Anda di halaman 1dari 27

RUU

HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL
Lita Arijati, S.H., LL.M.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Disampaikan dalam Acara Sosialisasi “Rancangan Undang-undang Hukum Perdata
Internasional (RUU HPI): Perkembangan dan Dampaknya bagi Hukum Indonesia” dalam
rangka Dies Natalis ke-98 Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Depok, 26 Oktober 2022
Latar Belakang
• Pengaturantentang HPI Indonesia pada saat ini masih tersebar dalam berbagai peraturan
perundang-undangan - baik peraturan zaman Kolonial maupun pelbagai peraturan perundang-
undangan
• Kementerian Hukum dan Hak Asasi Republik Indonesia berinisiatif untuk menyusun Rancangan
Undang-Undang Hukum Perdata Internasional yang modern mengikuti perkembangan dalam
dunia internasional
• Kodifikasi peraturan HPI menjadi suatu kebutuhan mendesak untuk memberikan kepastian dan
jaminan hukum bagi warga negara dan penduduk Indonesia dalam keterlibatan mereka di
perbuatan hukum atau peristiwa hukum yang mempunyai unsur asing
• UU HPI nantinya akan menjadi pedoman bagi para hakim di pengadilan dalam menangani perkara
perdata lintas negara yang selama ini masih menggunakan Kitab Undang-undang Hukum Perdata
(Burgerlijk Wetboek), dimana banyak berkembang perselisihan yang rumit yang melibatkan Warga
Negara Indonesia dan Warga Negara Asing

2
Sumber-sumber Hukum Perdata Internasional Indonesia

1. Algeemene Bepalingen van Wetgeving voor Indonesië (AB) (Stb 1847


No. 23):
a. Pasal 16: Statuta Personal
b. Pasal 17: Statuta Realia
c. Pasal 18: Statuta Mixta
2. Perjanjian-perjanjian Internasional di mana Indonesia sudah menjadi
pihak
New York Convention (Keppres No. 34/1981), Washington Convention
(UU No. 5/1968), MIGA Convention (Keppres No.31/1986), Cape Town
Convention (Perpres No. 8/2007), Apostille Convention (Perpres
No.2/2021), dst.
3. Doktrin
4. Peraturan Per-UU-an yang mengandung materi HPI seperti:
UU No. 1/1974, UU No. 30/1999, UU No. 12/2006, UU No. 11/2008,
UU No. 25/2009, UU No. 40/2009

3
Pasal 16 Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor
Indonesië
• De wettelijke bepalingen betreffende den staat en den bevoegdheid der personen blijven verbindend voor
Nederlandse Onderdanen, wanneer zijn zich buiten ‘s lands bevinden. Evenwel zijn zij bij vestiging in
Nederland of in eene andere Nederlandsche kolonie, zoolang zij aldaar hunne woonplaats hebben, ten
aanzien van het genoemde gedeelte van het burgerlijk recht onderworpen aan de ter plaatse geldende wet.

• Ketentuan-ketentuan dalam undang-undang mengenai status dan wewenang seseorang tetap berlaku bagi
kawula negara Belanda, apabila ia berada di luar negeri. Akan tetapi apabila ia menetap di Negeri Belanda
atau di salah satu daerah koloni Belanda, selama ia mempunyai tempat tinggal di situ berlakulah mengenai
bagian tersebut dan hukum perdata yang berlaku di sana.

• Pasal ini menetapkan prinsip nasionalitas digunakan di Indonesia. Prinsip nasionalitas berarti hukum yang
mengatur status pribadi untuk pribadi kodrati adalah hukum negara tempat dirinya menjadi warga negara.

• Lex Originis atau Statuta Personal.

4
Pasal 17 Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor
Indonesië
• Ten opzigte van onroerende goederen geldt de wet van het land of de plaats, alwaar die goederen
gelegen zijn.
• Terhadap barang-barang yang bergerak dan tidak bergerak berlakulah undang-undang dari negeri
atau tempat di mana barang-barang itu berada.
• Lex rei sitae atau Statuta Realia.

