Anda di halaman 1dari 35

STATUS PERSONAL

Mata Kuliah Hukum Perdata Internasional – Semester 5


Dosen : Dr. Maslihati Nur Hidyati S.H., M.H.
Kelompok 1 -HPI

Kanthi Citra Hapsari - 0711518116

Trisa Rembonita – 0711518135

Hanifa Rachmasari - 0711518144


Content
• Sejarah
• Jenis
• Ruang Lingkup
• Dasar Hukum
• Status Personal
– Orang
– Badan Hukum
• Persoalan Kewarganegaraan & Domisili
• Kesimpulan.
STATUS PERSONAL
Sejarah Statuta Personal

Teori Statuta di awali oleh Franciscus


Accursius (1228) seorang Post Glossators
:
“Bila seseorang yang berasal dari suatu kota
tertentu di Italia, di gugat di sebuah kota
lain, maka ia tidak dapat dituntut
berdasarkan hukum dari kota lain itu, karena
ia bukan subjek hukum dari kota lain itu”.
Status Personal - Sejarah

Pada Abad 14 di Italia/Mazhab Italia Bartolus Saxoferato dan sarjana-sarjana


lain Post- glossators/Statutatists) mempelajari dan menggabungkan :
• Hukum Romawi,
• Hukum Jerman & Feodal,
• Hukum Gereja (Canon Law),
• Hukum Positif yang berlaku saat itu dan
• Kebiasaan-kebiasaan lokal.
Dan mendekati persoalan-persoalan hukum perselisihan secara metodik dan
sistematik
Bartolus Saxoferato membedakan statute Personalia, Statuta Realita dan statua
Mixta
Jenis Statuta

• Status Personal: status berkenaan dengan orang (person). Menurut Sudargo Gautama,
status personal adalah kelompok kaidah-kaidah yang mengikuti seseorang dimanapun ia
pergi.
• Status Benda: Status berkenaan dengan benda (tidak bergerak), mempunyai lingkungan
kuasa secara territorial , artinya benda-benda yang berada di wilayah tersebut tunduk
pada undang-undang negara tersebut (lex rei sitae).
Bertrand D’Argentre (1519-1590) : lex rei sitae tidak terbatas pada benda- benda tidak
bergerak tapi juga mencakup benda-benda bergerak, dan segala cara memperoleh dan
peralihan hak milik atas benda
• Status Mixta: status atas perbuatan-perbuatan hukum, berlaku di tempat perjanjian
tersebut dilakukan, Peraturan tentang segi formil dari perbuatan-perbuatan hukum
diperlakukan menurut tempat terjadinya perbuatan hukum tersebut locus regit actum.
Pengertian

• Status personil menurut Purnadi Purbacaraka dan


Agus Broto susilo adalah kondisi atau keadaan suatu
pribadi dalam hukum yang diberikan atau diakui
untuk mengamankan dan melindung masyarakat dan
lembaga-lembaganya.
• Singkatnya, statuta Personal merupakan Kedudukan
hukum status personal (individu dan badan hukum).
Ruang lingkup

Lingkungan kuasa berlaku


secara Personal kemanapun
dia pergi dan berada, berlaku
secara universal tidak terbatas
pada territorial negara
tertentu (extra- territorial).
Dasar Hukum
Dasar Hukum

Pasal 16 Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB)


“De wettelijke bepalingen betreffende den staat en de bevoegdheid der
personen blijven verbindend voor ingezetenen van Nederlands-Indië,wanneer
zij zich buiten’s lands bevinden;

Ketentuan-ketentuan dalam undang-undang mengenai status dan wewenang


seseorang tetap berlaku bagi kaulanegara Belanda, apabila ia berada di luar
negeri. Akan tetapi apabila ia menetap di Negeri Belanda atau di salah satu
daerah koloni Belanda, selama ia mempunyai tempat tinggal di situ, berlakulah
mengenai bagian tersebut dan hukum perdata yang berlaku disana”
Dasar Hukum

Pasal 17 AB “Ten opzigte van onroerende goederen geldt de wet van


het land of plaats, alwaar die goederen gelegen zijn; Hukum
negara berlaku untuk real estat
atau tempat dimana barang tersebut berada”.

Pasal ini terkait pengaturan status benda Lex rei sitae, Benda tunduk
pada hukum di negara tempat itu berada, status ini terkait persoalan
kepemilikan tanah, Hak Kekayaan Intelektual, Bendera Kapal laut dan
pesawat.
Dasar Hukum

Pasal 18 AB “.” 1. De vorm van elke handeling wordt beoordeeld naar de wetten van het land of de
plaats, alwaar die handeling is verricht. 2. Bij de toepassing van dit en van het voorgaande artikel
moet steeds worden acht gegeven op het verschil, hetwelk de wetgeving daarstelt tussen
Europeanen en Inlanders;
1. Bentuk setiap transaksi ditentukan oleh hukum negara atau tempat terjadinya transaksi.
2. Dengan penerapan pasal saat ini dan juga sebelumnya, pertimbangan harus diberikan pada
perbedaan antara orang Eropa dan penduduk asli sebagaimana diatur dalam undang-undang”.

