DOSEN PENGAJAR :
Bpk. MUHAMMAD ABUDAN, S.H., M.H.,
2
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Buku Refrensi :
“Pengantar Hukum Tata Negara”
Hermaily Kusnadi, SH & Hermaily Ibrahim, SH.
Pendahuluan, Literatur Dan Tata Tertib Materi Tentang Hukum Tata Negara
Dikaitkan Dengan Ilmu Negara
3
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
13. Pertemuan ketigabelas : Rabu, 5 Juni 2017 (Makeup class pert. Ke-5)
-TIDAK HADIR-
4
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB I
PENDAHULUAN,
LITERATUR TATA
TERTIB, PENGERTIAN
DAN MATERI AWAL
SERTA KETERKAITAN
HUKUM TATA NEGARA
DENGAN SUB DISIPLIN
ILMU LAINYA.
PERTEMUAN PERTAMA
[Rabu, 8 Maret 2017]
5
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB I
LITERATUR TATA TERTIB, PENGERTIAN DAN
MATERI AWAL SERTA KETERKAITAN HUKUM TATA
NEGARA DENGAN SUB DISIPLIN ILMU LAINYA
Rabu, 8 Maret 2017
Pertemuan ke-I :
Buku refrensi : “Hukum Tata Negara”, Muhammad Koesnadi, SH. &
Hermaily Ibrahim, SH.
2. Penilaian : Absen 10%, Tugas 20%, UTS 30%, dan UAS 30%
4. Kelas ditiadakan jika pada jam 10:21 WIB dosen tidak hadir dikelas.
5. Tugas utama : Membuat resume kuliah yang bersumber pada buku catatan
dengan format menggunakan Ms. World, dengan kertas A4, fornt “Times
New Romance, 12”, spacing 1,5 dan margins 4433.
6
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
1. Hukum Publik :
Hukum Tata Negara (HTN)
Hukum yang mengatur bentuk dan susunan suatu negara serta hubungan
kekuasaan anatara lat-alat perlengkapan negara satu sama lain dan hubungan
pemerintah pusat dengan daerah (pemda).
Hukum Pidana :
Hukum yang mengatur perbuatan yang dilarang dan memberikan pidana
kepada siapa saja yang melanggar dan mengatur bagaimana cara
mengajukan perkara ke muka pengadilan (pidana dilmaksud disini termasuk
hukum acaranya juga.2
2. Hukum Private :
Hukum Perdata Internasional
Hukum yang mengatur hubungan hukum antara warga negara suatu bangsa
dengan warga negara dari negara lain dalam hubungan internasional.
Hukum Dagang
Ialah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan orang yang satu dengan
yang lainnya, khusunya dalam perniagaan. Hukum dagang adalah hukum
perdata khusus. Pada mulanya kaidah hukum yang kita kenal sebagi hukum
dagang saat ini mulai muncul dikalangan kaum pedagang sekitar abad ke-17.
Kaidah-kaidah hukum tersebut sebenarnya merupakan kebiasaan diantara
mereka yang muncul dalam pergaulan di bidang perdagangan. 4
1
Pengantar Hukum Tata Negara, Moh. Kusnardi S.H dan Hermaily Ibrahim S.H, Bab. I Pendahuluan “Ruang Lingkup “.
2
“Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [KUHP], R. Soesilo, perihal “BAB. I Pendahuluan” cetakan ulang 1991, Bogor
3
Catatan pertemuan pertama, dan https://www.wikipedia/ilmuhukum.
4
Bab 4 (Pertemuan keempat), 29 Maret 2017
7
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
1. Menurut Sumbernya :
Menurut sumbernya hukum dibedakan menjadi :
a. Hukum undang-undang, yaitu peraturan hukum yang tercantum dalam
perundangan-undangan.
b. Hukum adat, yaitu peraturan-peraturan hukum yang terletak dalam
kebiasaan.
c. Hukum traktat, yaitu peraturan hukum yang ditetapkan oleh beberapa
negara dalam suatu perjanjian Negara.
d. Hukum jurisprudensi, yaitu peraturan hukum yang terbentuk oleh putusan
hakim.
e. Hukum doktrin, peraturan hukum yang berasal dari dari pendapat para ahli
hukum.
2. Menurut bentuknya :
Menurut bentuknya hukum dibedakan menjadi :
a. Hukum tertulis, yaitu peraturan hukum yang terdapat pada berbagai
perundangan-undangan.
b. Hukum tidak tertulis (hukum kebiasaan), yaitu peraturan hukum yang
masih hidup dalam keyakinan sekelompok masyarakat dan ditaati oleh
mayarakat tersebut walaupun peraturan tersebut tidak tertulis dalam
bentuk undang-undang.
8
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
6. Menurut sifatnya :
Menurut sifatnya hukum dibedakan menjadi :
a. Hukum yang memaksa, yaitu peraturan hukum yang bersifat mutlak.
b. Hukum yang mengatur, yaitu peraturan hukum yang dapat
dikesampingkan jika pihak yang bersangkutan telah membuat peraturan
sendiri.
7. Menurut wujudnya :
Menurut wujudnya hukum dibedakan menjadi :
a. Hukum obyektif, yaitu peraturan hukum yang berlaku umum dalam suatu
Negara.
b. Hukum subyektif, yaitu peraturan hukum yang muncul dari hukum
obyektif teapi hanya berlaku pada orang tertentu. Hukum subyektif juga
disebut sebagai hak.5
5
Pengantar Ilmu Hukum R Soeroso - 1993 - Sinar Grafika
6 (Syam, 2007: 110).
9
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Adanya suatu wilayah pada era saat ini tidak menentukan adanya suatu
negara atau tidak, salah satunya adalah “Pemerintahan Dalam Pengasingan”.
Pemerintahan dalam pengasingan adalah grup politik yang mengklaim sebagai
pemerintah resmi suatu negara, tetapi karena beberapa alasan tidak mampu
menggunakan kekuatan legalnya dan tinggal di negara lain. Pemerintahan dalam
pengasingan biasanya beroperasi dengan asumsi bahwa mereka suatu hari akan
kembali ke negara asal mereka dan mengambil kembali kekuasaan. 8
Salah satu contoh Negara dalam pengasingan ialah Israel. Tanah Israel,
yang dikenal dalam bahasa Ibrani sebagai Eretz Yisrael, merupakan tanah suci
7
Rapar, J.H. "Filsafat politik : Plato, Aristoteles, Augustinus, Machiavelli / J.H. Rapar" (2002). Judul: Filsafat politik :
Plato, Aristoteles, Augustinus, Machiavelli / J.H. Rapar : halaman 422.
8
“Negara dalam pengasingan” http://www.wikipedia.co.id.
10
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
orang Yahudi. Menurut kitab Taurat, Tanah Israel dijanjikan kepada tiga Patriark
Yahudi oleh Tuhan sebagai tanah air mereka. Negara yang dahulunya masuk
dalam pengasingan kini berubah menjadi Negara dalam konsep seutuhnya. Sebab
Israel sudah memiliki wilayah territorial yang jelas dengan cara melahap hamper
seluruh wilayah Palestina. 9
Contoh lain dari berdirinya suatu Negara yang memenuhi persyaratan
diatas namun tidak memiliki system keamanan baik militer maupun polisi dalam
terotorialnya yaitu “Negara Protektorat Vatican” di Italia. Negara ini tidak
memiliki jumlah polisi atau militernya, sebab dalam hal kenegaraan Negara ini
dijamin keamananya oleh Italia. 10
Negara Vatikan berbentuk eklesiastik atau monarki-sakerdotal yang
diperintah oleh Uskup Roma – yakni Paus. Para pejabat tertinggi negara ini
semuanya adalah klerus Katolik yang berasal dari berbagai negara. 11 Sejak
kembalinya Paus dari Avignon pada tahun 1377, mereka umumnya tinggal di
Istana Apostolik di dalam wilayah yang sekarang adalah Kota Vatikan, meskipun
terkadang juga tinggal di Istana Quirinal di Roma atau di tempat lainnya. 12
9
“Palestina Milik Siapa?” konflik yang berkepanjangan perihal tentang “Tanah Perjanjian” Garry M. Burge.
10
“Ilmu Negara”, Prof. H. Abu Daud Busroh, S.H., Bab. VIII “Teori Kedaulatan” hal. 70 perihal “Teori Bentukan Negara
berdasarkan Azas Kedaulatan Tuhan”.
11
Catatan pertemuan pertama, Rabu 8 Maret 2017 & “Ilmu Negara”, Prof. H. Abu Daud Busroh, S.H., Bab. VIII “Teori
Kedaulatan” hal. 70 perihal “Teori Bentukan Negara berdasarkan Azas Kedaulatan Tuhan”.
12
“Ilmu Negara”, Prof. H. Abu Daud Busroh, S.H., Bab. VIII “Teori Kedaulatan” hal. 70 perihal “Teori Bentuka n Negara
berdasarkan Azas Kedaulatan Tuhan”.
11
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
B. Sistem Pemerintahan
PRESIDENTIIL/PRESIDENSIAL
PARLEMENTER
QUASI
D. Bentuk Pemerintahan/Kekuasaan
KLASIK
1. PLATO
a. ARISTOKRASI
b. TIMOKRASI
c. OLIGARKI
d. DEMOKRASI
e. TIRANI
2. ARISTOTELES
a. MONARKI
b. TIRANI
c. ARISTOKRASI
d. POLITEA
e. DEMOKRASI
3. POLYBIUS
a. MONARKI
b. TIRANI
c. ARISTOKRASI
d. OLIGARKI
e. DEMOKRASI
f. OKHLORASI
MODERN
1. MONARKI
a. MONARKI ABSOLUT
b. MONARKI KONSTITUSIONAL
c. MONARKI PARLEMENTER
2. REPUBLIK
a. REPUBLIK ABSOLUT
b. REPUBLIK KONSTITUSIONAL
c. REPUBLIK PARLEMENTER 13
13
Hukum Tata Negara Suatu Pengantar, Prof. Dr. Johan Jasin , S.H., M.Hum. jilid 1 halaman 95.
12
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
1. Absolutisme
Paham kemutlakan (apa yang dikatakan seorang raja adalah sebuah
kemutlakan/absolut yang harus segera dilaksanakan dan dijalankan).
absolutisme dilawankan dengan relativisme dan subyektifisme.
Ketiga, absolutisme dalam teori politik adalah rezim yang berkuasa mutlak.
Dalam pengertian tersebut, orang dituntut untuk setia dengan seorang penguasa
atau klas yang berkuasa tanpa mempersoalkannya.
2. Vatican
Dalam kamus Bahasa Indonesia, artinya adalah Tempat kediaman Paus di
Roma Italia, atau Pemerintahan dan Kekuasaan Paus (Pendeta Agung Katolik) 14,
Vatican merupakan Negara Protektorat yang berada di Italia. Adalah sebuah
Negara tanpa Militer dan Kepolisian dikarenakan dilindungi keamananya oleh
Negara Italia. Vatican berbeda dengan Tahta Suci. Negara ini
berbentuk Eklesiastik 15 atau Monarki-Sakerdotal yang diperintah oleh
Uskup Roma – yakni Paus. Para pejabat tertinggi negara ini semuanya adalah
Klerus Katolik yang berasal dari berbagai negara. Sejak kembalinya Paus dari
Avignon pada tahun 1377, mereka umumnya tinggal di Istana Apostolik di dalam
wilayah yang sekarang adalah Kota Vatikan, meskipun terkadang juga tinggal di
Istana Quirinal di Roma atau di tempat lainnya.
TUGAS
Membuat Resume Kuliah/ membuat catatan kuliah
(Hukum Tata Negara), dikumpulkan saat UAS diketik
menggunakan Ms.Word dengan format, Kertas A4, font
“Times New Romance” (12), spacing 1,15 dan Margins
4,4,3,3.
14
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
15
“Holly See (Vatican City)”CIA—The World Factbook.
13
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
o Ilmu Politik
Sub disiplin ilmu yang membahas tentang dasar dan aspek perilaku dari
politik/kekuasaan tersebut. Ilmu Politik melahirkan manusia-manusia
Hukum Tata Negara. 16
o Ilmu Negara
Sub disiplin ilmu yang membahas tentang sejarah, munculnya suatu
Negara, Jenis-jenis Negara 18
16
Barents dalam bukunya De Wetenshap der Politiek “TriasPolitica” (De wetenschap der politiek is de wetenshcap
diehetDe institutionalisering van de wetenschap der politiek Enkele kleinigheden In het vorige hoofdstuk heb ik laten zien
wat onder de naam 'wetenschap der .....).
17
“Ilmu Negara”, Prof. H. Abu Daud Busroh, S.H., Bab. I Pendahuluan perilah “Peristilahan dan Batasan” hal.2.
18
Pengantar Hukum Tata Negara Moh. Kusnardi S.H dan Hermaily Ibrahim S.H.
14
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB II
PENGGUNAAN NAMA
HUKUM TATA
NEGARA, RUANG
LINGKUP, DAN CARA
PENDEKATAN ILMU
PENGETAHUAN
HUKUM TATA NEGARA
SERTA SEJARAH
DEMOKRASI PADA
BENUA AMERIKA
PERTEMUAN KEDUA
[Rabu, 15 Maret 2017]
15
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB II
PENGGUNAAN NAMA HUKUM TATA NEGARA,
RUANG LINGKUP, DAN CARA PENDEKATAN ILMU
PENGETAHUAN HUKUM TATA NEGARA SERTA
SEJARAH DEMOKRASI BENUA AMERIKA
Rabu, 15 Maret 2017
Pertemuan ke-II :
Membahas bersama kelompok, membuat ringkasan Bab I dari buku
refrensi yang ditunjuk, “Pengantar Hukum Tata Negara”, Muhammad
Kusnadi&Hermailly Ibrahim untuk dikumpulkan pada pertemuan
selanjutnya.
Mengerjakan Bab I (istilah, ruang lingkup&cara pendekatan)
19
Pengantar Hukum Tata Negara Moh. Kusnardi S.H dan Hermaily Ibrahim S.H, Bab. I “Pendahuluan”. Halaman 15
20
Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Muhammad Koesnadi, SH. & Hermaily Ibrahim, SH.
16
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Ruang lingkup Hukum Tata Negara meliputi 4 macam objek kajian, yaitu :
Objek Hukum Tata Negara menurut para ahli sebagai objek penelitian sumber
ilmu pengetahuan, yaitu25 :
21
Vollenhoven, Mr.C. van, Omtrek en inhoud van hei Internationaal Recht”, Tweede deel Internationaal Recht. H.D.
Tjeenk Willimk & Zoon, Hearlem, Martinus Nyhoof & Gravenhage, 1934. “Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Muhhamad Koesnadi, S.H & Hermaily Ibrahim, SH.
22
Ter Haar, Bzn. Mr. B. “Beginnselen en stelsel van het adatrecht”, azas dan susunan hukum adat, terjemahan K.Ng.
Soebakti Poesponoto, dosen U.I.I, Surakarta, Pradnya Paramita, Jakarta & Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia,
Muhammad Koesnadi, S.H & Hermaily Ibrahim, S.H.
23
Logemann, Over de Theoris van een steliig staatsrecht, Sakaama, Jakarta, 1954, hal. 49 dst, hal. 60 dst. & Pengantar
Hukum Tata Negara Indonesia, Muhammad Koesnadi, S.H & Hermaily Ibrahim, S.H.
24
https://ilmuhukum56.blogspot.com/2016/08/pengertian-dan-ruang-lingkup-hukum-tata.html
25
Huda, Ni’matul, Hukum Tata Negara Indonesia, halaman 1
26
Ibid, hal. 2 “Asshiddiqie Jimly”, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara.
17
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
27
Pengantar Hukum Tata Negara Moh. Kusnardi S.H dan Hermaily Ibrahim S.H,
18
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
ini bulat, serta dengan bermodalkan tiga kapal layar yakni Santa Maria, Pinta, dan
Nina, maka ia memimpin ekspedisi untuk mengarungi samudra guna menemukan
daratan india yang konon ada di belahan bumi timur. Ekspedisi tersebut akhirnya
berhasil mendarat di Guanahani yang termasuk kawasan Kepulauan Bahama pada
tanggal 12 oktober 1942. 28
Didalam rombongan ekspedisi yang dipimpin Christophorus Columbus
terdapat salah seorang Italia (Genoa) bernama Amerigo Vespucci. Selama dalam
pelayaran, Amerigo Vespucci berperan sebagai pencatat segala hal yang dilihat
dan dialaminya baik selama di perjalanan maupun dibenua yang baru ditemukan.
Catatan-catatanya kemudian sampai ke tangan seorang professor ilmu bumi di
Universitas St.Die di Jerman Barat yang bernama Martin Waldseemuller
memberikan nama benua tersebut Amerika guna mengenang Amerigo Vespucci.
Sejak saat itu hingga sekarang istilah Amerika digunakan untuk menyebut benua
yang telah ditemukan oleh rombongan ekspedisi di bawah pimpinan
Christophorus Columbus. 29
Demokrasi :
28
Smith, Zurcher, 1957:75
29
Americana Corporation, 1977:347
30 Demokrasi: sejarah, praktik, dan dinamika pemikiran, Saiful Arif 2006.
19
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
DEMOKRASI
DEMOKRASI DEMOKRASI
SUBSTANSIAL PROSEDURAL
31
Tempo, volume 20. BIOGRAFI : Nelson Mandela, a biography : Apharteid a political, by : Peter Limb, halaman 63.
