Anda di halaman 1dari 25

Pentingnya Beragama

& Islam Sebagai Agama

MAKALAH MATA KULIAH


AGAMA ISLAM

Oleh :
Irfan Sandi Nugroho
( 3311411018 )

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


POLITEKNIK NEGERI BATAM
BATAM
2016
1. PENGERTIAN

Agama menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah system yang mengatur
tata keimanan ( keparcayaan ) dan peribadatan kepada tuhan yang mahakuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta lingkunganya.

Kata Agama berasal dari bahasa sansekerta, agama berarti tradisi sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa
latin relogio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat
kembali. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya pada tuhan.

Definisi tetang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini
diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan
kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan sebagai
nama-nama agama itu. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-
agama itu perlu dicari titik persamaanya dan titik perbedaanya.

Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan


keterbatasanya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa itu
tentunya berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa
itu ada macam macam sesuai dengan bahasa menusianya sendiri. Missal tuhan,
dewa, god, syang-ti, kami-sama dan lain lain atau hanya menyebut sifat-nya
saja seperti yang maha kuasa, ingkang murbeng dumadi, de waldadige dll.

Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada tuhan
dengan cara menghambakan diri, yaitu menerima segala kepastian yang
menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari tuhan, menaati segenap
ketetepan, aturan, hokum dll yang diyakini berasal dari tuhan.

Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu


penghambaan manusia kepada tuhannya. Delam pengertian agama terdapat 3
unsur, ialah manusia, penghambaan dan tuhan. Maka suatu paham atau ajaran
yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

Secara harfiah, Islam memiliki arti damai, tunduk, selamat dan bersih. Kata
islam sendiri terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam) dan M (mim) yang
mempunyai makna dasar Selamat (Salama).

Pengertian Islam secara etimologi adalah Islam itu berasal dari bahasa Arab,
dari bentuk masdar yaitu penyerahan diri (berserah diri). Sedangkan
pengertian islam secara istilah adalah agama yang mengatur manusia agar
menjadi diri yang selamat, sejahtera, aman, damai dan menyerahkan diri pada
Allah SWT, patuh dan tuduk kepadanya serta mau beribadah dengan penuh
kesadaran dan keikhlasan. Secara kongkrit pengertian agama islam adalah
agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang
disiarkan dengan dakwah keseluruh penjuru muka bumi.

Kesempuranaan dan kecocokan ajaran agama islam dalam kehidupan manusia


baik kehidupan masa lalu, masa sekarang, maupun masa yang akan dating jelas
memberikan pandangan yang luas kepada manusia bahwa islam mempunyai
konsepsi yang matang, terarah dan sesuai dengan perkembangan zaman yang
sebagian besar ditandai dengan akselerasi peradaban, rekayasa industry dan
teknologi. Pada prisnsipnya adalah agama yang mengatur umatnya agar
memenuhi perintah tuhan dan selalu menaatinya, tunduk serta tawakal untuk
mencapai takwa yang sesungguhnya.
Secara bahasa pengertian islam bermakna berserah diri, tunduk, patuh dan taat.
Maksudnya mengenai kalimat tersebut yaitu kepatuhan dan ketundukan yang
ditunjukan kepada Allah SWT. Definisi islam menurut Muhammad bin Abdul
Wahab yaitu menyerahkan diri kepada Allah SWT dengan mentauhidkan-Nya
tunduk kepada-Nya dengan penuh ketaatan dan berlepas diri dari kesyirikan
den orang orang yang musyrik.

Islam merupakan agama yang diturunkan kepada semua Rasul-Nya sejak Rasul
pertama hingga terakhir, agar ia menjadi rahmat bagi seluruh makhluk alam ini.
Islam dating dalam bentuk konsep, aturan, undang-undang, prinsip seta
ideology yang harus diberlakukan kepada setiap manusia agar manusia meraih
kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.

