Anda di halaman 1dari 17

HUKUM PERDATA

DEFINISI :

Hukum antara perorangan, hukum yang mengatur hak dan


kewajiban dari perseorangan yang satu terhadap yang lainnya
didalam pergaulan masyarakat dan didalam hubungan keluarga
(Scholten)

SEJARAH :

1. Hukum Perdata Eropa (Ps 131 (2b) Indische Staatregeling)


berlaku untuk golongan :
1. Eropa tanpa kecuali
2. Golongan Timur Asing Cina dengan beberapa
pengecualian berdasarkan S 1917 – 129
3. Golongan Timur Asing bukan Cina dengan beberapa
pengecualian berdasarkan S 1924 – 556.

Berlakunya Hukum Perdata dan Hukum Dagang Eropa untuk


orang dari golongan Eropa berdasarkan asas Konkordansi (Ps
131 (2a) Indische Staatregeling)

Asas Konkordansi berarti asas mengikuti, yaitu bahwa orang


dari golongan Eropa mengikuti hukum yang sama dengan
hukum yang termasuk dalam undang-undang yang berlaku
bagi mereka di Belanda.

2. Hukum diluar KUHS


a. UU Octrooi, yaitu UU yang melindungi hak cipta dalam
bidang industri dan perdagangan.
b. UU Auteur, yaitu UU yang melindungi hak cipta dalam
bidang kesenian dan kesusastraan.

Hukum tertulis dapat memberikan kemudahan dalam pekerjaan


hakim dan penegak hukum lainnya, juga dapat memberikan rasa
aman kepaa para pemegang hak kebendaan.

Hak kebendaan disebut hak mutlak atau hak absolut. Hak


kebendaan adalah hak untuk menguasai secara langsung suatu
kebendaan dan kekuasaan tersebut dapat dipertahankan terhadap
setiap orang yang berarti bahwa setiap orang harus mengakui
dan mengindahkan hak orang lain tersebut.

Kepastian Hukum mempunyai 2 arti :


1. Orang dapat mengetahui peraturan hukum yang mengatur
suatu peristiwa hukum tertentu, sehingga orang dapat
mengetahui kedudukannya dalam hukum.
2. Para pihak yang bersengketa dapat mengetahui apa yang
menjadi hak dan kewajibannya, jadi untuk keamanan hukum
dan mencegah timbulnya tindakan sewenang-wenang dari
pihak manapun.

SISTEMATIKA HUKUM PERDATA EROPA MENURUT


ILMU PENGETAHUAN

Bagian I Hukum Perorangan


Berisikan peraturan yang mengatur kedudukan
orang dalam hukum, hak dan kewajiban serta
akibat hukumnya.
Bagian II Hukum Keluarga
Berisikan peraturan yang mengatur hubungan
antara orang tua dengan anaknya, hubungan suami
istri serta hak dan kewajiban masing-masing.
Bagian III Hukum Harta Kekayaan
Berisikan peraturan yang mengatur kedudukan
benda dalam hukum, yaitu pelbagai hak-hak
kebendaan.
Bagian IV Hukum Waris
Berisikan peraturan yang mengatur benda-benda
yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal
dunia
SISTEMATIKA HUKUM PERDATA EROPA DALAM KUHS

Buku I Tentang Orang


Berisikan hukum perorangan dan hukum keluarga
Buku II Tentang Benda
Berisikan hukum harta kekayaan dan hukum waris
Buku III Tentang Perikatan
Berisikan hukum perikatan yang lahir dari UU dan
dari persetujuan dan perjanjian
Buku IV Tentang Pembuktian dan Daluwarsa
Berisikan peraturan tentang alat bukti dan
kedudukan benda akibat lampau waktu.

Tentang Orang

Hukum Perdata Materiil, adalah keseluruhan kaidah hukum


yang mengatur hubungan dan hak perdata. (Hukum Perdata
Adat dan Hukum Perdata Eropa)

Hukum Perdata Formil, adalah keseluruhan kaidah hukum yang


menentukan bagaimana cara mempertahankan dan
melaksanakan hukum perdata materiil. (Hukum Acara Perdata)
Asas Hukum Perdata Eropa Tentang Orang
1. Asas yang melindungi hak asasi manusia, jangan sampai
terjadi pembatasan atau pengurangan hak asasi manusia
karena UU atau keputusan hakim. (Ps 1+3 KUHS)
2. Asas setiap orang harus mempunyai nama dan tempat
kediaman hukum (domisili), tiap orang yang mempunyai hak
dan kewajiban mempunyai identitas yang sedapat mungkin
berlainan satu dengan lainnya (Ps 5a dan Bagian 3 Bab 2
Buku I KUHS)
Pentingnya Domisili :
a. Dimana orang harus menikah
b. Dimana orang harus dipanggil oleh pengadilan
c. Pengadilan mana yang berwenang terhadap seseorang, dsb

3. Asas Perlindungan kepada Orang yang tak lengkap, orang


yang dinyatakan oleh hukum tidak mampu melakukan
perbuatan hukum mendapat perlindungan bila ingin
melakukan perbuatan hukum (Ps 1330 KUHS), contoh :
a. Orang yang belum dewasa diwakili oleh walinya baik itu
orang tua kandung atau wali yang ditnjuk oleh hakim atau
surat wasiat.
b. Mereka yang diletakkan dibawah pengampuan, bila
mereka hendak melakukan perbuatan hukum diwakili oleh
seorang pengampu (Curator)
c. Wanita yang bersuami bila hendak melakukan perbuatan
hukum harus didampingi suaminya.
4. Asas monogami dalam hukum perkawinan barat, bagi laki-
laki hanya boleh mengambil seorang wanita sebagai istri dan
wanita hanya boleh mengambil seorang laki-laki sebagai
suaminya(Ps 27 KUHS)
Dalam UU no 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Ps 3 ayat 2
pengadilan diperbolehkan memberi ijin seorang suami untuk
beristri lebih dari satu bila dikehendaki oleh pihak-pihak yang
bersangkutan.
5. Asas bahwa suami dinyatakan sebagai kepala keluarga, ia
betugas memimpin dan mengurusi kekayaan keluarga (Ps105
KUHS)

Tentang Benda

Hukum Benda adalah keseluruhan kaidah hukum yang mengatur


apa yang diartikan dengan benda dan mengatur hak atas benda.
Asasnya adalah asas yang membagi benda atau barang ke dalam
benda bergerak dan benda tetap.

Asas Hukum Tentang Benda


1. Asas yang membagi hak manusia kedalam hak kebendaan
dan hak perorangan.
Hak Kebendaan, adalah hak untuk menguasai secara
langsung suatu kebendaan dan kekuasaan tersebut dan dapat
dipertahankan terhadap setiap orang (hak milik, hak guna
usaha, hak guna bangunan)
Hak Perorangan, adalah hak seseorang untuk menuntut suatu
tagihan kepada seseorang tertentu. Dalam hal ini hanya orang
ini saja yang harus mengakui hak orang tersebut
2. Asas hak milik itu adalah suatu fungsi sosial. Asas ini
mempunyai arti bahwa orang tidak dibenarkan untuk
membiarkan atau menggunakan hak miliknya secara
merugikan orang atau masyarakat. Jika merugikan akan
dituntut berdasarkan Ps 1365 KUHS

Hukum Benda yang mengatur tentang tanah telah dicabut dan


diatur dalam UU Pokok Agraria tahun 1960 No 5. Namun aturan
tentang Hipotik masih diatur dalam Hukum Benda.

Hukum Benda ini sifatnya tertutup, jadi tidak ada peraturan lain
yang berkaitan dengan benda selain yang diatur oleh UU.

Tentang Perikatan

Dalam Ps 1233 KUHS ditetapkan bahwa Perikatan dilahirkan


baik karena UU dan karena Persetujuan.
Perikatan yang timbul karena UU :
1. Perikatan yang lahir dari UU saja
Alimentasi (Ps 231 KUHS), yaitu kewajiban setiap anak
untuk memberikan nafkah hidup kepada orang tuanya dan
para keluarga sedarah dalam garis keatas apabila mereka
dalam keadaan miskin.
2. Perikatan yang lahir dari UU karebna perbuatan orang yang
diperbolehkan maupun karena perbuatan orang yang
melanggar hukum.
Zaakwaarneming (Ps 1354 KUHS) perbuatan orang yang
dilakukan dengan sukarela tanpa diminta tanpa disuruh,
memelihara kepentingan atau barang orang lain. Maka timbul
hubungan hukum antara pemilik barang dengan pemelihara
barang.

Perikatan yang timbul karena Persetujuaan atau Perjanjian :


1. Perikatan alamiah, perikatan yang harus dilaksanakan tetapi
tidak disertai dengan sanksi gugatan, kalau debitur tidak
memenuhi kewajibannya.
2. Perikatan karena perbuatan yang melanggar hukum, seperti
yang dimaksud dengan Ps 1365 KUHS dan Drukkearrest HR
tanggal 31 Januari 1919, yang terdiri dari :
a. Perbuatan yang melanggar hak orang lain.
b. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum
dari orang yang bersangkutan.
c. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan atau asas-
asas pergaulan kemasyarakatan mengenai nama baik atau
barang orang lain.

Bagi orang yang melanggar akan dikenakan kewajiban untuk


memberi ganti rugi kepada pihak yang merasa dirugikan. Ada
beberapa macam ganti rugi :
a. Kosten, yaitu segala biaya dan ongkos yang sungguh-
sungguh telah dikeluarkan oleh korban.
b. Schade, yaitu kerugian yang diderita oleh si korban
sebagai akibat langsung dari perbuatan yang melanggar
hukum itu.
c. Interessen, yaitu bunga uang dari keuntungan yang tidak
jadi diterima sebagai akibat langsung dari perbuatan yang
melanggar hukum itu.

Syarat yang harus dipenuhi untuk menuntut ganti rugi :


a. Perbuatan atau sikap diam harus melanggar hukum, ada
peraturan hukum yang dilanggar oleh perbuatan atau sikap
diam dari orang yang bersangkutan.
b. Harus ada kerugian (Schade) antara perbuatan dan
kerugian harus ada hubungan sebab akibat, penggantia
kerugian hanya dapat diminta oleh orang yang menderita
kerugian dan harus dapat membuktikannya.
c. Harus ada kesalahan orang atau si pelaku haris dapat
mempertanggungjawabkan perbuatannya dan kesalahan
yang dilakukan itu bukanlah keadaan terpaksa, keadaan
darurat, kesalahan itu karena kesengajaan dan kelalaian.
3. Asas Hukum Perikatan
a. UU bagi mereka yang membuatnya
b. Asas kebebasan dalam membuat perjanjian atau
persetujuan
c. Asas bahwa persetujuan harus dilaksanakan dengan itikat
baik
d. Asas bahwa semua harta kekayaan seseorang menjadi
jaminan atau tanggungan semua hutang-hutangnya.
e. Asas Actio Pauliana yaitu aksi yang dilakukan oleh
seorang kreditur untuk membatalkan semua perjanjian
yang dibuat oleh debiturnya dengan itikat buruk dengan
pihak ketiga, dengan pengetahuan bahwa ia merugikan
krediturnya. Pembatalan perjanjian harus dilakukan oleh
hakim atas permohonan kreditur (Ps 1341 KUHS)
Asas ini memberi peringatan kepada seorang debitur
bahwa ia akan dikenakan sanksi penuntutan, bila ia
mengurangi harta kekayaan miliknya, dengan tujuan untuk
menghindari penyitaan dari pengadilan.
Pembagian Perjanjian yang berlaku di Indonesia :
1. Perjanjian Jual Beli ditetapkan dakan KUH Perdata
2. Perjanjian Asuransi (Pertanggungan) yang penting bagi soal-
soal perdata ditetapkan dalam KUH Dagang
3. Perjanjian Persrikatan (Ps. 1618 KUH Perdata)

PERKAWINAN UU No. 1 Tahun 1974

Menganut asas Monogami. Poligami dilihat sebagai


Perkecualian. Dalam hal perkawinan pengadilan agama
ditempatkan dibawah pengawasan pengadilan negeri. UU tahun
1974 mengharuskan setiap keputusan pengadilan agama dalam
soal perkawinan dikukuhkan oleh pengadilan negeri.

ADOPSI

Adopsi tidak dikenal dalam Hukum Privat Eropa, hanya terdapat


dalam Hukum Adat Orang Indonesia Asli maupun Hukum Adat
Orang Timur Asing.
a. Lembaga hukum adopsi untuk golongan Cina berhubungan
dengan lembaga sosial penghormatan nenek moyang yang
wajib melakukan adalah putera (berdsarkan sistem Clan yang
patrilineal)
b. Adopsi hanya dapat dilangsungkan oleh seorang laki-laki
baik yang beristeri maupun pernah beristri, yang tidak
mempunyai anak atau belum mempunyai anak adoptif.
c. Yang dapat diangkat anak adoptif adalah orang lelaki saja.
d. Bila yang mengadopsi beristri, pengangkatan anak harus
dijalankan bersama-sama.
e. Janda yang belum bersuami lagi dapat mengangkat anak
lelaki, asal tidak dilarang dalam testamen suaminya yang
telah meninggal dunia.
f. Yang diadopsi tidak boleh beristri, tidak boleh mempunyai
anak, tidak boleh telah diadopsi oleh orang lain pada saat
adpsi.
g. Perbedaan umur yang mengadopsi sedikitnya 18 tahun (bila
yang mengadopsi orang laki) atau 15 tahun bila yang
mengadopsi janda.
h. Anak yang diadoptif dianggap anak yang lahir dari
perkawinan dari suami istri yang mengadopsinya, atau
dianggap anak dari janda dan suami yang telah meninggal
dunia.
i. Hubungan hukum privat semual antara yang diadopsi dengan
orang tua sendiri dan keluarga lain diputuskan sama sekali,
terkecuali dalam beberapa hal tertentu.
j. Adopsi harus dijalankan dengan suatu akta notaris.
Hukum Perorangan

Orang adalah pembawa Hak yaitu segala sesuatu yang


mempunyai hak dan kewajiban yang disebut subyek hukum
terdiri :
a. Manusia
b. Badan Hukum

Hukum Perdata mengatur seluruh segi kehidupan manusia sejak


belum lahir dan masih dalam kandungan ibunya sampai
meninggal dunia.

Badan hukum atau perkumpulan berarti orang yang diciptakan


oleh hukum. Suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan
sebagai badan hukum dengan cara :
a. Didirikan dengan akta notaris
b. Didaftarkan dikantor Panitera Pengadilan Negeri Setempat
c. Dimintakan pengesahan anggaran dasarnya kepada Menteri
Kehakiman.
d. Diumumkan di berita negara.
Hukum Keluarga

Yang termasuk dalam hukum keluarga :


a. Kekuasaan Orang Tua
Setiap anak wajib hormat dan patuh pada orang tuanya.
Kekuasaan orang tua berhenti jika :
1. Anak tersebut telah dewasa (Usia 21 tahun)
2. Perkawinan oran tua putus
3. Kekuasaan oran tua dipecat oleh hakim
4. Pembebasan dari kekuasaan orang tua
b. Perwalian
1. Anak yatim piatu atau anak yang belum cukup umur dan
tidak dalam kekuasaan orang tua.
2. Wali ditetapkan oleh hakim atau karena wasiat. Sedapat
mungkin wali diangkat dari orang yang mempunyai
pertalian darah terdekat dengan anak.
3. Perwalian dapat terjadi karena :
- Perkawinan orang tua putus
- Kekuasaan orang tua dipecat/ dibebaskan. Hakim
mengangkat seorang wali disertai wali pengawas yang
harus mengawasi pekerjaan wali tersebut. Pekerjaan wali
pengawas di Indonesia dijalankan oleh Pejabat Balai Harta
Peninggalan
c. Pengampuan
Orang dewasa akan tetapi :
1. Sakit ingatan
2. Pemboros
3. Lemah daya
4. Tidak sanggup mengurus kepentingan sendiri dengan
semestinya, disebabkan kelakuan buruk diluar batas atau
mengganggu keamanan, memerlukan pengampuan.
Diperlukan pengampu (Curator). Biasanya suami menjadi
pengampu atas istrinya atau sebaliknya, tetapi mungkin juga
hakim mengangkat orang lain atau perkumpulan lain.
Sedangkan sebagai pengampu pengawas adalah Pejabat Balai
Harta Peninggalan

Persamaan antara Wali Pengawas dan Pengampu Pengawas


adalah :
Kesemuanya mengawasi dan menyelenggarakan hubungan
hukum orang-orang yang dinyatakan tidak cakap bertindak.

Perbedaannya :
a. Kekuasaan orang tua adalah kekuasaan asli yang
dilaksanakan oleh orang tuanya sendiri. Kekuasaan asli
dilaksanakan oleh orang tuanya sendiri yang masih dalam
ikatan perkawinan terhadap anak-anaknya yang belum
dewasa.
b. Perwalian, pemeliharaan dan bimbingan dilaksanakan oleh
wali, dapat salah satu ibu atau bapaknya yang tidak dalam
keadaan ikatan perkawinan lagi atau orang lain terhadap anak
yang belum dewasa.
c. Pengampuan, bimbingan dilaksanakan oleh Curator (yaitu
keluarga sedarah atau orang yang ditunjuk) terhadap orang
dewasa yang karena sesuatu sebab dinyatakan tidak cakap
bertindak dalam lalu lintas hukum.
Materiil : KUHP

Hukum Perdata

Formil : KUHAP
Arti Luas

Hukum Dagang
HUKUM PERDATA

Arti Sempit : HUKUM PERDATA

Hukum Dagang merupakan bagian dari Hukum Perdata, atau dengan


kata lain Hukum Dagang meruapkan perluasan dari Hukum Perdata.

Untuk itu berlangsung asas Lex Specialis dan Lex Generalis, yang
artinya ketentuan atau hukum khusus dapat mengesampingkan
ketentuan atau hukum umum.

KUHPerdata (KUHS) dapat juga dipergunakan dalam hal yang daitur


dalam KUHDagang sepanjang KUHD tidak mengaturnya secara
khusus.

Anda mungkin juga menyukai