Anda di halaman 1dari 30

HUKUM PERDATA

I. BUKU I TENTANG ORANG


II. BUKU II TENTANG BENDA
III. BUKU III TENTANG PERIKATAN
IV. BUKU IV TENTANG PEMBUKTIAN DAN
DALUWARSA
Hukum Perdata : Hukum Privat Materiil
Pengaturan Hukum Perdata : BW dan
KUHPer
Hukum Perdata d Indonesia :
1) Bangsa Indonesia Asli : Hukum Adat
2) Warga Neg.bukan asli yg berasal dari
Tionghoa dan Eropa :
3) Warga Neg.bukan asli yg berasal bukan
dari Tionghoa dan Eropa : BW (sebagian)
Sistematika Hukum Perdata

Buku I tentang Orang : hukum


keluarga dan hukum perkawinan
Buku II tentang benda : Hukum
perbendaan dan waris
Buku III tentang Perikatan : Hukum
Kekayaan
Buku IV tentang pembuktian dan
daluwarsa : alat-alat pembuktian dan
akibat verjaring
BUKU I TENTANG ORANG
 ORANG SEBAGAI PEMBAWA HAK ATAU
SUBYEK HUKUM
 TIDAK SEMUA ORANG BOLEH
MELAKUKAN / BERTINDAK SENDIRI
UNTUK MELAKSANAKAN HAK-HAKNYA
 DALAM HUKUM TIDAK CAKAP /
KURANG CAKAP
1) Belum dewasa (pasal 33o
KUHPerdata)
2) Dibawah pengampuan/curatele
(Pasal 433 KUHPerdata)
3) Seorang perempuan bersuami (
SEMA Nomor 3/1963 jo pasal
31 UU Perkawinan)
1. SUBYEK HUKUM
- manusia
- badan hukum

Manusia sebagai pendukung hak dan


kewajiban diatur dalam pasal 1,2,dan 3
KUHPerdata
Makna pasal tersebut hak-hak dan kew.yg
berhub. Dg keperdataan tidak tergantung pada
agama,golongan,jenis kelamin dan
kedudukannya sbg warganegara
Hak perdata ada 2 : Hak yang bersifat mutlak
(hak kepribadian, hak-hak yg terletak dalam
hukum keluarga,hak mutlak atas suatu benda,
hak yg bersifat relatif)
KECAKAPAN BERHAK
MESKIPUN SETIAP MANUSIA SEBAGAI PENDUKUNG
HAK DAN KEWAJIBAN, ADA PEMBATASAN-
PEMBATASAN KECAKAPAN BERHAK :
1. KEWARGANEGARAAN (PASAL 21 AYAT 1
 UUPA)
2. TEMPAT TINGGAL (PASAL 10 AYAT 2 UUPA)
3. KEDUDUKAN ATAU JABATAN (BAGI SEORANG HA
 KIM DAN PEJABAT HUKUM LAINNYA)
4. TINGKAH LAKU DAN PERBUATAN (PASAL 49,53)
 UU NO 1 / 1974) : KEKUASAAN ORANG TUA DAN
 WALI
Pendewasaan (pasal 419 KUHPerdata)
Pendewasaan Penuh (pasal 420 KUHPer)
 diberikan dg surat pernyataan dewasa
 kpd org yg tlh mencapai umur 20 thn
 oleh Kepala Negara c/q Menkeh
Pendewasaan Terbatas (pasal 426 KUHPer)
 diberikan kepada mereka yang telah beru
 umur 18 thn oleh PN stempat
 Dengan berlakunya UU Perkawinan tdk
 berlaku
NAMA (pasal 5a s/d 12 KUHPer jo UU No
4/1961 tentang Perubahan atau
Penambahan Nama keluarga
1. untuk gol eropa : nama kecil, nama ke
 luarga
 merubah nama kecil hrs mendapat zin
 PN setempat (pasal 11 KUHP)
 merubah nama keluarga mendpt izin
 Presiden c/q Menkeh (pasal 6)

Dengan berlakunya UU Nomor


4/1961 ketentuan tsb td berlaku
PASAL 1 UU NOMOR 4/1961
(1) WNI YG TUNDUK KPD SUATU PERAT. CAT. IPIL DAN SUDAH
DEWASA, DENGN MENGINGAT HUKUM YG BERLAKU
BAGINYA,DAPAT MERUBAH ATAU MENAMBAH NAMA
KELUARGANYA HANYA DG IJIN MENKEH D MENURUT ATURAN UU
INI.
(2) YG DIMAKSUD DGN DEWASA DALAM UU INI ADALAH TELAH
BERUMUR GENAP 21 THN ATAU YG SDH PERNAH KAWIN

PASAL 4 UU NOMOR 4/1961


MENKEH MENOLAK PERUBAHAN ATAU PENAMBAHAN NAMA
KELUARGA YG DIKEHENDAKI, JIKA NAMA ITU DIANGGAP
MELANGGAR ADAT SESUATU DAERAH ATAU DIANGGAP SEBAGAI
SESUATU GELAR ATAU ATAS DASAR LAIN YANG
DIANGGAPNYA PENTING
CATATAN SIPIL (pasal 4 s/d 16 KUHPer)
Lembaga Catatan Sipil adalah suatu lem
Badan yang bertujuan mengadakan
pendaftaran, pencatatan serta
pembuktian yang selengkap-lengkapnya
dan sejelas-jelasnya serta memberi
kepastian hukum yang sebesar-besarnya
atas peristiwa kelahiran, pengakuan,
perkawinan dan kematian.
• DOMISILI (PASAL 17 S/D 25 KUHPER)
YAITU TEMPAT DIMANA SESEORANG TINGGAL
ATAU BERKEDUDUKAN SERTA MEMPUNYAI
HAK DAN KEWAJIBAN HUKUM.
• MENURUT KUHPERDATA
1. TEMPAT TINGGAL HUKUM (17 AYAT 1)
2. TEMPAT TINGGAL SENYATANYA (17 AYAT
2)
3. TEMPAT TINGGAL YANG DIPILIH (24)
4. TEMPAT TINGGAL WAJIB (21 DAN 22)

Dalam pasal 23 mengenal istilah


“Domisili Penghabisan”
HUKUM PERKAWINAN
ARTI DAN SYARAT-SYARAT UNTUK PERKAWINAN
Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki
dan seorang perempuan untuk waktu yang lama (pasal 26 BW)
Batasan pasal 26 KUHPer : Undang-undang memandang soal
perkawinan hanya dalam hubungan keperdataan
Perkawinan semata-mata merupakan perjanjian perdata, tidak
ada kaitannya dengan agama yang dianut oleh para pihak
Pasal 81 KUHPer : tidak ada suatu upacara keagamaan oleh
dilakukan, sebelum kedua belah pihak kepada pejabat agama
mereka membuktikan bahwa perkawinan dihadapan pegawai
catatan sipil telah berlangsung.
Dalam UU Perkawinan No 1/1974 yg
berlaku mulai tanggal 1 Oktober 1975,
pengertian perkawinan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan keka berdasarkan
Ketuhanan yang Maha Esa.

Pasal 2 ayat 1 Perkawinan adalah sah apabila


dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya itu
Pasal2 ayat 2 : Perkawinan harus dicatat
menurut peraturan peruuan yang berlaku.
Walaupun sah menurut hukum agama
Pencatatan merupakan syarat sahnya
perkawinan.
UU Perkawinan menganut Azas
Monogami, bagaimana dgn Poligami ?
Ketentuan tsb diatur dlm penjelasan
umum butir 4 huruf c jo UU nomor 1 /
1974 penjelasan pasal 3.

Perkawinan merupakan perjanjian konsensualisme


(Pasal 28 KUHPer jo UU Perkawinan pasal 6 ayat 1)
Persetujuan berbeda dengan persetujuan
(Buku III) – sama-sama ada kata sepakat
Syarat-syarat sahnya perkawinan :
1. ketentuan umur laki-laki 19 tahun, pe-
rempuan 16 tahun
2. harus ada persetujuan bebas antara
kedua pihak
3. masa iddah
4. tdk ada larangan uu bagi kedua pihak
5. yang masih dibawah umur harus ada izin
Ketentuan masa iddah (PP No 9 / 1975) :
- putus krn kematian 130 hr
- putus krn perceraian, msh datang bulan
3 kali suci sekurang-kurangnya 90 hr, yg
tdk datang bulan 90 hr
- perkawinan putus sedang janda dlm kea
daan hamil , sampai melahirkan.
Ketentuan di KUHPer (pasal 34) : 300 hari
Syarat-syarat Perkawinan
1. Syarat Intern/material/subyektif : Abso
lut dan relatif) pasal 27 s/d 49 KUHPer
2. Syarat ekstern/formal/obyektif (pasal
50 s/d 84 KUHPer
Syarat-syarat Perkawinan : pasal 6 s/d 12
UUPerkawinan
BATALNYA SUATU PERKAWINAN HANYA DAPAT
DIPUTUSKAN OLEH PENGADILAN (PASAL 37 PP
NOMOR 9/1975)
 Akta Perkawinan (pasal 100 KUHPer)
1. sebagai alat bukti yg mempunyai arti
mutlak
2. sebagai alat bukti penuh
3. sebagai alat bukti yg bersifat memaksa
• Pencegahan dan pembatalan perkawinan
- jika tidak memenuhi syarat-syarat mela
kukan perkawinan
- pencegahan (pasal 59-70 KUHPer dan UU Pkwn
pasal 13-21)
- pembatalan (pasal 85-99a KUHPer dan UU Pkwn
pasal 22-28 dan PP No 9/1975 pasal 37 dan 38 )
Akibat Hukum Perkawinan
1. terhadap hub suami-istri (pasal 103-
118 KUHPer, Pasal 30-34 UUPkw)
2. terhadap harta kekayaan (Pasal 119-
138 KUHPer), ada 4 kemungkinan
- ada persatuan bulat (pasal 119)
- tidak ada sama sekali persatuan
(pasal 140 ayat 2)
- persatuan untung dan rugi (pasal 155)
- persatuan hasil dan pendapatan (pasal
164)
3. terhadap kedudukan anak
 KUHPer mengenal 6 macam anak :
 1. anak sah ( 250-271a)
 2. anak Zina
 3. anak sumbang/incest
 4. anak luar kawin yg dpt diakui
 5. anak angkat
 6. anak tiri
Anak sah
- Pasal 42 UUP :anak sah adalah anak yang
dilahirkan dalam atau sebagai akibat da-
lam perkawinan yg sah
- pasal 250 KUHPer
- Pasal 99 KHI : anak yg dilahirkan dlm
atau akibat perkawinan yg sah
 ANAK ZINA
anak yg lahir dari seorang hub.suami istri yg
dilak.oleh seorang laki-laki dgn seorang
perempuan dimn salah satu /kedua-duanya
sedang terikat perkawinan dgn yg lain
ANAK SUMBANG
anak yg lahir dari hubungan ant seorg lk-lk
dn seorg perempuan dimn diantara keduany
dilarang utk melangsungkan pkw baik krn
terikat
hub.darah,hub.semenda,hub.sepersusuan
Tdk dpt diakui oleh orangtuanya kecuali apa yg
diatur dlm ps 273 dan hanya memiliki hak ut
mendptkan biaya nafkah seperlunya (ps 867
ayat 2 KUHPer
ANAK LUAR KAWIN YG DIAKUI
Anak yg lahir di luar perkawinan yang sah
selain dari anak zina dan anak sumbang
Menunjuk pd ketentuan pasal 865 kuhperdata
Pasal 43 ayat 1 UUP, Sedang hk perdata barat
menganut azas pengakuan mutlak
ANAK ANGKAT
PP No 54 tahun 2007 ttg Pelaksanaan Pengangkatan
Anak
Anak yang haknya dialihkan dari lingkungan
kekuasaan kelg.org tua, wali yg sah / org lain yg
bertanggung jawab atas perawatan,pendidikan dan
membesarkan anak tsb ke dlm lingk.kelg.nya.
• ANAK TIRI
Seorang anak yg dibawa msk k dlm sebuah
pkw yg baru dari orang tuanya, dimana anak
yg dibawa tsb mrp hasil dari pkw sblmnya
Hak mewaris hanya dari ayah atau ibu
kandungnya
Orang tua tiri = hibah/membuat wasiat wajibah
(tdk melebihi 1/3 )
Adopsi karena hukum menyebabkan putusnya
hub.keperdataan ant.anak yang bersangkutan dgn
orang tua kandungnya sendiri (Stb.1917 no 129 ttg
adopsi
Hukum adat : di jawa tengah dan jawa barat (tidak),
masy.patrilineal : putus
Dikaitkan dg UU Perlindungan anak : pengangkatan
anak tdk memutuskan hub.darah ant.anak yg diangkat
dg org tua kandungnya
Di batak seorg anak angkat akan memakai dua marga
yg berbeda
 Menurut BW Buku I titel 12 pasal 227 : adopsi
tjd krn put. Pengadilan atas permintaan
pasangan yang hendak mengangkat anak
 Putusnya pkw menurut KUHPer dan UUP

KUHPer pasal 199 : 4 cara pemutusan


perkawinan secara limitatif
1. Kematian
2. Keadaan tidak hadir
3. Pish meja dan ranjang
4. perceraian
 Akibat pisah meja dan ranjang
1. pkw tdk dibubarkan, S/I tdk lagi wajib utk
tinggal bersama
2. selalu berakibat perpisahan harta dan
akan menimbulkan dasar utk pembagian
harta bersama, seakan-akan pkw itu
dibubarkan
3. S/I dpt minta cerai stlh 5 thn pish meja d
ranjang (ps 200 KUHPer)
 PERCERAIAN (pasal 209)
1. zinah
2. meninggalkan pihak lain tanpa alasan slm
5 th berturut-turut
3. dihukum penjara 5 thn / lbh
4. menimbulkan luka berat /penganiayaan

Anda mungkin juga menyukai