Anda di halaman 1dari 17

RIVEW HUKUM PERDATA

1.SEJARAH HUKUM PERDAT

Pengertian hukum pedata

Menurut Kansil, hukum perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan antar orang yang satu dengan yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan
perseorangan.

Hukum Sipil (hukum privat), terdiri dari;

1..Hukum sipil dalam arti luas, meliputi :

a. Hukum perdata
b. Hukum dagang
2. Hukum sipil dalam arti sempit, yang meliputi hukum perdata saja

Sumber hukum perdata

Menurut vollmar sumber hukum perdata dibagi menjadi 4 macam yaitu KUH perdata, traktat,
yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat sumber hukum tersebut dibagi menjadi hukum
tertulis dan hukum tidak tertulis.

Sistematika hukum perdata

• Perihal Orang (van personen), yg memuat Hk. Perorangan dan Hk. Kekeluargaan

• Perihal Benda (van zaken), yg memuat Hukum Benda dan Hukum Waris.

• Perihal Perikatan (van verbintennissen), memuat Hukum Harta kekayaan yg berkenaan


dengan hak dan kewajiban yg berlaku bagi orang-orang atau pihak tertentu.

• Perihal Pembuktian dan Kadaluwarsa atau Liwat Waktu (van Bejijs en Verjaring

Hukum perorangan

• Orang” atau “persoon” berarti pembawa hak.

• Segala sesuatu yang mempunyai hak dan kewajiban disebut subyek hukum, terdiri dari;

a. Manusia (naturlijke person)


b. Badan hukum (recht sersoon)
Hukum keluarga

• Hukum keluarga memuat rangkaian peraturan hukum yang timbul dari pergaulan hidup
kekeluargaan.

• Termasuk hukum keluarga antara lain :

a. Kekuasaan orang tua

b. Perwalian

c. Pengampuan

Hukum harta kekayaan

• Yaitu peraturan-peraturan hukum yang mengatur hak dan kewajiban manusia yang
bernilai uang

Hukum benda

• Hak mutlak dalam lapangan keperdataan :

• Benda Yang menjadi obyek perikatan adalah prestasi yaitu hal pemenuhan perikatan.

• Macam-macam prestasi :

a. Benda berwujud, misalnhyahak eigendom,hak opstal,hak gadai,hak hipotik dll


b. tidak berwujud, seperti hak cipta, hak merk, hak paten dll.
Hukum perikatan

• Yang menjadi obyek perikatan adalah prestasi yaitu hal pemenuhan perikatan.

• Macam-macam prestasi :

a. Memberikan sesuatu, seperti membayar harga, menyerahkan barang dll


b. Tidak berbuat sesuatu, misalnya untuk tidak mendirikan suatu bangunan, untuk tidak
menggunakan merk dagang tertentu, kesemuanya karena putusan pengadilan.
Sumber hukum perikatan :

a. Perjanjian (kontrak)
b. Undang-Undang.
Hukum perikatan yg bersumber dari UU dibagi dalam dua golongan;
1. Perikatan yang terjadi karena UU itu sendiri;
2. Perikatan yang terjadi karena UU disertai tindakan manusia :

2.POKOK POKOK HUKUM PRDATA


Pengertian hukum perdata

Berdasar ruang lingkupnya:

a. Hk Perdata dlm arti luas


Mencakup hk perdata dlm arti sempit dan hk dagang

b. Hk Perdata dlm arti sempi


Hubungan hk perdata dan hk dagangLex Specialis Derogat Legi Generalit
Sumber Hukum perdata

• Sumber dlm arti formal:

Asal: Hk perdata dr Belanda

• Sumber dlm arti materil

Tempat:

1. Peraturan perundang-undangan

2. Hukum Adat

3. Kebiasaan

4. Konvensi/traktat/perjanjian internasional

5. Yurisprudensi

6. Doktrin

Pluralisme Hukum Perdata di Indonesia

• Hukum Perdata Barat

• Hukum Perdata Adat

• Hukum Perdata Islam

Dasar Hukum Berlakunya BW di Indonesia

• Jaman Penjajahan Belanda

Asas Konkordansi: Ps 131 I.SJaman Penjajahan Jepang

Pasal 3 UU No. 1 Tahun 1942

• Jaman Kemerdekaan – RIS


Ps II Aturan Peralihan UUD 45

Ps 192 Konstitusi RIS

Ps 142 UUDS 1950

Sistematika Hukum Perdata

• Menurut BW

1. Hk Orang

2. Hk Benda

3. Hk Perikatan

4. Pembuktian dan kadaluarsa

• Menurut Ilmu Pengetahuan

1. Hk Orang

2. Hk Keluarga

3. Hk Harta Kekayaan (benda dan perikatan)

4. Hk Waris

3. PENGERTIAN HUKUM PERDATA INDONESIA

• Subjek hukum adalah penanggungjawab hak dan kewajiban.ubyek dan Obyek Hukum
Perdata

• Subjek hukum disebut orang, orang dalam subjek hukum terdiri dari 2 :

a. Manusia.
b. Badan hukum.
Dalam hukum perdata ada tiga unsur yang harus dibahas :

1. Peraturan hukum (rechtsregel, rule of law).

2. Peraturan hukum (rechtsregel, rule of law).

3. Orang (persoon).

Pengantar
Berdasarkan kenyataan yang ada, sebenarnya hukum perdata di Indonesia terdiri dari:

1. Hukum perdata adat;

2. Hukum perdata Eropa;

3. Hukum perdata nasional.

Hukum perdata material yang diatur dalam hukum Eropa secara tertulis dan dikodifikasikan,
ketentuannya terdapat dalam KUHPerdata (BW) dan KUHD (WvK).

Adapun KUHPerdata terdiri dari 4 buku, yaitu:

1. Buku I: Mengatur “Perihal Orang” (Van Personen);

2. Buku II: Mengatur “Perihal Benda” (Van Zaken);

3. Buku III: Mengatur “Perihal Perikatan” (Van Verbintenissen);

4. Buku IV: Mengatur “Perihal Bukti dan Kadaluwarsa” (Van Bewijsen Verjaring).

Hukum pribadi

Hukum pribadi mengatur hak-hak dan kewajiban pribadi sebagai subyek hukum. Pribadi yang
dimaksud ialah orang dalam arti hukum, maksudnya memiliki hak dan kewajiban. Berdasarkan
Pasal 1330 KUHPerdata, ada tiga kelompok yang dianggap tidak cakap yaitu: anak-anak, orang
boros atau pikun, dan wanita yang bersuami.

Hukum Keluarga

Secara luas, hukum keluarga mencakup: Keturunan, kekuasaan orang tua, perwalian, dan
pendewasaan, pengampuan, dan perkawinan. Selanjutnya UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
lebih banyak dirujuk sebagai sumber hukum berkenaan dengan hukum keluarga:

1. Keturunan (Pasal 55, Pasal 42);

2. Kekuasaan orang tua (Pasal 45, Pasal 48-49);

3. Perwalian (Pasal 50-54, dan Pasal 51);

Hukum Kekayaan

Hukum kekayaan merupakan ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai hubungan antara


subyek hukum (persoon) dan obyek hukum (zaak) dalam suatu peristiwa hukum.

Hukum Waris
Hukum waris ialah ketentuan yang mengatur nasib kekayaan orang setelah pemiliknya
meninggal dunia. Orang yang meninggal dunia disebut “pewaris” dan penerimanya disebut “ahli
waris”. Berdasarkan Pasal 832 KUHPerdata, yang dimaksud keluarga sedarah sebagai ahli waris
itu ada 4 golongan, yakni:

Golongan I: Anak, suami/istri yang hidup terlama dan cucu sebagai ahli waris pengganti;

Golongan II: Orang tua, saudara kandung dan keturunan;

Golongan III: Leluhur baik dari pihak suami maupun istri;

Golongan IV: Keluarga sedarah sampai derajat keenam

Berdasarkan hukum waris adat, terdapat beberapa bentuk pewarisan yaitu: Individual, kolektif,
dan mayorat.

4. KEADAAN TIDAK HADIR

 Pembahasan tentang Keadaan tidak hadir menurut KUHPerdata yang terdapat dalam
pasal 463, 467, 484 dan 485 yaitu :

1. tahapan tindakan sementara,

2. tahapan pernyataan barangkali meninggal dunia dan

3. tahapan pewarisan secara tetap

.Pasal 463 KUHPerdata

 keadaan tidak hadir terdiri dari beberapa unsur, yaitu: :

1. Meninggalkan tempat kediamannya

2. Tanpa memberikan kuasa kepada orang lain untuk mewakilinya

3. Tidak menunjuk atau memberikan kepada orang lain untuk mengurus


kepentingannya

Pasal 467 KUHPerdata

Apabila seseorang meninggalkan tempat tinggalnya tanpa memberi kuasa untuk mewakili
urusan-urusannya, dan telah lampau 5 tahun sejak kepergiannya atau sejak diperoleh berita
terakhir yang membuktikan bahwa ia masih hidup, sedangkan dalam 5 tahun itu tak pernah ada
tanda-tanda tentang hidupnya atau matinya, maka orang yang dalam keadaan tak hadir itu, atas
permohonan pihak-pihak yang berkepentingan dan dengan izin Pengadilan Negeri di tempat
tinggal yang ditinggalkannya, boleh dipanggil untuk menghadap pengadilan itu dengan
panggilan umum yang berlaku selama jangka waktu tiga bulan atau lebih dengan 3 kali
panggilan”.

Pasal 484

Apabila waktu selama tiga puluh tahun telah lewat, setelah hari pernyataan barangkali-meninggal
tercantum dalam putusan atau, apabila sebelum itu waktu selama seratus tahun telah lewat,
semenjak hari lahir si takhadir, maka terbebaslah sekalian penanggung, sedangkan pembagian
harta kekayaan yang ditinggalkan, sekadar ini telah berlangsung tetap berlaku , atau jika belum
berlangsung, para barangkali ahli waris boleh mengadakan pembagian yang tetap, sepertipun
hak-hak lainnya atas harta peninggalan, boleh tetap dinikmati pula.

Pasal 468

Jika orang tersebut atau orang lain yang cukup menjadi petunjuk tentang adanya orang itu tidak
datang menghadap, maka Pengadilan Negeri boleh menyatakan adanya dugaan hukum bahwa
orang itu telah meninggal terhitung sejak hari ia meninggalkan tempat tinggalnya atau sejak hari
berita terakhir mengenai hidupnya.

Kedudukan hilang dalam kewarisan hukum perdata

a. UU ini mengatur tentang keadaan tidak di tempat /tidak hadir , terdapat 3 masa tau
tingkatan :
b. UU mengatur tentang keadaan tidak di tempat atau keadaan tidak hadir dalam BW Buku
I;
 Masa persiapan;

 Masa yang berhubungan dengan pernyataan bahwa org yang


meninggalkan tempat itu mungkin meninggal dunia;

 Masa pewarisan secara definitif.

5. KETIDAKCAKAPAN, PENDEWASAAN, DOMISILI DAN LEMBAGA CATATAN


SIPIL

KETIDAKCAKAPAN

 Faktor yang membatasi kewenangan berbuat sesorang :

• Umur

• Kesehatan
• Perilaku.

 Pengertian wewenang berbuat :

a. Cakap atau mampu berbuat karenaa memenuhi syarat hukum (bekwaam,


capable), kecakapan, atau kemampuan berbuat menurut hukum;

b. Kuasa tau berhak berbuat karena diakui oleh hukum walaupun tidak memenuhi
syarat hukum ( bevoegd, competent), Kekuasaan atau kewenangan berbuat.

 Kepentingan orang yang tidak cakap/tidak mampu melakukan perbuatan hukumdiurus


oleh pihak yang mewakili sbb :

a. Anak yang belum dewasa diurus orang tuanya (

b. Anak di bawah perwalian, diurus walinya

PENDEWASAAN

1. Menurut konsep Hukum Perdata BaraT

a. Pendewasaan penuh
b. Kep. Pendewasaan penuh disebut venia aetatis.
c. Akibat hukum : status hukum ybs sama dengan status hukum orang dewasa.
d. Untuk kawin, masih harus ada izin orang tua (Pasal 420 – 424 KUHPerdata).

Pendewasaan dibedakan dua macam :

a. Pendewasaan penuh;

b. Pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum tertentu (terbatas).

Syarat pendewasaan :

a. Pendewasaan penuH

b. Kep. Pendewasaan penuh disebut venia aetatis.

c. Akibat hukum : status hukum ybs sama dengan status hukum orang dewasa.

d. Untuk kawin, masih harus ada izin orang tua (Pasal 420 – 424 KUHPerdata).

2.Pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum tertentu (terbatas);

a. Berumur 18 tahun penuh (Pasal 421 dan 426 KUHPerdata)


b. Akibat hukum : status hukum ybs sama dengan status hukum orang dewasa untuk
perbuatan –perbuatan hukum tertentu (Pasal 426 – 430 KUHPerdata).
3. Menurut Konsep Hukum Adat
a. Djojodigoeno : hukum adat tidak mengenal batas umur untuk menentukan belum dewasa
atau sudah dewasa.
b. Batasan belum dewasa dan sudah dewasa, dilihat dari cakap dan belum cakap melakukan
perbuatan hukum
c. Belum cakap : belum mampu memperhitungkan dan memelihara kepentingannya
sendiri.
4.Menurut Konsep undang-undang RI

1.Ketentuan belum dewasa dan dewasa diatur dalam UU :

a. Pasal 330 KUHPerdata berlaku bagi WNI keturunan Eropa;


b. Stb. No. 556 Tahun 1924, berlaku bagi WNI Keturunan Timur Asing bukan Cina;
c. Stb. No. 557 Tahun 1924, berlaku bagi WNI Keturunan Timur Asing Cina
a. . DOMISILI
Pasal 17 KUHPerdata : Setiap orang dianggap mempunyai tempat tinggalnya, dimana ia
menempatkan pusat kediamannya.

Tempat tinggal dibedakan :

1. Tempat tinggal yuridis

2. Tempat tinggal nyata/sesungguhnya

3. Tempat tinggal pilihan

4. Tempat tinggal ikutan

Hak dan kewajiban hukum

a. Tempat tinggal menentukan hak dan kewajiban orang yang bersangkutan menurut
hukum.
b. Hak dan kewajiban
Status Hukum

a. Status hukum seseorang menentukan tempat tinggalnya, sehingga menentukan hak dan
kewajibannya menurut hukum.
b. Dibuktikan dengan KTP yang sah
Arti Penting Tempat Tinggal

a. Dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban bagi manusia atau badan hukum.
b. Penentuan status hukum seseorang dalam lalu lintas hukum
c. Berurusan/berperkara dengan pengadilan

6. HUKUM PERKAWINAN

A.MENURUT HUKUM PERDATA


PENGERTIAN

Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang perempuan untuk waktu
yang lama.

Syarat sahnya perkawinan :

a. Umur, laki-laki 18 tahun dan perempuan 15 tahun;


b. Harus ada persetujuan bebas antara kedua pihak;
c. Untuk perempuan yang sudah pernah kawin, harus lewat 300 hari sesudah putusan
perkawinan pertama;
d. Tidak ada larangan dalam undang-undang bagi kedua pihak;
e. Untuk pihak yg masih di bawah umur, harus ada izin dari orang tua atau walinya.
larangan Kawin

a. Tidak diperbolehkan kawin dengan :


b. saudaranya, meskipun saudara tiri;
c. Iparnya;
d. Paman dengan keponakannya.
Surat-surat yang harus diserahkan kpd Pegawa Pencatatan Sipil :

a. Surat kelahiran;
b. Surat pernyataan dari Pegawai Pencatatan Sipil ttg izin orang tua;
c. Proses verbal apabila melalui perantaraan hakim;
d. Surat kematian suami atau isteri atau putusan perceraian perkawinan lama;
e. Surat ket. Dari Pegawai Pencatatan Sipil ttg pengumuman dan tidak ada perlawanan dari
sesuatu pihak;
f. Dispensasi Presiden (Menteri Kehakiman), apabila ada larangan kawin.
Perkawinan di Luar Negeri

a. Dilangsungkan menurut cara-cara yang berlaku di negeri asing, asalkan tidak melanggar
ketertiban umum Negara asal;
b. Perkawinan harus didaftarkan di kediamannya dalam 1 tahun setelah tiba di Indonesia.
Perceraian

a. Adalah penghapusan perkawinan dengan putusan Hakim, atau tuntutan salah satu pihak
dalam perkawinan itu.
b. UU melarang perceraian dengan permufakatan antara suami isteri.
c. Harus ada alasan yang sah
B.UU No.1 Tahun 1974/UU No. 16 Tahun 2019

Telah dilakukan uji materiil oleh MK dengan putusan sebagai berikut:

69/PUU-XIII/2015
Pasal 29 ayat (1), 29 ayat (3), 29 ayat (4) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan bertentangan dengan UUD NRI Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat
Nomor 22/PUU-XV/2017

Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019) bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat;

Pengertian Perkawinan.

Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami
isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. (Pasal 1 UU No.1 Tahun 1974).

Azas perkawinan :

a. Monogami
b. Poligami diperbolehkan dengan syarat ttt
Syarat-sayarat perkawinan :

a. Syarat material (subyektif)


Syarat yang ada dan melekat pada pihak-pihak yang akan melangsungkan perkawinan.
b. Syarat formal (obyektif)
Tata cara dan prosedur melangsungkan perkawinan menurut hukum agama dan UU.
Perkawinan dapat putus karena :

a. kematian,
b. perceraian dan
c. atas keputusan Pengadilan.

8. HUKUM BENDA

PENGERTIAN

a. Benda (zaak) adalah segala sesuatu yang dapat dihaki oleh orang.

b. Benda = obyek hukum

c. Benda = barang yang dapat dilihat

d. Benda = kekayaan seseorang

PENGATURAN HUKUM BENDA

a. Buku II KUHPerdata
b. UU No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria
c. UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
d. UU No. 42 Tahun 1999 tentang Hak Jaminan Fidusia
e. UU Hak Kekayaan Intelektual
KLASIFIKASI JENIS BENDA

a. Benda bergerak dan tidak bergera


b. kBenda berwujud dan tidak berwujud
c. Benda dipakai habis dan tidak dipakai habis
d. Benda sudah ada dan akan ada
e. Benda dalam perdagangan dan luar perdagangan
f. Benda dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
g. Benda terdaftar dan tidak terdaftar
Hak Kebendaan (zakelijk recht)

Hak Perdata :

a. Hak yang bersifat absolut


b. Hak yang bersifat relat
Hak Atas Benda :

a. Bezit
b. Eigendom
c. Hak opstal
d. Hak erfacht
Cara memperoleh penguasaan benda :

Unsur-unsur dalam Pasal 538 :

a. “menempatkan” adalah perbuatan aktif yang mengandung gerak, dapat dilakukan sendiri
maupun dengan orang lain;
b. “benda” meliputi benda bergerak dan tidak bergerak. Benda bergerak meliputi benda
yang sudah ada pemiliknya ataupun yang belum ada pemiliknya;
c. “dalam kekuasaan” menunjukkan adanya keharusan hubungan langsung antara orang
yang menguasai dan benda;sal 538 KUHPerdata;
Perbedaan hypotheek dengan pandrecht :

a. Pandrecht dapat diberikan melalui benda-benda yang bergerak;


b. Hyphoteek hanya atas benda-benda yang tak bergerak.
c. Pandrecht harus disertai dengan penyerahan kekuasaan atas barang yang dijadikan
tanggungan, hyphoteek tidak;
d. Pandrecht hapus, jika barang yang dijadikan tanggungan berpindah ke tangan org lain,
tetapi hyphoteek tetap terletak sebagai beban di atas benda yg dijadikan tanggungan
meskipun benda ini dipindahkan pada org lain.

9. HUKUM WARIS

Pengertian
a. Pewarisan adalah proses beralihnya harta warisan dari pewaris kepada waris menurut
aturan hukum yang berlaku dalam masyarakat (KBBI).
b. Pewaris adalah orang yang telah meninggal dan memiliki harta peninggalan
c. Waris adalah orang yang berhak menerima harta peninggalan dari pewaris.
d. Pewarisan merupakan suatu sistem hukum yang mengatur tentang beralihnya harta
warisan dari pewaris kepada ahli waris atau orang yang ditunjuk karena kematian
pewaris.
unsur-unsur dalam konsep pewarisan :

1. Subyek hukum

2. Status hukum

3. Peristiwa hukum

4. Hubungan hukum

5. Obyek hukum

CARA MENDAPATKAN WARISAN

 Menurut UU, ada dua cara mendapatkan warisan :

a. Sebagai ahli waris menurut ketentuan UU


Dinamakan mewarisi “menurut UU (ab intestato)”.
b. Karena ditunjuk dalam surat wasiat (testament)
Dinamakan mewarisi secara “testament”
Hak Mewarisi Menurut UU

a. Ada empat golongan dalam pembagian harta waris menurut hukum perdata. Diterangkan
dalam Empat Golongan Ahli Waris Menurut KUH Perdata,

b. Penggolongan tersebut menunjukkan ahli waris yang urutannya didahulukan. Atau dengan kata
lain, jika ada golongan pertama, maka golongan di bawahnya tidak dapat mewarisi harta warisan
yang ditinggalkan.

PENGGANTIAN

Menurut UU, ada 3 (tiga) macam penggantian (representatie) “

a. Penggantian dalam garis lancang ke bawah


b. Penggantian dalam garis samping (ziljinie); contoh saudara
c. Penggantian dalam garis samping, dalam hal yang tampil ke muka sebagai ahli waris
anggota-anggota keluarga yang lebih jauh tingkat hubungannya daripada saudara. Contoh
: paman atau keponakan.
A meninggal, mempunyai Istri dan 3 orang anak X, Y dan Z, dan 2 saudara (A dan B). Masing-masing
anak punya anak :

a. X : X1
b. Y : Y1 dan Y2
c. Z : Z1, Z2 dan Z3
Pembagiannya :

a. Jika istri dan anak masih hidup semua, maka masing-masing mendapat ¼ bagian;
b. Jika Y meninggal lebih dahulu, maka istri , X dan Z masing-masing mendapat ¼, dan
Y1, Y2 mendapat 1/8;

10.HUKUM PERJANJIAN

pengertian

a. Kontrak (perjanjian) adalah suatu “peristiwa” dimana seorang berjanji kepada orang lain
atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal (subekti, 1983: 1).
b. Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal 1313 KUHPerdata)
c. Para pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan, berkewajiban untuk
menaati dan melaksanakannya sehingga perjanjian tsb menimbulkan hubungan hukum
yang disebut perikatan (verbintenis)..
d. Perikatan (verbintenis) adalah suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta benda)
antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang sesuatu
dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi tuntutan
itu. (Buku III BW

PENGATURAN perikatan DALAM KUH PERDATA

a. Sumber hukum utama kontrak yang berbentuk peraturan perundang-undangan adalah


Buku Ketiga KUHPerdata.
b. Bagian buku ketiga yang berkaitan dengan perjanjian :
1. Pengaturan tentang perikatan perdata;
2. Pengaturan tentang perikatan yang timbul dari kontrak;
3. Pengaturan tentang hapusnya perikatan;
4. Pengaturan tentang kontrak-kontrak tertentu.
c. Bagian buku ketiga yang berkaitan dengan perjanjian :
1. Bab I, Bab II, Bab III (Pasal 1352 dan 1353) dan Bab IV KUHPerdata
berlaku bagi “perikatan umum”;
2. Bab III (kecuali Pasal 1352 dan 1353 dan Bab V s/d Bab XVIII
KUHPerdata berlaku bagi “perjanjian tertentu” saja yang sudah
ditentukan namanya dalam bab bersangkutan.

UNSUR-UNSUR perikatan

Meurut Abdulkadir Muhammad :

1. Subyek perikatan
2. Wenang berbuat

3. Obyek perikatan (prestasi) (menyerahkan suatu barang, melakukan suatu perbuatan, tidak
melakukan suatu perbuatan).

4. Tujuan perikatan.

Sumber perikatan

1. Perundang-undangan

Dibagi dalam dua kategori :

a. Perikatan semata-mata karena undang-undang


b. perikatan karena undang-undang tetapi lewat perbuatan manusia

2.Kontrak

a. Perikatan yang bersumber dari kontrak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
perikatan yang bersumber dari UU.
b. Dasar hukumnya Pasal 1338 KUHPerdata.
c. Ketentuan dalam KUHPerdata tentang perikatan, khususnya yang berkaitan denga
d. kontrak berlaku terhadap (pasal 1319KUHPerdata)

ASAS ASAS KONTRAK

1. Hukum kontrak bersifat mengatur artinya bahwa hukum tersebut baru berlaku sepanjang
para pihak tidak mengaturnya lain.
2. Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract) artinya para pihak bebas membuat
kontrak dan mengatur sendiri isi kontrak.
3. Asas pacta sunt servanda artinya kontrak itu merupakan undang-undang bagi para pihak
yang membuatnya (mengikat). Pasal 1338 KUHPerdata.
4. Asas konsensus adalah suatu kontrak sudah sah dan mengikat ketika tercapai kata
sepakat, tentunya syarat sahnya kontrak sudah dipenuhi.
5. Asas obligatoir maksudnya adalah setelah sahnya suatu kontrak, maka kontrak tsb sudah
mengikat, tapi baru sebatas hak dan kewajiban para pihak.
6. ASAS-ASAS kontrak

Syarat sahnya Kontrak

menurut pasal 1320 kuh perdata, kontrak adalah sah apabila memenuhi syarat sbb :

1. syarat subyektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontrak dapat dibatalkan
2. syarat objektif, syarat ini apabila dilanggar maka kontrak batal demi hukum
KONTRAK TERTULIS DAN TIDAK TERTULIS

1. Pada prinsipnya syarat “tertulis” tidak diwajibkan dalam kontrak.


2. Tapi terhadap beberapa jenis kontrak disyaratkan harus dibuat dalam bentuk tertulis, atau
bahkan harus dibuat oleh atau di hadapan pejabat tertentu sehingga disebut kontrak
formal.
3. Terhadap kontrak ini berlaku pengecualian asas konsensus.
Contohnya :
a. Kontrak perdamaian
b. Kontrak pertanggungan
c. Kontrak penghibahan.

11. HUKUM PERJANJIAN (Lanjutan)

ASAS-ASAS perjanjian

1. Hukum kontrak bersifat mengatur (asas pelengkap). artinya bahwa hukum/ketentuan UU


tersebut baru berlaku sepanjang para pihak tidak mengaturnya lain.

2. Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract) artinya para pihak bebas membuat
kontrak dan mengatur sendiri isi kontrak tersebut.

3. Asas pacta sunt servanda

a. Segala perjanjian yang dibuat secara sah “berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya (1338 BW).
b. Artinya perjanjian yang dibuat secara sah mengikat kedua belah pihak.
4. Asas konsensus adalah suatu perjanjian. sudah sah dan mengikat ketika tercapai kata
sepakat, tentunya syarat sahnya kontrak sudah dipenuhi.

5. Asas obligatoir maksudnya adalah setelah sahnya suatu kontrak, maka kontrak tsb sudah
mengikat, tapi baru sebatas hak dan kewajiban para pihak.

Macam-macam perikatan

1. Perikatan bersyarat (voorwaardelijk)

2. Perikatan yang digantungkan pada suatu ketetapan waktu ( tijdsbepaling)

3. Perikatan yang membolehkan memilih (alternatif)

4. Perikatan tanggung menanggung

5. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi

6. Perikatan dengan penetapan hukuman (strafbeding).


Perikatan yang lahir dari UU

Perikatan yang lahir dari UU dibagi 2 :

1. Yang lahir dari UU saja;

2. Yang lahir dari UU karena perbuatan seseorang, sedangkan perbuatan orang ini dapat
berupa perbuatan yang diperbolehkan, atau yang melanggar hukuman (onrechmatig).

Hapusnya perikatan

1. Karena pembayaran

2. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan barang yang hendak dibayarkan
itu di suatu tempat;

3. Pembaharuan hutang;

4. Kompensasi atau perhitungan hutang timbal balik;

5. Percampuran hutang

6. Pembebasan hutang;

7. Hapusnya barang yang dimaksudkan dalam perjanjian;

8. Pembatalan perjanjian;

9. Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan;

10. Lewat waktu

Anda mungkin juga menyukai