lagi berpihak kepadanya. Masyarakat di buat frustasi dengan keadaan seperti ini,
hak asasi manusia (HAM) yang ada seakan tidak dapat menolongnya. Keadaan
seperti ini membuat masyarakat tidak memiliki jalan keluar lain, sehingga mereka
hukum yang berlaku agar nantinya dapat kembali hidup bermasyarakat. Hal ini
sesuai dengan tujuan dari hukum pidana itu sendiri yaitu, untuk memenuhi rasa
1
Riduan Syahrini, 1999, Rangkuman Intisari Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.51.
3
Lembaga Pemasyarakatan pada dasarnya melihat bahwa pidana adalah alat untuk
menegakan tata tertib dalam masyarakat. Pidana adalah alat untuk mencegah
timbulnya suatu kejahatan dengan tujuan agar tata tertib masyarakat tetap
2
Muhammad Zainal Abidin & I wayan Edy Kurniawan, 2013, CatatanMahasiswaPidana,
Indie Publishing, Depok, hal. 6.
4
narapidana (napi) atau bisa juga yang statusnya masih tahanan, maksudnya orang
tersebut masih berada dalam proses peradilan dan belum ditentukan bersalah atau
tidak oleh hakim. Pegawai negeri sipil yang menangani pembinaan narapidana
sebagai adanya tindak pidana yang dilakukan oleh seorang pelanggar hukum, oleh
karena itu pidana penjara juga disebut sebagai pidana hilang kemerdekaan. sistem
perlakukan secara tidak manusiawi dan tidak kenal perikemanusiaan. Itu sebabnya
tujuan yang dianutnya, dan sistem kepenjaraan tidak sesuai untuk di terapkan.
Sahardjo pada tahun 1963. Tugas jawatan kepenjaraan bukan hanya melaksanakan
hukuman, namun tugas yang jauh lebih berat adalah mengembalikan orang-orang
menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab. Hal ini bertujuan supaya
dapat berperan kembali sebagai anggota masyarakat yang bebas dan bertanggung
Tak lepas juga pola pembinaan (pembinaan karakter, pembinaan mental, dan
pembinaan narapidana diatur juga dalam Peraturan Pemerintah No.31 tahun 1999
masyarakat dari bangsa Indonesia sendiri yang mempunyai hak-hak yang patut
dipenuhi, diantaranya hak untuk hidup dan hak atas perlindungan dan bebas dari
ancaman.
6
jalan adanya pembinaan kepribadian yang diarahkan pada pembinaan mental dan
narapidana dapat kembali berperan sebagai anggota masyarakat yang bebas dan
c. Mampu mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa dan mendekatkan
sesuai lagi dengan perkembangan nilai dan hakekat yang tumbuh dimasyarakat.
dalam hal ini yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan nilai dan hakikat hidup
3
Andi Hamzah, 1983, Tinjauan Ringkas Sistem Pemindanaan di Indonesia, Cetakan Pertama,
Nopember, Jakarta, hal.17.
7
narapidana lain terkait adanya perlakuan khusus atau sikap diskriminasi oleh
Klas IIA Denpasar. Lembaga Pemasyarakatan yang berkapasitas 336 hunian, pada
4
Diakses dari http://www.ditjenpas.go.id/Lapas/denpasar pada 17 Mei 2013 Pukul 11.38
5
Kerusuhan di Lapas Klas IIA Denpasar, Bali Post, 29 Februari, 2012, hal.1.
6
Diakses dari http://www.nasional.new.viva.co.id/read/news/290303-ada-senjata-yang-
dirampas-napi-kerobokan 22 Oktober 2014 Pukul 12.34.
8
terdiri dari narapidana dan tahanan.7 Sementara itu, faktor internal terkait dengan
7
Diakses dari http://www.regional.kompas.com/read/inilah-penyebab-kerusuhan-Lapas-
kerobokan , 24 Oktober 2014 pukul 12.57.
8
Direktorat Jendral Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Ham R.I, 2009, Cetak Biru
Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan, hal.136.
9
mengulangi tindak pidana lagi serta menjadi warga yang baik dan bertanggung
Penanggulangannya ?
9
Ibid, hal.32.
10
program pembinaan apa saja yang diberikan kepada seluruh narapidana dalam
Denpasar, karena pembinaan yang dilakukan sangat penting dan wajib diperoleh
pembekalan oleh pihak Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar siap untuk
Pokok permasalahan yang kedua akan dibahas mengenai faktor apa saja
1.4 Orisinalitas
ini maka dapat dilihat perbedannya dengan skripsi terdahulu yang sejenis, yaitu
11
A kabupaten Karangasem?
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini ada 2 (dua) tujuan yaitu tujuan
a. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dari penelitian ini, yaitu untuk
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini, antara lain:
a. Manfaat Teoritis
mengatur. Adapaun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat memperoleh
13
b. Manfaat Praktis
narapidana.
2. Bagi Petugas Lapas hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
Pemasyarakatan.
RI, dimana departemen ini bertugas mengayomi masyarakat dalam bidang hukum
14
dan hak asasi manusia. Kewenangan departemen ini ditangan pemerintah pusat
No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 ayat (3) UU No.12
mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan pemasyarakatan
dibina, dan masyarakat agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara
10
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Ham R.I, 2009 Cetak Biru
Pembaharuan Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan,hal.136.
11
Marlina, 2011, Hukum Penitensier, Refika Aditama, Bandung, hal. 124.
15
pembinaan yang tidak lepas dari unsur-unsur lain dalam masyarakat yang
fisik yang cukup memadai bagi pelaksana seluruh proses sistem pemasyarakatan
ruangan (outdor) maupun didalam ruangan (indoor), sarana sosial yang terdiri
dari tempat kunjungan keluarga, aula pertemuan, sarana konsultasi, dan sarana
transportasi (mobil dinas). Narapidana diberikan makanan tiga kali sehari pagi,
12
Ibid,hal.174.
