Anda di halaman 1dari 58

Subjek Hukum Perdata

Rumi Suwardiyati, SH., MKn.


Sistematika Buku Satu KUHPerd
Bab 2 Bagian Bab 4
Kedua s/d Bab 3
tentang
tentang
Kependudukan Perkawinan

Pasal 1 Pasal 5a Pasal 25 Pasal 26 Pasal 498

Dihapuskan
Dihapuskan
Undang-Undang
Undang-Undang
Perkawinan &
APEN
APEN

Dari 498 Pasal yang diatur Buku Satu KUHPerd, hanya tinggal 5
Pasal yang masih berlaku, kecuali yang belum ditentukan oleh UUP
Peta Konsep Bab II

Buku I
KUHPerd
Hukum Hukum
Orang Keluarga

Badan
Orang
Hukum Putusnya
(natuurlijke Perkawinan
(rechts Perkawinan
persoon)
persoon)
Pengertian-Pengertian
Subekti:
• Hukum perorangan (personenrecht)
adalah hukum tentang diri seseorang,
yaitu peraturan-peraturan tentang
manusia sebagai subjek hukum,
peraturan-peraturan mengenai
kecakapan untuk memiliki hak-hak dan
kecakapan untuk bertindak sendiri
melaksanakan hak-haknya itu serta hal-
hal yang mempengaruhi kecakapan-
kecakapan itu.
Pengertian-Pengertian
Hukum keluarga adalah hukum yang
mengatur mengenai hubungan-hubungan
hukum yang timbul dari hubungan
kekeluargaan, yaitu:
– Perkawinan beserta hubungan dalam
hukum kekayaan (hubungan yang dapat
dinilai dengan uang) antara suami dan
istri,
– Hubungan antara orang tua dan anak,
– Perwalian dan curatele.
Hukum Perorangan

Peta Konsep
1. Subjek Hukum Perdata
2. Manusia sebagai Subjek
Hukum
3. Pendewasaan
4. Domisili
5. Perwalian 6
Subjek Hukum Perdata
Orang (persoon) atau yang disebut sebagai subjek
hukum adalah pembawa hak, yaitu segala sesuatu
yang mempunyai hak dan kewajiban.
Orang (Naturlijke Persoon) Badan Hukum (Rechtspersoon)
Sejak lahir sampai meninggal dunia Adalah kumpulan orang-orang
à Perkecualian Ps. 2 (1) BW, yang bersama-sama mendirikan
dalam hal: suatu badan dan kumpulan harta
1. Perwalian (Psl 348 BW)
kekayaan yang oleh hukum
2. Menerima Harta Peninggalan
diberi hak dan kewajiban
Psl. 836 BW)
3. Menerima wasiat dari Pewaris
sehingga dapat melakukan
(Psl. 899) BW perbuatan-perbuatan hukum
4. Menerima hibah (Pasal 1679 BW) seperti seorang manusia.
Orang sebagai Subjek Hukum
Syarat:
Hidup Cakap

Memiliki nama

Undang-Undang APEN: Memiliki


1.Setiap Penduduk wajib
memiliki NIK.
Domisili
2.Melaksanakan
pendataan
kependudukan.
8
Manusia Sebagai Subjek Hukum
Pasal 2 KUHPerd:
Ø Manusia menjadi subjek hukum jika dia
hidup, tidak penting berapa lama dia
hidup.
Ø Meskipun seorang anak yang dilahirkan
hidup hanya 1 detik, dia berkedudukan
sebagai subjek hukum (pendukung hak
dan kewajiban)
Ø Jika dia dilahirkan dalam keadaan mati,
maka dia dianggap tidak pernah ada.
Kecakapan Manusia Sebagai Subjek Hukum

Setiap orang adalah cakap untuk membuat perikatan-


perikatan, jika dia oleh undang-undang tidak dinyatakan tidak
cakap (Pasal 1329 KUHPerd)

Orang yang tidak cakap(handelings onbeekwaam):


1. Belum dewasa / Masih di bawah umur
Ps. 330 KUHPerd: “Belum dewasa adalah mereka yg
belum genap 21 th dan belum menikah”
àPerkembanganya?
2. Di bawah pengampuan, baik karena gila, dungu,
pemabuk dan pemboros.
3. Wanita yang terikat perkawinan àPerkembanganya?
10
Dewasa
Perkembangan saat ini:
1. Pasal 47 jo Pasal 50 Undang-Undang
1/1974 tentang Perkawinan.
2. Pasal 39 Undang-Undang Jabatan Notaris.
3. Yurisprudensi
4. Asas lex posteriori derogat legi priori.
à Dewasa adalah berumur 18 tahun.
Pedewasaan
Dalam keadaan yang sangat penting, ada kalanya seorang
anak di bawah umur harus dipersamakan dengan orang
dewasa, agar anak tersebut dapat bertindak sendiri
mengurus kepentingannya, inilah lembaga yang dikenal
dengan istilah pendewasaan (handlichting).

Upaya hukum untuk menempatkan seorang yang belum


dewasa menjadi sama dengan orang yang telah dewasa,
baik dalam tindakan tertentu maupun untuk semua
Tindakan.

Pendewasaan Terbatas Pendewasaan Penuh


Pedewasaan
Syarat (Pasal 426 BW):
Hanya
Pendewasaan 1. Berusia 18 th.
perbuatan
Terbatas 2. Permohonan diajukan
hukum tertentu ke Pengadilan Negeri.

Syarat (Pasal 420-421 BW):


Semua
Pendewasaan 1. Berusia 20 th.
perbuatan
Penuh 2. Permohonan diajukan
hukum ke Presiden.

Sejak diundangkannya Undang-Undang Perkawinan, usia 18 tahun


menjadi usia dewasa, sehingga lembaga pendewasaan ini sudah
kehilangan artinya.
Domisili
Pasal 17 KUHPerd “Setiap orang dianggap mempunyai
tempat tinggalnya, dimana dia menempatkan pusat
kediamannya”.

Tempat dimana seorang dianggap selalu hadir untuk


menuntut hak–haknya dan memenuhi kewajibannya,
meskipun dia sesungguhnya bertempat tinggal di tempat
lain.

Tempat Tinggal Tempat Kediaman


14
Definisi
Tempat Tinggal Tempat Kediaman
à tempat dimana seseorang secara resmi à tempat dimana seseorang menurut
menetap dan tercatat sebagai penduduk di kenyataannya berdiam tanpa dapat dikatakan
tempat itu, dalam hal dibuktikan dengan kartu bahwa ia secara resmi menetap disitu.
penduduk.
Menurut Soetojo Prawirohamidjojo à tempat
dimana seseorang dianggap selalu hadir
berhubungan dengan hal, melakukan hak-
haknya dan mengenai kewajiban-kewajiban
meskipun seandainya ia tinggal di tempat lain.
Menurut Ps. 17 BW à tempat dimana ia
menempatkan pusat kegiatannya (merujuk ke
definisi tempat kediaman).
Kesimpulan: Menurut Hukum Perdata, domisili adalah tempat dimana seseorang secara hukum dapat
15
menuntut hak dan kewajibannya, meskipun senyatanya dia bertempat tinggal (ber-KTP) di tempat lain.
Macam – Macam Domisili
Tempat Tinggal Tempat Tinggal
yang Sesungguhnya yang Dipilih
Tempat tinggal yang dipilih
Terdiri dari : berhubungan dengan suatu
1. Tempat bebasà Ps. 17 (2) BW perbuatan hukum tertentu
2. Tempat tidak bebas. sehingga dipilihlah tempat tinggal
à Tempat tinggal yang tidak tertentu.
bergantung pada keadaan orang yang • Ps. 20 BW à petugas jawatan
bersangkutan, melainkan bergantung
– jawatan umum mengikuti
pada keadaan-keadaan orang lain.
à yg dianggap mempunyai tempat jawatannya
tinggal wajib (Ps 21-22 BW): • Ps. 23 BW à rumah
• Istri mengikuti suami kematian (tempat dimana dia
• Anak mengikuti domisili ortunya. meninggal).
• Orang di bawah pengampuan • Ps. 24 BW à domisili hukum
mengikuti pengampunya. yang dipilih dalam
• Buruh mengikuti majikan penyelesaian sengketa.
Perkembangan Domisili
v Segala hal terkait dengan Dokumen dan data
kependudukan termasuk tempat tinggal (domisili)
diatur dalam Undang-Undang Administrasi
Kependudukan (UU 23/2006 dan perubahannya yaitu
UU 24/2013).
v Setiap perubahan data kependudukan termasuk
perpindahan domisili wajib untuk dilaporkan ke
instansi pelaksana (Pasal 15 UU 23/2006)
à Domisili adalah alamat yang tercantum dalam data
kependudukan.
Arti Penting Domisili
1. Tempat seseorang akan
melangsungkan pernikahan .
2. Tempat seseorang akan digugat di
muka persidangan temasuk juga
gugatan perceraian.
3. Menentukan Pengadilan yang
berwenang terhadap seseorang.
4. Tempat seseorang berhak untuk
mengikuti pemilihan umum (Pemilu).
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Pencatatan Sipil
Pencatatan Peristiwa Penting yang dialami oleh seseorang dalam
register Pencatatan Sipil pada Instansi Pelaksana