20
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
1. DEMOKRASI SUBSTANSIAL
2. DEMOKRASI PROSEDURAL
Sebutan lain untuk system ini adalah pendekatan minimalist atau procedural
electoral. Robert Dahl, Philippe Schmitter dan beberapa tokoh lainnya lebih
menekankan demokrasi pada tingkat procedural. Menurut pendekatan ini suatu negara
diakatakan demokrasi jika ada partisipasi rakyat terlibat dalam aktivitas politik.
Menurut Schumpeter, demokrasi adalah metode politik, mekanisme unutk memilih
pemimpin dengan banyak kandidat dan dalam kompetisi ini ada yang menag da nada
yang kalah. Keterlibat warga negara dalam memilih pemimpinnya secara berkala atau
periodic, jujur dan bebas adalah demokrasi procedural. Menurut Robert Dahl, derajat
ukuran demokrasi terletak pada adanya partisipasi politik dan kompetisi politik serta
kebebasan sipil dan politik. 33
32
Wordpress http://husnulchotimahr.blogspot.co.id/2015/10/demokrasi-substansial-dan-prosedural.html
33
Wordpress http://husnulchotimahr.blogspot.co.id/2015/10/demokrasi-substansial-dan-prosedural.html
21
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
1. Abraham Lincoln
Dalam pidato Gettyburgnya, Presiden Amerika Serikat yang ke-
16 Abraham Lincoln menyatakan bahwa demokrasi merupakan suatu sistem
pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa rakyat merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi dalam suatu pemerintahan, dimana masing-masing dari
mereka memiliki hak dalam memperoleh kesempatan serta hak dalam bersuara
yang sama dalam upaya mengatur kebijakan pemerintahan. Dalam sitem ini,
keputusan diambil berdasarkan hasil suara terbanyak.
4. Hannry B. Mayo
22
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
5. Charles Costello
Dalam kontek kontemporer, demokrasi merupakan suatu sistem sosial
serta politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang
dibatasi oleh hukum serta kebiasaan dalam melindungi hak-hak individu warga
negara. Dalam demokrasi, terdapat pengakuan terhadap kehendak rakyat yang
dijadikan sebagai landasan dalam legitimasi serta kewenangan pemerintahan
(kedaulatan rakyat). Kehendak tersebut nantinya akan dituangkan dalam suatu
iklim politik terbuka, yaitu dengan melaksanakan pemilihan umum yang diadakan
secara bebas dan berkala. Tiap-tiap warga negara memiliki hak untuk memilih
pihak-pihak yang akan memerintah serta juga dapat menurunkan pemerintahan
yang sedang berjalan kapanpun mereka mau.
6. C.F. Strong
Demokrasi merupakan suatu bentuk pemerintahan dimana kebanyakan
dari anggota dewan yang berasal dari masyarakat turut serta dalam kegiatan
politik yang berdasarkan pada sistem perwakilan, dimana pada akhirnya
pemerintah dapat menjamin serta mempertanggungjawabkan segala tindakannya
pada mayoritas tersebut.
7. Joseph A. Schumpeter
Suatu sistem politik bisa dikatakan bersifat demokratis apabila para
pengambil keputusan kolektifnya yang terkuat dipilih melalui suatu pemilihan
umum yang dilakukan secara berkala yang di dalamnya terdapat hak bagi manusia
dewasa untuk memilih. Sebuah demokrasi mencakup 2 hal, yaitu persaingan dan
partisipasi.
9. Yusuf Al Qordhawi
Warga masyarakat dapat menunjuk seseorang untuk mengurus maupun
mengatur segala urusan mereka melalui suatu wadah yang dinamakan demokrasi.
Dalam kondisi tersebut, ada beberapa hal yang harus mereka perhatikan, seperti :
23
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB III
PENJELASAN SKEMA
KEDUDUKAN HUKUM
TATA NEGARA,
PERBANDINGAN
DENGAN HUKUM
ADMINISTRASI
NEGARA DAN DASAR
YANG MENJADI
SUMBER HUKUM TATA
NEGARA
PERTEMUAN KETIGA
[Rabu, 22 Maret 2017]
24
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB III
PENJELASAN TENTANG BAGAN (SKEMA),
KEDUDUKAN HUKUM TATA NEGARA,
PERBANDINGAN DENGAN HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA SERTA DASAR YANG MENJADI SUMBER
HUKUM TATA NEGARA
Rabu, 22 Maret 2017
ILMU HUKUM
HUKUM
HUKUM PIDANA HUKUM PERDATA
KENEGARAAN
Pada bab kesatu sebelumnya sudah dibahas, hubungan antara Hukum Tata Negara
dengan sub disiplin Ilmu Pengetahuan lainya, pengulangan materi pertama
mungkin akan memperdalam pengetahuan mahasiswa yang pada pertemuan
sebelumnya sudah dibahas secara lengkap.
25
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
34
Pengantar Hukum Tata Negara Moh. Kusnardi S.H dan Hermaily Ibrahim S.H. halaman 49.
26
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
c) Peraturan Pemerintah
Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-
undang sebagaimana mestinya, demikian bunyi pasal 5 ayat (2) Undang-Undag
Dasar 1945. Karena peraturan pemerintah diadakan untuk melaksanakan undang-
undang, maka tidak mungkin bagi presiden untuk menetapkan peraturan
pemerintah sebelum undang-undangnya.
d) Keputusan Presiden
Undang-Undang, peraturan pemerintah pengganti undang-undang dan
peraturan pemerintah adalah bentuk-bentuk peraturan pemerintah adalah bentuk
peraturan yang disebut oleh Undang-Undang Dasar 1945. Tidak demikian halnya
dengan keputusan presiden keputusan presiden sebagai bentuk peraturan baru,
ditetapkan oleh Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara no.
XX/MPRS/1966. Keputusan presiden ini dimaksud untuk melaksanakan
ketentuan undang-undang dasar 1945, tap MPR/MPRS dalam bidang eksekutif,
atau peraturan pemerintah dan bersifat sekali.
35
Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Moech. Kusnadi&Hermailly Ibrahim
27
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB IV
SEJARAH
STAATSRECHT/
CONTITUTIONAL
LAWHUKUM TATA
NEGARA PADA
UMUMNYA [DIDUNIA]
PERTEMUAN KEEMPAT
[Rabu, 29 Maret 2017]
28
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB IV
SEJARAH HUKUM TATA NEGARA PADA UMUMNYA
(DIDUNIA)
Rabu, 29 Maret 2017
1. Hukum Publik :
Hukum Tata Negara (HTN)
Hukum yang mengatur bentuk dan susunan suatu negara serta hubungan
kekuasaan anatara lat-alat perlengkapan negara satu sama lain dan hubungan
pemerintah pusat dengan daerah (pemda).
Hukum Pidana :
Hukum yang mengatur perbuatan yang dilarang dan memberikan pidana
kepada siapa saja yang melanggar dan mengatur bagaimana cara
mengajukan perkara ke muka pengadilan (pidana dilmaksud disini termasuk
hukum acaranya juga.36
2. Hukum Private :
Hukum Perdata Internasional
Hukum yang mengatur hubungan hukum antara warga negara suatu bangsa
dengan warga negara dari negara lain dalam hubungan internasional.
Hukum Dagang
Ialah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan orang yang satu dengan
yang lainnya, khusunya dalam perniagaan. Hukum dagang adalah hukum
perdata khusus. Pada mulanya kaidah hukum yang kita kenal sebagi hukum
dagang saat ini mulai muncul dikalangan kaum pedagang sekitar abad ke-17.
Kaidah-kaidah hukum tersebut sebenarnya merupakan kebiasaan diantara
mereka yang muncul dalam pergaulan di bidang perdagangan. 38
36
“Kitab Undang-Undang Hukum Pidana [KUHP], R. Soesilo, perihal “BAB. I Pendahuluan” cetakan ulang 1991, Bogor
37
Catatan pertemuan pertama, dan https://www.wikipedia/ilmuhukum.
38
Bab 1 (Pertemuan pertama), Rabu 29 Maret 2017
29
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Pada Masa Kejayaan Raja Louis XVI, Lafeyette merasa geram dengan sifat Raja
dengan sifat yang Absolut (mutlak). Sampai pada akhirnya Raja Louis berhasil
dijatuhkan lalu terjadilah Revolusi Perancis atau yang disebut dengan Revolusi
Borjuis.
30
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BESLUITEN REGERINGS
1815 – 1854 : Terdiri atas peraturan tertulis yang dikodifikasikan, dan yang
tidak dikodifikasikan, serta peraturan tidak tertulis (hukum adat) yang khusus
berlaku bagi orang bukan golongan Eropa.
REGERINGS REGLEMENT
31
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Golongan tersebut dikuatkan dengan Indische Regerings “IS”, pada pasal 131
“Indische Regerings” dan pasal 163 “Indische Regerings”.
OSAMU SEIREI
Ketika Jepang datang di Indonesia pada tahun 1942 melawan Belanda, lalu
belanda dapat ditaklukan dan angkat kaki dari Indonesia. Jepang datang ke
Indonesia untuk membebaskan Indonesia dari jajahan Eropa dengan sloganya
yang dikenal 3A :
32
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
39
google scholar/ http://103.229.202.68/dspace/handle/123456789/33591
33
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Dokumen historis berupa kompromi antara pihak Islam dan pihak kebangsaan
dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) untuk menjembatani perbedaan dalam agama dan negara. Nama
lainnya adalah "Jakarta Charter". Piagam Jakarta merupakan piagam atau naskah
yang disusun dalam rapat Panitia Sembilan atau 9 tokoh Indonesia pada
tanggal 22 Juni 1945.41
Berikut ini butiran-butirannya yang sampai saat ini menjadi teks pembukaan UUD
1945 :
40
Google scholar/Sejarah Indonesia
41
http://www.bilvapedia.com/2016/07/sejarah-pembentukan-ppki.html#.WWw2PtPyjPA
34
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
“
Bahwa sesoenggoehnja kemerdekaan itoe ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itoe
maka pendjadjahan di atas doenia haroes dihapoeskan, karena tidak sesoeai dengan
peri-kemanoesiaan dan peri-keadilan.
Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Koeasa, dan dengan didorongkan oleh
keinginan jang loehoer, soepaja berkehidoepan kebangsaan jang bebas, maka Rakjat
Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaannja.
42
Google scholar/Sejarah Indonesia
35
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Adalah Konsep Dasar Negara hasil sidang BPUPKI yang dikemukakan oleh
Moech. Yamin dan disempurnakan serta diresmikan oleh Ir. Soekarno.
Selain mengesahkan UUD 1945 dengan beberapa perubahan. Sidang PPKI pada
saat itu juga memberikan mandat secara aklamasi kepada Ir. Soekarno dan
Muhammad Hatta sebagai presiden dan wakil presiden. Dalam menjalankan tugas
sebagai Presiden dan wakil presiden, akan dibantu oleh Komite Nasional sebelum
dibentuknya MPR dan DPR.
43
Google scholar/ Sejarah pasca Pra-Kemerdekaan Indonesia.
36
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB V
LANJUTAN TENTANG
TATA HUKUM
KONSTITUSI
INDONESIA DAN
PENJELASAN TENTANG
SISTEM
PEMERINTAHAN
NEGARA DAN AZAS-
AZAS YANG DIANUT
OLEH UNDANG-
UNDANG DASAR 1945
PERTEMUAN KELIMA
[Rabu, 12 April 2017]
BAB V
37
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
KONSTITUSI
1982 = Adanya suara tentang konstitusi Indonesia yang harus di rubah pada zaman orba.
UU tentang Referendum
Persetujuan
(dikembalikan) 90%
(bila suara mencapai)
38
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
1. Nilai normatif adalah suatu konstitusi yang resmi diterima oleh suatu
bangsa dan bagi mereka konstitusi itu tidak hanya berlaku dalam arti
hukum (legal), tetapi juga nyata berlaku dalam masyarakat dalam arti
berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
2. Nilai nominal adalah suatu konstitusi yang menurut hukum berlaku, tetapi
tidak sempurna. Ketidaksempurnaan itu disebabkan pasal – pasal tertentu
tidak berlaku / tidsak seluruh pasal – pasal yang terdapat dalam UUD itu
berlaku bagi seluruh wilayah negara.
3. Nilai semantik adalah suatu konstitusi yang berlaku hanya untuk
kepentingan penguasa saja. Dalam memobilisasi kekuasaan, penguasa
menggunakan konstitusi sebagai alat untuk melaksanakan kekuasaan
politik.44
Ada beberapa ketentuan konstitusi yang dapat dirubah, namun tidak dapat
dipraktekan secara tegas. Konstitusi diberikan untuk rakyat agar berpartisipasi
serta menciptakan Refrendum/ Plebisi. Konstitusi merupakan jaminan yang paling
efektif dalam menjaga agar kekuasaan yang ada di dalam Negara tidak salah
gunakan dan hak asasi manusia/ warga Negara tidak dilanggar, konstitusi sangat
penting artinya bagi suatu Negara karena kedudukanya dalam mengatur dan
membatasi kekuasaan dalam suatu Negara.
Konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis, yaitu “Costituer” artinya
membentuk. Beberapa istilah dari konstitusi seperti gronwet (Bahasa Belanda)
yang berarti “Wet” adalah Undang-Undang dan “Ground” berarti “Tanah”.
Beberapa Negara yang menggunakan istilah constitution (Bahasa Inggris) untuk
mengartikan konstitusi. Dalam bahasa Indonesia, konstitusi diartikan sebagai
hukum dasar atau undang-undang dasar. Istilah itu menggambarkan keseluruhan
ketatanegaraan suatu Negara.
UU tentang Referendum
44
Pengantar Hukum Tata Negara Moh. Kusnardi S.H dan Hermaily Ibrahim S.H.
39
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Persetujuan
(dikembalikan) 90%
(bila suara mencapai)
A. Presidensiil/Presidential
B. Parlementer
C. Kuasi/Campuran
40
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
41
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
42
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB VI
LANJUTAN SISTEM
PEMERINTAHAN/
BENTUK
PEMERINTAHAN
NEGARA DAN
SUSUNAN NEGARA
PERTEMUAN KEENAM
[Rabu, 12 April 2017]
BAB VI
43
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Monarki Absolut
Monarki Konstitusional
Monarki Konstitusional Parlementer
A. MONARKI ABSOLUT/MUTLAK
45
Budiyanto, “Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara”. Jakarta : Erlangga, 1998
44
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Brunei Darussallam
Oman
Qatar
Saudi Arabia
Swaziland
Vatican
B. MONARKI KONSTITUSIONAL
Monarki konstitusional adalah sejenis monarki yang didirikan di bawah
sistem konstitusional yang mengakui Raja, Ratu, atau Kaisar sebagai kepala
negara. Monarki konstitusional yang modern biasanya menggunakan konsep trias
politica, atau politik tiga serangkai. Ini berarti raja adalah hanya ketua simbolis
cabang eksekutif. Jika seorang raja mempunyai kekuasaan pemerintahan yang
penuh, ia disebut monarki mutlak atau monarki absolut. Contoh Negara yang
menggunakan monarki konstitusional adalah :
Australia
Bhutan
Kamboja
Kanada
Denmark
Jepang
Kuwait
Malaysia
2. SUSUNAN NEGARA
46
Budiyanto, “Dasar-Dasar Ilmu Tata Negara”. Jakarta : Erlangga, 1998
45
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
B. PERSERIKATAN (FEDERAL/FEDERASI)
Bentuk negara pertama yang akan dipaparkan dalam pembahasan kali ini
adalah negara federal. Negara federal sering kali disebut dengan istilah negara
serikat. Negara federal dapat diartikan sebagai bentuk negara yang terdari dari
kumpulan beberapa negara bagian. Keseluruhan dari negara bagian tersebut diatur
dengan peraturan yang mengatur tentang pembagian kewenangan antara
pemerintah federal dan pemerintah negara bagian. Hal ini dapat diartikan juga
bahwa setiap negara bagian memiliki pemerintah dan konstitusi sendiri. Meski
demikian yang menjalankan hubungan internasional dengan pihak luar negeri
tetaplah menjadi kewenangan negara federal.
Setiap bentuk negara memiliki cirinya masing- masing. Begitu pula dengan
bentuk negara federal. Di bawah ini adalah beberapa ciri dari negara federal :
Negara federal memiliki kedaulatan keluar dan ke dalam negara bagian atau yang
disebut dengan limitatif. Ini juga menegaskan bahwa negara bagian tidak
46
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
C. NEGARA KONFEDERASI
DESENTRALISASI
Pemberian wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.
DEKONSENTRALISASI
Pemerintah Pusat memperpanjang tangan/ jabatan kekuasaanya ke daerah.
MADE-BEWIND
Pemerintah daerah diberikan tugas tertentuk untuk memungut pajak.
47
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB VII
SEJARAH
DEMOKRASI&
PERKEMBANGANYA
PERTEMUAN KETUJUH
[Rabu, 17 April 2017]
BAB VII
48
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Demokrasi :
1. Langsung (Direct Democracy)
2. Tidak Langsung (Undirect Democracy)
49
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
DEMOKRASI
DEMOKRASI DEMOKRASI
SUBSTANSIAL PROSEDURAL
1. DEMOKRASI SUBSTANSIAL
49
Tempo, volume 20. BIOGRAFI : Nelson Mandela, a biography : Apharteid a political, by : Peter Limb, halaman 63.
50
Wordpress http://husnulchotimahr.blogspot.co.id/2015/10/demokrasi-substansial-dan-prosedural.html
50
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
2. DEMOKRASI PROSEDURAL
Sebutan lain untuk system ini adalah pendekatan minimalist atau procedural
electoral. Robert Dahl, Philippe Schmitter dan beberapa tokoh lainnya lebih
menekankan demokrasi pada tingkat procedural. Menurut pendekatan ini suatu
negara diakatakan demokrasi jika ada partisipasi rakyat terlibat dalam aktivitas
politik.51 Menurut Schumpeter, demokrasi adalah metode politik, mekanisme
unutk memilih pemimpin dengan banyak kandidat dan dalam kompetisi ini ada
yang menag da nada yang kalah. Keterlibat warga negara dalam memilih
pemimpinnya secara berkala atau periodic, jujur dan bebas adalah demokrasi
procedural. Menurut Robert Dahl, derajat ukuran demokrasi terletak pada adanya
partisipasi politik dan kompetisi politik serta kebebasan sipil dan politik. 52
51
Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Hermailly Ibrahim&Muh. Koesnadi
52
Wordpress http://husnulchotimahr.blogspot.co.id/2015/10/demokrasi-substansial-dan-prosedural.html
53
Pertemuan kedua, 15 Maret 2017. “Sejarah Benua Amerika Dan Demokrasi Di Dunia.”,
51
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Contoh lain :
MPR
MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
DPR DPD
DEWAN PERWAKILAN DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAH
Total jumlah keseluruhan = 588 orang (pada th. 2014) dan sekarang bertambah
132 orang dari 34 provinsi.
Mayoritas Kualisir
52
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB VIII
PEMBENTUKAN
PEMERINTAHAN
MENURUT SISTEM
PEMERINTAHAN
PRESIDENSIIL DENGAN
PARLEMENTER
PERTEMUAN KEDELAPAN
[Rabu, 17 Mei 2017]
53
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB VIII
PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN MENURUT
SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL DENGAN
PARLEMENTER
Rabu, 17 Mei 2017
Oposisi
[49% atau sekurang-kurangnya dari jumlah kursi di Parlement]
kurang dari 49%
54
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Cara kedua ini membentuk sistem pemerintahan yang lebih stabil, tidak
saling serang atau menjatuhkan antara yang satu dengan yang lainya. Sistem
pemerintahan ini digunakan oleh Negara Inggris, yang menggunakan Partai
Konservatif dan Partai Buruh, Partai Liberal Demokrat, serta Partai Nasionalis.
55
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB XI
DEMOKRASI DI
INDONESIA DAN
PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
REPUBLIK INDONESIA
SECARA LUAS
BESERTA LEMBAGA-
LEMBAGA
NEGARANYA
PERTEMUAN KESEMBILAN
[Rabu, 17 Mei 2017]
56
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB IX
DEMOKRASI DI INDONESIA DAN
PENYELENGGARAAN PEMERINTAH REPUBLIK
INDONESIA SECARA LUAS DENGAN LEMBAGA-
LEMBAGA NEGARANYA
Rabu, 17 Mei 2017
(makeup class)
Kegiatan :
1. Masuk kelas seperti biasa
2. Absen manual
3. Absen Online
4. Membahas tentang literature bab 5 tentang azas-azas
yang dianut oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang
didalamnya berisi tentang :
a. Azas Pancasila (Pancasilaisme)
b. Azas Kekeluargaan
Undang-Undang
Yurisprudensi
Traktat
Kebiasaan (Adat)
Doktrin
Perjanjian
SUMBER HUKUM :
2. SUMBER HUKUM
MATERIL
Kemasyarakatan
Pancasila
57
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
TRIAS POLITICA
INDONESIA AMERIKA
LEGISLATIF LEGISLATIF
Rancangan Undang-Undang Rancangan Undang-Undang
Undang-Undang Undang-Undang
Mengesahkan Mengesahkan
Mengundangkanya Mengundangkanya
EKSEKUTIF EKSEKUTIF
Menjalankan Hukum Menjalankan Hukum
Menjalankan Roda Pemerintahan Menjalankan Roda Pemerintahan
Menciptakan Kestabilan Menciptakan Kestabilan
Menciptakan Politik dan Menciptakan Politik dan
Keamanan Keamanan
Kesejahteraan Rakyat Kesejahteraan Rakyat
YUDIKATIF YUDIKATIF
Memeriksa Perkara Memeriksa Perkara
Men-sidangkanya Men-sidangkanya
Memutuskan Memutuskan
Menghukum Menghukum
Menetapkan Menetapkan
PANCASILA :
Menurut hukum, Pancasila hanya menyangkut tentang inti
dari sila nya saja untuk dijadikans sebagai dasar hukum di
Indonesia.
58
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
IVOR JENINGS :
dalam bukunya “The Law And The Constitution” yang berarti pemisahan
kekuasaan. Pemisahan kekuasaan terdiri dari dua, yaitu :
1. MATERIIL :
[LEGISLATIF]
2. FORMIIL :
[LEGISLATIF]
1. Legislatif
2. Eksekutif
3. Federatif
1. Legislatif
2. Eksekutif
3. Yudikatif
1. Legislatif :
Membuat Rancangan Undang-Undang (RUU)
Mengesahakn RUU
Kemudian mengundangkanya/menyusunya
2. EKSEKUTIF
Menjalankan Undnag-Undang
59
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Menciptakan Kestabilan
Menjalankan Roda Pemerintahan
Menciptakan Politik & Kesejahteraan Rakyat
3. YUDIKATIF
Memeriksa Perkara
Mengundangkanya
Kewenangan Kekuasaan :
1. LEGISLATIF
Hak Veto (ancaman) agar batalnya undang-undang.
2. EKSEKUTIF
Grasi, Amnesti, Abolisi, Rehabilitasi dll
3. YUDIKATIF
Judical Refrendum
60
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB X
PEMISAHAN
KEKUASAAN
(SEPARATION OF
POWER) DAN
PEMBAGIAN
KEKUASAAN
(DISTRIBUTION OF
POWER)
PERTEMUAN KESEPULUH
[Rabu, 24 Mei 2017]
61
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB X
PEMISAHAN KEKUASAAN (SEPARATION OF POWER)
DAN PEMBAGIAN KEKUASAAN (DISTRIBUTION OF
POWER)
Rabu, 24 Mei 2017
(Mengalami 4x Amandemen)
1999
2000
2001
2002
62
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
(Menentang)
1. Monarki Absolut
2. Monarki Konstitusional
ABSOLUTISME
3. Monarki Konstitusional
Parlementer
(King/Raja)
Pecah menjadi
(Runtuh)
REPUBLIK
(Presiden)
63
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB XI
SISTEM
PEMERINTAHAN
INDONESIA, SEBELUM
KEMERDEKAAN
SAMPAI TAHUN 1966,
1988, REFORMASI
HINGGA SAAT INI
PERTEMUAN KESEBELAS
[Rabu, 29 Mei 2017]
64
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
BAB XI
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA, SEBELUM
KEMERDEKAAN SAMPAI TAHUN 1966, 1998,
REFORMASI HINGGA SAAT INI
Rabu, 29 Mei 2017
1. Sebelum Kemerdekaan
2. Seputar Kemerdekaan
3. Setelah Kemerdekaan
1945 – 1966
1966 – 1988
1998 – Sampai Sekarang
2. SEPUTAR KEMERDEKAAN
Sistem pemerintahan awal yang digunakan oleh Indonesia adalah sistem
pemerintahan presidensial. Namun, seiring datangnya sekutu dan dicetuskannya
Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 November 1945, terjadi pembagian
kekuasaan dalam dua badan, yaitu kekuasaan legislatif dijalankan oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kekuasaan-kekuasaan lainnya masih tetap
dipegang oleh presiden sampai tanggal 14 November 1945. Berdasarkan
Maklumat Pemerintah 14 November 1945 ini, kekuasaan eksekutif yang semula
dijalankan oleh presiden beralih ke tangan menteri sebagai konsekuensi dari
dibentuknya sistem pemerintahan parlementer.
Adanya Konferensi Meja Bundar (KMB) antara Indonesia dengan delegasi
Belanda menghasilkan keputusan pokok bahwa kerajaan Balanda mengakui
kedaulatan Indonesia sepenuhnya tanpa syarat dan tidak dapat dicabut kembali
kepada RIS selambat-lambatnya pada tanggal 30 Desember 1949. Dengan
diteteapkannya konstitusi RIS, sistem pemerintahan yang digunakan adalah
parlementer. Namun karena tidak seluruhnya diterapkan maka Sistem
Pemerintahan saat itu disebut Parlementer semu
65
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
3. SETELAH KEMERDEKAAN
Indonesia pada era pasca setela kemerdekaan sempat mengalami titik sulit
dimana pemerintah belum menemukan sistem pemerintahan yang cocok buat
Indonesia. Indonesia sempat merakasakan menggunakan sistem pemerintahan
Parlemeter, bhkan pada saat itu Indonesia sempet berkali-kali mengganti Perdana
Menteri lantaran telah terjadi “Mosi Tidak Percaya” yang menyebabkan stabilitas
pemerintahan kacaau hingga menjatuhkan perdana menterinya.
Hingga terjadilah krisis serta kekacauan baik dari segi ekonomi, politik
maupun sosioologi. Pada tahun 1998, terjadilah demo besar2an yang dikalukan
oleh mAhasiswa yang dibantu oleh masyarakat.
66
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
DAFTAR PUSTAKA
Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, Moh. Ksnardi S.H & Hermaily
Ibrahim S.H.PT. ‘Sastra Hudaya’ terbitan ke tiga (disempurnakan) tahun 1980.
Ilmu Negara, Prof. H. Abu Daud Busroh, S.H., Bab. I Pendahuluan perilah
“Peristilahan dan Batasan” hal.2.
Pengantar Hukum Tata Negara Moh. Kusnardi S.H dan Hermaily Ibrahim S.H.
Wordpress:http://husnulchotimahr.blogspot.co.id/2015/10/demokrasi-substansial-
dan-prosedural.html
Pertemuan kedua, 15 Maret 2017. “Sejarah Benua Amerika Dan Demokrasi Di
Dunia.”,
67
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
http://www.bilvapedia.com/2016/07/sejarah-pembentukan-
ppki.html#.WWw2PtPyjPA
Moch. Kusnadi, dkk. (1983). Pengantar Hukum Tata Negara. Jakarta: Pusat
Studi Hukum tata Negara UI.
Satjipto Rahardjo. (1991). Ilmu Hukum Tata Negara, Bandung; Citra Aditya.
Sjachran Basah. (1987). Ilmu Negara (Pengantar, Metode, dan Sejarah
Perkembangan). Bandung: Alumni.
PKNI4206/MODUL 1 1.49
68
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Satjipto Rahardjo. (1991). Ilmu Hukum Tata Negara, Bandung; Citra Aditya.
Sjachran Basah. (1987). Ilmu Negara (Pengantar, Metode, dan Sejarah
Perkembangan). Bandung: Alumni.
Moch. Kusnadi, dkk. (1983). Pengantar Hukum Tata Negara. Jakarta: Pusat
Studi Hukum tata Negara UI.
Satjipto Rahardjo. (1991). Ilmu Hukum Tata Negara, Bandung; Citra Aditya.
Sjachran Basah. (1987). Ilmu Negara (Pengantar, Metode, dan Sejarah
Perkembangan). Bandung: Alumni.
69
Czontitution Law Of Republic Indonesia
University of Esa Unggul
Ilmu Negara, Prof. H. Abu Daud Busroh, S.H., Bab. I Pendahuluan perilah
“Peristilahan dan Batasan” hal.2.
Pengantar Hukum Tata Negara Moh. Kusnardi S.H dan Hermaily Ibrahim S.H.
70