16
pemasyarakatan, yaitu :
hidup sebagai warga negara yang baik dan berguna dalam masyarakat
bimbingan
4. Negara tidak berhak membuat seseorang narapidana lebih buruk atau lebih
negara
17
berdasarkan pancasila
10. Sarana fisik lembaga ini merupakan salah satu hambatan pelaksanaan
sistem pemasyarakatan.13
Hukum pidana mengenal teori penjatuhan pidana, Ada tiga teori untuk
13
A Josias dan Simon R-Thomas Sunaryo, 2010, Studi Kebudayaan Lembaga
Pemasyarakatan di Indonesia, Lubuk Agung, Bandung, hal.1.
14
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemindanaan Indonesia, PT.Pradnya Paramita, Jakarta.
1993,hal.21.
18
untuk dijatuhkannya pidana. Pidana secara mutlak ada, karena dilakukan suatu
kejahatan. Pidana merupakan tuntutan mutlak, bukan hanya sesuatu yang perlu
suatu kejahatan, maka harus dijatuhkan hukuman, dalam ajaran absolute ini
terdapat keyakinan yang mutlak atas pidana itu sendiri, sekalipun penjatuhan
pidana sebenarnya tidak berguna bahkan memiliki dampak yang lebih buruk
Teori yang kedua ialah teori relative atau teori tujuan. Teori ini
berpangkal pada dasar bahwa pidana adalah alat untuk menegakan tata tertib (
kejahatan dengan tujuan agar tata tertib masyarakat tetap terpelihara. Dalam teori
relatif penjatuhan pidana tergantung dari efek yang diharapkan dari penjatuhan
Sementara itu, sifat pencegahan dari teori ini ada 2 ancaman yaitu :
15
Ibid, hal. 29.
19
a. Teori pencegahan umum. Menurut teori ini, pidana yang dijatuhkan pada
b. Teori pencegahan khusus. Menurut teori ini, tujuan pidana ialah mencegah
melakukan kejahatan dan mencegah agar orang yang telah berniat buruk
pada asas pembalasan dan asas pertahanan tata tertib masyarakat. Dengan kata
lain, dua alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana. Teori gabungan dapat
tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu dan cukup untuk
tetapi penderitaan atas dijatuhinya pidana tidak boleh lebih berat daripada
Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif dalam bahasa
16
Muhammad zainal abidin & Iwayan Edy kurniawan, Op.cit, hal. 39
20
“berhasil guna”. Sedangkan efektivitas hukum secara tata bahasa dapat diartikan
pelaksanaan hukum itu sendiri. L.J Van Apeldoorn, menyatakan bahwa efektivitas
lain oleh taraf kepatuhan warga masyarakat terhadap hukum, termasuk para
tercapainya tujuan hukum. Menurut Soerjono Soekanto, dalam ilmu sosial antara
lain dalam sosiologi hukum, masalah kepatutan atau ketaatan hukum atau
yang pokok dalam menakar efektif tidaknya sesuatu yang ditetapkan dalam hal ini
hukum.19
baik penegak hukum, subtansi hukum dan budaya hukum masyarakat, sehingga
tidak terjadi ketimpangan antara das solendan das sein. Hal ini sesuai dengan
17
Van Apeldoorn, 2005, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, Cetakan Ke 30,
hal.11.
18
Soerjono Soekanto, 1996, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Bandung, hal.62.
19
Ibid, hal.20.
21
hukum terdapat tiga unsur yaitu struktur, substansi dan kultur hukum.20
termasuk asas hukum dan norma hukum, baik yang tertulis ataupun yang tidak
1. Faktor hukumnya sendiri, yakni didalam tulisan ini akan dibatasi Undang-
Undang saja
menerapkan hukum
diterapkan
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
20
Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicial
Prudence) : Termasuk Interpretasi Undang-Undang (LegisPrudence) Volume I Pemahaman Awal.
Kencana, Jakarta, hal.225
21
Soerjono Soekanto, 2007, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja
Grafindo, Jakarta,hal.5.
22
Hukum itu sering disebut penegak hukum, budaya hukum itu sangat luas, dapat
bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota
adat kebiasaan, pengertian ini pertama kali dikemukakan oleh E.B Tylor dalam
Jadi dari pengertian itu, kebudayaan lebih dari kesenian, melainkan ada
a. Jenis penelitian
22
Hassan Shadily, 1989, Sosiologi Untuk Orang Indonesia, PT Pembangunan, Jakarta, hal.81.
23
pendekatan langsung di Lapas Klas IIA Denpasar, yaitu dalam hal pelaksanaan
b. Jenis Pendekatan
hukum, lembaga hukum, dan sebagainya. Pendekatan fakta dalam hal ini penulis
23
Fakultas Hukum, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana,
Denpasar, hal.68.
24
juga melihat fakta – fakta yang ada di Lapas Klas IIA Denpasar yang berkaitan
c. Sifat Penelitian
d. Sumber Data
Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis yaitu data
1. Data primer adalah data yang bersumber dari suatu penelitian lapangan,
yaitu suatu data yang diperoleh langsung dari sumber lapangan yaitu baik
ruang Kepala Pengamanan Lapas dan di ruang Kasi. Binadik Lapas Klas
IIA Denpasar.
kepustakaan, yaitu data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber
24
Zainudin Ali, 2009, Merode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,hal.25.
25
suatu penelitian ini mengandalkan pada penggunaan bahan hukum primer (bahan-
bahan hukum yang mengikat), bahan hukum sekunder (yang memberi penjelasan
mengenai bahan hukum primer), dan bahan hukum tertier (bahan hukum yang
sekunder).25
kekuatan mengikat. Bahan hukum primer yang terdiri dari Peraturan Perundang-
sebagai berikut :
a) Teknik Wawancara
25
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 1998, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali, Jakarta, hal.39.