Secara istilah pengertian islam lebih luas dari apa yang didefinisikan oleh para
ulama. Yang demikian itu karena adanya hadits Rasul yang menjelaskan makna
islam, diantaranya sebagai berikut ini, Islam adalah engkau bersyahadat
bahwasanya tiada tuhan melainkan Allah SWT dan bahwasanya Nabi
Muhammad adalah utusan Allah SWT, menegakan sholat, menunaikan zakat,
melaksanakan puasa di bulan ramadhan dan pergi haji jika mampu.

2. PERANAN AGAMA

Agama Islam mengajarkan perdamaian dan kasih sayang bagi umat manusia
tanpa mamandang warna kulit, agama dan status social. Oleh karennya Islam
tidak membenarkan adanya penjajahan. Dan sampai saat ini terbukti bahwa jika
umat Islam mencapai jumlah mayoritas dalam suatu Negara, maka umat lain
yang minoritas dapat menikmati hidup damai dan sejahtera Karena umat Islam
mengulurkan persahabatan dan memberi kasih sayang. Islam merupakan
petunjuk untuk memperoleh keselmaatan hidup baik di dunia maupun di akhirat
kelak. Itulah sebabnya salam Islam adalah Assalamualaikum wa rahmatullahi
wabarakatuh (semoga Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan-nya
kepadamu).

Selanjutnya dalam agama Islam kita juga mengenal yang disebut dengan
Syariat Islam, apa itu Syariat Islam ? Syariat Islam atau hukum Islam adalah
peraturan yang ditetapkan oleh Allah swt untuk hambaNya yang berakal sehat
dan telah menginjak usia baligh atau dewasa. Tanda baligh atau dewasa bagi
anak laki-laki yaitu apabila telah bermimpi bersetubuh dengan lawan jenisnya
sedangkan bagi anak perempuan adalah jika sudah mengalami datang bulan
(menstruasi). Bagi orang yang mengaku Islam, keharusan mematuhi peraturan
ini diterangkan dalam firman Allah swt Kami jadikan kamu sekalian berada
dalam suatu hukum atau peraturan dan urusan agama. Patuhilah peraturan itu,
dan janganlah mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui (QS.
Al Jaatsiyah;18).

Syariat Islam ini, secara garis besar mencakup tiga hal ;

1. Petunjuk dan bimbingan untuk mengenal Allah swt dan alam ghaib
yang tidak terjangkau oleh Indra manusia yang menjadi pokok bahasan
ilmu tauhid.

2. Petunjuk untuk mengembangkan potensi kebaikan yang ada dalam diri


manusia agar menjadi makhluk terhormat yang sesungguhnya yang
menjadi bidang bahasan ilmu tasafuf (ahlak).

3. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tata cara beribadah kepada Allah


swt atauhubungan manusia dnegan Allah (vertical) serta ketentuan yang
mengatur pergaulan/huungan antara manusia dengan sesamanya dan
dengan lingkunganya. Uraian lebih jauh tentang syariat Islam akan
diuraikan dalam Bab tersendiri pada bagian selanjutnya.

Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan
bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pecipta alam
semesta sehingga peraturan yang dibuat-nya betul betul adil. Secara terperinci
agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari aspek keagamaan ( religious ),
kejiwaan ( psikologis ), kemasyarakatan ( sosiologis ) hakikat kemanusiaan (
human nature ), asal usul ( antropologis ) dan moral ( ethics ).

Namun apabila agama dipahami sebatas apa yang tertulis dalam teks kitab suci,
maka yang muncul adalah pandangan keagamaan yang literalis, yang menolak
sikap kritis terhadap teks dan interprestasinya serta menegaskan perkembangan
historis dan sosiologis. Sebaliknya, jika bahasa agama dipahami bukan sekedar
sebagai explanative dan descriptive language, tetapi juga syarat dengan
performatif dan expresif language, maka agama akan disikapi secara dinamis
dan kontektual sesuai dengan persoalan dan kenyatan yang ada dalam
kehidupan manusia yang terus berkembang. Setiap agam memiliki watak
transformative, berusaha menanamkan nilai baru dan mengganti nilai nilai
agama lama yang bertentangan dengan ajaran agama.

