Anda di halaman 1dari 8

DOMISILI DAN CATATAN SIPIL

DOMISILI

Domisili atau yang sering disebut dengan tempat tinggal atau tempat
kediaman diatur dalam Pasal 17 KUH Perdata. Domisili adalah tempat
dimana seseorang dianggap selalu hadir mengenai hal melakukan hak-
haknya dan memenuhi kewajibannya, meskipun sesungguhnya ia bertempat
tinggal ditempat lain. Bahkan sebuah badan hukum pun dapat memiliki
tempat kedudukan tertentu. Dengan demikian, domisili ini dapat berarti
tempat tinggal seseorang atau tempat kedudukan badan hukum. Tetapi dalam
hal tidak adanya tempat tinggal tertentu, maka tempat tinggal sewajarnya
dianggap tempat tinggal/domisli.

Tempat kediaman adalah tempat seseorang melakukan perbuatan hukum.


Perbuatan hukum adalah suatu perbuatan yang menimbulkan akibat hukum,
seperti jual beli, sewa-menyewa, hibah dan lain lain.

Unsur-unsur yang terkandung dalam rumusan domisili, yaitu:

1. Adanya tempat tertentu (tetap atau sementara)

2. Adanya orang yang selalu hadir pada tempat tersebut

3. Adanya hak dan kewajiban

4. Adanya prestasi

Domisili atau tempat tinggal seseorang itu mempunyai arti yang sangat
penting, karena akan menentukan atau menunjukkan suatu tempat dimana
berbagai perbuatan hukum harus atau dapat dilakukan.

Tujuan dari domisli


1. Untuk mengetahui dimana seorang harus menikah (Pasal 76, 77 KUH
Perdata)

2. Untuk mengetahui dimana ia harus mengajukan gugatan perceraian


(Pasal 207 KUH Perdata)

3. Untuk mengetahui pengadilan mana yang berwenang untuk mengadili


suatu perkara perdata seseorang. Pasal 118 HIR, gugatan perdata diajukan
ke pengadilan negeri dimana tergugat bertempat tinggal atau tempat
tinggal sebetulnya. Hal ini juga sangat terkait dengan kewenangan
pengadilan untuk mengadili (kompetensi relatif.)

4. Untuk mengetahui tempat pembayaran suatu barang (Pasal 1393 ayat (2)
KUH Perdata)

Dari keempat hal diatas terlihat bahwa tujuan dari domisili adalah untuk
mempermudah hubungan hukum

Macam Domisili

1. Tempat tinggal yang sesungguhnya yaitu tempat tinggal dimana


seseorang itu sesungguhnya berada dan melakukan perbuatan hukum pada
umumnya. Tempat tinggal yang sesungguhnya dibedakan menjadi 2 yaitu:

 Tempat tinggal sukarela atau bebas, yakni tempat tinggal kediaman


yang tidak tergantung/ ditentukan oleh hubungannya dengan orang
lain. Ia bebas menentukan tempat tinggalnya sendiri. Pasal 20 KUH
Perdata menyebutkan bahwa domisili pegawai adalah tempat dimana
dia melaksanakan jabatannya, dan pada Pasal 23 KUH Perdata
menyebutkan tempat kediaman orang yang meninggal dunia,
ditentukan tempat kediamannya di tempat ia berdiam terakhir. Manfaat
dari penentuan domisili ini adalah untuk menentukan hukum mana
yang berlaku dan soal warisan, dan hakim mana yang berkuasa
mengadili perkara warisan serta dapat ditentukan tempat pendaftaran
akan kematian pada Kantor Catatan Sipil tertentu.
 Tempat tinggal wajib atau yang tidak bebas, yaitu tempat tinggal atau
tempat kediaman yang ditentukan oleh hubungan yang ada antara
seseorang dengan orang lain. Pasal 21-22 KUH Perdata menyebutkan
beberapa orang yang mempunyai domisili yang mengikuti domisili
orang lain, yaitu: seorang istri mengikuti domisili suaminya, anak-anak
yang belum dewasa mengikuti domisili orang tua/walinya, orang
dewasa yang ditaruh dibawah pengampuan mengikuti domisili
pengampunya, dan para pekerja mengikuti domisili majikannya.

2. Tempat Tinggal Pilihan, yaitu domisili yang dipilih yang berhubungan


dengan hal-hal dalam melakukan perbuatan hukum tertentu saja, dan
dipilihlah tempat tinggal tertentu. Pasal 24 ayat 1 KUH Perdata
menyebutkan bahwa dalam suatu sengketa perdata dimuka hakim, kedua
belah pihak yang berperkara atau salah satu dari mereka, berhak bebas
dengan suatu akta memilih tempat tinggal lain dari tempat tinggal mereka
sebenarnya

Domisili pilihan dapat dibedakan menjadi dua macam:

1. Domisili yang ditentukan oleh Undang-undang, misalnya dalam hukum


acara, waktu eksekusi, dan orang yang mengajukan eksepsi. Hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 66 UU Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama,
yang berbunyi: “seorang suami yang ingin menggugat istrinya, maka ia
harus mengajukan gugatan ditempat tinggal istrinya”

2. Domisili secara bebas, adalah tempat kediaman yang dipilih secara bebas
oleh para pihak yang akan mengadakan kontrak atau hubungan hukum.
Dalam hal memilih domisili ini ada empat syarat yang harus dipenuhi,
yakni: pilihan harus terjadi dengan perjanjian, perjanjian harus diadakan
secara tertulis, pilihan hanya dapat terjadi untuk satu atau lebeih
perbuatan hukum atau hubungan hukum tertentu, dan untuk pilihan itu
diperlukan adanya kepentingan yang wajar.

CATATAN SIPIL

Dalam menentukan status seseorang ada beberapa peristiwa atau kejadian


yaitu; kelahiran, pengakuan (terhadap kelahiran), perkawinan, perceraian,
dan kematian. Hal ini merupakan hal yang penting dan perlu untuk diketahui
dan memperoleh kepastian akan kejadian tersebut. Untuk itulah diadakan
lembaga catatan sipil. Jadi Catatan Sipil adalah suatu lembaga yang
bertujuan mengadakan pendaftaran, pencatatan serta pembukuan yang
selengkap-lengkapnya dan sejelas-jelasnya serta memberi kepastian hukum
yang sebesar-besarnya atas peristiwa kelahiran, pengakuan, perkawinan,
perceraian dan kematian.

Dalam KUH Perdata ada enam jenis register catatan sipil yakni: kelahiran,
pemberitahuan kawin, izin kawin, perkawinan, perceraian, kematian.
Lembaga yang berwenang mengeluarkan keenam jenis register catatan
sipil itu adalah Kantor Catatan Sipil Kabupaten/ Kota, atau daerah Tingkat
II. Akta catatan sipil ini mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat
penting serta bermanfaat. Akta catatan sipil ini berfungsi untuk:

a. Menentukan status hukum seseorang


b. Merupakan alat bukti yang paling kuat dimuka hukum
c. Memberikan kepastian tentang peristiwa itu sendiri
d. Meningkatkan tertib administrasi kependudukan
e. Merupakan penunjang data bagi perencanaan pembangunan
f. Pengawasan dan pengendalian terhadap orang asing yang datang ke
Indonesia

Adapun beberapa peraturan yang mengatur catatan sipil akan dikemukakan


dibawah ini:

1. Instruksi Presidium Kabinet Ampera No. 31/U/IN/12/1966 yang


dikeluarkan pada tanggal 27 Desember 1966 dan mulai berlaku tanggal 1
Januari 1967. Inpres ini memuat pernyataan politis dimana catatan sipil
terbuka untuk umum dan hapusnya penulisan golongan penduduk
2. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1983 tentang Penataan dan
Peningkatan Pembinaan Penyelenggaraan Catatan Sipil
3. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 1983 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Catatan Sipil
4. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 477-752 Tahun 1983 tentang
Penetapan Besarnya Biaya Catatan Sipil

Jenis-Jenis Catatan Sipil

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 1983


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Catatan Sipil Kabupaten/Kota,
disebutkan ada lima jenis akta catatan sipil yang harus dikeluarkan oleh
Kantor Catatan Sipil yaitu, akte kelahiran, akte perkawinan, akte pengakuan
atas pengesahan anak, akte perceraian dan akte kematian.

Akte Kelahiran

akte kelahiran adalah akta yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang
yang berkaitan dengan adanya kelahiran. Akte ini dapat dibedakan menjadi
empat jenis yakni:
1. akte kelahiran umum, yaitu akte kelahiran yang diterbitkan berdasarkan
laporan kelahiran yang disampaikan dalam waktu yang ditentukan oleh
perundang-undangan, yakni 60 hari sejak peristiwa kelahiran untuk semua
golongan, kecuali golongan Eropa selama 10 hari kerja

2. akte kelahiran istimewa, yaitu akta kelahiran yang diterbitkan berdasarkan


laporan kelahiran yang disampaikan seletah melewati batas waktu
pelaporan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. (batas
waktu 60 hari)

3. Akta Kelahiran luar biasa, yaitu akta yang diterbitkan oleh Kantor Catatan
Sipil pada zaman Revolusi antara 1 Mei 1940 sampai dengan 31
Desember 1949 dan kelahiran tersebut tidak di wilayah hukum Kantor
Catatan Sipil setempat

4. Akta kelahiran tambahan merupakan akta yang dikeluarkan oleh pejabat


yang berwenang terhadap yang lahir pada tanggal 1 Januari 1967 s/d 31
Maret 1983, yang tunduk pada Stb. 1920 No. 751 jo. 1927 No. 564 dan
Stb. 1933 No. 75 jo. 1936 No. 607

Adapun tata cara mendapatkan akta kelahiran ini adalah dengan mendatangi
Kantor Catatan Sipil dimana ia berdomisili dengan melengkapi beberapa
persyaratan sebagai berikut:

 Surat keterangan kelahiran dari yang berwenang, seperti dari dokter,


dan bidan

 Surat pengantar dari lurah/kepala desa

 Surat nikah/akta perkawinan orang tuanya

 Surat bukti kewarganegaraan (SBK) bagi WNA yang telah menjadi


warga Negara Indonesia dan ganti nama
 Kartu Keluarga

 Bagi WNA melampirkan dokumen-dokumen asing

 Dua orang saksi yang memenuhi persyaratan: dewasa, sehat jasmani


dan rohani, tidak buta huruf, dan berdomisili di Kantor Catatan Sipil
yang bersangkutan.

Akte Perkawinan, adalah suatu akta yang dikeluarkan/diterbitkan oleh


pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang untuk
mengeluarkan akta perkawinan adalah Kantor Urusan Agama (KUA) bagi
orang yang beragama Islam dan Kepala Kantor Catatan Sipil bagi yang
beragama non-Islam

Akta Perceraian adalah akta yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
setelah adanya putusan pengadilan. Pejabat yang berwenang untuk
menerbitkan akta perceraian bagi yang beragama Islam adalah Panitera
Pengadilan Agama atas nama Ketua Pengadilan Agama, dan bagi yang
beragama non-muslim, adalah Kantor Catatan Sipil.

Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak adalah suatu akta yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang yang berkaitan dengan pengakuan dan
pengesahan terhadap anak diluar pernikahan yang sah. Konsekuensi logis
dari adanya akta tersebut, akan menimbulkan hubungan hukum antara anak
yang diakui dengan ayah yang mengakuinya, beserta ibunya

Akta Kematian adalah akta yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
(dalam hal ini Kantor Catatan Sipil), yang berkaitan dengan meninggalnya
seseorang. Akta kematian ini dapat dibagi menjadi:
Akta Kematian Umum yaitu akta yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang, dimana laporan itu belum melewati 10 hari kerja bagi WNI asli
dan bagi orang Eropa tiga hari kerja. Syarat untuk mendapatkan akta
kematian umum ini harus melengkapi surat keterangan kematian dari
lurah/kepala desa dan atau rumah sakit, serta akta perkawinan dan akta
kelahiran anak-anaknya bila sudah menikah dan mempunyai anak

Akta Kematian Khusus adalah suatu akta yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang, dimana laporan kematian oleh suami atau istri, atau
keluarga telah melewati 10 hari. Syarat untuk mendapatkan akta kematian
khusus ini harus ada penetapan dari Pengadilan Negeri diwilayah hukum
tempat terjadinya kematian. Syarat untuk mendapatkan akta kematian khusus
ini adalah: surat kematian dari lurah/kepala desa, akta perkawinan dan akta
kelahiran, serta dua orang saksi yang betul-betul mengetahui peristiwa
kematian tersebut.

Anda mungkin juga menyukai