Aturan ini terkait dengan Prinsip Locus Rigit Actum adalah prinsip yang menentukan bahwa bentuk
perbuatan hukum adalah sah jika menurut hukum setempat tempat perbuatan hukum itu dilakukan,
kecuali pelaksanaan barang tidak bergerak yang menggunakan asas lex re sitae, ketentuan
pernikahan, adopsi dan pembuatannya dokumen hukum (misalnya surat wasiat atau surat kuasa),
transaksi elektronik dan dokumen elektronik.
Status Personal – Orang / Nature Person

Jadi dapat disimpulkan bahwa status personal bagi


individu merupakan kewenangan pribadi atau hak dan
tiap person tetap ada valid dan efektif untuk warga
negara kemanapun mereka pergi.
Asas Hukum Status Personal - Individu

• Asas Nasionalitas/Prinsip kewarganegaraan (lex


patriae) Status personal orang ditentukan
berdasarkan hukum nasional orang tersebut berada
(Eropa Kontinental atau civil Law).
• Asas Domisili (Lex Domicili) : Status personal orang
ditentukan berdasarkan tempat dia berdomisili.
(Negara Anglo Saxon atau Common Law)
Status Personal – Badan Hukum

Status Personal suatu status personal yang


berlaku bagi Badan Hukum (PT & Yayasan). Bagi
Badan Hukum ada empat Prinsip yang berlaku
yaitu :
1. • Teori Inkorporasi

2. • Teori Statutair

3. • Teori Manajemen Efektif

4. • Teori Kontrol
Teori Inkorporasi

• teori yang berprinsip bahwa badan hukum tunduk pada hukum


dimana didirikan, yakni negara yang hukumnya telah digunakan
pada waktu pendiriannya.

Teori Statutair

• hukum yang berlaku adalah hukum dari tempat dimana menurut


Statuta badan hukum tersebut mempunyai kedudukan.
Teori Manajemen Efektif

• merupakan penentuan status badan hukum berdasarkan tempat


manajemen yang paling efektif dari badan hukum tersebut

Teori Kontrol

• status badan hukum adalah berdasarkan hukum negara yang


melakukan kontrol terhadap badan hukum tersebu.
• UU No. 6 tahun 1947, yang menyatakan bahwa warga negara Indonesia termasuk
badan-badan yang mendirikan sesuai dengan hukum yang berlaku di wilayah RI dan
berkedudukan atau kedudukan hukumnya di wilayah RI.

• UU No.25 tahun 2007 disebutkan bahwa penanaman modal asing harus berbentuk
badan hukum yang didirikan menurut hukum RI dan memiliki kedudukan hukum di
wilayah RI.

• UU No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, Yayasan harus didirikan menurut peraturan
perundang-undangan Indonesia dan harus berkedudukan di wilayah Indonesia.
Asas Hukum Status Personal - Badan Hukum

• Lex Loci Contractus, yang menetapkan bahwa


terhadap perjanjian-perjanjian (yang melibatkan
pihak-pihak warga dari propinsi yang berbeda)
berlaku hukum dari tempat pembuatan perjanjian
• Lex Solutionis
• Place of Injury
PERSOALAN KEWARGANEGARAAN
& DOMISILI
Dasar Hukum

• Prinisip kewarganegaraan pada Pasal 16 AB belum


tergantikan.
• Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1946 tentang
Kebangsaan dan Kependudukan RI.
• Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Prinsip Kewarganegaraan & Prinsip Domisili

Dalam menentukan status Personal harus memperhatikan :


• prinsip kewarganegaraan (prinsip Nasionalitas), mengaitkan status personal warga negaranya pada
kewarganegaraan seseorang (lex Patriae)
– Eropa Kontinental seperti Prancis, Jerman, Belanda termasuk Indonesia berdasarkan asas
konkordansi
– Tujuan :menghendaki warga negaranya yang mengembara keluar negeri seberapa mungkin tetap
takluk di bawah hukum nasionalnya
– 2 Asas dalam kewarganegaraan yaitu Ius soli & ius sanguinis.
• prinsip domisili yang dianut, mengaitkan status personal warga negaranya dengan domisili
seseorang
– Anglo Saxon : Inggris dan bekas & jajahannya, termasuk Amerika, Australia, Singapura, Malaysia.
– Tujuan : supaya para imigran itu lekas tunduk di bawah hukum perdata negara yang baru
Konsep Domicile dalam Common Law System

“negara atau tempat menetap yang menurut hukum dianggap sebagai pusat kehidupan
seseorang (centre of life)”

• Domicile of origin
yaitu tempat kediaman permanen seseorang karena kelahiran orang itu di tempat tertent
• Domicile of Dependence
yaitu tempat kediaman permanen seseorang karena ketergantungannya pada orang lain.
• Domicile of Choice
yaitu tempat kediaman permanen seseorang yang dibuktikan dari fakta kehadiran
seseorang secara tetap di suatu tempat tertentu dan indikasi bahwa tempat itu dipilih atas
dasar kemauan
Alasan Prinsip Domisili Digunakan

1. Hukum di mana yang bersangkutan hidup


2. Prinsip nasionalitas seringkali memerlukan bantuan domisili
3. Hukum domisili seringkali sama dengan hukum hakim (lex fori) dengan
menggunakan penafsiran hukum dari Asas Kebangsaan kepada Prinsip
Domisili, khususnya Domisili Perkawinan pasangan masing-masing.
4. Cocok untuk negara dengan pluralisme hukum
5. Prinsip domisili menolong apabila prinsip nasionalitas tidak dapat
dilaksanakan.
6. Demi adaptasi dan asimilasi imigran
Dasar Hukum – UU No. 62 Tahun 1958

• Indonesia menganut konsep kewarganegaraan ius sanguinis, tercermin dalam UU No. 62


tahun 1958 menetapkan bahwa warga negara Indonesia adalah antara lain orang-orang yang
ditentukan oleh kesepakatan atau undang-undang sebagai tanggal 17 Agustus 1945 sebagai
warga negara Indonesia, anak-anak yang menjadi ayah mereka adalah warga negara
Indonesia, atau ibunya warga negara Indonesia sedangkan Ayah mereka tidak tahu
keberadaannya, termasuk anak angkatnya yang orang tuanya berkewarganegaraan Indonesia.
• Mengadopsi kewarganegaraan dalam satu keluarga ; Dalam kaitannya dengan perkawinan,
UU No.62 tahun 1958 mengadopsi asas hukum untuk satu keluarga “Istri asing akan menjadi
warga negara Indonesia warga negara, kecuali dia membuat pernyataan untuk menolaknya
dalam waktu 1 tahun setelah menikah”,
• Satu orang hanya memiliki satu kewarganegaraan, Undang-undang No.62 tahun 1958
ditetapkan bahwa satu orang hanya dapat memiliki satu kewarganegaraan sekaligus.
Status Personal – Kewarganegaraan & Domisili

• Apabila orang memiliki dua kewarganegaraan maka habitual


residence menjadi hukum yang harus dipatuhinya, yaitu Hukum
negara yang paling dekat hubungannya dengannya dan
memperhatikan semua keadaan harus diterapkan.
• Apabila Stateless maka habitual residence menjadi hukum yang
harus dipatuhinya, Hak-hak orang yang stateless yang diperoleh
sebelumnya yang timbul dari status pribadinya, terutama hak
yang berkaitan dengan perkawinan, akan dihormati
Renvoi dalam Persoalan Kewarganegaraan dan Domisili

• RI mengakui renvoi atau remisi dan transmisinya (penunjukkan lebih


jauh) yang terjadi bila Prinsip Kebangsaan memenuhi Prinsip Domisili.
• Sudargo Gautama berpendapat bahwa penerimaan renvoi
mengakibatkan penerapan hukum nasional masing-masing hakim (in
casu) secara tepat dan bijaksana. Dalam bentuk ini renvoi bisa disebut
pelembutan hukum (rechtsverfijning).
• Diterimanya renvoi mengarah pada penerapan hukum internal setelah
hakim memberi kesempatan kepada hukum asing untuk berlaku.
Persoalan Kewarganegaraan dan Domisili

• Masalah-masalah yang termasuk status personal ini


adalah: perceraian, pembatalan perkawinan,
perwalian, kewenangan hukum, kecakapan
melakukan perbuatan hukum, soal nama, soal status
anak yang belum cukup umur.
KESIMPULAN
• Stute Personalia dipergunakan untuk menentukan
asas kewarganegaraan atau asas domisili yang akan
digunakan untuk menyelesaikan Persoalan hukum
Perdata Internasional
• Status Personal – Perorangan, sesuai dengan Pasal 16 AB dan
Undang-Undang No.12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan RI
maka RI menerapkan asas kebangsaan bukan asas domisili.

• Status Personal Badan Hukum (PT dan Yayasan) menggabungkan


asas berdirinya badan hukum dan asas kedudukan hukum badan
untuk menentukan Statuta Personal - Badan hukum, hal ini
konsistem dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 46 tentang
Kewarganegaraan.
• Kewarganegaraan Indonesia menganut konsep ius
sanguinis dan satu kewarganegaraan (bagi anak
memiliki dua kewarganegaraan sampai umur 18
tahun) serta mengadopsi asas hukum untuk satu
keluarga.
Ref

1. Tiurma M. P. Allagan, Indonesian Private International Law: The


Development After More Than A Century, Indonesian Journal of
International Law (2017), Vol. 14 No. 3, pp. 381-416; tgl akses 5
oktober 2020.
2. Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH, M.Hum & dkk, Buku Ajar Hukum
Perdata Internasional, Universitas Udayana, Desember 2016.
3. Prof. Dr. Zulfa Djoko Basuki, S.H., M.H. & dkk, Modul 1- HKUM4304-
M1, http://repository.ut.ac.id/4091/1/HKUM4304-M1.pdf, tanggal
Akses 10 Oktober 20
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai