DOMISILI
Domisili atau yang sering disebut dengan tempat tinggal atau tempat
kediaman diatur dalam Pasal 17 KUH Perdata. Domisili adalah tempat
dimana seseorang dianggap selalu hadir mengenai hal melakukan hak-
haknya dan memenuhi kewajibannya, meskipun sesungguhnya ia bertempat
tinggal ditempat lain. Bahkan sebuah badan hukum pun dapat memiliki
tempat kedudukan tertentu. Dengan demikian, domisili ini dapat berarti
tempat tinggal seseorang atau tempat kedudukan badan hukum. Tetapi dalam
hal tidak adanya tempat tinggal tertentu, maka tempat tinggal sewajarnya
dianggap tempat tinggal/domisli.
4. Adanya prestasi
Domisili atau tempat tinggal seseorang itu mempunyai arti yang sangat
penting, karena akan menentukan atau menunjukkan suatu tempat dimana
berbagai perbuatan hukum harus atau dapat dilakukan.
4. Untuk mengetahui tempat pembayaran suatu barang (Pasal 1393 ayat (2)
KUH Perdata)
Dari keempat hal diatas terlihat bahwa tujuan dari domisili adalah untuk
mempermudah hubungan hukum
Macam Domisili
2. Domisili secara bebas, adalah tempat kediaman yang dipilih secara bebas
oleh para pihak yang akan mengadakan kontrak atau hubungan hukum.
Dalam hal memilih domisili ini ada empat syarat yang harus dipenuhi,
yakni: pilihan harus terjadi dengan perjanjian, perjanjian harus diadakan
secara tertulis, pilihan hanya dapat terjadi untuk satu atau lebeih
perbuatan hukum atau hubungan hukum tertentu, dan untuk pilihan itu
diperlukan adanya kepentingan yang wajar.
CATATAN SIPIL
Dalam KUH Perdata ada enam jenis register catatan sipil yakni: kelahiran,
pemberitahuan kawin, izin kawin, perkawinan, perceraian, kematian.
Lembaga yang berwenang mengeluarkan keenam jenis register catatan
sipil itu adalah Kantor Catatan Sipil Kabupaten/ Kota, atau daerah Tingkat
II. Akta catatan sipil ini mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat
penting serta bermanfaat. Akta catatan sipil ini berfungsi untuk:
Akte Kelahiran
akte kelahiran adalah akta yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang
yang berkaitan dengan adanya kelahiran. Akte ini dapat dibedakan menjadi
empat jenis yakni:
1. akte kelahiran umum, yaitu akte kelahiran yang diterbitkan berdasarkan
laporan kelahiran yang disampaikan dalam waktu yang ditentukan oleh
perundang-undangan, yakni 60 hari sejak peristiwa kelahiran untuk semua
golongan, kecuali golongan Eropa selama 10 hari kerja
3. Akta Kelahiran luar biasa, yaitu akta yang diterbitkan oleh Kantor Catatan
Sipil pada zaman Revolusi antara 1 Mei 1940 sampai dengan 31
Desember 1949 dan kelahiran tersebut tidak di wilayah hukum Kantor
Catatan Sipil setempat
Adapun tata cara mendapatkan akta kelahiran ini adalah dengan mendatangi
Kantor Catatan Sipil dimana ia berdomisili dengan melengkapi beberapa
persyaratan sebagai berikut:
Akta Perceraian adalah akta yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
setelah adanya putusan pengadilan. Pejabat yang berwenang untuk
menerbitkan akta perceraian bagi yang beragama Islam adalah Panitera
Pengadilan Agama atas nama Ketua Pengadilan Agama, dan bagi yang
beragama non-muslim, adalah Kantor Catatan Sipil.
Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak adalah suatu akta yang diterbitkan
oleh pejabat yang berwenang yang berkaitan dengan pengakuan dan
pengesahan terhadap anak diluar pernikahan yang sah. Konsekuensi logis
dari adanya akta tersebut, akan menimbulkan hubungan hukum antara anak
yang diakui dengan ayah yang mengakuinya, beserta ibunya
Akta Kematian adalah akta yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
(dalam hal ini Kantor Catatan Sipil), yang berkaitan dengan meninggalnya
seseorang. Akta kematian ini dapat dibagi menjadi:
Akta Kematian Umum yaitu akta yang diterbitkan oleh pejabat yang
berwenang, dimana laporan itu belum melewati 10 hari kerja bagi WNI asli
dan bagi orang Eropa tiga hari kerja. Syarat untuk mendapatkan akta
kematian umum ini harus melengkapi surat keterangan kematian dari
lurah/kepala desa dan atau rumah sakit, serta akta perkawinan dan akta
kelahiran anak-anaknya bila sudah menikah dan mempunyai anak
Akta Kematian Khusus adalah suatu akta yang diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang, dimana laporan kematian oleh suami atau istri, atau
keluarga telah melewati 10 hari. Syarat untuk mendapatkan akta kematian
khusus ini harus ada penetapan dari Pengadilan Negeri diwilayah hukum
tempat terjadinya kematian. Syarat untuk mendapatkan akta kematian khusus
ini adalah: surat kematian dari lurah/kepala desa, akta perkawinan dan akta
kelahiran, serta dua orang saksi yang betul-betul mengetahui peristiwa
kematian tersebut.