Peristiwa
Penting
Kejadian yang dialami oleh seseorang meliputi kelahiran,
kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian, pengakuan anak,
pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan
perubahan status kewarganegaraan.
Kekuasaan Orang Tua
(Ouderlijke Macht)
Ps. 45 – 49 UU No. 1 Th. 1974
•Hanya ortu yg dapat menjalankan kekuasaan ortu
•Syarat kekuasaan ortu :
1. Belum 18 tahun
2. Belum kawin
•Isi/tugas kekuasaan ortu :
1. Mengurus kepentingan diri anak di dalam dan di luar
pengadilan.
2. Mengurus harta kekayaan anak dan tidak mengalihkan
hak atau menggandakan benda tetap milik anak kecuali
kepentingan anak menghendaki).
•Berakhirnya kekuasaan ortu :
1. Pencabutan, dalam hal lalai dan berkelakuan buruk
2. Pembebasan (gila, belum dewasa, di bawah
pengampuan)
Perwalian (voogdij)
Pengawasan terhadap anak yang di bawah umur, yang tidak
berada di bawah kekuasaan orang tua serta pengurusan
benda atau kekayaan anak tersebut diatur oleh undang-
undang.

Penyebab anak di bawah perwalian:


1. Anak sah yang kedua orang tuanya telah dicabut
kekuasaannya sebagai orang tua.
2. Anak sah yang orang tuanya bercerai atau salah satunya
meninggal dunia.
3. Anak yang lahir di luar perkawinan (Natuulijk kind)
Perwalian
Ps. 50 – 54 UU No. 1 Th. 1974
àSyarat perwalian :
1. Belum 18 Th
2. Belum Kawin
3. Tidak Berada dalam kekuasaan orang tua
Tiga macam perwalian :
1. Bapak/ibu yg hidup terlama
2. Berdasarkan wasiat (diutamakan saudara dekat)
3. Diangkat oleh hakim
Isi/tugas perwalian :
1. Mengurus kepentingan diri anak
2. Mengurus harta kekayaan anak (membuat
daftar harta dan peruubahannya)
Dicabutnya kekuasaan sebagai wali, dalam hal :
1. Lalai
2. Berkelakuan buruk
Macam-Macam Perwalian
1.Ortu hidup terlama
(Pasal 345 BW)
Menurut 2.Kawan wali (Pasal 351
Undang-Undang BW)
(wettelijke voogdij) 3.Ortu telah dewasa atas
anak luar kawin yang
Menurut Wasiat diakui (Psl 282 BW)
Perwalian (testamentaire
voogdij) 1. Wali datif (wali yang
diangkat oleh pengadilan)
2. Perwalian Badan Hukum
Atas perintah Hakim 3. Wali curator/ wali
(datieve voogdij) pengampu atas anak sah
dari orang yang dalam
pengampuan.
Keadaan Tidak Hadir (Afwezigheid)
ØPasal 463 – 495 KUHPerd dan STB 1946 No.
137
ØSeseorang untuk waktu yang lama meninggalkan
tempat tinggalnya, tanpa diketahui keberadaanya
dan tidak memberikan kuasa kepada orang lain
untuk mewakili dirinya dan mengurus harta
bendanya
ØKeadaan tidak hadir menimbulkan persoalan
siapa yang berhak mewakilinya mengurus
kepentingannya dan harta kekayaannya.
Dalam hal ada kepentingan yang
Tindakan mendesak untuk mengurus harta
Sementara (Ps. 463 atau maju ke depan sidang
KUHPerd) pengadilan .
à Pengurusan hak oleh BHP

Tiga Meninggalkan domisili selama 5


Diduga meninggal
tahun tanpa kuasa atau 10 tahun
Tahapan (Ps 467 & 470
jika dengan kuasa.
Afwezigheid KUHPerd)
à Pengurusan hak oleh keluarga

Pewarisan secara 30 tahun sejak diduga


definitif meninggal dunia atau 100
(Ps. 485 KUHPerd) tahun sejak kelahirannya.
Kematian Perdata
(Pasal 3 KUHPerd)
v KUHPerd tidak mengenal Kematian Perdata (Yaitu
keadaan orang kehilangan segala hak, kewajiban dan
status kewarganegaraan (kedudukan sebagai subjek
hukum) karena sedang menjalani hukuman).
v Ketiadaan seorang subjek hukum menurut hukum
perdata hanya dapat terjadi akibat:
ØBila orang tersebut mati (secara biologis).
ØBila orang tersebut dianggap tidak hadir ketika
dipanggil atau Afwezigheid.
Badan Hukum
Peta Konsep:

Pengertian dan Wujud Badan Hukum

Teori Badan Hukum

Syarat-Syarat yang harus ada pada


Badan Hukum

Macam-macam Badan Hukum

Tanggungjawab badan Hukum


Badan Hukum
Suatu badan selain orang yang secara
hukum diperlakukan seperti orang
(manusia), yang dapat memiliki
kekayaan sendiri, ikut serta dalam
lalu lintas hukum, menggugat dan
digugat di hadapan pengadilan
dengan diwakili oleh organnya.
àOrang yang diciptakan oleh
hukum (rechtspersoon)
Kesimpulan

Badan hukum (rechtspersoon)


adalah suatu bentuk hukum
(rechtsfiguur) yang dapat
memiliki hak-hak, kewajiban-
kewajiban hukum dan dapat
mengadakan perbuatan-
perbuatan hukum layaknya
orang.
Wujud Badan Hukum

Badan Hukum

Korporasi Yayasan
(corporatie) (stichting)
Kumpulan orang-orang
Harta kekayaan yang
yang secara bersama-sama
dipisahkan untuk tujuan
bertindak sebagai subjek
tertentu.
hukum tersendiri.
Memiliki anggota dengan
pemisahan hak dan Tidak memiliki anggota, yang
kewajiban antara badan ada hanya pengurus yayasan.
hukum dan anggota.
Teori-Teori Badan Hukum
1. Teori Fiksi
2. Teori Kenyataan
Mempertahankan
Yuridis
badan hukum 3. Teori Kekayaan
Bertujuan
Teori-Teori
Badan Hukum

Mengarah pada 1. Teori Organ


peniadaan badan 2. Teori Kekayaan
hukum Bersama
Teori-Teori Badan Hukum
o Legal Personality as legal Person (Teori Fiksi)à(Freidrich Carl Von
Savigny (1779-1861))
ØHanya manusia yang menjadi subjek hukum.
ØBadan hukum dikatakan sebagai subjek hukum hanya fiksi.
ØBadan hukum adalah ciptaan atau rekayasa manusia (badan
merupakan hasil suatu fiksi manusia), yaitu sesuatu yang
sebenarnya tidak ada tetapi manusia menghidupkannya dalam
bayangan sebagai subjek hukum yang dapat melakukan perbuatan
hukum seperti manusia à Wujudnya tidak nyata / riil.
ØAkibat wujudnya yang tidak nyata, perbuatan hukum badan hukum
dilakukan oleh wakilnya, yaitu manusia sebagai organnya.
ØKapasitas hukum badan ini didasarkan pada hukum positif. Oleh
karena itu negara mengakui dan menjamin personalitas hukum
badan tersebut. à eksistensinya berdasarkan perundang-undangan.
Teori-Teori Badan Hukum
o Corporate Realism (Teori Kenyataan Yuridis) à E.M. Meijers dan
dianut oleh Paul Scholten.
Ø Badan hukum merupakan suatu realitas, konkrit, riil, bukan
khayal, meskipun tidak dapat diraba, dan suatu kenyataan
yuridis.
Ø Mempersamakan manusia dan badan hukum hanya terbatas
dalam bidang hukum saja.
Ø Personalitas hukum suatu badan hukum berasal dari suatu
kenyataan dan tidak diciptakan oleh proses inkorporasi (pendirian
badan hukum yang didasarkan pada peraturan perundang-
undangan). Personalitas hukum ini tidak didasarkan fiksi, tetapi
didasarkan pada kenyataan alamiah layaknya manusia. (bagaimana
dengan persekutuan dan perkumpulan yang tidak berbadan
hukum?)
Teori-Teori Badan Hukum
o Theory of the Zweckvermogen (Teori Kekayaan Bertujuan)à A.
Brinz dan E.J.J. Van Der Heyden.
Ø Hanya manusia yang menjadi subjek hukum.
Ø Akan tetapi, ada kekayaan (vermogen) yang bukan milik
seseorang (terlepas dari para pendirinya) dan terikat pada tujuan
tertentu. Kekayaan inilah yang disebut badan hukum.
Ø Badan hukum adalah sejumlah kekayaan yang digunakan untuk
tujuan tertentu. Badan yang ditentukan oleh suatu objek dan
tujuan, serta tidak ditentukan oleh individual anggotanya.
Ø Badan hukum tersebut memiliki hak atas harta kekayaan, dan
dengan harta kekayaan itu memenuhi kewajibannya kepada
pihak ketiga.
Teori-Teori Badan Hukum
o Orgaan Theorie (Teori Organ/Realitas Sempurna) à Otto von
Gierke dan L.G. Polano.
Ø Badan hukum seperti manusia seutuhnya, yang memiliki organ-
organ untuk melakukan aktifitasnya. Organ tersebut adalah
pengurus badan hukum tersebut, apa yang diputuskan oleh
organ badan hukum, merupakan kehendak badan hukum
tersebut.
Ø Badan hukum bukan abstrak (fiksi) dan bukan kekayaan (hak)
yang tidak bersubjek, melainkan suatu organisme yang riil yang
benar-benar ada.
Ø Tiap perkumpulan atau perhimpunan manusia adalah badan
hukum.
Teori-Teori Badan Hukum
o Propriete Collective Theorie (Teori Kekayaan Bersama)à
Rudolf von Jhering (1818-1892) diikuti Marcel Pleniol (Prancis)
dan Molengraaff (Belanda).
Ø Hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya
merupakan hak dan kewajiban para anggota bersama-sama.
Ø Kekayaan badan hukum adalah milik bersama seluruh
anggotanya.
Ø Orang-orang yang berhimpun tersebut merupakan satu
kesatuan dan membentuk suatu pribadi yang disebut badan
hukum.
Ø Badan hukum hanya konstruksi yuridis saja dan merupakan
suatu yang abstrak.
Teori-Teori Badan Hukum
o Aggregation Theory (Teori Symbol atau Bracker
atau corporate nominalism)
Ø Secara teoritik berhubungan dengan teori fiksi.
Pandangan individualistik ini menyatakan bahwa
manusia dapat menjadi subjek atau penyandang
hak dan kewajiban yang timbul atau lahir dari
hubungan hukum dan oleh karenanya benar-
benar menjadi badan hukum. Menurut konsep
personalitas koperasi, badan hukum ini adalah
semata-mata suatu nama bersama, suatu simbol
bagi para anggota korporasi
Kesimpulan
Meskipun teori-teori tentang badan
hukum tersebut berbeda-beda
dalam memahami hakikat badan
hukum, semua teori tersebut
sependapat bahwa badan hukum
dapat melakukan perbuatan hukum
dalam lalu lintas hukum meskipun
dengan pengecualian-pengecualian.
Syarat Badan Hukum sebagai Subjek Hukum

1. Harta kekayaan yang terpisah


dari kekayaan para pendirinya
2. Adanya tujuan tertentu
3. Kepentingan tersendiri
4. Adanya organisasi yang teratur
5. Disahkan/diakui oleh negara
sebagai badan hukum
Syarat-Syarat Materiil
(Syarat Substantif Badan Hukum)

Tujuan
Bersama
Orang dan
Kekayaan
Organ
Terpisah
Pengurus

Badan
Hukum
Macam-Macam Badan Hukum
1. Perusahaan 1. Negara,
Tidak Perseorangan 2. Pemerintah,
Berbadan 2. Persekutuan Perdata 3. Pemerintah Provinsi
Hukum 3. Firma 4. Pemerintah kota/
4. Persekutuan Komanditer kabupaten,
5. Partai politik.
Badan
Hukum 1. Perseroan Terbatas
Badan Publik 2. Koperasi
3. Perkumpulan
Profit
Oriented 1. Perusahaan Umum
BUMN 2. Perusahaan Perseroan
Badan
Badan Hukum 1. Perusahaan Daerah
BUMD
Hukum Privat 2. Perseroan Terbatas
BUMDes
Non-Profit Yayasan
Tanggungjawab Badan Hukum
Karakteristik tanggungjawab badan hukum:
Ø Ada pemisahan kekayaan antara badan dan pendiri atau
anggota atau pemegang saham;
Ø Memiliki kekayaan atas nama dirinya sendiri;
Ø Terbatasnya tanggungjawab pendiri/pengurus
Ø Memiliki kecapakan kontraktual atas nama dirinya
sendiri;
Ø Dapat menggugat dan digugat di hadapan pengadilan atas
nama dirinya sendiri;
Ø Ada organ yang mengelola dan mewakilinya;
Ø Tanggungjawab berada pada badan hukum itu sendiri
Badan Hukum II
Peta Konsep:

Kemampuan Badan Hukum

Perbuatan Hukum dari Badan Hukum

Perbuatan melawan hukum dari


badan hukum

Tanggung Jawab badan hukum dalam


perbuatan melawan hukum
Kemampuan Badan Hukum
1. Badan Hukum memiliki kemampuan
layaknya manusia, terutama dalam bidang
harta kekayaan.
2. BH tidak bubar dengan meninggalnya
pengurus.
3. Perpetual Succession: sebagai sebuah badan
yang eksis atas haknya sendiri, perubahan
keanggotaan tidak memiliki akibat atas
status atau eksistensinya.
4. Pasal 365 BWà BH dapat menjadi wali.
Kemampuan Badan Hukum
• Pengecualiaan: tidak dapat melangsungkan perkawinan (termasuk perihal
hukum keluarga lainnya), dalam hal pertanahan, dan juga dalam pidana
(tidak bisa dihadirkan secara nyata di persidangan).
• Badan hukum dalam bidang pertanahan (PP No. 38 Tahun 1963):
1. Bank-bank yang didirikan oleh negara (Bank Negara).
2. Perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian yang didirikan
berdasarkan Undang-Undang No. 79 Tahun 1958.
3. Badan-badan keagamaan uang ditunjuk oleh Menteri
Pertanian/Agraria setelah mendengar Menteri agama.
4. Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria
setelah mendengar Menteri Sosial”.
Ditambah UU Kistimewaan DIY:
5. Badan hukum khusus Kasultanan dan Kadipaten Pakualaman DI.
Yogyakarta
Perbuatan Hukum Badan Hukum

• Badan hukum sebagai pembawa


hak dapat melakukan
perbuatan-perbuatan hukum
layaknya manusia, membuat
perjanjian, memiliki harta
kekayaan, dapat dituntut dan
menuntut dimuka pengadilan.
• Perbuatan hukum badan
hukum diwakili oleh organnya.
Perbuatan Melawan Hukum Badan Hukum

1. Sebagai subjek hukum, badan hukum dapat


dituntut atas dasar tindakan pidana dan perbuatan
melawan hukum.
2. Dalam pertanggungjawaban pidana, badan hukum
dapat dikenai sanksi pidana baik hanya badan
hukum itu sendiri maupun bersamaan dengan
organnya (pertanggungjawaban pidana ditentukan
berdasarkan pembuktian di persidangan).
3. Dalam PMH, badan hukum dapat
bertanggungjawab dan berkewajiban untuk
membayar ganti rugi atas nama dirinya sendiri.
Perbuatan Melawan Hukum Badan Hukum

Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang


Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat.
• Pelaku usaha baik orang-perorangan maupun
badan usaha (termasuk badan hukum) dilarang
melakukan praktek monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat.
• Pasal 48 s/d Pasal 49 Undang-Undang Anti
Monopoli mengatur tentang ketentuan pidana
bagi pelaku usaha.
Tanggungjawab Badan Hukum dalam PMH

Oleh organ badan hukum


Pasal 1365 BW

PMH Oleh seorang wakil badan hukum yang mempunyai


Badan Hukum hubungan kerja dengan badan hukum

Pasal 1367 BW

Oleh organ badan hukum yang melampaui


wewenangnya
Pasal 1367 BW jo. Pasal 1656 BW Jo. Pasal 45 KUHD
Yayasan

Peta Konsep:

Pengertian Yayasan

Syarat Mendirikan Yayasan


Tanggungjawab Pengurus
Yayasan
Pengertian Yayasan
Pasal 1 angka (1) Undang-
Undang 16/2001 ttg Yayasan:
Yayasan adalah badan hukum
yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan
untuk mencapai tujuan tertentu
di bidang sosial, keagamaan,
dan kemanusiaan, yang tidak
mempunyai anggota.
Pengertian Yayasan
Cara mencapai tujuan yayasan (Pasal 3 UU
Yayasan):
•Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha
untuk menunjang pencapaian maksud dan
tujuannya dengan cara mendirikan badan
usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan
usaha (Yayasan bukan wadah usaha dan
tidak dapat melakukan usaha secara
langsung).
Pengertian Yayasan
Kekayaan yayasan (Pasal 3 jo Pasal 5 UU Yayasan
Perubahan):
• Yayasan tidak boleh mengalihkan atau membagikan
kekayaan yayasan termasuk hasil kegiatan usahanya kepada
Pembina, Pengurus, dan Pengawas (Anggota Pembina,
Pengurus, dan Pengawas Yayasan harus bekerja secara
sukarela tanpa menerima gaji, upah, atau honor tetap).
• Kecuali ditentukan secara tegas dalam Anggaran Dasar
bahwa pengurus menerima gaji, upah, dan honorarium dan
dalam hal:
– Bukan pendiri Yayasan dan tidak terafiliasi dengan
Pendiri, Pembina, dan Pengawas; dan
– Melaksanakan kepengurusan Yayasan secara langsung
dan penuh.
Syarat Mendirikan Yayasan
1. Pendiri atau Para Pendiri
2. Kekayaan pendiri yang dipisahkan
3. Memiliki tujuan-tujuan yang spesifik di
bidang sosial keagamaan atau bergerak di
bidang kemanusiaan
4. Tidak memiliki anggota
5. Dibuat dengan akta otentik
6. Yayasan dapat didirikan berdasarkan surat
wasiat
7. Disahkan/diakui oleh negara sebagai badan
hukum
Pembina

Ketua
Organ
Yayasan
Pengurus Sekretaris

Bendahara

Pengawas
Organ Yayasan
Kewenangan Pembina:
1. Keputusan mengenai perubahan Anggaran
Dasar;
2. Pengangkatan dan pemberhentian anggota
Pengurus dan anggota Pengawas;
3. Penetapan kebijakan umum Yayasan
berdasarkan Anggaran Dasar Yayasan;
4. Pengesahan program kerja dan rancangan
anggaran tahunan Yayasan; dan
5. Penetapan keputusan mengenai
penggabungan atau pembubaran Yayasan.
Tanggungjawab Pengurus Yayasan

1. Pengurus yayasan bertanggung jawab penuh atas


kepengurusan yayasan untuk kepentingan dan tujuan
yayasan serta berhak mewakili yayasan baik di dalam
maupun di luar Pengadilan.
2. Setiap Pengurus menjalankan tugas dengan itikad baik,
dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan dan
tujuan yayasan
3. Setiap pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi
jika yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya
tidak sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, yang
mengakibatkan kerugian yayasan atau pihak ketiga.
Tanggungjawab Pengurus Yayasan
4.Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau
kelalaian Pengurus dan kekayaan yayasan tidak cukup
untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, maka
setiap Anggota Pengurus secara tanggung renteng
bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Kecualia jika
anggota pengurus dapat membuktikan bahwa kepailitan
bukan karena kesalahan atau kelalaiannya.
5.Anggota Pengurus yang dinyatakan bersalah dalam
melakukan pengurusan yayasan yang menyebabkan
kerugian bagi Yayasan, masyarakat, atau Negara
berdasarkan putusan pengadilan, maka dalam jangka waktu
5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal putusan tersebut
memperoleh kekuatan hukum yang tetap, tidak dapat
diangkat menjadi Pengurus yayasan manapun.

Anda mungkin juga menyukai