26
information from another”26 yang dimaksud dengan hal ini adalah segala
Denpasar, Bapak I Wayan Putu Sutresna selaku Kasi. Bimbingan napi dna
Denpasar.
26
Sri Mamuji, 2004, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Pradnya Paramita, Jakarta, hal.
47.
27
Pengolahan dan analisa data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
dan analisis data dilakukan dengan cara deskripsi, sistematis, dan eksplanasi.
BAB II
Sampai saat ini masih banyak perselisihan paham tentang apa yang
Indonesia. Istilah yang digunakan itu sebenarnya tidak begitu penting, kita tidak
boleh terpancing kepada istilah, dalam hal ini yang penting ialah pelaksanaaan
27
Hendro Purba, Pengertian Tentang Sistem Pemasyarakatan, data diakses pada tanggal 2
Februari 2015, available from : URL : Http ://online-hukum-blogspot.com/2011/01/pengertian-
tentang-sistem.html#
28
29
dengan daya tahan, dalam arti bahwa dia dapat hidup dalam masyarakat tanpa
ini sebagai berikut : Suatu proses interaksi antara narapidana, petugas Lembaga
baik dan efektif mereadaptasi norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat.29Jelas inti dari proses resosialisasi ini adalah mengubah tingkah laku
narapidana agar sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yag dianut oleh
sebagai berikut :
28
Ibid.
29
R.Achmad S.Soema Dipradja,Romli Atmasasmita,1979, Sistim Pemasyarakatan di
Indonesia, Bandung : Percetakan Ekonomi, hal.19.
30
penting sebagai pendorong, penjurus dan pengantar agar proses tersebut dapat
berjalan dengan lancar sehingga mencapai tujuan dengan cepat dan tepat.
Pemasyarakatan adalah :
Suatu tatanan mengenai arah dan batas serta cara pembinaan warga binaan
pemasyarakatan berdasarkan pancasila yang dilaksanakan secara terpadu
anatara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas
warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri,
dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan
dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
masyarakat yang baik dan berguna bagi bangsa dan negara, serta tidak melakukan
kejahatan lagi.
31
penahanan sementara maupun yang sedang menjalani pidana, terus diadakan dan
tanggal 17 Agustus 1945. Upaya tersebut tidak hanya terjadi pada bangsa
Indonesia, akan tetapi juga pada bangsa-bangsa lain sejalan dengan pergerakan
seluruh negara dan pada tahun 1934 mengajukan rencana tersebut untuk disetujui
oleh The Assembly Of The League Of Nation ( Rapat Umum Organisasi Bangsa-
tersebut disetujui oleh kongres PBB pada tahun 1955, yang kita kenal dengan
1. Akomodasi
2. Kebersihan pribadi
4. Makanan
6. Pelayanan kesehatan
32
8. Alat-alat penahanan
12. Berhak menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianut narapidana
tersebut
Kemudian pada tanggal 31 Juli 1957 Dewan Ekonomi dan Sosial PBB
pidana penjara di Indonesia dimulai dari beralihnya teori retributif kepada teori
Selanjutnya tiba giliran teori punitif mendapat tantangan aliran baru dari teori
30
Sipirprodeo, Sejarah Sistem Pemasyarakatan, data diakses pada tanggal 2 Februari 2015,
available from : URL:Http :// polsuspas.wordpress.com/2011/01/05/sejarah-sistem-
pemasyarakatan/
31
Bahroedin Soerjobroto, 1969, The Treatment Of Offenders, Undip, Semarang, hal.9.
33
yang dianut ialah sistem penjara. Sistem penjara ini memandang bahwa hukuman
penjahat, dan sama sekali tidak ada unsur pembinaan terhadap sipelaku kejahatan
tersebut. Titik awal transformasi sistem pemidanaan Indonesia dari sistem penjara
ke sistem pemasyarakatan ini ialah, berkat peran ilmu kriminologi dan hukum
Menteri Kehakiman pada saat itu. Tepatnya pada tanggal 15 Juli 1963 di Istana
mengemukakan pada saat itu bahwa : Tiap orang adalah manusia dan harus pada
32
Bambang Poernomo, Op.cit, hal.52.
33
Akhmad Sekhu, Sejarah hari Penjara ke LAPAS, data diakses pada tanggal 2 Februari 2015,
available from : URL:Http://sejarah.kompasiana.com/2010/07/21/sejarah-dari-penjara-ke-LAPAS-
napi-juga-manusia/.
34
Dharmesti. Yang artinya rumah untuk pendidikan manusia yang salah jalan agar
Konferensi yang diikuti oleh setiap direktur penjara seluruh Indonesia, konferensi
tersebut, yaitu34 :
1. Ayomi dan berikan bekal hidup agar mereka dapat menjalankan perannya
4. Negara tidak berhak membuat mereka lebih buruk atau jahat dari pada
6. Pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik tidak boleh
34
Marlina, Op.cit,hal.124.
35
7. Bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik
tentang hak-hak bagi narapidana. Hak-hak yang dimaksud dapat dilihat pada Pasal
untuk :
5. Menyampaikan keluhan
6. Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang
tidak di larang
lainnya
keluarga
yang berlaku.
berangkat dari kenyataan bahwa tujuan pemidanaan tidak sesuai lagi dengan
35
C.I.Harsono, 1995, Sistem Baru Pembinaan Narapidana, Djambatan, Jakarta,hal.13.
37
dimasyarakatkan kembali.36
Pasal 2 :
36
Soedjono, 1972, Kisah Penjara-Penjara di Berbagai Negara, Alumni, Bandung, hal.86.
38
1. Pengayoman
diskriminasi )
Asas ini dijelaskan sebagai bentuk perlakuan kepada warga binaan yang
manusia.
37
A Josias Simon R dan Thomas Sunaryo, 2010, Studi Kebudayaan Lembaga Pemasyarakatan
di Indonesia, Lubuk Agung, Bandung, hal.1.
39
tertentu
38
Romli Atmasasmita, 1996, Beberapa Catatan Isi Naskah RUU Pemasyarakatan, Rineka,
Bandung, hal.12.
40
keterpaduan, sedapat mungkin pula financial dan material) yang dibutuhkan untuk
tindak pidana dan dijatuhi vonis oleh pengadilan akan menjalani hari-harinya
Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan
39
Djisman Samosir, 1982, Fungsi Pidana Penjara dalam Sistem Pembinaan Narapidana di
Indonesia, Pradnya Paramita, Jakarta,hal.13.
41
Satu hal yang harus selalu diingat bahwa tindakan apapun yang dilakukan
terhadap narapidana baik dalam rangka pembinaan atau lainnya harus bersifat
40
Serikat Putra Jaya, 2005, Kapita Selekta Hukum Pidana, Cetakan Kedua, Universitas
Dipenogoro, Semarang, hal.38.
41
Ibid,hal.218.
42
ialah :
42
Bahrudin Surjobroto, 1991, Suatu Tinjauan Tentang Sistem Pemasyarakatan, Departemen
kehakiman RI, jakarta, hal. 5
43
Serikat Putra jaya, loc.cit.
44
Serikat Putra Jaya, Loc.it.
43
selesai pertama kali pada tahun 1972, tetapi karena dianggap belum mendesak
1999 ini merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No.12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan.
dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh
berbagai tahapan dan dilakukan oleh para pembina. Sejak narapidana masuk ke
narapidana dengan masyarakat itu dapat sembuh kembali dari segi-segi negatif.
Jangka waktu dari masing-masing tahap yang satu kepada tahap berikutnya tidak
sama serta dalam pelaksanaan proses pembinaan ini maju mundurnya tergantung
lagi sebagian dari proses atau tahap yang dilalui terutama jika belum mencapai
pembinaan dan bimbingan yang dilakukan oleh para pembina, melalui tahap-tahap
dan kewajiban selama berada dilembaga. Jangka waktu tahap admisi ini
adalah 1 (satu) minggu bagi tahanan dan 1 (satu) bulan bagi warga binaan
45
Serikat Putra Jaya, Op.cit, hal.39.
45
lingkungan (MAPENALING).
b. Tahap pembinaan, dilaksanakan pada 1/3 (satu per tiga) sampai 1/2 (satu per
dua) dari masa pidana, pada tahap ini pengawasan dilakukan sangat ketat
c. Tahap asimilasi, pelaksanannya dimulai 1/2 (satu per dua) sampai 2/3 (dua per
tiga) dari masa pidana. Pada tahap ini mulai diperkenalkan warga binaan
pemasyarakatan dengan jati diri (kecerdasan, mental, dan iman) secara lebih
2/3 (dua pertiga) masa pidana sampai dengan berakhirnya masa pidana. Pada
tahap ini pengawasan sudah sangat berkurang (minimum security). Bagi warga
Kehakiman Tahun 1990 No. M-02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan
anut.
yang baik dapat memberikan sesuatu yang berguna bagi bangsa dan
negaranya.
pemasyarakatan.
47
2. Pembinaan Kemandirian
pengolahan bahan mentah dari sektor pertanian dan bahan alam menjadi
dalam hal ini bagi mereka yang memiliki bakatnya itu. Misalnya
perkumpulan seniman.
masa depan mereka setelah keluar dari Lapas. Hal ini dapat dilihat dari pembinaan
dan bimbingan yang diberikan kepada narapidana meliputi bidang yang bersifat
Sekitar tahun 1936, yaitu zaman kolonial belanda telah dibangun rumah
merdeka maka seluruh peninggalan Hindia Belanda diambil alih oleh pemerintah
RI, kemudian pada tahun 1964 penjara yang ada di Indonesia berubah menjadi
Sahardjo, tentang hukum sebagai pengayoman. Hal ini membuka jalan perlakuan
Pada tahun 1976 baru di Badung Lapas Klas IIA Denpasar yang terletak di
Kerobokan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Lapas Klas IIA
berdiri di atas tanah seluas 43.220 m2, dengan memiliki kapasitas bangunan
sebanyak 336 orang penguhi, selain itu pula terdapat perumahan dinas bagi
petugas Lapas Klas IIA Denpasar, yang berada di luar bangunan Lapas seluas
3220 m2.
46
Dwija Priyatno, Op.cit, hal.97.
BAB III
Lapas Klas IIA Denpasar merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis
bawah kantor wilayah kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Propinsi Bali.
Secara fisik keseluruhan bangunan yang dimiliki oleh Lapas Klas IIA
Denpasar terdiri dari beberapa bangunan dan ruang perkantoran, agar lebih
Tabel 01
50
51
(dalam m2)
1 A 156
2 B 156
3 C 225
4 D 225
5 E 225
6 F 225
7 G 225
8 H 225
9 I 225
10 J 225
11 K 96
12 Tahanan Wanita 96
15 Pengangsingan 64
Selain itu, terdapat pula bangunan lain pendukung Lapas Antara Lain :
- 1 buah lapangan parkir mobil dan sepeda motor dengan luas 700 m2
wewenang atau hak dan kewajiban setiap personel di atau lingkungan organisasi
sehingga tercipta sasaran kerja yang tertib, disiplin dan dinamis yang merupakan
Kasubag. tata usaha Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar pada hari
Senin tanggal 6 April 2015 Pukul 10.15 Wita di ruangan bagian tata usaha, dalam
struktur organisasi di Lapas Klas IIA Denpasar, terdapat 1 (satu) orang kepala (
yang selanjutnya disebut KALAPAS ), 2 (dua) orang Ka. Sub Bagian yaitu
Ka.Sub Bag. Tata Usaha ( Ka. SUBAG TU) dan Kepala Pengamanan Lembaga
Pemasyarakatan ( Ka. KPLP ), 2 dua) orang Ka. Ur yaitu urusan kepegawaian dan
urusan umum. 3 (tiga) orang, Ka. Seksi yaitu bimbingan napi dan anak didik (
Kasie Binadik ), seksi kegiatan kerja ( Kasie. Giatja) dan seksi administrasi
kemanan dan tata tertib ( Kasie Minkamtib), dan 6 (enam) orang Ka. Sub Seksi
terdiri dari Sub. Sie bimbingan kemasyarakatan dan perawatan narapidana dan
anak didik (Ka. Subsie Bikemaswat ), Sub Sie Registrasi ( Ka. Subsie Registrasi ),
Sub Sie Bimbingan kerja dan pengelolaan hasil kerja ( Ka. Subsie Bimker dan
Lolahaker ), Sub Sie Saranan Kerja, Sub Sie Kemanan dan Sub Sie Pelaporan dan
Tata Tertib.
54
KALAPAS
Sudjonggo,Bc.Ip,SH
KEPALA KPLP KASI BINADIK KASI KEGIATAN KERJA KASI ADMINISTRASI KAMTIB
I WAYAN AGUS I WAYAN PUTU I GEDE PURWATA,SH HERMANUS SETYO
MIARDA,A.Md.IP.SH SUTRESNA,A.Md.IP.SH.MH HARTANTO,BcIP.,SH
Uraian tugas dari bagian-bagian maupun seksi-seksi yang ada di Lapas Klas
Bertugas melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga Lapas yang
terdiri atas :
dan keuangan
55
- Sub seksi bimbingan kerja dan pengelolaan hasil kerja mempunyai tugas
- Sub seksi sarana kerja mempunyai tugas dalam mempersiapkan fasilitas dan
sarana kerja
56
- Sub seksi keamanan mempunyai tugas dalam menerima laporan harian dan
Lapas merupakan tujuan yang paling utama sebagai akhir dari sistem peradilan
dapat berperan aktif dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai
di blok hunian atau wisma masing-masing, warga binaan akan diberitahukan oleh
petugas serta seluruh staff pegawai, kewajiban dan hak warga binaan, cara
agar warga binaan dapat menyesuaikan diri dan dapat beradaptasi, sehingga dapat
berinteraksi secara normal di dalam Lapas. Pada tahap ini dilakukan pengawasan
cukup memadai yang disebut bengker atau bengkel kerja. Pembinaan terhadap
pengamanan.
dan Anak Didik ) Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Denpasar pada hari senin
tanggal 13 April 2015 pukul 10.10 Wita di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA
Pemasyarakatan dimulai saat pertama kali narapidana tersebut masuk Lapas yang
1. Tahap pembinaan, dilaksanakan pada 1/3 (satu per tiga) sampai 1/2 (satu per
dua) dari masa pidana, pada tahap ini pengawasan dilakukan sangat ketat
(maximum security).
2. Tahap asimilasi, pelaksanannya dimulai 1/2 (satu per dua) sampai 2/3 (dua per
tiga) dari masa pidana. Pada tahap ini pembinaan mulai dilakukan di dalam
Lapas ataupun di luar Lapas. Untuk diluar Lapas narapidana dengan kasus
Pidana Korupsi akan melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan sosial, yang
mana Warga Binaan Pemasyarakatan ini tidak mendapat upah karena dalam
hal ekonomi sudah di anggap mampu. Pada tahap ini pengawasan agak
2/3 (dua pertiga) masa pidana sampai dengan berakhirnya masa pidana. Pada
menjalani pembinaan, maka pada tahap ini dapat diajukan remisi, Pembebasan
Maha Esa
darma wacana setiap dua minggu sekali mulai dari pukul 10.00 hingga
bertanggung jawab.
melakukan shalat lima waktu dan shalat jumat termasuk juga hari
besar keagamaan seperti hari raya idul fitri dan idul adha. Pembinaan
pada hari raya natal. Namun, di tahun 2015 ini umat kristiani di Lapas
Lapas Klas IIA Denpasar yang memeluk agama Budha. Dalam hal ini
besar dilakukan pada hari besar keagamaan yaitu waisak. Dari ketiga
binaan.
62
tidak sadar hukum atau peraturan yang berlaku, maka ketika mereka
seluruh peraturan yang berlaku di Lapas Klas IIA Denpasar adalah sebagai
berikut :
kesopanan
Denpasar adalah program kursus bahasa inggris, Lapas Klas IIA Denpasar
warga binaan, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua warga binaan
bahasa inggris diadakan setiap hari kamis dan jumat yang dilakukan
terkait.
64
Klas IIA Denpasar pada hari kamis tanggal 16 April 2015 pukul 10.00
yang terdiri dari satu dokter umum, dua dokter gigi, dan dibantu oleh
delapan orang perawat yang mana mereka berada di Lapas setiap hari
rumah dinas harus siap 24 (dua puluh empat) jam apabila ada
pemasyarakatan.
Lapas Klas IIA Denpasar namun masih diawasi oleh petugas dapur
keluarga pada waktu jam besuk atau membeli makanan yang ada di
kantin Lapas yang dikelola oleh Koperasi Lapas Klas IIA Denpasar.
Pemasyarakatan.
bengkel kerja Lapas Klas IIA Denpasar yang diawasi oleh petugas
tersebut. Namun, saat ini Lapas Klas IIA Denpasar mulai melakukan
Pemasyarakatan.