5
Pasal 18 Algemeene Bepalingen van Wetgeving voor
Indonesië
• De vorm van elke handeling wordt beoordeeld naar de wetten van het land of de plaats, alwaar die
handeling is verrigt.
Bij de toepassing van dit en ban het voorgaande art. moet steeds worden acht gegeven op het
verschil, hetwelk de wetgeving daarstelt tusschen Europeanen en Indonesiërs

• Hukum yang berlaku bagi tiap-tiap tindakan hukum adalah hukum dari negeri atau tempat, di
mana tindakan hukum itu dilakukan.

• Locus regit actum atau Statuta Mixta.

6
Dasar Keberlakuan AB Menurut Hukum Positif
Indonesia
Pasal II Aturan
Peralihan UUD 1945 • Segala badan negara dan peraturan yang ada
masih langsung berlaku, selama belum diadakan
(sebelum yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
amandemen):

Pasal I Aturan
Peralihan UUD 1945 • Segala peraturan perundang-undangan yang
ada masih tetap berlaku selama belum diadakan
(setelah amandemen yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini.
Keempat):
7
RUU
HUKUM PERDATA
INTERNASIONAL

8
SISTIMATIKA RUU HPI
• Terdiri dari 10 bab dan kurang lebih ada 69 pasal
• RUU dapat disebut sebagai UU portal untuk
mengatur masalah-masalah hukum keperdataan
yang mengandung unsur asing
• Beberapa pasal dalam RUU ini ada yang akan
menggantikan beberapa ketentuan peraturan
perundang-undangan yang merupakan
peninggalan zaman kolonial, di samping itu juga
ada pasal-pasal yang akan melengkapi ketentuan
yang ada dalam beberapa peraturan per-
undangan yang sekarang berlaku seperti misalnya
ketentuan dalam UU No. 1/1974, UU No.
12/2006, UU No. 18/2008

9
Mengatur mengenai definisi
beberapa istilah yang nantinya
akan digunakan lebih lanjut
BAB I dalam RUU HPI ini
KETENTUAN
Mengatur mengenai beberapa hal
UMUM penting lainnya antara lain seperti
mengenai masalah kualifikasi,
renvoi (penunjukan kembali)

10
BAB II SUBJEK HUKUM PERDATA
• Terdiri dari 2 bagian yang mengatur tentang status personal orang dan status personal perkumpulan
• Status personal orang pada dasarnya tetap mempertahankan prinsip nasionalitas (kewarganegaraan),
namun apabila status personal orang tidak dapat ditentukan berdasarkan prinsip nasionalitas maka
akan dipergunakan hukum dari tempat kediaman sehari-hari orang tersebut, dan bila hal ini juga tidak
dapat dilakukan maka akan dipergunakan hukum dari tempat yang berdasarkan pertimbangan
Pengadilan Indonesia dianggap memiliki kaitan paling nyata dan substansial dengannya.
• Dengan memperhatikan perkembangan di beberapa negara lain yang mulai menerima adanya prinsip
bipatride maupun multipatride maka dalam menghadapi hal yang demikian untuk status personal
orang dapat digunakanlah kewarganegaraan yang paling efektif dan aktif
• Selain itu juga diatur mengenai kemungkinan pemberlakuan hukum Indonesia bagi WNA yang ada di
Indonesia
• Kewarganegaraan dan Status Personal perkumpulan pada dasarnya tunduk pada hukum dari negara
tempat perkumpulan tersebut didirikan dan/atau bertempat kedudukan

11
• Terdiri dari 4 bagian yaitu
mengenai
• perkawinan,
BAB III • hubungan orang tua dan anak,
HUKUM • perwalian atau pemeliharaan anak,
dan
KELUARGA • pengangkatan anak antarnegara

12
Perkawinan yang mempunyai unsur asing
adalah sah dengan memenuhi:

BAB III
• Syarat materiel yang berdasarkan pada hukum yang
berlaku atas Status Personal masing-masing pihak
• Syarat formal yang berdasarkan pada hukum yang

HUKUM berlaku dari negara tempat dilaksanakannya


perkawinan

KELUARGA Akibat hukum terhadap harta benda


perkawinan tunduk:

Perkawinan • hukum dari negara tempat para pihak tersebut


berkewarganegaraan bila pasangan suami istri
berkewarganegaraan sama
• hukum dari negara tempat kediaman bersama sehari-
hari para pihak selama perkawinan berlangsung bila
pasangan suami istri berbeda kewarganegaraan

13
Perjanjian harta benda perkawinan yang ada

BAB III unsur asing harus memenuhi :

HUKUM • Syarat materiel tunduk pada hukum yang berlaku untuk


Status Personal masing-masing pada saat perjanjian dibuat

KELUARGA
• Syarat formal tunduk pada hukum yang berlaku di tempat
perjanjian harta benda perkawinan dibuat

Perkawinan
Para pihak dapat melakukan pilihan hukum
secara tegas dan tertulis terhadap perjanjian
harta benda perkawinan, dan hukum yang dipilih
harus memiliki kaitan paling nyata dan
substansial dengan perkawinan

14
Perkawinan yang mempunyai unsur asing dapat putus
berdasarkan kepada ketentuan hukum acara perdata

BAB III Indonesia.

Pengadilan Indonesia menerapkan hukum yang berlaku


HUKUM atas perkawinan yang mempunyai unsur asing dalam
memeriksa dan memutus status perkawinan

KELUARGA Pembatalan perkawinan akibat tidak terpenuhinya :

Perkawinan • Syarat materiel berdasarkan hukum yang berlaku atas Status Personal
masing-masing pihak
• Syarat formal berdasarkan hukum dari negara tempat
dilaksanakannya perkawinan

15
Pengakuan anak dilakukan berdasarkan hukum yang
BAB III berlaku atas Status Personal laki-laki pemberi
pengakuan

HUKUM Prosedur pengakuan anak berdasarkan hukum


KELUARGA tempat pengakuan tersebut dilakukan

Hubungan Keabsahan kedudukan seorang anak yang diangkat


berdasarkan hukum yang berlaku atas Status
Orang Tua Personal orang yang melakukan pengangkatan

dan Anak Hubungan hukum serta hak dan kewajiban antara


anak luar kawin dengan ibu biologis berdasarkan
hukum yang berlaku atas Status Personal sang ibu

16
BAB III Syarat materiel perwalian atau pemeliharaan anak

HUKUM berdasarkan hukum yang berlaku atas Status


Personal anak

KELUARGA Kepentingan yang terbaik bagi anak diperhatikan


Perwalian untuk menentukan hukum dari tempat perwalian
atau pemeliharaan anak
atau
Pemeliharaan
Wali atau pemegang pemeliharaan anak berkenaan
dengan objek benda milik anak tunduk maka untuk
kewenangan dan kewajibannya adalah berdasarkan
Anak hukum yang berlaku atas objek benda

17
Hukum yang berlaku untuk pengangkatan
anak antarnegara berdasarkan hukum yang
BAB III HUKUM berlaku atas Status Personal anak dan
orang tua angkat dengan memperhatikan
KELUARGA kepentingan yang terbaik bagi anak
Pengangkatan
Anak Hubungan hukum antara anak yang
Antarnegara diangkat dengan orang tua biologis dan
keluarga biologis berdasarkan hukum
Status Personal anak pada saat diangkat

18
BAB IV BENDA DAN HAK KEBENDAAN
• Hukum tempat benda terletak atau berada menentukan status dan kualifikasi benda sebagai
benda tidak bergerak atau benda bergerak; benda berwujud atau tidak berwujud; hak, kewajiban,
serta dokumen terkait dengan hak atas benda sebagai hak perorangan atau hak kebendaan
• Hukum tempat benda didaftarkan menentukan status dan kualifikasi benda terdaftar; dan hak,
kewajiban, serta dokumen terkait hak atas benda sebagai hak perorangan atau hak kebendaan
• Status dan kualifikasi benda bergerak baik berwujud atau tidak berwujud yang tidak terdaftar
berdasarkan hukum yang berlaku atas Status Personal pemilik atau penguasa benda
• Pilihan hukum dapat dilakukan untuk menetapkan hak atas benda bergerak, dan dalam hal tidak
ada pilihan hukum maka hukum yang berlaku berdasarkan hukum perjanjian pokok
• Lex in transitu - Hukum yang berlaku terhadap hak kebendaan atas benda bergerak dalam transit
adalah hukum yang dipilih oleh para pihak, dan dalam hal tidak ada pilihan hukum maka hukum
yang berlaku adalah hukum tempat tujuan akhir pengiriman atas benda

