Anda di halaman 1dari 23

HUKUM TENTANG ORANG

Nama
Domisili
Kewarganegaraan
Pembeda Subyek Hukum

 Pembeda (ciri) subyek hukum yang satu


dengan yang lain :
1. Nama
2. Domisili
3. Kewarganegaraan
NAMA
 Pengertian
tanda diri, identifikasi seseorang sebagai subyek hukum yang
merupakan tanda pembeda antara orang yang satu dengan yang
lainnya serta untuk mengetahui asal usul keturunannya.

 Pengaturan
Undang-Undang No.23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan ( UU Adminduk) yang mencabut :
1. Buku Kesatu Bab Kedua Bagian Kedua dan Bab Ketiga
KUHPerdata ;
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1961 Tentang Perubahan
atau Penambahan Nama Keluarga.
NAMA
 Sebelum diatur di dalam UU Adminduk, mengenai nama
(termasuk perubahan dan penambahannya) diatur dalam Pasal
5a sampai 12 KUHPerdata jo Undang-Undang No.4/1961.

 Untuk golongan Eropa pada umumnya nama terdiri dari 2


bagian :
1. Nama depan / nama kecil → Nama yang diberikan kepada
seseorang sejak ia dilahirkan (dapat dibuktikan dalam Akta
Kelahiran yang bersangkutan).
2. Nama Keturunan
Nama seseorang yang diberikan sesuai dengan nama
leluhurnya (keturunannya).
NAMA
 Cara memperoleh nama keturunan :
1. Anak sah, sesuai nama keturunan bapaknya
(dalam perkawinan yang sah) ;
2. Anak luar kawin tetapi telah diakui bapaknya,
sesuai nama keturunan bapaknya ;
3. Anak luar kawin yang tidak pernah diakui
bapaknya, sesuai nama keturunan ibunya.
Perbedaan Prosedur Perubahan Nama

KUHPerdata/UU No.4/61 Undang-Undang No.23/2006


 Perubahan nama kecil cukup  Perubahan nama kecil
ke pengadilan negeri dengan dan/atau nama keturunan
memakai prosedur di dalam diajukan ke pengadilan negeri
KUHPerdata. tempat pemohon.
 Perubahan atau penambahan  Pencatatan Penetapan
nama keturunan dengan izin pengadilan negeri tersebut
Menteri Hukum dan HAM dilakukan berdasarkan UU
sesuai prosedur di dalam UU No.23/2006
No.4/61.
Prosedur Pencatatan Perubahan Nama
 Prosedur pencatatan perubahan nama berdasarkan Pasal 52 UU
No.23/06 Sisduk :
1. Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan
penetapan pengadilan negeri tempat pemohon.
2. Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi
Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil paling
lambat 30 hari sejak diterimanya salinan penetapan
Pengadilan Negeri oleh Penduduk.
3. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir
pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta
Pencatatan Sipil.
Domisili / Tempat Kediaman
 Ketentuan-ketentuan mengenai Domisili dalam
pasal 17 s/d 25 KUHPerdata telah dicabut oleh
UU Adminduk.

 UU Adminduk tidak menjelaskan mengenai


pengertian dan pembedaan domisili.
Domisili
 Pengertian
tempat di mana seseorang tinggal/berkedudukan serta
mempunyai hak dan kewajiban hukum.

 Pasal 17 KUHPerdata :
Tempat kediaman adalah tempat di mana orang itu
menempatkan pusat kediamannya secara permanen
(tempat tinggalnya yang pokok).
Domisili
 Menurut KUHPerdata , ada 4 macam tempat tinggal :
1. Tempat tinggal hukum (pasal 17 ayat (1) KUHPerdata)
2. Tempat tinggal senyatanya (pasal 17 ayat (2) KUHPerdata)
3. Tempat tinggal yang dipilih (pasal 24 KUHPerdata)
4. Tempat tinggal wajib (pasal 21 dan 22 KUHPerdata)

 Menurut doktrin, domisili dibagi atas :


1. Domisili yang sebenarnya
- berdiri sendiri
- tergantung pada orang lain
2. Domisili yang dipilih
- sukarela
- terpaksa
Domisili Yang Sebenarnya
 Pengertian : Domisili yang dimiliki manusia pada umumnya

 Berdiri Sendiri :
tempat dimana ia menempatkan pusat kediamannya tanpa tergantung pada orang
lain.
Domisili ini akan berakhir jika :
- meninggal dunia
- tergantung pada orang lain (berada di bawah pengampuan)

 Tergantung Kepada Orang Lain :


tempat kediaman yang wajib karena adanya hubungan seseorang dengan orag lain,
antara lain :
1. Orang yang ditaruh di bawah pengampuan
2. Orang yang belum dewasa / di bawah umur
3. Seorang Istri yang mengikuti domisili suaminya
4. Karyawan yang mengikuti domisili majikannya
Domisili ini akan berakhir jika :
- orang yang di bawah pengampuan sudah sehat
- sudah dewasa
- berhenti bekerja
Domisili Yang Dipilih
 Pengertian : domisili untuk melakukan perbuatan hukum
tertentu atau bisa juga karena ditentukan oleh Undang-
Undang.

 Sukarela :
tempat kediaman yang dipilih secara bebas.

 Terpaksa :
Tempat kediaman yang dipilih secara terikat karena
ketetapan suatu peraturan/UU.
Perubahan Domisili (KUHPerdata)
 Perubahan Domisili dapat terjadi dan harus ada “corpus
(perbuatan) & animus (kehendak) ” yaitu dilakukan
pemindahan tempat kediamannya ke tempat kediaman
lain secara faktual disertai maksud untuk memindahkan
tempat kediamannya di tempat baru yang tersebut.
(Pasal 18 KUHPerdata)
UU Adminduk
 Setiap penduduk wajib memiliki NIK (Nomor Induk
Kependudukan) -> Pasal 13 ayat 1

 NIK tersebut dicantumkan dalam setiap Dokumen


Kependudukan, SIM, NPWP, polis asuransi, sertifikat hak atas
tanah, dan penerbitan dokumen identitas lainnya -> Pasal 13 ayat
3

 Dokumen Kependudukan meliputi :


1. Biodata Penduduk
2. Kartu Keluarga
3. Kartu Tanda Penduduk
4. Surat Keterangan Kependudukan
5. Akta Pencatatan Sipil
Perubahan Domisili Dalam UU
Adminduk
 Ketentuan mengenai perubahan domisili di
dalam UU Adminduk diatur di dalam Bab
IV Bagian kedua mengenai Pendaftaran
Peristiwa Kependudukan.
Berakhirnya Domisili
 Domisili berakhir apabila orang yang
bersangkutan meninggal dunia.

 Pasal 23 KUHPerdata
“Rumah kematian seorang yang telah meninggal
dunia, dianggap terletak di mana si meninggal
mempunyai tempat tinggalnya terakhir.”

 Jadi, rumah kematian dapat dipakai sebagai


domisili terakhir.
Pentingnya Domisili

 Untuk menentukan dimana perbuatan


hukum harus dilakukan ;
 Dalam hal pemenuhan kewajiban dan
menikmati hak ;
 Berkaitan dengan status seseorang.
KEWARGANEGARAAN
 Pengertian :
hubungan seseorang dengan negara tertentu
yang menimbulkan hak dan kewajiban kepada
kedua belah pihak.

 Kewarganegaraan Indonesia diatur di dalam


Undang-Undang No.12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia.
UU KEWARGANEGARAAN
Undang-Undang No.3 Tahun 1946
Tentang Warga Negara RI

Undang-Undang No.6 Tahun 1946

Undang-Undang No.8 Tahun 1947

Undang-Undang No.11 Tahun 1948

Undang-Undang No.62 Tahun 1958


Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

Undang-Undang No.3 Tahun 1976 (Perubahan Pasal 18 UU No.62/58)

Undang-Undang No.12 Tahun 2006


Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
Asas-Asas Kewarganegaraan
 IUS SANGUINIS (Asas keturunan)
Kewarganegaraan seseorang ditetapkan menurut pertalian darah atau
keturunan dari seseorang. Penentuan kewarganegaraan seseorang
adalah kewarganegaraan orang tuanya, tanpa memperhatikan dimana ia
dan orang tuanya berada dan dilahirkan.

 IUS SOLI (Asas tempat kelahiran)


Kewarganegaraan seseorang ditetapkan menurut daerah atau negara
dimana yang bersangkutan dilahirkan.

 Penggunaan 2 asas tersebut dapat menimbulkan :


Apatrida seseorang tanpa kewarganegaraan
Bipatrida seseorang memiliki 2 kewarganegaraan sekaligus
(dwi kewarganegaraan)
Asas yang dianut oleh UU
No.12/2006
 Menggunakan asas ius sanguinis, namun untuk menghindari
adanya orang tanpa kewarganegaraan yang lahir di wilayah RI,maka
asas ius soli (dengan pembatasan) digunakan apabila terjadi hal-hal
sebagai berikut :
1. anak yang baru lahir yang ditemukan di Indonesia, selama ayah
dan ibunya tidak diketahui ;
2. anak yang lahir di Indonesia apabila ayah dan ibunya tidak
mempunyai kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya ;
3. anak yang lahir di Indonesia yang pada waktu lahir tidak jelas
status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
Perbedaan UU 12/2006 dengan UU
62/58
UU 62/58 UU 12/2006
 Mencegah apatrida dan bipatrida  Memungkinkan adanya bipatrida namun
 Mengatur 2 hal yaitu : terbatas pada anak-anak
1. Cara memperoleh  Mengatur 5 hal yaitu :
kewarganegaraan 1. Siapa yang menjadi WNI (pasal 2
2. Kehilangan kewarganegaraan dan 4)
2. Syarat dan tata cara memperoleh
Kewarganegaraan RI (pasal 8 s/d
22)
3. Kehilangan Kewarganegaraan RI
( Pasal 23 s/d 30)
4. Syarat dan tata cara memperoleh
kembali kewarganegaraan RI
(Pasal 31 s/d 35)
5. Ketentuan Pidana (pasal 36 s/d
38)
Kegiatan untuk memperoleh
Kewarganegaraan
 Stelsel pasif
Orang dengan sendirinya dianggap sebagai warga
negara tanpa melakukan suatu tindakan hukum tertentu.
Melekat pada stelsel ini adalah hak repudiasi yaitu hak
untuk menolak kewarganegaraan.

 Stelsel aktif
Orang harus melakukan tindakan-tindakan hukum
tertentu secara aktif untuk menjadi warga negara.
Melekat pada stelsel ini adalah hak opsi yaitu hak untuk
memilih kewarganegaraan.

Anda mungkin juga menyukai