Denpasar yang wajib diikuti warga binaan pemasyarakatan dari hari senin
latihan kerja dan produksi yang diprogramkan Lapas Klas IIA Denpasar
serta dalam bidang pertanian dan peternakan. Hasil dari produksi tersebut
Bapak I Wayan Agus Miarda selaku Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas Klas
IIA Denpasar pada wawancara hari Jumat tanggal 17 April 2015 Pukul 10.45
Wita, keamanan di Lapas Klas IIA Denpasar dilakukan oleh regu pengamanan
yang terdiri dari 4 regu. Setiap 1 (satu) regu terdiri dari 15 orang dan dibagi
menjadi 4 set, yaitu : pagi, siang, malam dan istirahat. Sistem pengawasan di
Lapas Klas IIA Denpasar dilakukan secara tertutup, artinya pengawasan berada
didalam tembok Lapas. Selain itu, pengawasan dibantu dengan CCTV di 20 titik
tertentu.
ataupun oleh Petugas Sipir. Petugas pengamanan Lapas Klas IIA Denpasar
melakukan sidak setiap 1 (satu) Bulan 4 kali, dalam setiap sidak ini, masih
narkoba di dalam Lapas, hal lain yang ditemui dalam Lapas Klas IIA Denpasar
sudah mengacu pada prosedur yang ada yaitu UU Pemasyarakatan sebagai dasar
(BINADIK) Lapas Klas IIA Denpasar pada hari Senin, 20 April 2015 pukul 10.00
masyarakat luar, dengan kata lain apa yang ada di masyarakat luar pasti ada di
dalam Lapas. Hal ini berarti masih adanya penggunaan narkoba di dalam Lapas,
Tawuran antar wisma bahkan sampai pada oknum petugas sipir yang kedapatan
dalam wisma Lapas Klas IIA Denpasar.walau sudah diberikan sanksi kepada
setiap pelanggar sampai pada sanksi terberat yaitu dimasukan kedalam ruang
Pemasyarakatan di Lapas Klas IIA Denpasar masih banyak dengan kasus yang
saat keluar Lapas ia menjadi pengedar narkoba. Bahkan diantara mereka ada yang
masih dalam pengawasan atau wajib lapor oleh Balai Pengawasan (BAPAS) dan
sudah melakukan tindak pidana lainnya. Padahal Lapas Klas IIA Denpasar sudah
stigma dari masyarakat kepada mantan narapidana belum dapat dirubah bahkan
pekerjaan, hal inilah yang pada akhirnya membuat mantan narapidana tersebut
penegak hukum, substansi hukum dan budaya hukum masyarakat, sehingga tidak
hal ini Petugas Sipir Lapas Klas IIA Denpasar. Namun, pada pelaksanaannya
masih terdapat oknum petugas sipir yang melakukan pungli dan membiarkan
beberapa fasilitas seperti televisi, telepon genggam sampai pada narkotika bisa
47
Soerjono Soekanto, Loc.cit.
70
norma hukum, baik yang tertulis ataupun yang tidak tertulis termasuk putusan
memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima
dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab.
lebih jahat lagi atau bahkan menjadi seseorang yang lebih baik. Masih banyaknya
untuk hidup di luar Lapas yang pada akhirnya lebih memilih untuk kembali ke
dalam Lapas.
Pemasyarakatan di Lapas Klas IIA Denpasar, yaitu Ibu Lasmana pada hari Selasa
tanggal 14 April 2015 di Lapas Klas IIA Denpasar Pukul 09.15 Wita, bahwa Ibu
71
pembinaan di Lapas Klas IIA Denpasar masih belum efektif karena masih
banyaknya pengguna sabu di dalam Lapas Klas IIA Denpasar khususnya wisma
pembinaan di Lapas Klas IIA Denpasar hanya diikuti oleh beberapa Warga
Binaan Pemasyarakatan saja dan tidak ada sanksi tegas dari petugas sipir terhadap
membuat seseorang menjadi lebih baik atau bahkan menjadi lebih buruk.
Bapak Edik sebagai Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Klas IIA Denpasar
pada wawancara hari Selasa tanggal 14 April 2015 pukul 10.02 Wita di Lapas
Klas IIA Denpasar, bahwa Edik sudah menjalani proses pembinaan di Lapas Klas
IIA Denpasar selama 2 tahun karena terlibat kasus pembunuhan berencana. Edik
Pemasyarakatan yang baru masuk Lapas Klas IIA Denpasar. Sementara, Warga
Binaan Pemasyarakatan yang sudah lama lebih memilih diam di dalam wisma
bahkan ada yang melakukan judi. Edik membenarkan bahwa masih banyak Warga
72
dalam Lapas seperti misalnya “Pemuda Bali Bersatu”. Ia selaku wakil ketua dari
ormas tersebut mendapatkan fasilitas berupa ruang wisma sendiri yang dilengkapi
dengan radio atau televisi. Pembinaan di dalam Lapas Klas IIA Denpasar
menurutnya belum efektif karena masih adanya napi yang lebih berkuasa dari
petugas sipir.
Dari ketiga elemen hukum baik struktur hukum, substansi hukum, dan
budaya hukum masyarakat yang belum dapat terpenuhi, maka dapat diketahui
hukum tidak hanya terletak pada sikap mental aparatur penegak hukum (hakim,
jaksa, polisi dan penasihat hukum) akan tetapi juga terletak pada faktor sosialisasi
melakukan tindak pidana, namun mereka tetap mempunyai hak yang wajib
48
Romli Atmasasmita, 2001, Reformasi Hukum Hak Asasi Manusia dan Penegakan
Hukum, Bandung, Mandarmaju, hal.55.
49
Mangasa Sidabutar, 2001, Hak Terdakwa Terpidana Penuntut Umum Menempuh Upaya
Hukum, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.17.
73
pemenuhan hak dan kewajiban mereka sebagai manusia. Kewajiban warga binaan
pelayanan kesehatan, hak untuk mendapatkan makanan yang layak, informasi dan
sebagainya.
proses pembinaan di Lapas dan telah dinyatakan bebas, diharapkan mereka agar
berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar yang baik dan
bertanggung jawab.
BAB IV
Narapidana.
hendaknya harus memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung
kapasitas).50
50
A Josias dan R-Thomas Sunaryo, Op.cit, hal.129.
