DR.FITHRIATUS SHALIHAH,SH.,MH.
FH UAD - 2019
TEORI KUALIFIKASI
Sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa titik taut yang relevan dalam
kasus ini.
Teori ini dikemukakan oleh Despagner, kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Martin
Wolf dan G.C.Cnesire. Teori ini mengajarkan bahwa kualifikasi harus dilakukan sesuai
dengan sistem dan tujuan dari keseluruhan hukum yang bersangkutan dengan perkara.
Kualifikasi dimaksudkan untuk menentukan kaidah HPI dari Lex Fori yang erat kaitanya
dengan hukum yang seharusnya berlaku (Lex Causae). Penentuan ini dilakukan dengan
mendasarkan diri pada kualifikasi yang telah dilakukan berdasarkan lex causae tersebut.
Kualifikasi primer ini digunakan untuk mencari atau menemukan hukum yang harus
dipergunakan (lex cnusae) Untuk dapat menemukan hukum yang seharusnya dipergunakan
itu, harus dilakukan kualifikasi berdasarkan lex fori. Kaidah-kaidah HPI lex fori harus
dikualifikasikan menurut hakum materiil hakim yang mengadili perkara yang bersangkutan
(kaidah internal lex fori). Pada tahap ini dicari kepastian mengenai pengertian-pengertian
hukum, seperti domisili, pewarisan, tempat dilaksanakannya kontrak. Semua itu harus
disandarkan pada pengertian-pengertian dari lex fori Berdasarkan kualifikasi demıkian inilah
akan ditemukan hukum yang seharusnya dipergunakan (lex causae). Lex causae yang
ditemukan itu bisa brrupa hukum asing, juga bisa lex fori sendiri
2. Kualifikasi Tahap Kedua (Kualifikasi Sekunder = Qualification Zweiten Grades =
Secondary Classification = Qualificatie in de Tweede Graad)
Tahap Pertama
1. Dengan mendasarkan diri pada hukum intern Swiss, hakim terlebih dahulu harus menentukan
kategori hukum dari sekumpulan fakta yang dihadapinya. Di sini kualifikasi dilakukan berdasarkan
lex fori;
2. Seandainya hukum (intern) Swiss menganggap, bahwa peristiwa hukum yang bersangkutan
dikualifikasikan sebagai masalah pewarisan, maka langkah berikutnya adalah menetapkan kaidah
HPI apa dari lex fori yang harus digunakan untuk menetapkan lex causae dalam proses pewarisan
tersebut. Jadi tahap penentuan lex causae ini dilakukan berdasar kaidah lex fori:
3. Kaidah HPI Swiss menetapkan, bahwa pewarisan harus diatur oleh hukum. Dari tempat tinggal
terakhir pewaris, tanpa membedakan status bendanya (tergerak atau tidak bergerak) Hal ini berarti,
bahwa kaidah HPI (choice of lau rules) Swiss merujuk ke arah hukum Inggris (lex comicilii) sebagai
lex causae
Tahap Kedua
a. Dengan mendasarkan diri pada kaidah-kaidah HPI dalam hukum Inggris (lex causae),
hakim kemudian harus menetapkan bagian-bagian mana dari harta peninggalan yang
harus dikategorikan sebagai benda tetap atau benda bergerak Jadi, tindakan ini
dilakukan berdasarkan lex causae (dan tidak berdasarkan lex fori lagi);
b. Setelah itu, berdasarkan kaidah-kaidah: HPI Inggris (sebagai lex causae) hakim
menetapkan. hukum apa yang harus digunakan untuk mengatur pewarisan tersebut
Pada tahap ini hakim akan menjumpai: