Anda di halaman 1dari 35

HUKUM PERDATA

by: Dwi Afni Maileni

literatur
1. Hukum perdata indonesia.
By: Prof. Abdul kadir Muhammad.
2. Pokok-pokok hukum perdata.
By: Prof.subekti.
3. KUHperdata
4. KUHDagang
5. Kompilasi hukum islam

Materi Hukum Perdata


1.
2.
3.
4.
5.

Bab I : tentang hukum perdata


Konsep dan lingkup hukum perdata
Sejarah hukum perdata
Hukum perdata nasional
Sumber hukum perdata
Berlakunya hukum perdata

Bab II: orang dan subjek hukum


6. Orang sebagai subjek hukum
7. Badan hukum
8. tempat tinggal
9. Kewenangan berhak dan berbuat
10.Kedewasaan dan pendewasaan
11.Pencatatan peristiwa hukum
12.Keadaan tidak hadir

Bab III: keluarga dan perkawinan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Perkembangan hukum keluarga


Perkawinan dalam sistem hukum positif
Keluarga dan hubungan darah
Asas, konsep dan tujuan perkawinan
Syarat-syarat perkawinan
Tatacara melangsungkan perkawinan
Akibat hukum ikatan perkawinan
Perkawinan campuran
Perkawinan putus dan akibatnya

Bab III: Benda dan Hak Kebendaan


1. Benda dan hukum benda
2. Hak kebendaan
3. Hak milik
4. Penguasaan Benda ( Bezit)
5. Hak atas benda jaminan
6. Hak pungut Hasil
7. Benda dan Tetangga

Bab V: Pewarisan, pewaris, ahli waris


1. Pengaturan pewarisan
2. Pewaris (peninggal warisan)
3. Ahli waris
4. Harta warisan
Bab VI : Perikatan dan Jenis Perikatan
5. Ketentuan umum perikatan
6. Prestasi dan wanprestasi
7. Jenis-jenis perikatan
8. Perbuatan melawan hukum
9. Perwakilan sukarela
10. Pembayaran tanpa utang
11. Hapusnya perikatan

Bab VII Perjanjian Kebendaan


1. Konsep perjanjian
2. Unsur dan syarat perjanjian sah
3. Pelaksanaan perjanjian
Bab VIII Perjanjian Jual Beli
4. Konsep jual beli
5. Saat terjadi jual beli
6. Kewajiban penjual
7. Kewajiban pembeli
8. Risiko dalam jual beli
9. Hak membeli kembali
10. Jual beli piutang
11. Hak reklame

Bab IX perjanjian sewa menyewa


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Konsep sewa menyewa


Saat terjadi sewa menyewa
Kewajiban pihak yang menyewakan
Kewajiban pihak penyewa
Risiko dalam sewa menyewa
Berakhirnya sewa menyewa

Bab X perjanjian sewa beli


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Alasan timbul sewa beli


Konsep sewa beli
Saat terjadi sewa beli
Kewajiban pihak yang menyewabelikan
Kewajiban pihak penyewa beli
Risiko dalam sewa beli

Konsep dan lingkup hukum perdata


Hukum:
Segala aturan yg menjadi pedoman prilaku setiap orang dlm
hubungan hidup bermasyarakat atau bernegara disertai sanksi
yang tegas apabila dilanggar.
Perilaku:
berbuat, tidak berbuat, sengaja atau tidak sengaja.
Orang:
manusia pribadi dan badan hukum.
Hidup bermasyarakat:
keluarga, kelompok, organisasi dan negara.
Sanksi:
ganti kerugian

hukum dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar:


Hukum publik, mengatur kepentingan umum( negara dan masyarakat), meliputi:
1.Hukum pidana
2.Hukum acara pidana
3.Hukum tata negara
4.Hukum administrasi negara
5.Hukum peradilan tata usaha negara
6.Hukum pertanahan.
7.Hukum perpajakan
8.Hukum publik internasional
Hukum
9.Hukum
10.
Hukum
11.
Hukum
12.
Hukum
13.
Hukum
14.
Hukum
15.
Hukum
16.
Hukum

sipil/ privat, mengatur kepentingan pribadi atau perorangan, meliputi:


perdata
acara perdata
dagang/ bisnis
perdata internasional
adat
islam
peradilan agama
tenaga kerja

Sistematika Hukum
perdata
Hukum perdata menurut ilmu hukum sekarang ini, lazim dibagi dalam 4
bagian :
1. Hukum tentang diri seorang, memuat peraturan-peraturan tentang
manusia n sebagai sunyek dalam hukum, peraturan-peraturan perihal
kecakapan untuk memiliki hak-hak dan kecakapan untuk bertindak
sendiri melaksanakan hak-haknya itu serta hal-hal yang mempengaruhi
kecakapan-kecakapan itu.
2. Hukum keluarga, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang
timbul dari hubungan kekeluargaan, yaitu:perkawinan beserta hubungan
dalam lapangan hukum kekayaan antara suami dan isteri,hubungan
antara orang tua dan anak, perwalian dan curatele.
3. Hukum kekayaan, mengatur perihal hubungan-hubungan hukum yang
dapat dinilai dengan uang.
4. Hukum waris, mengatur hal ikhwal tentang benda atau kekayaan seorang
jikalau ia meninggal. Juga dapat dikatakan, hukum waris it mengatur
akibat akibat hubungan keluarga terhadap harta peninggalan seseorang.

Sistematik yang dipakai oleh KUHPerdata terdiri


atas 4 buku, yaitu:
1) Buku I perihal Orang, memuat hukum
tentang diri seorang dan hukum keluarga.
2) Buku
II perihal Benda, memuat hukum
Perbendaan serta Hukum Waris.
3) Buku III perihal perikatan memuat hukum
kekayaan
yang
mengenai
hak-hak
dan
kewajiban-kewajiban yang berlaku terhadap
orang-orang atau pihak-pihak yang tertentu.
4) Buku IV perihal pembuktian dan lewat waktu
(Daluwarsa),
memuat
perihal
alat-alat
pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu
terhadap hubungan hubungan hukum.

PART 2
SUBYEK HUKUM
Subyek hukum adalah segala sesuatu (manusia dan badan
hukum) yang dapat menjadi pendukung hak dan
kewajiban.
Seseorang mulai sebagai subyek hukum atau sebagai
pendukung hak dan kewajiban sejak dilahirkan sampai dengan
meninggal dunia dengan mengingat pasal 2 KUHPerdata.
Badan hukum dapat dikategorikan sebagai subyek hukum sama
dengan manusia disebabkan karena:
1. Badan hukum itu mempunyai kekayaan sendiri
2. Sebagai pendukung hak dan kewajiban
3. Dapat menggugat dan digugat dimuka pengadilan
4. Ikut serta dalam lalulintas hukum

Suatu badan atau perkumpulan atau badan usaha dapat berstatus badan
Suatu
badan
atau
perkumpulan
atau badan
usaha
dapat berstatus
badan
hukum
harus
memenuhi
syarat-syarat
materil
maupun
syarat formal.
hukum harus memenuhi syarat-syarat materil maupun syarat formal.
Syarat materilnya:
Syarat materilnya:
1. Harus ada kekayaan yang terpisah,
1. Harus ada kekayaan yang terpisah,
2. Mempunyai tujuan tertentu,
2. Mempunyai tujuan tertentu,
3. Mempunyai kepentingan sendiri
3. Mempunyai kepentingan sendiri
4. Adanya organisasi yang teratur.
4. Adanya organisasi yang teratur.
syarat formalnya harus memenuhi syarat yang ada hubungannya
syarat
formalnya
harus
memenuhi
syarat status
yang ada
hubungannya
dengan
permohonan
untuk
mendapatkan
sebagai
badan hukum
dengan
permohonan
untuk
mendapatkan
status
sebagai
badan
hukum
(diatur dalam KUHD).
(diatur dalam KUHD).
Menurut pasal 1653 KUHPerdata badan hukum dibedakan menjadi:
Menurut pasal 1653 KUHPerdata badan hukum dibedakan menjadi:
5. Badan hukum yang didirikan oleh pemerintah:propinsi, bank-bank
5. Badan
hukum yang didirikan oleh pemerintah:propinsi, bank-bank
pemerintah
pemerintah
6. Badan hukum yang diakui pemerintah: perseroan.
6. Badan hukum yang diakui pemerintah: perseroan.
7. Badan hukum yang didirikan untuk maksud tertentu: PT
7. Badan hukum yang didirikan untuk maksud tertentu: PT
badan hukum berdasarkan sifatnya:yayasan, firma
badan hukum berdasarkan sifatnya:yayasan, firma

Nama di Indonesia diatur dalam UU NO.4 Tahun 1961.


Kewarganegaraan seseorang di Indonesia diatur dalam UU No.62 Tahun 1958, dan pasal 21 ayat 1
UUPA yang menyatakan Hanya warga negara Indonesia dapat mempunyai hak milik.
Tempat tinggal menurut KUHperdata
pada pasal 17 bahwa setiap orang dianggap mempunyai tempat tinggal yang disebut rumah sebagai
tempat kediaman, tempat tinggal yang wajar dianggap sebagai tempat kediamannya.

Temat tinggal yuridis


(sesuai KTP)
Tempat tinggal
sesungguhnya
Tempat tinggal pilihan
(sesuai perjanjian guna
penyelesaian sengketa)

Hak dan Kewajiban Hukum


Tempat tinggal menentukan hak dan kewajiban
orang yang bersangkutan menurut hukum.
Hak dan kewajiban tsb dpt timbul dlm bidang
hukum publik dan perdata.
Hak kewajiban dlm bid hukum publik misalnya: hak
mengikuti pemilu, kewajiban membayar pajak.
Hak dan kewajiban dalam bidang hukum perdata
misalnya: jika dalam perjanjian tidak ditentukan
tempat pembayaran, debitur wajib membayar
ditempat tinggal kreditur

Status Hukum
Status hukum seseorang juga menentukan tempat tinggalnya sehingga
akan menentukan pula hak dan kewajibannya menurut hukum.
Status hukum seseorang dibuktikan dengan KTP.
Suami + istri (sama sama WNI) = hak dan kewajiban hukum pada
tempat kediaman suami.
Suami WNI + istri WNA (atau sebaliknya)= hak dan kewajiban hukum
dinegara
masing-masing
Anak dibawah umur
= tempat tinggal ortu.
Ayah & ibu bbeda tempat tinggal = anak atas persetujuan ortu
Seseorang btempat tinggal
dikos/sewaan
= hak dan kewajiban sesuai KTP.
Pembantu rmh tangga
=mengikuti tempat kediaman rumah
majikan.

Jenis tempat tinggal.


Ditinjau dari terjadinya peristiwa hukum tempat tinggal
digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu:
1) tempat tinggal yuridis terjadi karena peristiwa hukum
seperti kelahiran, perpindahan ataupun mutasi.
2) Tempat tinggal nyata terjadi karena peristiwa hukum
kehadiran (berada) disuatu tempat sesungguhnya.
3) Tempat tinggal pilihan terjadi karena peristiwa hukum
pembuatan perjanjian dan tempat tinggal itu dipilih
oleh pihak-pihak yang membuat perjanjian itu.
4) Tempat tinggal ikutan (tergantung) terjadi karena
peristiwa hukum yang menciptakan keadaan status
hukum seseorang yang ditentukan UU, misalnya:
perkawinan, tempat tinggal istri sama dengan suami
(psl 32 UU No.1/1974).

Arti penting tempat


tinggal
Arti penting tempat tinggal bagi manusia
atau badan hukum adalah dalam hal
penuntutan

Kewenangan Berhak dan


berbuat
1. kewenangan Berhak
Hukum perdata mengatur hak keperdataan. Setiap orang memiliki
hak yang sama, setiap. orang wenang berhak, namun tidak semua
orang wenang berbuat , setiap orang wenang berhak karena dalam
hokum sanksi hanya berlaku dan diterapkan pada kewajiban, bukan
pada hak. Orang yang melalaikan kewajiban dikenakan sanksi
sedangkan orang yang melalaikan hak tidak apa apa.
Orang mempunyai kewenangan berhak terdapat pada pasal 2 dan 3
KUHPerdata.
Hak perdata adalah identitas orang yang tidak dapat hilang atau
lenyap. Identitas tersebut lenyap jika orang tersebut meninggal
dunia. Contoh hak perdata: hak untuk hidup, hak memiliki, hak
untuk kawin, hak mewaris, hak atas nama dan hak atas tempat
tingal.

2. Kewenangan berbuat
Untuk mengetahui apakah orang itu wenang berbuat atau tidak, ada
beberapa factor yang membatasi, yaitu umur, kesehatan, dan perilaku.
Wenang berbuat ada 2 pengertian yaitu:
Cakap
atau
mampu
berbuat
karena
hokum(bekwaam,
capable),
kecakapan,
berbuat menurut hokum.

memenuhi
syarat
atau
kemampuan

Kuasa atau berhak berbuat karena diakui oleh hukum walaupun tidak
memenuhi syarat hukum (bevoeged, competent), kekuasaan atau
kewenangan berbuat ( bevoegdheid, competence).

Pd dasarnya setiap orang dewasa adalah cakapatau mampu melekukan


perbuatan hukum karena memenuhi syarat umur menurut hukum, akan
tetapi apabila org dewasa itu dlm keadaan sakit ingatan, atau gila, tidak
mampu mengurus dirinya sendiri karena boros, dia disamakan dengan
orang belum dewasa dan oleh hukum dinyatakan tidak cakap atau tidak
mampu melakukan perbuatan hukum (onbekwaan, incapable) diatur
dlm pasal 330 KUHPerdata.

KEDEWASAAN DAN
PENDEWASAAN
1. Menurut konsep hukum perdata Barat
Orang yg sudah berumur 21 tahun penuh walaupun belum
berumur 21 tahun penuh tetapi sudah kawin (acontrario orang
dewasa / meerdejarir) pasal 330 KUHPerdata. Keadaan
yang memenuhi syarat UU ini disebut kedewasaan.
Dalam hal yang sangat penting adakalanya diperlukan bahwa
kedudukan orang yang belum dewasa disamakan dengan
kedudukan orang dewasa. Maksudnya supaya orang yang
belum dewasa itu mempunyai kewenangan mengurus
kepentingan sendiri atau melakukan beberapa perbuatan
hukum tertentu yang dipertanggungjawabkan. Dengan
demikian orang belum dewasa oleh hukum dinyatakan
dewasa, pernyataan inilah yang disebut pendewasaan

Pendewasaan dibedakan menjadi 2 macam:


pendewasaan penuh dan pendewasaan
untuk beberapa perbuatan hukum tertentu
/terbatas). Penewasaan penuh syaratnya
sudah berumur 20 tahun penuh sedangkan
untuk pendewasaan terbatas syaratnya
sudah berumur 18 tauh penuh (pasal 421
dan 426 KUHPerdata)
Akibat hukum pernyataan dewasa terbatas
adalah status hukum orang dewasa untuk
perbuatan- perbuatan hukum tertentu (pasal
426-430 KUHPerdata).

2. Konsep hukum adat


Hukum adat tidak mengenal batas usia
untuk dikatakan sesorang itu dewasa, dalam
hukum adat dikenal fiksi. Hukum adat
menentukan secara insidental saja apakah
seseorang
itu
berhubung
umur
dan
perkembangan jiwanya patut dianggap
cakap atau tidak cakap,mampu atau tidak
mampu
melakukan
perbuatan
hukum
tertentu dalam hubungan hukum tertentu
pula.

3.Menurut konsep UU RI
ketentuan dewasa diatur dalam UU No. 1 Tahun 1974
sbb:
1. Izin ortu bagi mereka yg akan melangsungkan
perkawinan apabila belum mencapai 21 tahun (pasal 6
ayat 2)
2. Umur minimal untuk diizinkan melangsungkan
perkawinan pria 19 tahun dan wanita 16 tahun penuh
(pasal 7 ayat 1)
3. Anak yang belum mencapai umur 18 tahu penuh atau
belum pernah kawin, berada dibawah kekuasaan ortu
(pasal 47 ayat 1)
4. Anak yang belum mencapai umur 18 tahun penuh atau
belum pernah kawin yang tidak berada dibawah
kekuasaan orang tua berada dibawah kekuasaan
wali(pasal 50 ayat 1)

Part.3
Benda dan hak kebendaan
Benda (zaak) dalam pasal 499 KUHPerdata yaitu semua benda dan hak. Hak
disebut juga bagian dari harta kekayaan. Jika perkataan benda dipakai
dalam arti kekayaan seseorang maka perkataan itu meliputi juga barangbarang yang tak dapat terlihat yaitu: hak-hak, misalnya hak piutang atau
penagihan.
Benda sifatnya berwujud sedangkan hak sifatnya tidak berwujud.

1.
2.
3.
4.

Pengaturan hukum benda


Hukum benda diatur dalam buku II KUHPrdt. Pengaturan ttg benda meliputi
konsep benda, pembedaan macam-macam benda dan hak-hak kebendaan.
Selain dari buku II KUHPerdata, hukum benda juga diatur dalam UU lain,
yaitu:
UU NO.5/1960 ttg Pokok Agraria.
UU No.4/1966 ttg hukum Hak Tanggungan
UU No.42/1999 ttg Hak jaminan Fidusia
UU Hak kekayaan Intelektual.

Klasifikasi jenis benda


Ada 7 klasifikasi benda:
1. Benda berwujud dan tidak berwujud,
terletak
pada
cara
penyerahannya,
misalnya melalui jual beli, pewarisan, dan
hibah.
Penyerahan benda berwujud
bergerak
dilakukan secara nyata dari tangan
ketangan.
Penyerahan benda berwujud tdk bergerak
dilakukan dengan balik nama,

2. Benda bergerak dan tidak bergerak


terletak pada:
penguasaan (asas orang yg menguasai benda
bergerak dianggap sebagai pemiliknya, pasal 1977
KUHPerdata)
Penyerahan
,
benda
bergerak
dilakukan
penyerahan nyata, sedangkan pada benda yg tidak
bergerak dilakukan dengan balik nama.
Mengenai daluarsa diatur pada pasal 1963
KUHPerdata.
Mengenai pembebanan pada benda bergerak
dilakukan gadai (KUHPerdata), atau dengan Fiducia
(UU No.42/1999). Pada benda tdk bergerak
berkenaan dengan tanah, pembebanan dilakukan
dengan hak tanggungan (UU No.4 / 1996).

UU membagi benda- benda dalam beberapa


macam:
1. Benda yang diganti (contoh: uang) dan yang tak
dapat diganti ( contoh : seekor kuda)
2. Benda yang dapat diperdagangkan (praktis tiap
barang dapat diperdagangkan) dan yang tidak
dapat
diperdagangkan
atau
diluar
perdagangkan
(contoh:
jalan-jalan
dan
lapangan umum).
3. Benda yang dapat dibagi (contoh:beras) dan
yang tidak dapat dibagi ( contoh: seekor kuda)
4. Benda yang bergerak ( contoh: perabot rumah)
dan yang tak bergerak (contoh :tanah)

Part 4.
Hukum Keluarga dan Perkawinan
Pada awalnya Belanda melalui VOC masuk ke Indonesia
dengan membawa serta hukum negaranya utuk
menyelesaikan masalah diantara mereka sendiri. Untuk
lebih memantapkan posisinya, mereka berupaya pula
untuk menundukkan masyarakat jajahannya pada hukum
dan badan peradilan yang mereka bentuk.
Namun pada kenyataannya badan peradilan bentukan
Belanda ini tidak dapat berjalan, maka akhirnya Belanda
membiarkan lembaga-lembaga asli yang ada dalam
masyarakat terus ber jalan, sehingga selama hampir 2
abad masa VOC hukum perkawinan dan hukum kewarisan
Islam dalam masyarakat muslim berjalan sebagaimana
mestinya

Masa VOC berakhir dengan masuknya Inggris pada


tahun 1800-1811. Setelah Inggris menyerahkan
kembali kekuasaannya kepada pemerintahan Belanda,
pemerintah kolonial Belanda kembali berupaya
mengubah dan mengganti hukum di Indonesia dengan
hukum Belanda.
Namun melihat kenyataan yang berkembang pada
masyarakat Indonesia, muncul pendapat dikalangan
orang Belanda yang dipelopori oleh L.W.C. Van Den
Berg bahwa hukum yang berlaku bagi orang Indonesia
asli adalah undang-undang agama mereka, yaitu
Islam. Teori ini kemudian terkenal dengan nama teori
Recepcio in Complexu yang sejak tahun 1855
didukung oleh peraturan perundang-undangan Hindia
Belanda melalui pasal 75, 78 dan 109 RR 1854 (Stbl.
1855 No.2).

Dalam
perjalanannya
ternyata
Cristian
Snouck Hurgronje tidak sependapat dengan
teori
ini,
menurutnya
hukum
yang
berkembang di tengah-tengah masyarakat
Indonesia bukan hukum Islam, melainkan
hukum adat. Teori Hurgronje ini terkenal
dengan nama teori Receptie.

Dampak dari teori ini, Pemerintah Kolonial


Belanda tidak lagi mengakui hukum Islam
yang berlaku untuk masyarakat Indonesia,
melainkan hukum adatlah yang diakui.
Dalam Indesche Staatsregeling pasal 131
ayat 6 ditulis :
sebelum hukum untuk bangsa Indonesia
ditulis di dalam undang-undang, bagi
mereka itu akan tetap berlaku yang
sekarang berlaku bagi mereka, yaitu hukum
adat

Perkawinan menurut UU No. 1 / 1974


Pasal 1:
Perkawinan adalah ikatan lahir dan bathin
antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami dengan
tujuan membentuk
keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan
KeTuhanan Yang Maha Esa.

Anda mungkin juga menyukai