NEGARA (1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk penggunaan
secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta se-
bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/
atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin pencipta atau
pemegang hak cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi pencipta se-
bagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/
atau huruf g untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Dr. Sahya Anggara, M.Si.
ISBN 978–979–076–707–2
Copy Right© 2018 CV PUSTAKA SETIA
Pengantar: Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin
tertulis dari Penerbit.
Prof. Dr. H. Deddy Ismatullah, S.H., M.H. Hak penulis dilindungi undang-undang.
All right reserved
BAB 3
OBJEK HUKUM ADMINISTRASI NEGARA 91
A. Bidang Administrasi Negara 91
B. Hukum Administrasi Negara, Ilmu Pemerintahan, dan Administrasi
Publik 93
C. Hukum Administrasi Negara sebagai Himpunan Peraturan-peraturan
Istimewa 95
BAB 1 D. Hukum Administrasi Negara dan Hukum Tata Negara 97
DASAR-DASAR HUKUM ADMINISTRASI NEGARA15
A. Pengertian Hukum Administrasi Negara 15
BAB 4
HUKUM ADMINISTRASI WILAYAH DAN DAERAH101
B. Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara 21
A. Pengertian Wilayah dan Daerah 101
C. Teori tentang Lapangan Hukum Administrasi Negara 25
B. Hukum Administrasi Wilayah 103
D. Perkembangan Hukum Administrasi Negara 36
E. Hubungan Hukum Tata Negara dengan Hukum Administrasi Negara
BAB 5
41
PERLINDUNGAN, PENEGAKAN, DAN PERTANGGUNGJAWABAN
F. Fungsi Ilmu Hukum Administrasi Negara 43 HUKUM ADMINISTRASI NEGARA 119
G. Fungsi Hukum Administrasi Negara (HAN) 44
A. Perlindungan Hukum Administrasi Negara 119
H. Kedudukan Hukum Administrasi Negara dalam Ilmu Hukum 46
B. Penegakan Hukum Administrasi Negara 131
I. Asas-asas Hukum Administrasi Negara 48
C. Pertanggungjawaban Pemerintah dalam Hukum Administrasi Negara
J. Ciri-ciri Hukum Administrasi Negara 50 140
BAB 2 BAB 6
SUMBER-SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA53 PERADILAN ADMINISTRASI NEGARA 153
A. Pengertian Sumber Hukum 53 A. Urgensi Peradilan Administrasi Negara 153
B. Negara Hukum (Rechtstaat ) 54 B. Sejarah Peradilan Administrasi Negara di Indonesia 154
C. Pancasila sebagai Sumber Hukum 57 C. Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara 158
D. Asas Legalitas 58 D. Peradilan Tata Usaha Negara 163
BAB 7
INSTRUMEN PEMERINTAHAN 183
A. Pengertian Instrumen Pemerintahan 183
B. Peraturan Perundang-undangan 185
C. Ketetapan Tata Usaha Negara 191
D. Peraturan Kebijaksanaan 209
E. Rencana-rencana 216
F. Perizinan 220
G. Instrumen Hukum Keperdataan 229
BAB 8
PERBUATAN ADMINISTRASI NEGARA 237
A. Pengertian Perbuatan Administrasi 237
B. Perbuatan Administrasi Negara merupakan Perwujudan Tugas Peme-
rintah 238
C. Macam-macam Perbuatan Administrasi Negara 241
D. Pengertian Ketetapan Administrasi Negara 247
E. Macam-macam Ketetapan Administrasi Negara 264
F. Delegasi Perundang-undangan 266
Para pejabat yang mempunyai wewenang bantuan memberikan d. Kewenangan atas Delegasi
bantuan kepada pejabat unit lini secara khas dan secara berkewajiban
Kewenangan atas delegasi berarti kewenangan untuk membuat
hukum (misalnya, transportasi, pengamanan, pemanduan).
peraturan perundang-undangan yang derajatnya di bawah undang-
undang yang berisi masalah untuk mengatur ketentuan satu undang-
b. Konsekuensi dalam Perundang-undangan
undang Peraturan Perundang-undangan yang dibuat. Hal ini karena
Seperti telah dikemukakan, pemilih hukum administrasi negara delegasi ini pada dasarnya memang dapat dibuat oleh presiden
opersionalisasi negara dalam bentuk welfare state (negara kesejahteraan, sesuai dengan ketentuan Pasal 5 (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang
negara hukum yang dinamis) dengan freies ermessen-nya menurut E. menyebutkan:
Utrecht mengundang konsekuensinya sendiri dalam bidang perundang-
“Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah untuk menjalan-
undangan, yaitu diberikannya kewenangan bagi pemerintah hukum
kan Undang-Undang sebagaimana mestinya.” Selain Peraturan
administrasi negara untuk “membuat” peraturan perundangan, baik atas
Pemerintah pihak pemerintah dapat juga mengeluarkan bentuk
inisiatif sendiri maupun atas delegasi yang diterimanya dari Undang-
peraturan perundangan lainnya yang derajatnya lebih rendah dari
Undang Dasar serta “menafsirkan” isi peraturan yang bersifat enunsiatif
Peraturan Pemerintah”.
(enumeratif ).
Kewenangan untuk membuat peraturan perundangan yang di
c. Kewenangan atas Inisiatif Sendiri bawah PP bukan merupakan delegasi langsung dari Undang-Undang
Kewenangan atas inisitatif sendiri berarti bahwa pemerintah Dasar 1945, tetapi diberikan berdasarkan Ketetapan MPRS No. XX tahun
(presiden) tanpa harus dengan persetujuan DPR, diberi kewenangan 1966. Peraturan Perundang-undangan yang derajatnya berada di bawah
nama pemegang hak atas tanah, yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan hukum administrasi negara setempat.
Dengan demikian, pandangan hidup itu dalam pelaksanaannya harus Kemudian, agar mendapat hasil yang efektif, kebijaksanaan peme-
diberikan batasan moral sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia rintah itu harus mendapatkan dukungan dari bawah (warga negara). Oleh
sebab itu, segala tindakan pemerintah perlu mempunyai otoritas dan
yang religius.
wibawa.
12. Asas Kebijaksanaan (Sapientie)
13. Asas Penyelenggaraan Kepentingan Umum
Asas ini menghendaki agar dalam melaksanakan tugasnya peme-
(Principle of Public Service)
rintah diberi kebebasan untuk melakukan kebijaksanaan tanpa harus
selalu menunggu instruksi. Asas yang menghendaki agar dalam penyelenggaraan tugas pe-
Tugas pemerintah pada umumnya dapat diklasifikasikan sebagai merintahan, pemerintah selalu mengutamakan kepentingan umum. Jadi,
tindakan pelaksanaan, yaitu melaksanakan peraturan perundang- setiap pejabat administrasi dalam menjalankan tugasnya harus berpijak
undangan. Selain itu, juga sebagai tindakan positif, yaitu menyeleng- pada asas ini. Adapun yang dimaksud dengan asas kepentingan umum
garakan kepentingan umum. Unsur positif dari tindakan pemerintah/ adalah juga kepentingan orang banyak yang mengatasi kepentingan
administrasi adalah suatu ciri yang khas, yaitu dalam tugas mengabdi daerah. Kepentingan umum atau kepentingan nasional selalu menjadi
pada kepentingan umum badan-badan pemerintah/administrasi tidak tujuan dari eksistensi pemerintah negara.
perlu menunggu instruksi, tetapi harus dapat bertindak dengan berpijak Sebagaimana kita ketahui bahwa Negara Indonesia adalah negara
pada asas kebijaksanaan. hukum yang dinamis ( walfera state, negara kesejahteraan) yang menuntut
Koentjoro Poerbopranoto menyatakan kecenderungan pada segenap aparat pemerintahan melakukan kegiatan-kegiatan yang menuju
Notohamidjojo yang menggunakan bahwa pengertian hikmah kebijak- pada penyelenggaraan kepentingan umum. Oleh sebab itu, asas pe-
sanaan itu berimplikasi tiga unsur, yaitu: nyelenggaraan kepentingan umum ini dengan sendirinya menjadi asas
pemerintah/administrasi negara di Negara Republik Indonesia.
a. pengetahuan yang tandas dan anaksasituasi yang dihadapi;
b. rancangan penyelesaian atas dasar staats ide ataupun rechts idee yang Setelah menguraikan asas-asas pemerintahan hukum administrasi
disetujui bersama, yaitu Pancasila bagi pemerintah kita Indonesia; negara yang dapat juga menjadi asas hukum administrasi negara se-
bagaimana telah diuraikan, selanjutnya penulis mengutarakan pula
c. mewujudkan rancangan penyelesaian untuk mengatasi situasi
asas-asas hukum administrasi negara yang dikemukakan oleh panitia
dengan tindakan perbuatan dan penjelasan yang tepat, yang di-
ahli badan pembinaan hukum nasional Departemen Kehakiman, yaitu
tuntut oleh situasi yang dihadapi.
sebagai berikut.
Koentjoro Purbopranoto mengemukakan pula bahwa asas kebijak-
sanaan ini jangan dikaburkan pengertiannya dengan freies ermessen
Dengan berkembangnya sistem dekonsentrasi dan desentralisasi Pemerintahan khusus atau pemerintahan teknis memerlukan pen-
pemerintahan secara lebih teratur, terutama dengan adanya Undang- didikan dan latihan khusus atau teknis keahlian.
Undang tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, berkembang Hukum administrasi wilayah sama dengan hukum administrasi
pula hukum administrasi dekonsentral, yaitu hukum administrasi wilayah pemerintahan umum dan sama juga dengan hukum administrasi ke-
(provinsi, kabupaten, kotamadya, kota administratif, kecamatan), dan pamongprajaan.
hukum administrasi desentral, yaitu hukum administrasi daerah (daerah
tingkat I dan II). 2. Definisi Daerah
Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas
1. Definisi Wilayah wilayah tertentu, dan yang berhak (menurut hukum privat), berwenang
Wilayah administratif adalah lingkungan kerja dari perangkat peme- (menurut hukum publik) serta berkewajiban mengatur (membuat
rintah yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum peraturan-peraturan) dan mengurus (administrasi, manajemen, penge-
di daerah. Tugas pemerintahan umum dijalankan oleh kepala wilayah. lolaan) rumah tangganya sendiri (dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Pemerintahan umum adalah pemerintahan yang berintikan pe- Indonesia, sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
negakan kekuasaan, wibawa, dan undang-undang negara secara se-
utuhnya. Pemerintahan umum, dengan kata lain adalah pemerintahan 3. Definisi Rumah Tangga
berintikan penegakan politik dan keamanan negara. Sejak dahulu Rumah tangga adalah suatu pengertian hukum yang perlu ditegas-
pemerintahan umum dijalankan oleh kepala wilayah menurut garis kan dan dipahami. Mengenai pengertian “rumah tangga” tersebut ter-
hierarki: presiden (menteri dalam negeri), gubernur/kepala provinsi, dapat beberapa teori yang berkaitan dengan teori mengenai otonomi,
bupati/kepala kabupaten, camat (mantri polisi). yaitu sebagai berikut.
Pejabat-pejabat pada garis hierarki kepala wilayah/pemerintahan a. Teori rumah tangga/otonomi formal. Menurut teori ini, rumah tangga
umum disebut Pamong Praja. Pamong berarti custodian, pengurus adalah semua urusan yang diperinci oleh/dengan undang-undang.
dan penanggung jawab; praja berarti country, kesatuan bumi ( land ), b. Teori rumah tangga/otonomi substansial . Teori substansial atau teori
masyarakat ( the people), dan kekayaannya (the riches). otonomi materiil (isi) mengatakan bahwa rumah tangga adalah
. 1996.Administrasi Pembangunan. Jakarta: LP3ES. Kano Ano Latief. 2001.Studi Administrasi Negara Indonesia.Bandung: Sinar
Baru.
H. David Rosnbloom. 1989. Public Administration, Understanding Mana-
gement, Politics, and Low in the Public Sector.
Second Edition. New York: Karhi Nisjar, Winardi. 1997.Teori Sistem dan Pendekatan Sistem dalam Bidang
McGraw-Hill. Manajemen. Bandung: Mandar Maju.
Koenjoro Diana Halim. 2004. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Haji
H. George Frederickson, Al-Ghozei Usman. 2001. Administrasi Negara Baru.
Jakarta: LP3ES. Masagung.
Kontjoro Purbopranoto. 1975. Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan
H.R. Ridwan. 2008.Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo
Persada. dan Peradilan Administrasi Negara. Bandung: Alumni.
Kosasih Taruna Sepandji. 1999. Manajemen Pemerintahan dalam Sistem dan
Hans Kelsen. 2004. Teori Hukum Murni.Terjemahan Somardi. Jakarta: Rindi
Press. Struktur Administrasi Negara Baru.Bandung: Idola Remaja Doa Ibu.
Ludwg Von Bertalanffyl. 2001.General System Theory.Penguin Books.
Harun Alrasid. 1993. Masalah Pengisian Jabatan Presiden. Disertasi. Jakarta:
UI. Mariam Budiardjo. 2002. Dasar-dasar Ilmu Politik.Jakarta: Gramedia.
Herbet A. Simon. 1970. Administrative Behavior.MacMillan Coy. Marjanne Termorshuizen. 1999. Kamus Hukum Belanda-Indonesia. Jakarta:
Indiharto. 1993. Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Tata Djambatan.
Usaha Negara. Buku I. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Moekijat. 1995. Analisis Kebijakan Publik.Jakarta: Mandar Maju.
. 1993. Usaha Memahami Undang-undang tentang Peradilan Muhsan. 2002. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Yogya-
Tata Usaha Negara. Buku II. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. karta: Liberty.
Irawan Soedjito. 2000. Pengawasan terhadap Peraturan Daerah dan Ke- N.E. en H.C.J.G. Jansen Algara. 1974.Rechtsingang een Orientatie in het
putusan Kepala Daerah. Jakarta: Bina Aksara. Recht. Gronigen H.D. Tjeenk Willink bv.
. 2001. Hubungan Pusat dan Pemerintah Daerah. Jakarta: Nata Saputra. 2000. Hukum Administrasi Negara.Jakarta: Rajawali.
Rineka Cipta. Nicholass Henry. 2001. Administrasi Negara dan Masalah-masalah Ke-
. 2004.Teknik Membuat Peraturan Daerah. Jakarta: Bina Aksara. negaraan. Jakarta: Rajawali.