74
75
ditangkap.51
mengalami keadaan over kapasitas hingga saat ini dan mengalami beberapa faktor
suatu hal yang mudah dan merupakan tantangan dari waktu ke waktu bagi setiap
51
A Josias dan R-Thomas Sunaryo, Op.cit, hal.30
52
A Josias dan R-Thomas Sunaryo, Loc.cit
53
A Josias dan R-Thomas Sunaryo, Loc.cit
76
para narapidana sebagai bagian akhir sistem peradilan pidana di Indonesia. Hasil
dari wawancara yang dilakukan penulis dengan Bapak I Wayan Agus Miarda
Klas IIA Denpasar pada hari Kamis tanggal 16 April 2015 di ruangan Ka.PLP
maksimal
Denpasar dalam wawancara pada hari Kamis tanggal 16 April 2015, menyebutkan
Denpasar hingga saat ini berjumlah 900 orang. Melihat kondisi ini, Lapas
tinggal di dalam wisma. Meski demikian, hal ini akan berdampak pada
bersangkutan.
Semenjak kerusuhan yang terjadi pada tahun 2012 lalu, banyak sarana dan
kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di Lapas Klas IIA
Denpasar.
Faktor Penghambat
keamanan, antara pembinaan dan keamanan seperti satu mata uang yang tidak
dapat di pisahkan, yaitu jika keadaan aman pembinaan di depan dan keamanan
tugas pelayanan dan perawatan, yaitu terkait dengan pelayanan kesehatan dan
makanan.
Klas IIA Denpasar tidak akan berjalan secara maksimal apabila tidak ada peran
serta dari pemerintah terkait seperti kementerian hukum dan Ham. Peran serta
tersebut dapat berbentuk suatu kebijakan yang dilakukan agar dapat tercapainya
Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan dalam lingkungan
diinginkan.54
(BINADIK) Lapas Klas IIA Denpasar pada hari SeninTanggal 20 April 2015
Pukul 10.15 Wita, bahwa pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal
banyak memberikan sutau kebijakan terkait dengan pembinaan di Lapas Klas IIA
Denpasar, mengadakan sidak baik sidak secara rutin maupun sidak dadakan.
Selain itu, Pemerintah Daerah juga sudah membantu dalam Penyaluran dana
untuk Lapas Klas IIA Denpasar, saat ini Lapas Klas IIA Denpasar sudah
mendapat saluran dana untuk perbaikan gedung akibat kerusuhan yang terjadi
selaku Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas Klas IIA Denpasar dalam wawancara
pada hari Senin tanggal 20 April 2015 Pukul 11.25 Wita, bahwa terkait dengan
kebijakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini banyaknya sidak
54
Ali Imron, 2002,Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia, Jakarta, PT Bumi Aksara, hal. 37.
80
wisma.
Upaya-upaya yang dilakukan tidak lain adalah tindakan seadanya yang mampu
Kemasyarakatan dan Perawatan ) pada hari Senin, 20 April 2015 pukul 09.05
bahwa sejauh ini upaya-upaya yang telah dilakukan Lapas Klas IIA Denpasar,
bahwa sejauh ini upaya-upaya yang telah dilakukan Lapas Klas IIA Denpasar
kantor Wilayah Hukum dan Ham Provinsi Bali (Kanwil Hukum dan
Ham)
81
semampunya.
Narapidana.
berjalan secara maksimal. Jika dikaitkan dengan teori efektivitas hukum yang
menerapkan hukum
55
Soerjono Soekanto, Loc.cit.
82
diterapkan
5. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang
maksimal. Hal ini dapat diketahui dari faktor penegak hukum yaitu petugas Sipir
yang belum tegas dalam membina narapidana sehingga masih banyak Warga
Binaan Pemasyarakatan Lapas Klas IIA Denpasar yang tidak mengikuti kegiatan
di bengkel kerja, adanya Petugas Sipir yang menjadi oknum kurir pengedaran
narkoba di Lapas Klas IIA Denpasar, sarana dan prasana yang terbatas sampai
pada hari Jumat tanggal 17 April 2015 di Lapas Klas IIA Denpasar, adapun
2. Penambahan SDM di Lapas Klas IIA Denpasar dalam hal ini adalah petugas
wawancara pada Hari Jumat tanggal 17 April 2015, adapun kebijakan yang dapat
1. Akan di buat Kartu Brezzi yang bekerjasama dengan Bank BRI berfungsi
3. Perlu dikurangi interpensi atau ikut campur dari pihak lain, seperti
lingkup masyarakat.
dan Ham khususnya Petugas Sipir. Namun, memang di rasa perlu kerjasama
segala komponen baik aparatur negara maupun masyarakatan luas. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Bapak Ida Bagus Sedana, SH selaku Kasi pencegahan BNN
Kota Denpasar dalam wawancara pada hari kamis tanggal 16 April 2015 pukul
13.00 Wita di kantor BNN Kota Denpasar. Adapun menurutnya upaya yang dapat
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
85
86
5.2 Saran
(metal detektor), dan senjata pengamanan di Lapas Klas IIA Denpasar agar
1. Buku
Abdulkadir, Muhammad, 2004, Hukum Dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Abdulrahman, Soejono, H.2003, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta,
Jakarta.
Ali Achmad, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan
(Judicial Prudence) : Termasuk Interpretasi Undang-undang
(LegisPrudence) Volume I Pemahaman Awal. Kencana, Jakarta.
Arief, Barda Nawawi, 2002, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra
Aditya Bakti, Bandung
Kansil C.S.T, Dan Christine S.T Kansil, 2007, Pokok-Pokok Hukum Pidana,
Hukum Pidana Untuk Tiap Orang. Cetakan Kedua, PT Pradnya
Paramita.Jakarta.
Syahrini Riduan, 1999, Rangkuman Intisari Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung.
