Anda di halaman 1dari 5

Latihan UTS Hukum Perdata

1. A. Kodifikasi =Pengkitaban/pembukuan aturan-aturan sejenis kedalam satu


buku/kitab secara sistematis.
B. Konkordansi =Hukum yang berlaku bagi negara jajahan
dipersamakan/dikonkordansi dengan hukum yang berlaku di negeri belanda (jajahan).

2. A. Kitab hukum perdata di Indonesia berasal dari negara Belanda pada masa
pemerintahan Hindia-Belanda, yang dimana pada saat itu Belanda memiliki undang-
undang yang telah dikodifikasi (B.W DAN W.v.K) yang kemudian dikonkordansikan
di Indonesia pada tahun 1948 dengan memberlakukan Pasal 131 IS jo Pasal 163 IS
yang membagi golongan penduduk di Indonesia menjadi tiga golongan guna
menentukan hukum apakah yang diberlakukan terhadap masing-masing golongan
penduduk tersebut, yang dimana tiga golongan itu adalah:
1. Golongan Eropa (Berlaku KUHPER)
2. Golongan Timur Asing (Berlaku KUHPER kecuali bagian 2 dan 3)
3. Golongan Bumiputera (Berlaku Hukum Adat)

B. Perbedaannya terletak kepada sistematikanya yang dimana konsep Hukum Perdata


terbagi menjadi empat buku, yaitu:
1. Buku I tentang Orang
2. Buku II tentang Benda
3. Buku III tentang Perikatan
4. Buku IV tentang Pembuktian dan daluwarsa,
Sedangkan konsep Klasik Ilmu Hukum perdata terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Bagian I Hukum Perorangan
2. Bagian II Hukum Keluarga
3. Bagian III Hukum Harta Kekayaan
4. Bagian IV Hukum Waris

C. Pada awal masuk ke Indonesia, KUHPerdata diberlakukan kepada Golongan Eropa


dan Timur Asing (sesuai yang dinyatakan pada Pasal 131 IS jo Pasal 163 IS).

D. Berbeda, karena KUHperdata pada saat ini sudah mengalami perkembangan


berupa perubahan yang sesuai dengan kondisi masyarakat di Indonesia sehingga
menyebabkan beberapa ketentuan Burgerlitjk Wetboek tidak lagi berlaku, antara lain
yaitu Hukum perkawinan, Hukum tanah, dan Hukum jaminan.

3. A. Menurut Prof. Subekti S.H, hukum perdata dalam arti sempit adalah hukum
perdata yang diatur dalam KUHPerdata sebagai lawan dari hukum dagang. Sedangkan
hukum perdata dalam arti luas adalah meliputi semua hukum yang diatur dalam
KUHPerdata dan hukum perdata yang diatur dalam KUHDagang termasuk
didalamnya mengenai pailit dan Hukum Acara Perdata.
B. Menurut Prof. Subekti S.H, yang dimaksud dengan Orang adalah pembawa hak
atau subyek di dalam hukum. Sedangkan menurut Algra, subyek hukum adalah setiap
orang yang memiliki hak dan kewajiban, jadi memiliki wewenang hukum.

C. Posisi bayi yang ada di dalam kandungan belum bisa dijadikan sebagai subyek
hukum kecuali bayi tersebut memiliki kepentingan yang menghendakinya. Hal ini
didasarkan oleh Pasal 2 KUHPER.

D. Menurut Pasal 1330 KUHPER, yang dianggap tidak cakap sebagai subyek hukum
adalah:
1. Orang-orang yang belum dewasa (Pasal 330 KUHPER)
2. Mereka yang berada dibawah Pengampuan (Pasal 433 KUHPER)
3. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan dan pada umumnya semua
orang kepada siapa UU telah melarang melakukan persetujuan tertentu

E. Persamaan= Sama sama berupa pengawasan terhadap seseorang yang belom/tidak


cakap hukum.
Perbedaan = Perwalian (Pasal 462 KUHPER) memberikan pengawasan terhadap anak
yang belum dewasa (dibawah umur) sedangkan Pengampuan (Pasal 433 KUHPER)
adalah pengawasan terhadap orang dewasa tetapi tidak cakap untuk melakukan
perbuatan hukum.

F. Upaya yang dapat dilakukan bagi subyek hukum yang belum dewasa untuk dapat
melakukan perbuatan hukum adalah adalah pemberlakuan pendewasaan, yang artinya
upaya hukum untuk meniadakan keadaan belum dewasa (minderharugheid) baik
untuk keseluruhannya maupun sebagian. Dasar hukumnya adalah Pasal 419-432
KUHPER.

G. Perbedaan antara Pendewasaan (handlichting) dan Pengampuan (curatele) adalah


orang yang memerlukan pendewasaan adalah orang yang masih dibawah umur,
sedangkan yang memerlukan pengampuan adalah orang yang telah dewasa. Dengan
dilakukan permohonan pendewasaan maka orang yang masih dibawah umur cakap
melakukan perbuatan hukum. Sedangkan dalam pengampuan jika permohonannya
dikabulkan, maka orang dewasa yang semula dinyatakan cakap untuk melakukan
perbuatan hukum menjadi tidak cakap, sehingga dalam melakukan perbuatan hukum
dia harus diwakili pengampu/kurator.

4. A. Domisili sangat penting dalam Hukum Perdata karena domisili diperlukan untuk
menentukan dimana seseorang harus menikah (Pasal 78 KUHPER), dimana seseorang
harus dipanggil oleh Pengadilan (Pasal 1393 KUHPER), dan pengadilan mana yang
berwenang terhadap seseorang (Pasal 207 KUHPER).
B. Hubungan antara domisili dengan rumah kematian adalah keduanya merupakan
tempat dimana seseorang tinggal/berkedudukan yang dimana itu mengakibatkan
domisili penghabisan dari seseorang.

5. A. Yang dimaksud dengan lembaga catatan sipil adalah pejabat yang melakukan
pencatatan peristiwa penting (meliputi kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian,
pengakuan anak, pengesahan anak, pengangkatan anak, perubahan nama dan
perubahan status kewarganegaraan) yang dialami seseorang pada Instansi Pelaksana
yang pengangangkatannya sesuai dengan ketentuan peraturan UU. Adapun guna dari
catatan sipil yaitu sebagai alat bukti tentang peristiwa hukum (kelahiran, kematian)
atau perbuatan hukum (perkawinan, perjanjian) yang dialami atau dilakukan
seseorang.

B. Akta mempunyai kekuatan yang sangat penting karena akta merupakan alat bukti
tentang peristiwa/perbuatan hukum yang dilakukan oleh seseorang. Akta terdiri dari
dua macam, yaitu Akta otentik dan Akta bawah tangan.

6. A. Yang sudah dicabut dari buku pertama Hukum Perdata adalah Hukum Perkawinan.

B. Perbedaan:
-KUHPERDATA menganut Asas Monogami Mutlak, sementara UU No. 1 tahun
1974 menganut Asas Monogami Terbuka.
-KUHPERDATA tidak memandang dan memperhatikan agama dalam melakukan
perkawinan, sementara UU No. 1 tahun 1974 adalah sebaliknya.
-KUHPERDATA menjelaskan hak suami lebih dominan sementara UU No. 1 tahun
1974 menjelaskan keseimbangan antara hak suami dan istri.
-KUHPERDATA mengharuskan adanya persetujuan suami bagi istri untuk
melakukan perbuatan hukum, sementara dalam UU No. 1 tahun 1974 istri dan suami
sama-sama berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

C.

7. A. Ada 4 macam anak dalam KUHPERDATA, yaitu:


1. Anak sah (Pasal 250 KUHPERDATA): yaitu anak yang
dilahirkan/ditumbuhkan/dibenihkan sepanjang perkawinan.
2. Anak Luar Kawin (Pasal 272 KUHPERDATA): yaitu anak yang dilahirkan diluar
perkawinan.
3. Anak Luar Kawin yang diakui (Pasal 280-281 KUHPERDATA): yaitu anak luar
kawin yang diakui oleh salah seorang orang tuanya/kedua orang tuanya.
4. Anak Luar Kawin yang disahkan (Pasal 272 KUHPERDATA): yaitu anak yang
dilahirkan di luar perkawinan yang kemudian disahkan oleh kedua orang tuanya pada
saat orang tuanya melangsungkan perkawinan.

B. Yang menyebabkan penyangkalan anak menurut Pasal 251-255 KUHPERDATA:


1. Anak itu dilahirkan sebelum 180 hari sejak perkawinan (Pasal 251).
Hak menyangkal tsb menjadi GUGUR jika:
a. Suami sudah mengetahui bahwa sebelum perkawinan si isteri telah hamil
b. Ia hadir saat akta kelahiran dibuat dan turut menandatanganinya
c. Anak tersebut meninggal saat dilahirkan

2. Sejak 300 – 180 hari sebelum kelahiran, suami tidak bergaul dengan isterinya
(Pasal 252 KUHPER)

3. Isteri melakukan perzinahan/overspel dan kelahiran anak itu disembunyikan


terhadap suami (Pasal 253 KUHPER)

4. Anak itu dilahirkan lewat 300 hari sesudah ada putusan Pengadilan Negeri yang
menyatakan perpisahan meja dan tempat tidur (Pasal 254 KUHPER)

5. Anak yang dilahirkan 300 hari sejak perkawinan dibubarkan (Pasal


255 KUHPER)

Yang dapat melakukan penyangkalan adalah suami dari anak ibu seseorang dan ahli
waris dari suami.

C. Yang memegang hak kekuasaan orang tua adalah bapak. Berakhirnya kekuasaan
orang tua terjadi pada saat seorang anak telah menjadi dewasa (21 tahun/sudah
menikah), adapun faktor lainnya adalah putusnya perkawinan, pencabutan kekuasaan
orang tua, pembebasan kekuasaan orang tua, dan apabila anaknya telah meninggal.

D. Perbedaan:
- Pencabutan kekuasaan mengakibatkan hilangnya hak menikmati hasil. Sedangkan
pembebasan kekuasaan menikmati hasil diperbolehkan, kecuali salah satu orang tua
dibebaskan
- Pencabutan kekuasaan dapat diajukan oleh orang tua yang lain, keluarga
sedarah/semendah sampai derajat keempat, Dewan Perwakilan, dan Kejaksaan.
Sedangkan pembebasan kekuasaan hanya dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan dan
Kejaksaan.
- Pencabutan kekuasaan dapat dilakukan terhadap orang tua masing-masing/salah
satu. Sedangkan pembebasan kekuasaan tidak dapat dilakukan jika orang tua yang
bersangkutan menentangnya.
- Pencabutan kekuasaan dapat dipaksakan, sedangkan pembebasan kekuasaan tidak
dapat dipaksakan
- Pencabutan kekuasaan mengandung unsur-unsur kejahatan sedangkan pembebasan
kekuasaan tidak mengandung unsur-unsur kejahatan.

Pembebasan dan pencabutan kekuasaan orang tua diatur dalam Pasal 319a KUHPER.
E. Persamaan= Sama sama berupa pengawasan terhadap seseorang yang belom/tidak
cakap hukum.
Perbedaan = Perwalian (Pasal 462 KUHPER) memberikan pengawasan terhadap anak
yang belum dewasa (dibawah umur) sedangkan Pengampuan (Pasal 433 KUHPER)
adalah pengawasan terhadap orang dewasa tetapi tidak cakap untuk melakukan
perbuatan hukum.

F. Keadaan tidak hadir diperlukan dalam hukum perdata karena keadaan tidak hadir
melindungi kepentingan si tak hadir apabila setelah cukup lama meninggalkan tempat
tinggalnya kemudian dia datang/kembali lagi, melindungi para ahli waris, dan
melindungi pihak ketiga para kreditur. Keadaan tidak hadir diatur dalam Pasal 463
KUHPER.

Anda mungkin juga menyukai