19
• Hukum pewaris
• Surat wasiat harus memenuhi:
• syarat materiel yaitu berdasarkan atas Status
Personal pewaris pada saat pembuatan wasiat
atau pada saat kematiannya
• syarat formal
BAB V • Pewarisan hak kebendaan atas benda bergerak
berdasarkan Status Personal pewaris pada saat
PEWARISAN meninggal
• Pewarisan hak kebendaan atas benda tidak
bergerak berdasarkan hukum tempat benda
bergerak terletak atau berada
• Pewarisan hak kebendaan atas benda terdaftar
berdasarkan hukum tempat benda tersebut
didaftarkan

20
BAB VI • Pilihan hukum secara tegas dipilih dan
disepakati
PERJANJIAN • Pilihan hukum dalam kesepakatan terpisah
pada saat atau setelah terjadinya sengketa
• Pilihan hukum sebagai perjanjian terpisah
• Keberlakuan Aturan Hukum Memaksa,
kesusilaan, atau ketertiban umum
terhadap pilihan hukum
• Dêpeçage
• Hukum tempat yang memiliki kaitan yang
paling nyata dan substansial terhadap
perjanjian

21
BAB VI • Kesepakatan para pihak untuk
mengajukan perkara di Pengadilan
PERJANJIAN Indonesia sebagai pilihan hukum ke arah
Hukum Intern Indonesia
• Transaksi elektronik tunduk pada Aturan
Hukum Memaksa
• Kapan transaksi elektronik diatur
berdasarkan hukum Indonesia.
• Kebiasaan yang berlaku atau digunakan
secara luas pada tingkat internasional atau
regional di dalam bidang hukum perjanjian

22
Hukum untuk PMH adalah
hukum dari negara tempat
BAB VII perbuatan melanggar hukum
terjadi
PERBUATAN
MELANGGAR
Pilihan hukum untuk PMH ke
HUKUM arah salah satu dari sistem
hukum yang memiliki kaitan
paling nyata dan substansial
23
Dasar yurisdiksi internasional Pengadilan
Indonesia atas perkara HPI

BAB VIII Dasar Pengadilan Indonesia menolak untuk


mengadili perkara HPI
YURISDIKSI
Perjanjian arbitrase atau cara penyelesaian
INTERNASIONAL sengketa lain di luar pengadilan
PENGADILAN
Perjanjian internasional berkenaan dengan
INDONESIA yurisdiksi internasional.

Pengakuan atas kewenangan mengadili


Pengadilan Asing

24
• Pengakuan putusan Pengadilan Asing yang
bersifat konstitutif, deklarator dan kondemnator
BAB IX
• Pengakuan dan pelaksanaan putusan Pengadilan
PENGAKUAN Asing tunduk pada perjanjian internasional yang
DAN bersifat timbal balik
PELAKSANAAN • Putusan Pengadilan Asing yang diakui namun
tidak dapat dilaksanakan di Indonesia
PUTUSAN • Putusan Pengadilan Asing diajukan sebagai
PENGADILAN persoalan pendahuluan, terkait Pengadilan
Indonesia yang dimohonkan berwenang untuk
ASING menetapkan pengakuan atau penolakan atas
putusan tersebut

25
BAB X KETENTUAN PENUTUP

• Berisikan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang akan dicabut dengan


berlakunya undang-undang ini, yaitu:
• a.Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18 Peraturan Umum mengenai Perundang-undangan
untuk Indonesia (de Algemeene bepalingen van wetgeving, Staatsblad 1847-23); dan
• b.Pasal 100, Pasal 436 Reglemen Acara Perdata (Reglement op de Burgerlijke
Rechtsvordering voor de Raden van Justitie op Java en het Hoog-Geregtshof van
Nederlandsch Indie, Staatsblad 1847:52 juncto Staatsblad 1849:63),

• Ketentuan tentang mulai berlakunya undang-undang ini

26
27

Anda mungkin juga menyukai