2. Peraturan Perundang-undangan
Pemasyarakatan.
3. Internet
Kerobokan
Pemasyarakatan Kerobokan
Badung.
Kerobokan
Badung.
Badung.
6. Nama : Lasmana
Umur : 46 Tahun
7. Nama : Edik
Umur : 23 Tahun
Abstract
The writing is titled effectiveness of correctional institutions in coaching
Inmates on the Review of the Act No. 12 of 1995 concerning Corrections. In
principle, all convicted person undergoing criminal court ruling, after going
through the next convict placed in correctional institutions, however a lot of
institutions going constraints, such as the concerned correctional facility
condition, and also in terms of the construction of the inmates. As for the goals of
this research is to gain an understanding of the effectiveness of the correctional
institutions inmates in coaching. Research methods used are empirical juridical.
venue construction begins with the construction of the stage, stage of assimilation
and integration phase. As for policies that can be applied by the Government in
the days to come, among others, a reduction in the number of People in our
Prisons, making a breezi card, there is a socialization against society. Based on
the research results can be drawn the conclusion that the condition of the
Building construction of prisons in Klas II A Denpasar correctional facility can
be said not to walk with maybe this is evidenced by the large number of problems
still occur in Klas II A Denpasar prison staff.
Abstrak
Penulisan ini berjudul Efektivitas Lembaga Pemasyarakatan Dalam
Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Denpasar.Pada
prinsipnya, semua terpidana yang menjalani pidana setelah melalui putusan
pengadilandi tempatkan di Lembaga Pemasyarakatan, Namun dalam lembaga ini
banyak terjadi kendala, seperti kondisi Lembaga Pemasyarakatan yang
memperihatinkan, dan juga dalam hal pembinaan narapidana. Adapun tujuan yang
ingin diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman
mengenai efektivitas Lembaga Pemasyarakatan dalam pembinaan narapidana.
Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis empiris. penyelenggaran
pembinaan dimulai dengan tahap pembinaan, tahap asimilasi dan tahap integrasi.
1
Adapun kebijakan yang dapat diterapkan oleh pemerintah di masa yang akan
datang antara lain Pengurangan jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan,
pembuatan Kartu Brezzi, Adanya sosialisasi terhadap masyarakat. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu Kondisi pembinaan
terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Lapas Klas
II A Denpasar dapat dikatakan tidak berjalan dengan maksimal hal ini dibuktikan
dengan masih banyaknya permasalahan yang terjadi di Lapas Klas II A Denpasar
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
2
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis
empiris yaitu terdiri dari penelitian terhadap identifikasi hukum dan efektivitas
yang memanfaatkan data-data primer dari hasil wawancara dan observasi yang
Pemasyarakatan dimulai saat pertama kali narapidana tersebut masuk Lapas yang
kemudian dilakukan pemeriksaan fisik sampai pada pada registrasi. Untuk tahap
56
Bambang Sunggono, 2009, Metodelogi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, hal.41.
3
4. Tahap pembinaan, dilaksanakan pada 1/3 (satu per tiga) sampai ½ (satu per
dua) dari masa pidana, pada tahap ini pengawasan dilakukan sangat ketat
(maximum security).
5. Tahap asimilasi, pelaksanannya dimulai ½ (satu per dua) sampai 2/3 (dua per
tiga) dari masa pidana. Pada tahap ini pembinaan mulai dilakukan di dalam
LAPAS ataupun di luar LAPAS. Pada tahap ini pengawasan agak berkurang
(medium security).
2/3 (dua pertiga) masa pidana sampai dengan berakhirnya masa pidana. Pada
sudah mengacu pada prosedur yang ada yaitu UU No.12 Tahun 1995 tentang
hal masih saja ditemukan ketimpangan selama proses pembinaan di dalam Lapas
luar, dengan kata lain apa yang ada di masyarakat luar pasti ada di dalam Lapas.
Hal ini berarti masih adanya penggunaan narkoba di dalam Lapas, Tawuran antar
wisma bahkan sampai pada oknum petugas sipir yang kedapatan melakukan
pungli atau membiarkan narkoba masuk kedalam Lapas. Saat dilakukan Sidak,
LapasKlas II A Denpasar.
4
Jika mengacu pada teori efektivitas hukum yang menyebutkan
penegak hukum, substansi hukum dan budaya hukum masyarakat, sehingga tidak
terjadi ketimpangan antara das solen dan das sein.57 Dari ketiga elemen hukum
baik struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum masyarakat yang
Penanggulangannya
hingga saat ini dan mengalami beberapa faktor penghambat proses pembinaan
57
Achmad Ali, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicial
Prudence) : Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legis Prudence) Volume 1 Pemahaman
Awal, Kencana, Jakarta,hal.225.
58
A Josias Simon R dan Thomas Sunaryo, 2010, Studi Kebudayaan Lembaga Pemasyarakatan
di Indonesia, Lubuk Agung, Bandung,hal.129.
5
mengikuti pembinaan yang diprogramkan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
pembinaan narapidana di lapas Klas IIA Denpasar antara lain Pengurangan jumlah
terhadap masyarakat.
III KESIMPULAN
maksimal. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya permasalahan yang terjadi
narkoba di dalam Lapas serta terdapat pungutan liar yang dilakukan oknum sipir
berdasarkan kasus.
6
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Ali, Achmad, 2009, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan
(Judicial Prudence) : Termasuk Interpretasi Undang-undang (Legis
Prudence) Volume 1 Pemahaman Awal, Kencana, Jakarta.
Atmasasmita, Romli, 2001, Reformasi Hukum Hak Asasi Manusia dan Penegakan
Hukum, Bandung.
Josias Simon R dan Thomas Sunaryo, 2010, Studi Kebudayaan Lembaga
Pemasyarakatan di Indonesia, Lubuk Agung, Bandung.
Sunggono, Bambang, 2009, Metodelogi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN