Anda di halaman 1dari 17

HUKUM

ACARA PIDANA

1-t. 0. .:t0\9
Oleh:
C. Djisman Samosir, S.H., M.H.

PENERBIT

.---rl"''ll~~""'"'~A
No. Klo~s •..•.•.•.••~.P\~ ~
AUliA ••• •••••
t'-~ ~. lnrluk~~.~?.?.~ Tg!~ ~,:.~." }:?.1!t
HUKUM ACARA PIDANA

Oleh:
C. Djisman Samosir, S.H., M.H.
Copyright © 2018 pada PENERBIT NUANSA AULIA
Meneliti dar
Desain Cover: Media Sembiring ilmu hukum ada~
Lay Out: Mardiyanto pengajar di per
Montase: Aulia Studio
mencari credit ~
Cetakan 1: Agustus 2018 kajian ilmiah da l1
terakreditasi, tel
Selain itu, kebaf!
Diterbitkan oleh: Penerbit Nuansa Aulia
Jl. Permai 20 No. 18 suka membaca d
Margahayu Permai, Bandung 40218 serta tampil set
Telp {022) 5405300/Fax {022) 5416748 karya ilmiah dile
kritis dan berdel
e-mail: nuansaaulia@yahoo.co.id
website: http://www.nuansaaulia.com Kenyataan I
menulis buku il ~
ANGGOTA IKAPI
mencari dan me
PERPUSTAKAAN NASIONAL
dihargai. Setiap!
bergelut denga
KATALOG DALAM TERBITAN komprehensif i
Samosir Djisman, C waktu dan pikir,
Hukum Acara Pidana/oleh C. Djisman Samosir- Cet. 1, untuk merespo
Bandung: Nuansa Aulia, 2018. cara itu, ilmu (t
x + 262 him. : 14,5 x 21 em Buku ini b
ISBN 978-979-071-320-8
asas-asas huku
1. Hukum acara pidana I. Judul
345.05
prosedural - a
materiil - mes~
Dilarang mengutip, menjiplak, memfotokopi sebagian atau
(prosedur bera1
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
HAK CIPTA DILINDUNGI OLEH UNDANG-UNDANG
pidana harus m
UM ACARA PIDANA KATA SAMBUTAN
Oleh:
nan Samosir, S.H., M.H.
L8 pada PENERBIT NUANSA AULIA
Meneliti dan menuangkan gagasan ke dalam buku ilmiah di bidang
Cover: Media Sembiring ilmu hukum adalah pekerjaan yang sekarang ini kurang dihargai. Para
3Y Out: Mardiyanto pengajar di perguruan tinggi, termasuk di Fakultas Hukum, lebih suka
ontase : Aulia Studio
menca ri credit points (untuk berbagai kepentingan) dengan menulis
akan 1: Agustus 2018 kajian ilmiah dalam bentuk artikel pendek yang dimuat di jurnal ilmiah
terakreditasi, terutama akreditasi internasional dan terindeks scopus.
Selain itu, kebanyakan orang, termasuk para pengemban hukum, lebih
oleh: Penerbit Nuansa Aulia
'. Permai 20 No. 18 suka membaca cepat dan berkomentar sama bergegasnya lewat gawai
yu Permai, Bandung 40218 serta tampil sebagai pakar dadakan di media-media sosial. Menulis
5405300/Fax(022)5416748 karya ilmiah dilepaskan dari tujuan utamanya, yaitu berdialog secara
kritis dan berdebat dengan santun untuk mengembangkan ilmu.
1uansaaulia@yahoo.co.id
ttp://www.nuansaaulia.com Kenyataan bahwa saat ini masih ada penulis yang bersusah payah
ANGGOTA IKAPI menu lis buku ilmiah di bidang hukum (acara pidana), yang berarti tidak
USTAKAAN NASIONAL mencari dan mengharapkan pamrih seperti para penulis jurnal, patut
dihargai. Setiap buku adalah undangan terbuka bagi pembaca untuk
bergelut dengan gagasan-gagasan penulis yang dituangkan secara
OG DALAM TERB!IAN
komprehensif dan mendalam. Para pembaca harus menyediakan
waktu dan pikiran untuk berdialog secara kritis. Jika pembaca tergoda
ana/oleh C. Djisman Samosir- Cet. 1,
untuk merespon, dia dapat menulis buku lain yang lebih baik. Dengan
12018.
cara itu, ilmu (termasuk di bidang hukum) dapat terus berkembang.
em
Buku ini berisi tentang rangkaian peraturan yang memuat tujuan,
8
asas-asas hukum acara pidana, hak dan kewajiban penegak hukum
3 I. Judul vis a vis tersangka, terdakwa, dan terpidana berikut analisisnya. Satu
345.05 hal yang penting dicermati di sini adalah berlakunya asas legalitas
prosedural - asas yang kurang dikenal dibandingkan asas legalitas
materiil - meskipun sama pentingnya . Pada prinsipnya semua aturan
enjiplak, memfotokopi sebagian atau
1i tanpa izin tertulis dari penerbit. (prosedur beracara) yang berkaitan dengan proses penegakan hukum
)UNGI OLEH UNDANG-UNDANG pidana harus memenuhi asas /exscripta, /exstricta, /excerta, lexpraevia

lluluun 1\cm-a Pida na iii


(non-retroaktif). Asas tersebut serupa dengan asas legalitas materiil
berkaitan dengan ikhtiar berkelanjutan mewujudkan negara hukum
Indonesia, penghormatan dan perlindungan hak asasi warga negara,
serta terakhir tata kelola pemerintahan yang baik.

Selamat rnembaca!
Buku Hukum Ac I
pergantian HIR (H
und ang· Und ang No
pengertian Hukum A
Bandung, Agustus 2018
Hak dan l<ewajiban
penyidik, Hak dan I<E
penasihat Hukum, Ac~
putusan Pengadilan,
Pemberantasan KontR

Menu rut hem at s


Fakultas Hukum , pat'<
dan para Hakim di bi1
Tristam Pascal Moeliono yang belum disajikar
Dekan FH Universitas Katolik Parahyangan yang budiman dapat
pembaca kami terim<

Saya mengucapk
Aulia atas kesediaam

iv Hukum Acara J>itlana


ebut serupa dengan asas legalitas materiil KATA PENGANTAR
berkelanjutan mewujudkan negara hukum
dan perlindungan hak asasi warga negara,
~merintahan yang baik.
Buku Hukum Acara Pidana ini, antara lain berisi tentang Sejarah
Perga ntian HIR (Het Herziene lhlandsch Reglement) menjadi
Unda ng-U ndang Nomor 8 Tahun 1981 te ntang Hukum Acara Pidana,
pengertian Hukum Acara Pidana, Manfaat Hukum Acara Pidana,
Bandun~Agu~us2018 Hak dan Kewajiban Tersangka dan Terdakwa, Hak dan Kewajiban
Penyidik, Hak dan Kewajiban Penuntut Umum, Hak dan Kewajiban
Penasihat Hukum, Acara Pemeriksaan, Alat-alat Bukti dan Pembuktian,
Putusan Pengadilan, Upaya Hukum, serta Sekilas Mengenai Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Menu rut hem at saya, isi buku ini dapat membantu para mahasiswa
Fakultas Hukum , para Penyidik, para Penuntut Umum, para Advokat
dan para Hakim di bidang Hukum Acara Pidana. Masih banyak materi
Tristam Pascal Moeliono yang belum disajikan dalam buku ini, dan untuk itu agar pembaca
Dekan FH Universitas Katolik Parahyangan yang budiman dapat memakluminya. Tentu kritik dan saran dari para
pembaca kami terima dengan lapang dada.
Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Penerbit Nuansa
Aulia atas kesediaannya menerbitkan buku ini.

Bandung,Agu~us2018
Penulis

C. Djisman Samosir, S.H., M.H .

Hukum Acara Pidana V


KATA SAMBUTAN ........ .
KATA PENGANTAR ...... .

.
~

:::T~R 1:~~:·~~~ ~~·~~


A. Sejarah Singkaj
Kitab Undang-1
(Undang-Und~
B. Asas-asas Huki
C. Fungsi Hukum

lstriku tercinta: R. Nainggolan BAB II HAK DAN KE"'


MENURUT UN"
Anakku: Rosmaita (almarhum), Andes Samosir, Santi Samosir, TENTANG HU~
Mewati Samosir, Yani Samosir A. Penyidikan .....
B. Penahanan .. .
Cucuku: Genesia Gultom, Ester Gultom, Ingram Gultom, Edesius
Samosir, Patricia Samosir
c. Penggeledaha
D. Penyitaan ......

BAB Ill HAK DAN KE\A


MENURUT U~
TENTANG HUI
A. Wewenang Pf
dalam Kitab U
B. Dasar-dasar V,i
dan Dasar-da5
C. Tugas dan We
D. Bentuk-bentu

BAB IV ACARA PEME


A. Pemeriksaan
B. Pemeriksaan
c. Acara Pemeri
D. Acara Pemeri

Vi Hukrrm Aca1·a Pidana


DAFTAR lSI

KATA SAMBUTAN .... ...... ..................... ............. ............ :........... . iii


KATA PENGANTAR .................................................................. . v
oAFTAR lSI ................................................................ .. ........... . vii

BAB I ARTI DAN SIFAT HUKUM ACARA PIDANA ................. .. 1


A. Sejarah Singkat Terbentuknya
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981) ...................... . 1
B. Asas-asas Hukum Acara Pidana .... ...... ..................... ...... 7
C. Fungsi Hukum Acara Pidana ............ ... ........................... 10

1 tercinta: R. Nainggolan BAB II HAK DAN KEWAJIBAN PENVIDIK


MENU RUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981
1lmarhumL Andes Samosir, Santi Samosir TENTANG HUKUM ACARA PIDANA ............................ 41
wati Samosir, Yani Samosir ' A. Penyidikan ......................................... ............................ 51
B. Penahanan ......................................... ........................... 61
om, Ester Gultom, Ingram Gultom, Edesius C. Penggeledahan ................ .. ............................................ 90
amosir, Patricia Samosir
D. Penyitaan ..... ....... ..... ............................................. .... ..... 93

BAB Ill HAK DAN KEWAJIBAN JAKSA PENUNTUT UMUM


MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981
TENTANG HUKUM ACARA PIDANA ............................ 108
A. Wewenang Penuntut Umum yang Diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ...... 109
B. Dasar-dasar yang Meniadakan Penuntutan
dan Dasar-dasar yang Meniadakan Pemidanaan ........ .. 117
C. Tugas dan Wewenang Kejaksaan Republik Indonesia ... 119
D. Bentuk-bentuk Surat Dakwaan ...... .................... ... ...... ... 130

BAB IV ACARA PEMERIKSAAN ............................................... 141


A. Pemeriksaan di Kepolisian ............... ... ... ..... ................... 141
B. Pemeriksaan di Persidangan .............. ................. ...... .... 147
C. Acara Pemeriksaan Biasa ............................................... 149
D. Acara Pemeriksaan Singkat ................... ........................ 153

Hukum Acara Pidana Vii


E. Acara Pemeriksaan Cepat ................ ............................ ..
F. Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas .... .

BABV AlAT-ALAT BUKTI DAN PEMBUKTIAN ........................ .


A. Keterangan Saksi ........... ........ ........ ............. ....... ........... .
B. Keterangan Ahli ........................................................... ..
c. Surat ... ...... ..... ... .... ................ .. ... .. ... ........... .... ... .... ... ..... .
D. Petunjuk ..... .... .... .... .. .. .... ..... ... .. ...... .... .. .. .................... .. .
E. Keterangan Terdakwa ................ .. ...................... .. ...... ... .

BAB VI PUTUSAN PENGADILAN ............................................ .


A. Putusan yang Mengandung Pembebasan Terdakwa
(Vrijspraak) .. ....... ..... ....... ........ .. .. ... .. ... ......................... ..
B. Putu sa n yang Mengandung Pelepas an Terd akwa
dari Segala Tuntutan (Ontslag van Rechtsvervo/ging) ...
C. Putu sa n yang Mengandung Penghukuman Terdakwa
(Veroordeling) atau Pemidanaan ........................ ... .. ... .. .

BAB VII DISPARITAS PIDANA DALAM PUTUSAN


PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI
(Thou art to be hanger., not for having stolen the horse,
but in order that horses may not be stolen
(Hence Burnet)) ......................................................... 197
A. Disparitas Pidana Dihubungkan dengan Pemidanaan ... 197
B. Faktor-faktor yang Mengakibatkan
Terjadinya Disparitas Pidana .................. ................... .. .. 200
C. Tujuan Pemidanaan ......................................... .......... .... 205
D. Masalah Disparitas Pidana Merupakan Konsekuensi
dari Pemidanaan, Meskipun Tidal< Boleh Terjadi
Disparitas yang Ekstrim atau Tidak Masuk Akal .. .. ........ 210

BAB VIII UPAYA HUKUM .......................................................... 211


A. Upaya Hukum Biasa .............................................. .... ..... 211
B. Upaya Hukum Luar Biasa ............................ ............... .. .. 220
C. Pembuktian ............ ... .. ........................................ .......... 233

Viii Hukmu At:a..a Pillana


Jan Cepat ..... .... ...................... ..... ..... ..... 155 BAB IX SEKELUMIT TENTANG KPK
1an Perkara Pelanggaran Lalu Lintas .. ... 158 (KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI} ........................ 241

rl DAN PEMBUKTIAN ...... ..... .............. 160 DAFTAR PUSTAKA .......... ..................... ... ..... ..... ........ .......... ..... 249
i .... .... ........... .............. ..... ...... ............. .. 162 LAMPl RAN:
····························································· 167 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
............................................................... 175 Tahun 1970 tentang Tata Cara Tindakan Kepolisian
Terhadap Anggota-anggota/Pimpinan Majelis
································ ······ ························ 177
akwa ... ..... .. ..... ... .... .......... ....... ... .. .. .. ... . 178 Permusyawaratan Rakyat Sementara
dan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong ........... . 251
ADILAN ............................................ . 181
2. lnstruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9
engandung Pembebasan Terdakwa
Tahun 1974 tentang Tata Cara Tindakan Kepolisian
······························· ········ ······················ 182 Terhadap Pimpinan/Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
2ngandung Pelepasan Terdakwa Daerah Tingkat I dan Tingkat II ..................................... . 256
Jtan (Ontslag van Rechtsvervolging) ... 186
2ngandung Penghukuman Terdakwa
:au Pemidanaan .................................. . 191
\NA DALAM PUTUSAN
K PIDANA KORUPSI
anger, not for having stolen the horse,
horses may not be stolen
........................................ ................. 197
1 Dihubungkan dengan Pemidanaan ... 197
1g Mengakibatkan
·itas Pidana ......................................... 200
lan ....................................................... 205
as Pidana Merupakan Konsekuensi
, Meskipun Tidak Boleh Terjadi
kstrim atau Tidak Masuk Aka) .. ...... .... 210
......................................................... 211
lsa ....... ..... ...... ........ ... ... .. ..................... 211
ar Biasa .. .... .... ............... ... .. ... .. ......... ... 220
... ... ........... ... ...... .... ........ .. .............. ...... 233

Hukmn 1\cara Pidana ix


ARTI DAN~

A. Sejarah Singkat11
Acara Pidana (Ul
Sebagaimana ki
Pidana yang berlaku ~
Undang Nomor 8 T
31 Desember 1981 ·
Reglement (Staatsb/~
dengan budaya ban~
bangsa Indonesia m
suatu ekspresi dari
tingkat perkembang
tingkat peradaban
pengambil keputusa1
Perkembangan
surut, seiring deng<
pandangan dan penG
dan fungsi hukum tE
dengan bidang-bidc:
budaya seperti pada
menimbulkan perso
tersebut. Mengede~
berakibat banyakny<
bahkan terkesan hul
Oleh karena itL
hukum, diperlukan k'
para penegak huk1
Terwujudnya suatu p
terlepas dari berbag
peraturan perundan1

X Huknm 1\cara l'idana


BABI
ARTI DAN SIFAT HUKUM ACARA PIDANA

A. Sejarah SingkatTerbentuknya Kitab Undang-Undang Hukum


Acara Pidana (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981)
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Hukum Acara
pidana yang berlaku saat ini adalah yang diatur di dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1981 yang ditetapkan pada tanggal
31 Desember 1981 sebagai pengganti Het Herziene lnlandsch
Reglement (Staatsblaad 1941 Nomor 44), yang telah disesuaikan
dengan budaya bangsa Indonesia. Penyesuaian dengan budaya
bangsa Indonesia merupakan nilai-nilai yang berkembang atau
suatu ekspresi dari jiwa bangsa Indonesia. Dengan demikian,
tingkat perkembangan hukum di Indonesia sangat diwarnai
tingkat peradaban atau kultural masyarakat dan kebijakan
pengambil keputusan yang ada di Indonesia.
Perkembangan hukum di negara kita mengalami pasang
surut, seiring dengan pergantian penguasa yang mempunyai
pandangan dan pendekatan yang berbeda mengenai keberadaan
dan fungsi hukum tersebut. Menempatkan hukum tidak sejajar
dengan bidang-bidang lain seperti ekonomi, sosial, politik,
budaya seperti pada masa Orde Baru, sudah barang tentu akan
menimbulkan persoalan tersendiri pada saat penegakan hukum
tersebut. Mengedepankan masalah politik atau kekuasaan akan
berakibat banyaknya pelanggaran di bidang hak asasi manusia,
bahkan terkesan hukum dipermainkan atau diperjualbelikan.
Oleh karena itu, jelas terlihat bahwa untuk menegakkan
hukum, diperlukan kerja sama dan kesungguhan dari pemerintah,
para penegak hukum, dan masyarakat secara keseluruhan.
Terwujudnya suatu penegakan hukum yang baik dan adil,juga tidak
terlepas dari berbagai sarana yang diperlukan seperti perangkat
peraturan perundang-undangan yaitu hukum pidana, hukum acara

Hukum 1\cara Pidana 1


pidana dan peraturan pelaksananya, sumber daya manusia yang undang tentafi
jujur dan berkualitas, serta kesejahteraan dari penegak hukum peradilan bagi
tersebut. Selain itu, yang tidal< kalah pentingnya adalah integritas dan Mahkama
atau kemauan untuk memegang teguh prinsip bahwa penegakan bagi mereka YC1J
hukum itu untuk kepentingan bangsa dan negara. senantiasa har ~
Hukum Acara Pidana (Strafprocesrecht), sebagaimana kita 1945 adalah
ketahui bersama di dalam pembagian hukum pidana digolongkan demikian itu (h
sebagai hukum pidana formal yang berfungsi antara lain sebagai terdakwa dapa
sarana untuk terwujudnya hukum pidana material. Walaupun meningkatkan i
tidal< ada kesamaan pendapat di kalangan pakar hukum pidana sesuai dengan ·
mengenai pengertian, fungsi, dan tujuan dari Hukum Acara melaksanakan 1
Pidana tersebut, namun yang pasti adalah bahwa keberadaan Pembuata ll
hukum acara pidana itu menjadi dasar dalam proses peradilan unifikatif dilak(
pidana, yang mengatur mengenai hak dan kewajiban tersangka tersangka/terd
atau terdakwa, hak dan kewajiban dari penyidik, hak dan penasihat hukl!!
kewajiban dari jaksa penuntut umum, hak dan kewajiban dari berkembang k
hakim, serta hak dan kewajiban advokat. pembangunan
Adalah mutlak perlu bagi Negara Republik Indonesia sebagai untuk menyus
negara yang merdeka memiliki hukum acara pidana baru yang Pidana yang c
bersifat nasional dan merupakan hasil karya pembentuk undang- sebuah Panitia
undang kita. Usaha ke arah pembentukan hukum acara pidana Pada tahu,
nasional akhirnya terwujud, setelah tanggal 31 Desember 1981 Semarang ten
ditetapkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 LN 1981-76 Manusia, yang
yang kita kenai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Nasional (LPHI
Pidana yang selanjutnya kita singkat menjadi KUHAP. Kehakiman de'
Adanya usaha dari pembentuk undang-undang kita untuk nasional ters&
membentuk hukum acara pidana baru didasarkan pada Undang HukUI
penghayatan dan penerapan hukum acara pidana yang diatur di Kejaksaan Agt
dalam Het Herziene /nlandsch Reqlement(Staatsblad 1941 Nomor Departemen ~
44) dan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 1 Drt. Pada tahu
Tahun 1951 (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9, tambahan Acara Pidana t
Lembaran Negara Nomor 81) sudah tidak sesuai dengan cita- Menteri Keha~
cita hukum nasional. Oleh karena itu, pembentukan undang- kabinet merr

2 Hukum Acara Pitlaua


pelaksananya, sumber daya manusia yang undang tenta ng hukum aca ra pi dana untuk me laksana kah
serta kesejahteraan dari penegak hukum pera di la n bag i pengad ilan da la m lingkunga n pe radilan umum
1g tidak kalah pentingnya adalah integritas dan Mahka mah Agung denga n mengatur hak se rta kew ajiban
1emegang teguh prinsip bahwa penegakan bagi mereka yang terkait dengan proses perad il an pidana yang
tingan bangsa dan negara. senantiasa harus dilandasi Pancasila dan Undang-Undang Dasar
ma (Strafprocesrecht), sebagaimana kita 1945 adalah mutlak perlu. Pembuatan undang-undang yang
3m pembagian hukum pidana digolongkan demikian itu (hukum acara pidana) bertujuan agartersangka atau
formal yang berfungsi antara lain sebagai terdakwa dapat memahami hak dan kewajibannya serta dapat
:lnya hukum pidana material. Walaupun meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum
~ndapat di kalangan pakar hukum pidana sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing pada saat
fungsi, dan tujuan dari Hukum Acara melaksanakan tugasnya.
Jn yang pasti adalah bahwa keberadaan Pembuatan hukum acara pidana yang berciri kodifikatif dan
:u menjadi dasar dalam proses peradilan unifikatif dilakukan dengan memperhatikan hak dan kewajiban
r mengenai hak dan kewajiban tersangka tersangka/terdakwa, penyidik, penuntut umum, hakim dan
dan kewajiban dari penyidik, hak dan penasihat hukum dan kesadaran hukum dalam masyarakat yang
•enuntut umum, hak dan kewajiban dari berkembang ke arah modernisasi menurut tingkat kemajuan
~wajiban advokat. pembangunan di segala bidang. Kemudian diadakan suatu usaha
u bagi Negara Republik Indonesia sebagai untuk menyusun Rancangan Undang-Undang Hukum Acara
memiliki hukum acara pidana baru yang Pidana yang dimulai pada tahun 1967 dengan dibentuknya
erupakan hasil karya pembentuk undang- sebuah Panitia Intern Departemen Kehakiman.
arah pembentukan hukum acara pidana Pada tahun 1968 diadakan Seminar Hukum Nasional II di
ujud, setelah tanggal 31 Desember 1981 Semarang tentang Hukum Acara Pidana dan Hak-hak Asasi
dang Nomor 8 Tahun 1981 LN 1981-76 Man usia, yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan Hukum
m Kitab Undang-Undang Hukum Acara Nasional (LPHN). Pada tahun 1973 Panitia Intern Departemen
a kita singkat menjadi KUHAP. Kehakiman dengan memperhatikan kesimpulan seminar hukum
i pembentuk undang-undang kita untuk nasional tersebut menghasilkan naskah Rancangan Undang-
acara pidana baru didasa rkan pada Undang Hukum Acara Pidana, yang kemudian dibahas dengan
rapan hukum acara pidana yang diatur di Kejaksaan Agung, Departemen Hankam termasuk Polri, dan
ndsch Reglem ent (Staatsblad 1941 Nomor Departemen Kehakiman .
li dalam Undang-Undang Nomor 1 Drt. Pada tahun 1974 naskah Rancangan Undang-Undang Hukum
Negara Tahun 1951 Nomor 9, tambahan Acara Pidana tersebut setelah disempurnakan, disampaikan oleh
1or 81) sudah tid ak ses uai dengan cita- Menteri Kehakiman kepada Sekretaris Kabinet. Setelah sekretaris
Jieh karena itu, pembentukan undang- kabinet meminta pendapat Mahkamah Agung, Kejaksaan

Hukum Acara Pidana 3


Agung, Departemen Hankam termasuk Polri, dan Departemen bahwa pembicaraan
Kehakiman, maka naskah Rancangan Undang-Undang Hukum Hukum Acara Pidana
Acara Pidana tersebut dibahas lagi dalam rapat koordinasi antara komisi I DPR Republi
wakil-wakil dari instansi tersebut. bersama komisi I De
Pada tahun 1979 diadakan pertemuan antara Menteri dan pemerintah m u
Kehakiman, Jaksa Agung, dan Kapolri dengan wakil dari undang Hukum Aca r9
Mahkamah Agung untuk membahas beberapa hal yang perlu sampai dengan tangg ·
untuk penyempurnaan Rancangan Undang-Undang Hukum Rakyat Republik lndo n
Acara Pidana. Dalam penyusunan Rancangan Undang-Undang waktu itu dibatasi pa G
Hukum Acara Pidana, panitia di samping memperhatikan hasil- menghasilkan putusaj
hasil seminar hukum nasionalll di Semarangjuga memperhatikan Kesepakatan Pendapo
pendapat ahli hukum lain yang tergabung dalam organisasi akan dituangkan dala
profesi seperti Persatuan Advokat Indonesia (Peradin), lkatan Hukum Acara Pidana. ·
Hakim Indonesia (lkahi), Persatuan Jaksa Indonesia (Persaja), Untuk membic<
Persatuan Sarjana Hukum Indonesia (Persahi) baik yang diajukan Undang-Undang Huk ~
melalui seminar maupun kegiatan lain seperti kongres, rapat sinkronisasi yang di~
kerja, dan lain-lain. komisi Ill bersama k~I
Berdasarkan amanat Presiden tanggal 12 September 1979 Indonesia . Tim sinkro:
Nomor R. 06/PU/IX/1979, disampaikan Rancangan Undang- melakukan rapat pad;
Undang Hukum Acara Pidana pada DPR Rl untuk dibicarakan dan merumuskan R.
dalam sidang Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia guna mendapat Pidana . Rapat-rapat
persetujuannya. Pada tanggal9 Oktober 1979 dalam pembicaraan hanya dilakukan di g
tingkat I, Menteri Kehakiman menyampaikan keterangan Indonesia, Senayan,
pemerintah tentang Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Cipayung Bogar. Sete
Pidana dalam suatu sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat tahun, tim sinkronis!
Republik Indonesia. Pada pembicaraan tingkat II yang dilakukan tanggal 9 Septembe fl
dalam sidang paripurna, fraksi-fraksi dalam Dewan Perwakilan Acara Pidana terseb u
Rakyat Republik Indonesia memberikan Pemandangan Umum bersama komisi I De ~
terhadap Rancangan Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang Dalam membat
dilanjutkan dengan jawaban dari Pemerintah. Acara Pidana terset
Pembicaraan tingkat selanjutnya, yaitu pembicaraan tingkat mengalami hamba
Ill, dilakukan dalam sidang komisi. Diputuskan oleh Badan Ketentuan Peralihan
Musyawarah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia hukum pada saat pel
hambatan tersebut

4 Hokum Acara Pidana


ankam termasuk Polri, dan Departemen bahwa pembicaraan tingkat Ill Rancangan Undang-Undang
kah Rancangan Undang-Undang Hukum Hukum Acara Pidana dilakukan oleh gabungan komisi Ill bersama
jibahas lagi dalam rapat koordinasi antara komisi I DPR Republik Indonesia. Sidang gabungan komisi Ill
.i tersebut. bersama komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
diadakan pertemuan antara Menteri dan pemerintah mulai membicarakan Rancangan Undang-
:ung, dan Kapolri dengan wakil dari Undang Hukum Acara Pidana pada tanggal 24 November 1979
uk membahas beberapa hal yang perlu sampai dengan tanggal20 Mei 1980 di gedung Dewan Perwakilan
n Rancangan Undang-Undang Hukum Rakyat Republik Indonesia, Senayan, Jakarta. Pembicaraan pada
Jenyusunan Rancangan Undang-Undang waktu itu dibatasi pada pembahasan materi secara umum yang
Janitia di samping memperhatikan hasil- menghasilkan putusan penting yang terkenal dengan nama "13
sionalll di Semarangjuga memperhatikan Kesepakatan Pendapat" yang mengandung materi pokok yang
lain yang tergabung dalam organisasi akan dituangkan dalam pasal-pasal Rancangan Undang-Undang
1an Advokat Indonesia (Peradin), lkatan Hukum Acara Pidana.
i), Persatuan Jaksa Indonesia (Persaja), Untuk membicarakan dan merumuskan Rancangan
Jm Indonesia (Persahi) baik yang diajukan Undang-Undang Hukum Acara Pidana lebih lanjut, dibentuk tim
·un kegiatan lain seperti kongres, rapat sinkronisasi yang diberi mandat penuh oleh sidang gabungan
komisi Ill bersama komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik
at Presiden tanggal 12 September 1979 Indonesia. Tim sinkronisasi bersama wakil dari pemerintah mulai
979, disampaikan Rancangan Undang- melakukan rapat pada tanggal 25 Mei 1980 untuk membicarakan
Pidana pada DPR Rl untuk dibicarakan dan merumuskan Rancangan Undang-Undang Hukum Acara
·wakilan Rakyat Indonesia guna mendapat Pidana. Rapat-rapat dilakukan secara maraton dan tidak
mggal9 Oktober 1979 dalam pembicaraan hanya dilakukan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik
:ehakiman menyampaikan keterangan Indonesia, Senayan, Jakarta, tetapi juga di Megamendung
mcangan Undang-Undang Hukum Acara Cipayung Bogar. Setelah melakukan tugasnya kurang lebih dua
ang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat tahun, tim sinkronisasi berhasil menyelesaikan tugasnya pada
:la pembicaraan tingkat II yang dilakukan tanggal 9 September 1981, Rancangan Undang-Undang Hukum
a, fraksi-fraksi dalam Dewan Perwakilan Acara Pidana tersebut disetujui oleh sidang gabungan komisi Ill
esia memberikan Pemandangan Umum bersama komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
1dang-Undang Hukum Acara Pidana yang Dalam membahas Rancangan Undang-Undang Hukum
aban dari Pemerintah. Acara Pidana tersebut, tim sinkronisasi bersama pemerintah
1t selanjutnya, yaitu pembicaraan tingkat mengalami hambatan-hambatan dalam membahas Bab
idang komisi. Diputuskan oleh Badan Ketentuan Peralihan dan Pasal 115 tentang hadirnya penasihat
Jerwakilan Rakyat Republik Indonesia hukum pada saat pemeriksaan pendahuluan. Namun hambatan-
hambatan tersebut dapat diatasi dengan melakukan lobbying

Hukum Acara Pidana 5

Anda mungkin juga menyukai