Dari aspek religius, agama menyadarkan manusia, siapa penciptanya. Faktor


keimanan juga mempengaruhi karena iman adalah dasar agama. Secara
antropologis, agama memberitahukan kepada manusia tentang siapa, dari mana,
dan mau ke mana manusia. Dari segi sosiologis, agama berusaha mengubah
berbagai bentuk kegelapan, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.
Agama juga menghubungkan masalah ritual ibadah dengan masalah sosial.
Secara psikologis, agama bisa menenteramkan, menenangkan, dan
membahagiakan kehidupan jiwa seseorang. Dan secara moral, agama
menunjukkan tata nilai dan norma yang baik dan buruk, dan mendorong
manusia berperilaku baik (akhlaq mahmudah).

Pada ranah yang lebih umum fungsi agama dalam kehidupan masyarakat
adalah sebagai penguat solidaritas masyarakat. Seperti yang diungkapkan Emile
Durkheim sebagai sosiolog besar, bahwa sarana-sarana keagamaan adalah
lambang-lambang masyarakat, kesakralan bersumber pada kekuatan yang
dinyatakan berlaku oleh masyarakat secara keseluruhan bagi setiap anggotanya,
dan fungsinya adalah mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan
kewajiban sosial.

Dari segi pragmatisme, seseorang menganut suatu agama adalah disebabkan


oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga
kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai
dimensi yang lain seperti apa yang diuraikan di bawah ini:

Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.

Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia


senantiasa memberi penerangan kepada dunia (secara keseluruhan), dan juga
kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya
sulit dicapai melalui indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada
falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia
adalah ciptaan Allah dan setiap manusia harus menaati Allah.

Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh


manusia.
Sebagian pertanyaan yang senantiasa ditanya oleh manusia merupakan
pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya
pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya.
Bagi kebanyakan manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu
untuk menjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab soalan-
soalan ini.

Memainkan fungsi peranan sosial.

Agama merupakan satu faktor dalam pembentukan kelompok manusia. Ini


adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja
kepercayaan yang sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai
yang sama.

Memberi rasa kemitraan kepada sesuatu kelompok manusia.

Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran


agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan
oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan
social.

3. MAKNA DAN FUNGSI IMAN

Pengertian iman menurut bahasa adalah mempercayai atau membenarkan. Iman


berasal dari kata aamana-yuminu yang berarti tasdiq mempercayai atau
membernarkan. Dan menurut istilah iman adalah membenarkan dengan hati
diucapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan.
Menurut hasan hanafi para teolog muslim dalam membicarakan tentang iman,
ada empat istilah kunci yang biasanya dipakai yaitu :

1. Marifah bi al-aql atau dengan menggunkan akal

2. Amal, perbuatan baik dan patuh

3. Iqrar, pengakuan secara lisan

4. Tashdiq, membenarkan dalam hati

Rukun Iman, dapat diartikan dengan syarat sah jadi jika rukun ditinggalkan
salah satunya maka akan merusak atau yang lain akan percuma karena salah
satu syaratnya tidak terpenuhi, begitu juga dengan rukun iman kita harus
mengimani keenam rukun tersebut yaitu :

1. Iman kepada Allah SWT

2. Iman kepada Rasullullah

3. Iman kepada Malaikat

4. Iman kepada Kita Suci Allah SWT

5. Iman kepada Hari Akhir

6. Iman kepada Qada dan Qadar


Secara harafiah kata rukun berarti berdampingan, berdekatan, bersanding,
bertempat tinggal bersama atau kekuatan. Dalam ilmu fiqih sering diarikan sesuatu
yang mengesahkan suatu kegiatan dan perbuatan tersebut termasuk dari kegiatan
tersebut. Allah SWT berfiman dalam QS. AL-BAQARAH,2 :177 yaitu:
Bukanlah menghadapkan wajahmu kearah timur dan barat itu suatu kebaktian,
akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada Allah SWT, hari
kemudian, malaikat malaikat, kita kitab, nabi nabi.

Sifat sifat orang beriman :

1. Teguh dalam pendirian

2. Tegas dalam mengambil sikap

3. Mudah menerima nasihat

4. Selalu takut kepada Allah SWT

5. Menjalakan perintah Allah SWT dan menjauhi laranganya

6. Senang mencari dan menambah Ilmu

7. Sederhana dan selalu menjaga kebersihan

8. Mempunyai semangat yang sangat tinggi dalam melakukan amal

9. Mempunyai sifat was was dalam bertindak dan mengambil keputusan


10. Lebih tenang dalam mengambil keputusan

11. Memiliki sikap sosialis dan toleransi yang sangat baik

Fungsi iman dalam kehidupan sehari hari :

1. Iman yang disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci akan
dibukakanya kehiduan yang baik, makmur dan sejahtera

2. Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa

3. Iman akan menimbulkan kasih sayang antar sesame

4. Lebih mendekatkan diri kepada pencipta

5. Iman akan membebaskan manusia dari kekuasaan orang lain

6. Orang beriman akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT

7. Membawa keberkahan dilangit dan dibumi

8. Memberikan ketenangan dalam jiwa

9. Dijanjikan akan mendapatkan surge

10. Dengan iman hidup akan terarah

11. Iman membawa manusia pada kedamaian


12. Dengan iman hidup kita lebih sederhana

13. Dengan iman kita akan menjadi lebih semangat dalam mencapai
sesuatu

14. Membuat kita menjadi lebih sadar akan suatu hal

Hal hal yang dapat meningkatkan keimanan :

1. Menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangnya

2. Senantiasa meningkatkan taqwa

3. Ilmu, yaitu dengan meningkatkan ilmu tentang mengenal Allah SWT,


semakin tinggi ilmu seseorang terhadap Allah SWT dan Kekuasaanya
maka semakin tinggi iman dan pengagungan serta takutnya kepada
Allah SWT

4. Merenungkan ciptaan Allah SWT, Keindahanya, Keanekaragamanya


dan kesempurnaannya

5. Perbanyaklah membaca Al-Quran dan renungkan maknanya

6. Pelajari ilmu ilmu mengenai Asmail Husna

4. BUKTI ADANYA ALLAH SWT

Renungan manusia dengan menggunakan akal fikiran yang bersih dan kritis
disertai dengan pengamatan intuisi yang halus dan tajam akan membuahkan
hasil semakin bertambah kuat keyakinannya bahwa sesungguhnya jagat raya
berserta seluruh isinya ini adalah milik Allah SWT, yang diciptakan dengan
penuh perencanaan dan bertujuan.

Untuk membuktikan keberadaan tuhan dapat dilakukan dengan 2 pendekatan,


yakni Pendekatan Hukum Akal dan Pendekatan Fenomenologis

1. Pendekatan Hukum Akal

Pendekatan ini dikemukakan oleh Prof Dr. Yunahar Ilyas, Lc. M. Ag,
dalam bukunya Kuliah Aqidah. Beliau menyebutkan empat macam
hokum akal yang dapat dijadikan sebagai dalil wujud Allah SWT,
keempat hokum akal tersebut adalah:

1.1 Hukum Sebab ( Qanun al-Illah )

Segala Sesuatu, pasti ada sebabnya. Setiap perubahan tentu ada


yang menjadi sebab terjadinya perubahan itu. Begitu juga
sesuatu yang ada tentu ada yang mengadakanya. Sesuatu,
menurut akal, mustahil ada dengan sendirinya. Maka alam raya
ini pun pasti ada yang mengadakanya. Itulah yang maha
pencipta segala sesuatu.

1.2 Hukum Wajib ( Qanun Al-Wujud )

Wujud segala sesuatu tidak terlepas dari salah satu diatara tiga
kemungkinan: wajib ada, mustahil ada atau mungkin ada.
Tentang alam semesta, adanya tidaklah wajib dan tidak pula
mustahil, tetapi bersifat mungkin. Ia mungkin ada dan mungkin
tidak ada.

Karena alam ini bersifat mungkin, maka ia mustahil diadakan


oleh dirinya sendiri yang bersifat mungkin, karena sesuatu yang
mungkin adanya mustahil akan mengadakan sesuatu yang
mungkin menjadi ada, tetapi ia harus diadakan oleh kekuatan
diluar dirinya yang bersifat wajib adanya, dan itulah yang
disebut tuhan yang bersfiat wajib adanya

1.3 Qanun Al-Huduts

Huduts artinya baru. Alam semesta seleruhnya adalah sesuatu


yang hadits ( baru, ada awalnya ), bukan sesuatu yang qadim (
tidak berawal ). Kalau hadits, tentu ada yang mengadakanya.
Dan yang mengadakanya itu tentulah bukan yang bersifat hadits
tetapi haruslah yang bersifat qodim. Dan itu lah tuhan yang
maha qadim.

1.4 Qnum Al-Nizham

Huduts artinya baru. Alam semesta dengan seluruh isinya


seperti matahari, bulan, bintang dan planet planet lainya
termasuk bumi dengan segala isinya dalah segala sesuatu yang
sangat teratur. Sesuatu yang teratur tentu ada yang
mengaturnya, mustahil menurut akal semuanya itu teratur
dengan sendirinya secara kebetulan.
2. Pendekatan Fenomenologis

Pendekatan ini disampaikan oleh Said Hawwa dalam buku Allah Jalla
wa Jalaluhu. Pendekatan fenomenologis adalah pembuktian tentang
keberadaan Tuhan dengan mengacu kepada rahasia-rahasia fenomena
yang terjadi di alam semesta. Fenomena yang terjadi di alam semesta
ini dari makhluk yang terkecil sampai alam yang membentang luas,
semuanya menyingkapkan rahasia akan keberadaan Tuhan.

Menurut Said Hawa, ada sembilan fenomena yang dapat dijadikan dalil
akan keberadaan Tuhan. Berikut ini kami nukilkan secara ringkas
sembilan feno-mena tersebut:

2.1 Fenomena Huduts-nya Alam

Sebagaimana diakui oleh para ilmuwan, alam raya ini bersifat


baru, artinya ia bermula dari tiada lalu menjadi ada. Adanya
Hukum Panas, Hukum Gerakan Elektron, dan Energi Matahari,
semuanya telah memberikan bukti yang amat jelas terhadap
fenomena ini. Matahari yang membakar, bintang-bintang yang
menghiasi langit, dan bumi yang kaya dengan bermacam-
macam kehidupan semuanya manjadi bukti jelas bahwa dasar
alam ini berkaitan dengan masa yang dimulai pada suatu waktu
tertentu. Karena itu, ia adalah bagian dari materi
yang huduts (baru). Itu artinya pastilah ada sang Pencipta
yang azali bagi alam semesta ini yang tidak berawalan. Dia
memiliki kekuatan menciptakan segala sesuatu.
Seorang ilmuwan Barat, Erving William, mengatakan:
Astronomi, misalnya, menunjukkan bahwa alam semesta ini
memiliki awalan pada masa lampau dan sedang bergerak ke
arah akhir yang sudah pasti. Tidak sejalan dengan ilmu
pengetahuan jika kita menyakini bahwa alam semesta ini
adalah azali, yang tidak mempunyai awalan, atau abadi, tanpa
akhiran, karena ia berdiri di atas dasar perubahan yang terus
menerus

Dalam hal ini Allah SWT berfirman :

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka


yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka yang
telah menciptakan langit dan bumi itu bahkan mereka tidak
meyakini. (QS at-Thur: 35-36)

2.2 Fenomena Iradah

Sudah menjadi aksioma bagi akal, bahwa sesuatu yang tersusun


rapi tentu ada ilmu, kehendak, kemampuan, dan kehidupan. Di
mana pun ada sifat-sifat semacam itu, tentu ada Zat yang dapat
memanifestasikannya. Matahari, misalnya, adalah salah satu
diantara benda-benda angkasa yang mempunyai keistimewaan
dan hukum yang khas. Matahari sebagai pusat perputaran di
antara bintang-bintang yang berputar secara teratur, termasuk
bumi yang sedang kita tempati sekarang ini, tentu tidak
bergerak dengan sendirinya, tetapi atas kehendak Zat Yang
Maha Berkehendak.
Begitu juga manusia, dengan mekanisme yang luar biasa,
pabrik yang menakjubkan, pemilik pencernaan dan pemilik
sistem pembuangan; Pohon dengan akar dan kulit, pokok pohon
dengan getah yang naik turun dan proses yang terjadi seperti
fotosintetis, interaksi, formasi dan produksi dalam berbuah dan
berbunga; alam atom dengan apa yang di dalamnya
mengandung kekuatan, gerakan, dan persenyawaan serta apa-
apa yang dihasilkan darinya melalui reaksi-reaksi. Bukankah
semua ini menunjukan adanya kehendak yang agung yang
bersumber dari Zat Maha Pintar dan Maha Bijaksana. Dia
berkehendak menentukan segala sesuatu sebagai ketetapan
terbaik.

Dalam hal ini Allah SWT Berfirman :

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki


sesuatu hanyalah berkata kepadanya: Jadilah! maka
terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya
kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kamu
dikembalikan. (Qs. Yasin: 82-83)

2.3 Fenomena Hidup

Sungguh menakjubkan ketika kita melihat dengan mata kepala


kita sendiri pada organ-organ tubuh yang terdapat pada
makhluk hidup dan akan bertambah takjub ketika melihat lebih
teliti lagi akan ketepatannya, kerjasama di antara bagian-
bagiannya, kolaborasi akan tugas-tugasnya, sirkulasi di antara
beberapa faktor pertumbuhan sesuai dengan proporsi yang
dibutuhkan, sesuai dengan umur, spesies, dan kelompok
masing-masing. Hal tersebut terjadi baik dalam tubuh manusia,
tubuh hewan, tubuh serangga, maupun tubuh tumbuh-
tumbuhan. Lebih menakjubkan lagi jika mengetahui melalui
mikroskop dan analisis tentang apa-apa yang tersusun dari
organ-organ tersebut atas kerjasama yang unik tentang tugas-
tugas organ.

Di atas bumi ini terdapat miliaran makhluk hidup dan setiap


satu dari mereka mengundang rasa takjub yang tidak ada habis-
habisnya. Jumlah yang bermiliaran itu terbagi menjadi ribuan
jenis dan spesies. Setiap jenis dan spesies mempunyai
keistimewaannya sendiri-sendiri, kelebihan, bentuk tubuh, cara
makan, cara hidup dan masing-masing mempunyai kerumitan
hidup sendiri. Seluruhnya tersedia rezeki dan dan makanan
yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.

Perkembangan hidup ini tidak dapat dijelaskan kecuali dengan


keberadaan Allah. Adanya segala jenis spesies tidak dapat
ditafsirkan tanpa adanya Allah. Juga, segala sesuatu yang
menyangkut keajaiban makhluk hidup tidak dapat dijelaskan
tanpa keberadaan Allah. Setiap bagian terkecil dari semua ini
menunjukkan tanda-tanda keberadaan Allah.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman :

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,


siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun (QS al-Mulk: 2).
Bagaimanapun pintarnya manusia, ia tak akan sanggup
menciptakan seekor lalat pun. Allah swt berfirman:

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, Maka dengarkanlah


olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu
seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor
lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika
lalat itu merampas sesuatu dari mereka, Tiadalah mereka
dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang
menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (al-
Hajj: 73)

2.4 Fenomena Istijabah Doa

Banyak kejadian yang dialami manusia mempunyai hubungan


erat dengan fenomena istijabah (pengabulan) doa. Dalam
berbagai kesempatan, kita dapat menemukan pertolongan yang
tidak disangka-sangka atau terkabulnya doa yang terjadi tidak
biasa. Secara sekilas, manusia merasakan adanya pengaruh
kekuasaan Allah dengan dikabulkan doanya. Kejadian
semacam ini membuktikan keberadaan Allah azza wa jalla.

Allah swt berfirman:

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang


dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang
menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu
(manusia) sebagai khalifah di bumi. Apakah disamping Allah
ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati-
(Nya). (QS an-Naml: 62)

Fenomena istijabah (terkabulnya) doa ini akan selalu terjadi


setiap kali syarat-syaratnya terpenuhi. Yang paling jelas dalam
hal ini adalah doa istisqo (doa minta hujan), di mana kaum
muslimin mengadukan kepada Allah keadaan mereka di musim
paceklik, dan seringkali permohonannya terkabul. Hal ini
menunjukkan sejelas-jelasnya bahwa ada wujud tertentu yang
mempunyai Zat Mahatinggi, selalu mendengar seruan doa
seseorang, memperhatikan permohonan doanya, dan apabila
Dia menghendaki, dikabulkan doa orang tersebut, kapan saja
dan dengan cara apa saja, baik ia seorang muslim maupun kafir.

5. PERWUJUDAN NILAI TAUHID DALAM KEHIDUPAN SEHARI


HARI

Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fiil wahhada-
yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu
saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: Makna ini tidak
tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain
sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya (Syarh
Tsalatsatil Ushul, 39).

Secara istilah syari, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-
satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Syarh
Tsalatsatil Ushul, 39). Dari makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa
banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa
Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain,
namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan saja.

Pembagian Tauhid

Pembagian yang populer di kalangan ulama adalah pembagian tauhid menjadi


tiga yaitu tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma wa shifat.

Berikut penjelasan singkat tentang tiga jenis tauhid tersebut :

1. Tauhid Rububiyah

Maknanya adalah mengesakan Allah SWT dalam hal penciptaan,


kepemilikan, dan pengurusan. Diantara dalil yang menunjukan hal
ini adalah firman Allah:

Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak


Allah (Al- Araf: 54).

2. Tauhid Uluhiyah atau tauhid ibadah

Disebut tauhid uluhiyah karean penisbatanya kapada Allah SWT


dan disebut tauhid iabdah karena penisbatanya kepada makhluk
(hamba). Adapun maksudnya ialah pengesaan Allah SWT dalam
ibadah, yakni bahwasanya hanya Allah SWT satu satunya yang
berhak diibadahi, dalam firmanya :
Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak dan
sesungguhnya yang mereka seru selain Allah adalah
batil (Luqman: 30).

3. Tauhid asmawa shifat

Maksudnya adalah pengesaan Allah Azza wa Jalla dengan nama


nama dan sifat sifat yang menjadi milik-nya. Tauhid ini mencakup
dua hal yaitu penetapan dan penaifan. Artinya kita harus
menetapkan seluruh nama dan sifat bagi Allah SWT sebagaimana
yang dia tetapkan bagi dirinya dalam kitab-nya atau sunnah nabi-
nya dan tidak dijadikan sesuatu yang semisal dengan allah dalam
nama dan sifat-nya. Dalam menetapkan sifat bagi allah tidak boleh
melakukan tathil, tahrif, tamsil, maupun takyif. Hal ini ditegaskan
dalam firman Allah SWT :

Tidak ada satupun yang serupa dengan-nya, dan dialah yang


maha mendengar lagi maha melihat. (Asy-Syuura: 11)

Makna Laa Ilaaha Illallah dan konsekuensinya dalam kehidupan

Setiap muslim tentu menginginkan untuk masuk dalam surge dan selamat dari
apri neraka, untuk itu marilah kita memperhatikan sabda Nabi SAW berikut ini,

Barangsiapa yang akhir ucapanya (sebelum mati) adalah kelaimat laa illaaha
illallah maka dia akan masuk surge. (HR. Abu Daud dari Muadz bin Jabal
radhiyallahuanhu, Shahilul Jami: 11425)
Al-iman Al-Bukhari rahimahullah meriwayatkan dalam shahih-nya, dan
pernah dikatakan kepada Wahb bin Munabbih rahimahullah, Bukankah laa
ilaaha illallah adalah kata kunci surga? Beliau menjawab, Benar, akan tetapi
tidak ada sebuah kunci kecuali memiliki gerigi, maka apabila engkau datang
dengan kunci bergerigi akan dibukakan pintu surge untukmu, jika tidak maka
tidak akan dibukakan untukmu.

Syarat-syarat laa ilaaha illallah ada 7, yaitu :

1. Al-Ilmu, Mengetahui kandungan makna Laa Ilaaha Illallah

Seorang muslim harus mengetahui makna Laa Ilaaha Illallah. Allah


memerintahkan dalam al-quran untuk mengetahui makna Laa Ilaaha
Illallah tersebut :

Ketahuilah, bahwasanya tidak ada ilaah (sesemabahan yang haq) kecuali


Allah(Muhammad: 19)

Laa Ilaaha Illallah, dan kami tidak menyembah (beribadah) kecuali


hanya kepadanya (H.R Muslim dari Abdullah bin az-Zubair)

2. Al-Yakin, Yakin dan tidak ragu terhadap kandungan makna yang terdapat
di dalamnya

hanyalah orang-orang yang beriman itu adalah yang beriman kepada


Allah dan Rosul-Nya kemudian tidak ragu (Al-Hujaraat:15)

3. Al-Qobuul, Menerima dengan sepenuh hati tidak bersikap sombong


dengan menolaknya. Bersedia menjalankan konsekuensinya.
Sesungguhnya mereka (orang-orang musyrikin) jika dikatakan kepada
mereka laa ilaaha illallah, mereka menyombongkan diri. (As-Shaffaat:
35)

4. Al-Inqiyaad, Tunduk patuh dan berserah diri kepada Allah SWT

Dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah SWT sedangkann
ia berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang dengan buhul
tali yang kokoh. (Luqman: 22)

5. As-Shidq, Jujur. Tidak menganng kedutaan

Tidaklah ada seseorang yang bersaksi bahwa tidak ada ilah (Sembahan
yang haq) kecuali Allah SWT dan Muhammad SAW adalah rasullulah,
jujur dan hatinya, kecuali Allah SWT akan haramkan ia dari anNaar
(neraka). (H.R Al-Bukhari dari Anas bin Malik)

6. Ikhlas, dalam mengucapkannya, hanya karena Allah

Sesungguhnya Allah mengharamkan dari neraka orang yang


mengucapkan laa ilaaha illallah, (hanya) mengharapkan wajah Allah SWT
(ikhlas). (H.R Al-Bukhari dan Muslim dari Itban bin malik)

7. Al-Mahabbah, Mencintai laa ilaaha illallah dan mencitai orang-orang yang


menjelaskan syarat-syaratnya

Dan diantaranya manusia, ada yang menjadikanya tandingan-tandingan


dari selain Allah yang mereka mencintainya sebagaimana kencintaan
mereka kepada Allah SWT. Sedangkan orang yang beriman lebih tinggi
Kecintaanya kepada Allah SWT. (Al-Baqoroh: 165).

Anda mungkin juga menyukai