BAB I
PENDAHULUAN
memperoleh hasil belajar yang dapat dicapai sesuai dengan tujuan pendidikan pihak
sekolah menentukan Standar Ketuntatas Minimal (SKM) dengan besaran angka yang
kemampuan peserta didik bisa mencapai standar yang ditentukan, namun demikian
pada kenyataannya peserta didik masih banyak yang belum mencapai angka standar
yang dimaksud, kondisi ini merupakan masalah yang umum dihadapi oleh sekolah.
oleh pendidik sehingga kurang memberi kesempatan bagi peserta didik untuk
peserta didik dan lambatnya proses berpikir kedepan. Pendidik selalu menuntut
peserta didik untuk belajar, tetapi tidak mengajarkan bagaimana peserta didik
seharusnya belajar dan menyelesaikan masalah. Dengan cara mengajar yang satu arah
argumen atau pendapat, kurangnya peran peserta didik dalam mencari data tentang
masalah pembelajaran, dan kurangnya peran aktif peserta didik dalam menyelesaikan
mengikuti proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Vianata (2012: 98)
bahwa “Pada kenyataannya, banyak dijumpai dikelas-kelas suatu sekolah selama ini
adalah pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning) yang mana guru
berperan sebagai pemberi pengetahuan bagi peserta didik, dan cara penyampaian
belajar berkaitan pula dengan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Dengan
kondisi seperti ini maka muncul masalah rendahnya tingkat kemampuan berpikir
kritis peserta didik. Dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan
oleh sekolah, seperti hal nya SMK PGRI Cikoneng dengan data awal sebagai berikut:
Tabel 1.1
Penilaian Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Aspek Penilaian (rata-rata) Kalkulasi
Mencapai Belum
No Kelas SKM
Tanya Kata Peka Respon SKM Mencapai SKM
Jumlah % jumlah %
X
1 AKL 65 59,87 58,9 54,61 54,47 9 23,68 29 76,32
1
X
2 AKL 65 57,94 55,88 56,62 55,29 8 23,53 26 76,47
2
Kelas X AKL SMK PGRI Cikoneng 2018/2019
berpikir kritis peserta didik kelas X AKL di SMK PGRI Cikoneng masih rendah, di
kelas X AKL 1 hanya sembilan orang peserta didik yang mencapai Standar
Ketuntasan Minimal (SKM) dari 38 peserta didik jumlah keseluruhan dan di kelas X
3
AKL 2 hanya delapan orang peserta didik yang mencapai SKM dari 34 peserta didik
jumlah keseluruhan. Hal ini menjadi masalah yang akan diteliti oleh penulis.
komponen hasil belajar biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka kriteria
penilaian. Sebagai data pembantu atau pelengkap dari data hasil observasi di atas,
penulis juga telah mengamati hasil belajar peserta didik kelas X AKL di SMK PGRI
(Penilaian Akhir Semester) peserta didik kelas X pada mata pelajaran Akuntansi
Tabel 1.2
Nilai PAS Mata Pelajaran Akuntansi Dasar
Kelas X SMK PGRI Cikoneng 2018/2019
Jumlah Peserta
Jumlah didik yang kurang
Nilai Nilai Nilai
No Kelas SKM Peserta dari SKM
Tertinggi Terendah Rata-rata
Didik Jumla
%
h
X AKL
1 65 90 50 67,24 38 14 36,84
1
X AKL
2 65 90 50 62,91 34 15 44,12
2
Berdasarkan Data di atas diketahui bahwa hasil nilai PAS Mata Pelajaran
Akuntansi Dasar di kelas X AKL 1 nilai tertinggi sebesar 90, nilai terendah 50, nilai
rata-rata 67,24 dan yang belum mencapai SKM sebanyak 14 orang atau 36,84% dari
jumlah peserta didik 38 orang. Sedangkan di kelas X AKL 2 diketahui nilai tertinggi
sebesar 90 dan nilai terendah 50 dengan nilai rata-rata 62,91 dan peserta didik yang
belum mencapai SKM sebanyak 15 orang atau 44,12% dari jumlah peserta didik
pembelajaran model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap peserta didik
untuk secara aktif terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif model
optimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga
Akuntansi Dasar salah satunya adalah tipe Open Ended. Menurut Wahyuni at al
membebaskan peserta didik untuk memilih berbagai cara dan strategi pemecahan
Sehingga peserta didik yang memiliki kemampuan yang tinggi dapat berpartisipasi
5
dalam kegiatan belajar. Begitu juga dengan peserta didik yang dapat dikatakan
Open Ended dapat memicu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis nya, yang mana dalam pengertian Open Ended di atas dijelaskan bahwa peserta
didik diberikan kebebasan dalam memilih cara untuk memecahkan masalah sesuai
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) tipe Open Ended merupakan model
pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam mata pelajaran Akuntansi Dasar
dalam meningkatkan cara berpikir kritis peserta didik. Maka penulis menjadi tertarik
Masalah (Problem Based Learning) tipe Open Ended terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Peserta didik Pada Mata Pelajaran Akuntansi Dasar di SMK PGRI Cikoneng”.
banyak masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran Akuntansi Dasar. Masalah
rendah.
6
rendah.
5. Masih terdapat nilai hasil belajar peserta didik yang belum mencapai Standar
Learning) tipe Open Ended pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran
akhir (posttest)?
mengetahui:
akhir.
Kegunaan penelitian ini dibagi menjadi dua kegunaan, yaitu kegunaan teoritis
peserta didik pada mata pelajaran akuntasi dasar melalui model pembelajaran
datang.
akuntansi dasar.
2. Memberikan suasana belajar yang lebih memacu aktivitas peserta didik dalam
belajar.
8
hasil belajar terutama dari segi kemampuan berpikir kritis peserta didik.
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran akuntansi dasar pada peserta didik
2. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi peneliti lain
sehingga penelitian ini dapat berlanjut pada penelitian-penelitian yang akan datang.
9
BAB II
suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang
metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan (3) semacam suatu keterampilan
diutamakan dalam pengertian berpikir kritis menurut Glaser menekankan upaya keras
metode dan penalaran yang logis sesuai dengan bukti yang nyata.
Richard Paul (Fisher, 2008:4) juga mengatakan bahwa “berpikir kritis adalah
motode berpikir mengenai hal, substansi atau masalah apa saja dimana si pemikir
padanya.
Mengutip pengertian berpikir kritis yang dipaparkan oleh kedua ahli di atas,
penulis menyimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan suatu upaya seseorang dalam
10
pemecahan masalah dengan metode dan penalaran yang logis disertai dengan
pemikiran intelektual.
kritis memiliki beberapa tingkatan. Merujuk pada tingkatan berpikir kritis menurut
taksonomi Bloom yaitu (a) mengetahui (knowing) adalah suatu proses berpikir yang
adalah suatu proses berpikir yang sifatnya lebih kompleks yang mempunyai
masalah; (d) menganalisis (analysis) juga berpikir secara divergen yaitu kemampuan
generalisasi atau abstraksi dari sejumlah fakta, data, fenomena dan lain-lain; dan (f)
luas dan dalam tentang sesuatu pengertian dari apa yang diketahui serta kemampuan
Berpikir kritis merupakan salah satu proses berpikir tingkat tinggi yang dapat
berpikir kritis yang diharapkan, maka harus memenuhi karakteristik kegiatan berpikir
11
kritis. Delapan karakteristik berpikir kritis menurut Arief Achmad (Yanti, 2007)
meliputi:
lain, dan mentoleransi arti ganda. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat
diperlukan dalam mengajarkan pemecahan masalah pada peserta didik, karena salah
satu indikasi adanya transfer belajar adalah kemampuan menggunakan informasi dan
peserta didik dilatih berpikir kritis melalui latihan. Kesulitan yang utamanya
ditemukan pada peserta didik dalam memecahkan masalah adalah dalam hal
meningkatkan proses dan hasil belajar. Selain manfaat kemampuan berpikir kritis
dalam pembelajaran juga mempunyai peranan sebagai bekal peserta didik untuk
berpikir kritis dalam pembelajaran maupun sebagai bekal masa depan yaitu Lawson
12
pengetahuam konseptual merupakan akibat atau hasil dari suatu proses konstruktif,
dan kemampuan penalaran tersebut adalah alat yang diperlukan pada proses itu.
Menurut Ennis (Susilo, 2004), ciri-ciri penting peserta didik yang telah
latihan tersebut dapat dilalui peserta didik melalui langkah-langkah yang tepat,
langkah-langkah tersebut yaitu: (a) menentukan masalah atau isu nyata, proyek, atau
poin yang menjadi pandangan-pandangan; (c) memberi alasan mengapa poin-poin itu
bahasa yang digunakan harus jelas; (f) membuat alasan yang mendasari dalam fakta-
13
fakta yang meyakinkan; (g) mengajukan kesimpulan; dan (h) menentukan implikasi
Tahapan berpikir kritis yang dapat dilalui oleh peserta didik agar bisa
memecahkan masalah yang mereka hadapi, peserta didik harus mengambil peran aktif
bahwa agar peserta didik dapat memiliki kemampuan berpikir kritis langkah yang
dapat dilakukan yaitu dengan membuat pertanyaan menganai topik masalah apa yang
tingkat tinggi (high order thinking), yaitu dimana ketika seorang peserta didik ingin
mengetahui lebih jauh mengenai sesuatu yang dia temukan. Keterampilan tersebut
tentu saja tidak dapat serta merta hadir dalam diri seseorang, perlu adanya latihan
yang berkesinambungan dan tentu saja perlu adanya motivasi dari dalam diri untuk
Indikator berpikir kritis menurut Edwar Glaser (1941) dalam Alec Fisher
(2009:7) yaitu: 1) mengenal masalah, 2) mencari cara-cara yang dapat dipakai untuk
lebih luas, dan 12) membuat penilaian yang tepat tentang hal-hal yang kualitas-
2.1.2. Belajar
Dalam segala aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-
hari, istilah belajar sudah dikenal luas. Hal ini disebabkan karena aktivitas belajar
muncul dalam berbagai bentuk. Mulai dari membaca buku, menirukan perilaku tokoh
dalam televisi, menghafal ayat Al-Qur’an, mencatat pelajaran dan masih banyak lagi
aktivitas belajar lainnya. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa tidak ada
batasan untuk belajar, baik ketika seseorang melakukan aktivitas sendiri maupun
dalam kelompok tertentu. Belajar tidak pernah dibatasi oleh usia, tempat maupun
waktu, karena perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar tidak akan ada
hentinya.
imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain,
Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 9) “Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila dia tidak belajar
respons pelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak
Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar pada
dasarnya adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang setelah melakukan
termasuk kategori dalam belajar, yang terpenting dalam belajar itu adalah proses yang
Dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan belajar perlu diciptakan adanya
c. Pembentukan sikap
sebagai berikut:
f) Waktu sekolah
g) Standar pelajaran di atas ukuran
h) Keadaan gedung
i) Tugas rurnah
3. Faktor Masyarakat
a) Kegiatan siswa dalain masyarakat
b) Masa media
c) Teman bergaul
d) Bentuk kehidupan masyarakat
mempengaruhi belajar ada dua faktor yaitu faktor internal yang terdiri dari faktor
jasmani, psikologi dan kelelahan, dan faktor eksternal yang terdiri dari faktor
Teori belajar yang merupakan dasar dari para ahli untuk selalu bereksperimen
rangsangan (stimulus) dan balas (respon). Dan hasil pembelajaran yang diharapkan
bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan
peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata
hampir dalam setiap peristiwa belajar. Belajar menurut teori kognitif adalah
Menurut aliran kognitif belajar adalah sehuah proses mental yang aktif untuk
tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental
2010:87).
Dalam teori belajar ini, seseorang belajar apabila mendapatkan insight. Insight
merupakan proses yang didasarkan pada pemahaman atau setiap orang telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang
kesanggupan, pengalaman, taraf kompleksitas dari situasi, latihan, trial and eror.
kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang
20
melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada. Domain-domain tersebut meliputi
domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik
terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Sehingga tujuan yang
ingin dicapai dalam proses belajar itu tidak hanya dalam domain kognitif saja, tetapi
juga bagaimana peserta didik menjadi individu yang bertanggung jawab, penuh
Prinsip lain dalam pembelajaran humanistic adalah bahwa proses pembelajaran harus
mengajarkan peserta didik bagaimana belajar dan menilai kegunaan belajar itu bagi
itu dibangun sendiri oieh individu dan pengalaman merupakan kunci dari belajar.
autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata.
menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau kontekstual (Suprijono, 2012:39).
peserta didik belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu
satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dad 4 atau 5 peserta didik,
agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelomponya, selama kerja dalam
belajar. Pada saat peserta didik sedang bekerja dalam kelompok pendidik berkeliling
memberikan pujian kepada kelompok yang bekerja dengan baik dan memberikan
Teori belajar dalam penelitian ini yaitu mengacu pada teori belajar
learning) tipe open ended merupakan salah satu model pembelajaran menekankan
pada keaktifan peserta didik, dan pendidik sebagai fasilitator. Selain itu aplikasi
Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik
dan gaya mengajar pendidik. Melalui model pembelajaran, pendidik dapat membantu
beberapa komponen yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung.
Pola dari suatu model pembelajaran adalah pola yang menggambarkan urutan
menunjukkan kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan oleh pendidik atau peserta
didik.
tergambar dari awal hingga akhir kegiatan pembelajaran yang tersusun secara
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Ciri utama
dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran
kegiatan. Selain itu istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang
lewat berbagai macam media, seperti media cetak, program televisi, gambar, radio
pendidik dalam mengelola proses belajar mengajar, dari pendidik sebagai sumber
jika ada feedback atau timbal balik yang baik antara pendidik dan peserta didik.
Pendidik harus berusaha sebaik mungkin untuk membentuk tingkah laku peserta
didik dengan memberikan kesempatan untuk berpikir dan memahami apa yang
dipelajari, sehingga akan menghasilkan perubahan pada diri peserta didik sesuai
Belajar adalah proses berpikir yang menekankan kepada proses mencari dan
pengetahuannya sendiri.
maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian yaitu
otak kanan dan otak kiri, masim-masing belahan otak memiliki spesialisasi
Proses berpikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier dan rasional. Sisi ini
abstrak dan simbolis. Sedangkan cara kerja otak kanan lebih bersifat acak, tidak
mengetahui yang bersifat nonverbal seperti perasaan dan emosi, kesadaran yang
kesadaran special, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna,
Belajar adalah proses yang terus menerus, yang tidak pernah berhenti dan tidak
terbatas pada dinding kelas. Hal ini ini berdasar pada asumsi bahwa sepanjang
kehidupanya manusia akan selalu dihadapkan pada masalah atau tujuan yang
ingin dicapainya.
terapkan pada abad ke-21 yang harus berperan aktif di kelas yaitu peserta didik
belajar bukan pendidik yang mengajar, pendidik dituntut untuk bisa memilih model
26
pembelajaran yang dapat membuat peserta didik berperan aktif dikelas, yang mana
penggunaan inteligensi dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok
orang, atau lingkungan untuk memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan
kontekstual.
yang dibutuhkan untuk berkiprah pada abad ke-21. Pendidikan bukan hanya
menyiapkan masa depan, tetapi juga bagaimana menciptakan masa depan. Pendidikan
kreativitas yang sangat tinggi dan tingkat keterampilan berpikir yang lebih tinggi
pula. Pendidik juga harus dapat memberi keterampilan yang dapat digunakan di
tempat kerja. Pendidik akan gagal apabila mereka menggunakan proses pembelajaran
masalah merupakan cara yang tepat agar meningkatnya kemampuan berpikir kritis
peserta didik, yang mana dengan model ini juga dapat meningkatkan perkembangan
pola pikir peserta didik yang terbuka dan lebih aktif dalam usaha pemecahan masalah
nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas
yang ada.
merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada
masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan
empat karakteristik pembelajaran berbasis masalah, yakni: (1) pengajuan masalah, (2)
keterkaitan antar disiplin (3) investigasi autentik, dan (4) kerja kolaboratif. Berikut
1) Pengajuan masalah
aturan. Masalah yang diajukan secara autentik ditujukan dengan mengacu pada
kehidupan nyata (contextual teaching and learning, CTL). Peserta didik sering kali
keterampilan itu lebih diajarkan dalam konteks akademik, dari pada konteks
dalam konteks, sehingga tidak bermakna bagi kebanyakan peserta didik karena
mereka tidak dapat menghubungkan tugas-tugas ini dengan apa yang telah mereka
ketahui. Pendidik dapat membantu peserta didik untuk belajar memecah masalah
dengan memberi tugas yang memiliki konteks kehidupan nyata dan dengan
social” pada bidang studi sosiologi, peserta didik dapat menggunakan “kacamata
masalah autentik dan mencari solusi nyata atas masalah tersebut. Peserta didik
peserta didik untuk menyusun dan memamerkan hasil kerja sesuai dengan
kemampuannnya. Setelah peserta didik selesai mengerjakan lembar kerja, salah satu
30
tim menyajikan hasil kerjanya di depan kelas dan peserta didik dari tim lain
4) Kolaborasi
Model ini dicirikan dengan kerjasama antar peserta didik dalam satu tim.
mengemukakan bahwa:
melibatkan para peserta didik untuk menghadapi permasalahan melalui praktik nyata
berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan peserta didik
pada tantangan “belajar untuk belajar”. Peserta didik aktif bekerja sama di dalam
kelompok untuk mencari solusi permasalahan dunia nyata. Permasalahan ini sebagai
Lebih lanjut Duch menyatakan bahwa model ini dimaksudkan untuk mengembangkan
31
peserta didik berpikir kritis, analitis, dan untuk menemukan serta menggunakan
sumber daya yang sesuai untuk belajar. Pembelajaran berbasis masalah adalah model
pembelajaran yang dapat membangun di sekitar suatu masalah nyata dan kompleks
kebenarannya/solusinya.
dorongan, memotivasi dan menyediakan bahan ajar, dan fasilitas yang diperlukan
peserta didik untuk memecahkan masalah. Selain itu, pendidik memberikan dukungan
perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka,
tersebut.
serta berbagi tugas dengan teman. Peserta didik diberi kesempatan untuk
Memberikan arahan jika temuan siswa belum sesuai dengan tujuan pembelajaran.
sebagai berikut:
Tabel 2.1
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Langka Indikator Tingkah Laku Guru
h
1 Orientasi peserta Menjelaskan tujuan pembelajaran,
didik pada masalah menjelaskan logistic yang diperlukan,
dan memotivasi peserta didik terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasi Membantu peserta didik
peserta didik untuk mendefinisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
3 Membimbing Mendorong peserta didik untuk
pengalaman mengumpulkan informasi yang sesuai,
individu/kelompok melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
4 Mengembangkan Membantu peserta didik dalam
dan menyajikan merencanakan dan menyiapkan karya
hasil karya yang sesuai seperti laporan, dan
membantu mereka untuk berbagai
tugas dengan temannya
5 Menganalisis dan Membantu peserta didik untuk
mengevaluasi melakukan refleksi atau evaluasi
proses pemecahan terhadap penyelidikan mereka dan
masalah preses yang mereka gunakan.
Sumber: (Rusman, 2010:243)
34
Menentukan Masalah
Belajar pengarahan
diri
Pertemuan dan
laporan
Belajar pengarahan
diri
Gambar 2.1
Keberagaman Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah
(Sumber : Rusman, 2010:233)
sebagai berikut:
1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami
isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan peserta didik serta
memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi peserta didik.
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik.
35
1) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan
sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin
pelajari.
Pembelajaran terbuka atau yang sering dikenal dengan istilah Open Ended
didik untuk memilih sendiri cara menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.
Menurut Hannafin, Hall, Land, & Hill (1994) dalam Huda (2017: 278)
mengemukakan bahwa pembelajaran terbuka atau yang disebut dengan istilah Open
individu/peserta didik dibangun dan di capai secara terbuka. Tidak hanya tujuan,
Open Ended juga bisa merujuk pada cara-cara untuk mencapai maksud pembelajaran
itu sendiri.
Menurut Huda (2013: 279) ada beberapa asumsi yang mendasari Open Ended
Ended lebih menekankan kepada peserta didik untuk lebih aktif dalam setiap kegiatan
belajar sehingga ilmu pengetahuan yang di dapat tidak hanya diketahui saja, bahkan
harus dipahami oleh peserta didik. Setelah diketahui dan dipahami, peserta didik
dapat memecahkan suatu masalah yang diajukan dengan berbagai cara dan metode
Ended
perlu diambil oleh pendidik dalam metode Open Ended yaitu sebagai berikut:
permasalahannya sendiri.
bahwasanya sintak model pembelajaran berbasis masalah tipe open ended yaitu
sebagai berikut:
1) menyajikan masalah
2) mendesain pembelajaran
3) memperhatikan dan mencatat respons peserta didik
4) membeimbing dan mengarahkan peserta didik
5) membuat kesimpulan
digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini pendidik harus bisa
digunakannya, sebab dalam hal kegiatan pembelajaran harus dapat mencapai tujuan
open ended menurut Heriawan, et. al. (2012: 154) adalah sebagi berikut:
Masalah (Problem Based Learning) tipe Open Ended terhadap kemampuan berpikir
kritis peserta didik, peneliti sajikan hasil penelitian terdahulu yang relevan sebagai
berikut:
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu yang Relevan
No. Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Yudistya Peningkatan Prestasi Belajar Model Problem Based
Falestin (2010) Akuntansi Melalui Penerapan Learning dapat meningkatkan
Model Pembelajaran Problem prestasi belajar siswa.
Based Learning pada Siswa
Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 6
Surakarta Tahun Ajaran
2009/2010.
2 Ni Wayan Pengaruh Implementasi Model Model Pembelajaran Berbasis
Martini (2013) Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan asesmen
Masalah Berbantuan Asesmen kinerja berpengaruh terhadap
Kinerja terhadap Hasil Belajar hasil belajar siswa.
Akuntansi Siswa Kelas X
Akuntansi SMK Negeri 1
40
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) tipe open ended dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran ekonomi, berpengaruh
terhadap hasil belajar pada mata pelajaran akuntansi dan berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran biologi, atas dasar itulah
hasil penelitian terdahulu yang relevan menjadi rujukan dalam penelitian ini.
dilakukan penulis lebih menitik beratkan pada hasil kemampuan berpikir kritis
peserta didik pada mata pelajaran akuntansi dasar dengan kompetensi dasar
didik, dalam proses pembelajaran semua yang terlibat harus berperan aktif, Namun
cenderung pasif, kondisi ini akan berdampak pada hasil belajar, terpusatnya proses
proses pembelajaran yang berlangsung dan berakibat pada kondisi tidak nyamannya
peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, tidak maksimalnya peserta didik
41
argumen atau pendapat, dengan kondisi ini pendidik sebaiknya memilih model
pembelajaran yang bisa mendorong peserta didik lebih aktif, kritis dan kreatif.
Hasil pendidikan yang diharapkan meliputi pola kompetensi dan inteligensi yang
dibutuhkan untuk berkiprah pada abad ke-21, Pendidikan bukan hanya
menyiapkan masa depan tetapi juga bagaimana menciptakan masa depan.
Pendidikan harus membantu perkembangan terciptanya individu yang kritis
dengan tingkat kreativitas yang sangat tinggi dan tingkat keterampilan berpikir
yang lebih tinggi pula.
salah satunya memilih model pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan
perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka,
pembelajaran seperti problem posing, group investigation, Open Ended dan lain-lain.
berbasis masalah tipe Open Ended. Model pembelajaran berbasis masalah tipe open
ended memiliki keunggulan dapat mengarahkan peserta didik untuk memilih caranya
dalam hal ini peserta didik dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritisnya.
Open Ended merupakan model pembelajaran yang membebaskan peserta didik untuk
memilih berbagai cara dan strategi pemecahan masalah sesuai dengan kemampuan,
minat dan bakat individunya masing-masing. Sehingga peserta didik yang memiliki
kemampuan yang tinggi dapat berpartisipasi dalam kegiatan belajar. Begitu juga
dengan peserta didik yang dapat dikatakan mempunyai kemampuan rendah dapat
Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Kemampuan Berpikir
Based Learning) tipe Open Kritis Peserta Didik
Ended
(Y)
(X)
Gambar 2.2
Paradigma Penelitian
2.3. Hipotesis
ini dikatakan dalam bentuk kalimat. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan atas fakta-fakta
pengukuran akhir.
44
BAB III
Penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI Cikoneng pada peserta didik kelas
X AKL mata pelajaran Akuntansi Dasar dengan pokok bahasan Menganalisis Jurnal
Penyesuaian. Objek dalam penelitian ini yaitu kemampuan berpikir kritis peserta
didik, Menurut Glaser dalam Alec Fisher (2009:7) Indikator berpikir kritis yaitu: 1)
memahami dan menggunakan bahasa secara tepat, jelas dan khas, 6) menganalisis
keyakinan seseorang berdasarkan pengalaman yang lebih luas, dan 12) membuat
penilaian yang tepat tentang hal-hal yang kualitas-kualitas tertentu dalam kehidupan
sehari-hari. Objek penelitian yang kedua yaitu model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning) tipe Open Ended, Menurut Ibrahim dan Nur (Rusman,
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”, sedangkan definisi
diartikan sebagai “cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan
tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian memiliki beberapa jenis seperti
Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode penelitian
dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan”. Metode
ini, bentuk eksperimen yang akan digunakan adalah Quasi Experimental Design
Table 3.1
Tabel desain penelitian
Quasi Experimental Design dengan tipe Nonequivalent Control Group Design
atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap,
Variabel Bebas merupakan Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
Yang menjadi variabel independen (X) dalam penelitian ini yaitu Model
Variabel dependen, variabel ini sering disebut variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Yang menjadi variabel dependen (Y) dalam penelitian ini yaitu
based learning) tipe Open Ended dan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
learning) tipe Open Ended (kelas eksperimen) dengan hasil yang di dapat peserta
Table 3.2
Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep
No Indikator Skala
Penelitian Variabel
1. Kemampuan Menurut Glaser Indikator berpikir kritis interval
Berpikir Kritis mendefinisikan yaitu: 1) mengenal
Peserta didik berpikir kritis masalah, 2) mencari
sebagai : (1) suatu cara-cara yang dapat
sikap mau berpikir dipakai untuk
secara mendalam menangani masalah-
tentang masalah- masalah itu, 3)
masalah dan hal-hal mengumpulkan data
yang berada dalam dan menyusun
jangkauan informasi yang
pengalaman diperlukan, 4) mengenal
seseorang; (2) asumsi-asumsi dan
pengetahuan tentang nilai-nilai yang tidak
metode-metode dinyatakan, 5)
pemeriksaan dan memahami dan
penalaran yang menggunakan bahasa
logis; dan (3) secara tepat, jelas dan
semacam suatu khas, 6) menganalisis
48
serta untuk
memperoleh
pengetahuan dan
konsep yang esensi
dari materi pelajaran
3.2.3.1. Populasi
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di
Berdasarkan teori di atas, karena hanya terdapat dua kelas maka populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan peserta didik kelas X AKL yang terdiri dari
Table 3.3
Populasi peserta didik kelas X AKL SMK PGRI Cikoneng
Kelas Jumlah
X AKL 1 38
X AKL 2 34
Jumlah 72
Berikut nilai hasil pengukuran awal (Pretest) seluruh peserta didik kelas X
Tabel 3.4
Hasil Pengukuran Awal (Pretest)
Seluruh Kelas X AKL SMK PGRI Cikoneng
0 6 26,70 33,30
0 7 66,70 20,00
0 8 53,30 53,30
0 9 66,70 40,00
1 0 46,70 46,70
1 1 60,00 46,70
1 2 66,70 40,00
1 3 20,00 46,70
1 4 60,00 40,00
1 5 46,70 53,30
1 6 53,30 60,00
1 7 60,00 53,30
1 8 53,30 60,00
1 9 26,70 46,70
2 0 53,30 60,00
2 1 46,70 53,30
2 2 53,30 46,70
2 3 40,00 46,70
2 4 40,00 60,00
2 5 33,30 53,30
2 6 40,00 66,70
2 7 53,30 66,70
2 8 60,00 66,70
2 9 53,30 60,00
3 0 46,70 53,30
∑ 1513,5 1506,70
Rata-rata 50,45 50,22
Berdasarkan data diatas diperoleh nilai rata-rata Pretest seluruh peserta didik
Tabel 3.5
Nilai Rata-rata Pengukuran Awal (Pretest)
Seluruh Kelas X AKL SMK PGRI Cikoneng
3.2.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tertentu (Sugiyono, 2012: 116). Dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik sampling berupa Probability Sampling sehingga sampel juga berupa kelas
yang diambil dari populasi kelas X AKL. Pengertian Probability Sampling menurut
Sugiyono (2012: 118) adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang
yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
hanya dua kelas, maka sampel dalam penelitian ini yaitu kelas X AKL 1 dan X AKL
2.
dijadikan sampel adalah homogen maka penulis melakukan uji homogenitas dengan
Tabel 3.6
perhitungan uji homogenitas kelas X AKL 1 dan X AKL 2
N X1 X2 X2’ X1’ X2’2 X1’2
0 1 66,70 40,00 16,25 -10,22 264,06 104,45
0 2 66,70 40,00 16,25 -10,22 264,06 104,45
0 3 46,70 53,30 -3,75 3,08 14,06 9,49
0 4 46,70 46,70 -3,75 -3,52 14,06 12,39
0 5 60,00 53,30 9,55 3,08 91,20 9,49
0 6 26,70 33,30 -23,75 -16,92 564,06 286,29
0 7 66,70 20,00 16,25 -30,22 264,06 913,25
0 8 53,30 53,30 2,85 3,08 8,12 9,49
0 9 66,70 40,00 16,25 -10,22 264,06 104,45
1 0 46,70 46,70 -3,75 -3,52 14,06 12,39
1 1 60,00 46,70 9,55 -3,52 91,20 12,39
52
2. Menentukan mean atau rata-rata nilai pretest kelas eksperimen dan kelas
∑X1 ∑X2
M1 = dan M2 =
N1 N2
Keterangan:
∑X1 ∑X2
M1 = dan M2 =
N1 N2
53
1513,5 1506,7
M1 = dan M2 =
30 30
σ1 =
√∑ X 1 '
dan σ 2 =
√∑ X 2 '
N1 N2
rumus:
dk = (n1 −1¿+ ¿ – 1)
dk = (30−1¿+ ¿ – 1)
dk = 29 +29
dk = 58
Untuk menentukan nilai ttabel pada taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi
58 tidak ada titik temu antara taraf kepercayaan 95% atau 0,05.
dk i−dk min
i = tmin – (tmin – tmax )
dk max −dk min
nilai t untuk dk 40 pada tabel adalah 1,684 sedangkan nilai t untuk dk 60 adalah
1,671.
54
58−40
i = 1,684 – (1,684 – 1,671)
60−40
i = 1,684 – (0,013)(0,9)
i = 1,684 – 0,0117
i = 1,6723
i = 1,67
ttabel dengan derajat kebebasan 58 pada taraf kepercayaan 95% atau taraf
M 1−M 2
C.R = σ 1 2 σ 22
√ +
n1 n 2
50,45−50,22
C.R = (12,37)2 (10,29)2
√
30
+
30
0,23
C.R = 153,0169 105,8841
√ 30
+
30
0,23
C.R =
√ 5,10056+ 3,52947
0,23
C.R =
√ 8,63003
0,23
C.R =
2,93769
C.R = 0,0783
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai t hitung sebesar 0,0783 dan
nilai ttabel sebesar 1,67 maka thitung < ttabel atau 0,0783 < 1,67 dengan demikian
peneliti, baik yang berupa fakta maupun angka”. Sedangkang pengertian data
Juli 1997 (dalam Arikunto, 2010:161) menyebutkan bahwa “Data adalah segala fakta
dan angka yang dapat dijadikan bahwa untuk menyusun suatu informasi”.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder,
data primer didapatkan atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung berkaitan
dengan objek penelitian. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data primer
yaitu dengan melaksanakan kegiatan tes pengukuran awal (pretest) dan kegiatan
pengukuran akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMK PGRI
berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang telah ada, seperti dokumentasi dan
Sumber data dalam penelitian ini merupakan sumber primer dan sumber
sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber
sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen”. Maka dapat disimpulkan bahwa
sumber data dalam penelitian ini yaitu sumber data dari peserta didik dan sumber data
dari pendidik.
Data di atas berasal dari nilai pretest dan nilai posttest sebagai sumber data
primer dan sumber data sekunder berasal dari dokumen nilai yang ada pada pendidik
mata pelajaran akuntansi dasar di SMK PGRI Cikoneng. Adapun data sekunder
sumber yang telah ada, seperti dokumentasi dan rata-rata yang dibutuhkan dari SMK
PGRI Cikoneng.
Teknik pengumpulan data adalah cara yang ditempuh oleh penulis untuk
3.2.4.2.1. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
57
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-
Dalam teknik ini peneliti melakukan observasi terhadap kelas-kelas yang akan
dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk observasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengamatan langsung terkait dengan
proses pembelajaran.
3.2.4.2.2. Dokumentasi
Dokumentasi yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai rata-rata PAS
peserta didik kelas X AKL SMK PGRI Cikoneng tahun ajaran 2018/2019 dan foto
materi pelajaran, maka penulis memberikan tes kepada peserta didik kelas X AKL
SMK PGRI Cikoneng tahun ajaran 2018/2019. Tes yang dilaksanakan terdiri pretest
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran akuntansi dasar kelas X
AKL SMK PGRI Cikoneng. Arikunto (2010:193) mengemukakan bahwa “tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari
hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur”. Teknik
korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson. Rumus untuk menghitung
korelasi product moment dengan angka kasar (Arikunto, 2012:87) adalah sebagai
berikut:
r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿
Keterangan:
Dari rxy yang diperoleh tersebut kemudian dibandingkan dengan tabel harga
kritis product momen. Item tersebut dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Berdasarkan hasil
59
perhitungan validitas butir soal yang diujikan ke kelas XI yang telah mendapatkan
Tabel 3.7
Hasil Uji Validitas Instrumen Soal
No. Interpretas No.
rxy rtabel rxy rtabel Interpretasi
Soal i Soal
01 -0,39 0,29 Tidak Valid 11 -0,65 0,29 Tidak Valid
02 0,34 0,29 Valid 12 0 0,29 Tidak Valid
03 0,36 0,29 Valid 13 0,53 0,29 Valid
04 0,42 0,29 Valid 14 0 0,29 Tidak Valid
05 0,30 0,29 Valid 15 0,42 0,29 Valid
06 0,35 0,29 Valid 16 0,34 0,29 Valid
07 0,29 0,29 Valid 17 0,51 0,29 Valid
08 0,44 0,29 Valid 18 0,41 0,29 Valid
09 0 0,29 Tidak Valid 19 0,36 0,29 Valid
10 0,36 0,29 Valid 20 0,56 0,29 Valid
Tabel diolah oleh penulis
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, dari 20 butir soal yang diujikan terdapat
5 butir soal yang tidak valid yaitu soal no. 01, 09, 11, 12, dan 14. Kelima butir soal
yang tidak valid tidak digunakan sebagai instrumen penelitian. Butir soal yang
digunakan dalam penelitian ini soal no. 02, 03, 04, 05, 06, 07, 08, 10, 13, 15, 16, 17,
derajat konsistensi dari suatu instrument. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu
memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu
atau kesempatan yang berbeda”. Rumus yang akan digunakan untuk menguji
n S 2−∑ pq
( )(
r 11 =
n−1 S2 )
60
2
∑X
S2 =
∑X −
2
( ) N
N
Keterangan:
r 11 : Reliabilitas item tes
P : Proporsi subjek yang menjawab benar suatu item
Q : Proporsi subjek yang menjawab salah suatu item
N : Banyaknya item soal
S : Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
X : Jumlah item yang benar
sebagai berikut:
berikut:
Tabel 3.8
Hasil Uji Reliabelitas Soal
No.
Koefisien No. Koefisien
Soa Keterangan Keterangan
Korelasi Soal Korelasi
l
02 0,99 Sangat Tinggi 13 0,97 Sangat Tinggi
03 1 Sangat Tinggi 15 0,98 Sangat Tinggi
04 0,99 Sangat Tinggi 16 1 Sangat Tinggi
05 1 Sangat Tinggi 17 0,99 Sangat Tinggi
06 0,98 Sangat Tinggi 18 0,97 Sangat Tinggi
07 1 Sangat Tinggi 19 0,98 Sangat Tinggi
08 0,99 Sangat Tinggi 20 0,97 Sangat Tinggi
10 0,98 Sangat Tinggi
Tabel diolah oleh penulis
61
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
Arikunto (2012:222) menjelaskan bahwa “Soal yang baik adalah soal yang
tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang mudah tidak merangsang
terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak
tersebut sejalan dengan pendapat Arifin (2013:266) yang menyebutkan bahwa “suatu
soal tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah”. Bilangan yang
menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (Difficulty
index).
berikut:
JB
P=
JS
P : Indeks kesukaran
JB : Banyaknya peserta didik yang menjawab benar
JS : Banyaknya Peserta didik
Keterangan:
62
Berikut hasil perhitungan koefisien tingkat kesukaran tiap butir soal setelah
Tabel 3.9
Hasil Uji Indeks Kesukaran
No. Koefisien No. Koefisien
Keterangan Keterangan
Soal Korelasi Soal Korelasi
02 0,53 Sedang 13 0,67 Sedang
03 0,73 Mudah 15 0,40 Sedang
04 0,37 Sedang 16 0,60 Sedang
05 0,27 Sukar 17 0,57 Sedang
06 0,50 Sedang 18 0,27 Sukar
07 0,27 Sukar 19 0,73 Mudah
08 0,90 Mudah 20 0,67 Sedang
10 0,50 Sedang
Berdasarkan tabel 3.9 dapat diperoleh data bahwa dari 20 soal yang diujikan
terdapat berbagai kriteria, soal no. 03, 08, 11, dan 19 termasuk kategori mudah, soal
no. 02, 04, 06, 10, 13, 15, 16, 17, dan 20 termasuk kategori sedang, soal no. 05, 07,
sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan peserta didik yang sudah
pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan besarnya indeks
Ba Bb
DP = − =Pa−Pb
Na Nb
Keterangan:
DP : Indeks daya pembeda butir soal
Ba : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar
Bb : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Na : Banyaknya peserta kelompok atas
Nb : Banyaknya peserta kelompok bawah
Pa : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Pb : Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
sebagai berikut:
Table 3.10
Hasil Uji Daya Pembeda
No. Koefisien No. Koefisien
Keterangan Keterangan
Soal Korelasi Soal Korelasi
02 0,13 Jelek 13 0,27 Cukup
03 0,53 Baik 15 0,54 Baik
04 0,33 Cukup 16 0 Sangat jelek
05 0,13 Jelek 17 0,60 Baik
06 -0,06 Sangat jelek 18 0,13 Jelek
07 0 Sangat jelek 19 0 Sangat jelek
08 0,20 Cukup 20 0,40 Baik
10 -0,06 Sangat jelek
64
Berdasarkan hasil penelitan pada tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk
soal no. 03, 15, 17 dan 20 memiliki daya pembeda soal baik, soal no. 04, 08 dan 13
memiliki daya pembeda soal cukup, soal no. 02, 05 dan 18 memiliki daya pembeda
soal jelek, soal no. 06, 07, 10, 16 dan 19 memiliki daya pembeda soal sangat jelek.
Learning) tipe Open Ended pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran
akhir (posttest).
Tabel 3.11
persiapan perhitungan uji t pretest dan posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
N X Y X' Y' X' 2 Y'2
0 1
65
0 2
∑
Rata-rata
b. Menentukan mean atau rata-rata nilai pretest dan posttest kelas eksperimen
∑X ∑Y
M1 = dan M2 =
N1 N2
Keterangan:
M1 = Nilai rata-rata yang dicari dari niali pretest kelas eksperimen atau
kontrol
∑X = Jumlah nilai pretest kelas eksperimen atau kontrol
N1 = Jumlah data pretest
M2 = Nilai rata-rata yang dicari dari nilai posttest kelas eksperimen atau
kontrol
∑Y = Jumlah nilai posttest kelas eksperimen atau kontrol
N2 = Jumlah data posttest
σ 1 = √∑ X √∑ Y '
'
dan σ 2 =
N1 N2
rumus:
df = (n1 −1¿+ ¿ – 1)
M 2−M 1
C.R = σ 1 2 σ 22
√ +
n1 n 2
Tabel 3.12
Interpretasi Nilai N.Gain
N.Gain Kriteria
G > 0,70 Tinggi
0,30 < G ≤ 0,70 Sedang
G < 0,30 Rendah
Sumber: Kurnia & Yudhanegara, 2017:235
kemungkinan, yaitu Ho dan Ha. Ho merupakan istilah untuk hipotesis nol, sedangkan
Ha diterima dan Ho ditolak jika t hitung > t tabel artinya terdapat perbedaan
Ho diterima dan Ha ditolak jika t hitung < t tabel artinya tidak terdapat perbedaan
sebagai berikut:
Table 3.13
Waktu Penelitian
Bulan
Desember
Februari
Agustus
Januari
Maret
Kegiatan Penelitian
April
Juni
Mei
Juli
Observasi Lapangan
Pengumpulan Data awal
Penyusunan Proposal
Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Penyusunan Laporan
68
BAB IV
yang beralamat di JL. Raya Cikoneng No.144 Cikoneng Kabupaten Ciamis, berdiri
pada tahun 1981 dengan nama SMEA PGRI Cikoneng, SMEA PGRI Cikoneng
berdiri atas dasar aspirasi dari masyarakat dan aparat setempat yang ingin
memfasilitasi anak daerah bisa tetap sekolah dan tidak jauh sekolahnya. Pada tanggal
69
3 april 1997 surat edaran sekretaris jenderal departemen pendidikan dan kebudayaan
SMEA PGRI Cikoneng menjadi SMK PGRI Cikoneng, SMK PGRI merupakan
(YPLP) PGRI yang berkantor pusat di Jl. Talaga Bodas No. 56-58 Bandung.
Program keahlian yang ada pada saat itu terdiri dari tiga program keahlian,
yaitu
positif bagi kemajuan dan perkembangan sekolah, mulai dari perkembangan jumlah
peserta didik, jumlah tenaga pendidik samapai perkembangan sarana prasarana yang
ada di SMK PGRI Cikoneng, jumlah peserta didik pada saat berdirinya SMK PGRI
Cikoneng kurang lebih sebanyak 300 peserta didik, tenaga pendidik juga hanya 20
orang dengan sarana prasarana belum memadai seperti sekarang, dengan tingginya
minat masyarakat setempat jumlah peserta didik yang tercatat sekarang meningkat
sampai 847 peserta didik, tenaga pendidik tercatat ada 31 tenaga pendidik, 6 staff tata
usaha, 2 satpam dan 1 caraka . Selain perkembangan tersebut, pada tahun ajaran
2016/2017 SMK PGRI Cikoneng membuka jurusan baru yaitu jurusan akuntansi.
Struktur Organisasi yang ada di SMK PGRI Cikoneng adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Struktur Organisasi SMK PGRI Cikoneng
Jabatan Nama
Kepala Sekolah Drs. Iwan Gunawan, M.M.
Wakil Kepala Sekolah Hariman Hendriana, S.Pd.,M.Pd.
Drs. Ace Sudarman
Cucu Subara
Bendahara Popong Wawat C, S.Pd
Kepala Laboratorium Nurwana
70
dijadikan sampel adalah homogen maka penulis melakukan uji homogenitas dengan
Tabel 4.2
perhitungan uji homogenitas kelas X AKL 1 dan X AKL 2
N X1 X2 X2’ X1’ X2’2 X1’2
0 1 66,70 40,00 16,25 -10,22 264,06 104,45
0 2 66,70 40,00 16,25 -10,22 264,06 104,45
0 3 46,70 53,30 -3,75 3,08 14,06 9,49
0 4 46,70 46,70 -3,75 -3,52 14,06 12,39
0 5 60,00 53,30 9,55 3,08 91,20 9,49
0 6 26,70 33,30 -23,75 -16,92 564,06 286,29
0 7 66,70 20,00 16,25 -30,22 264,06 913,25
0 8 53,30 53,30 2,85 3,08 8,12 9,49
0 9 66,70 40,00 16,25 -10,22 264,06 104,45
1 0 46,70 46,70 -3,75 -3,52 14,06 12,39
1 1 60,00 46,70 9,55 -3,52 91,20 12,39
1 2 66,70 40,00 16,25 -10,22 264,06 104,45
1 3 20,00 46,70 -30,45 -3,52 927,20 12,39
1 4 60,00 40,00 9,55 -10,22 91,20 104,45
1 5 46,70 53,30 -3,75 3,08 14,06 9,49
1 6 53,30 60,00 2,85 9,78 8,12 95,65
1 7 60,00 53,30 9,55 3,08 91,20 9,49
1 8 53,30 60,00 2,85 9,78 8,12 95,65
1 9 26,70 46,70 -23,75 -3,52 564,06 12,39
2 0 53,30 60,00 2,85 9,78 8,12 95,65
2 1 46,70 53,30 -3,75 3,08 14,06 9,49
2 2 53,30 46,70 2,85 -3,52 8,12 12,39
71
2. Menentukan mean atau rata-rata nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan rumus:
∑X1 ∑X2
M1 = dan M2 =
N1 N2
Keterangan:
∑X1 ∑X2
M1 = dan M2 =
N1 N2
1513,5 1506,7
M1 = dan M2 =
30 30
σ1 =
√∑ X 1 '
dan σ 2 =
√∑ X 2 '
N1 N2
72
4. Menentukan derajat kebebasan (dk) atau degree of freedom (df) dengan rumus:
dk = (n1 −1¿+ ¿ – 1)
dk = (30−1¿+ ¿ – 1)
dk = 29 +29
dk = 58
Untuk menentukan nilai ttabel pada taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi
58 tidak ada titik temu antara taraf kepercayaan 95% atau 0,05.
dk i−dk min
i = tmin – (tmin – tmax )
dk max −dk min
nilai t untuk dk 40 pada tabel adalah 1,684 sedangkan nilai t untuk dk 60 adalah
1,671.
58−40
i = 1,684 – (1,684 – 1,671)
60−40
i = 1,684 – (0,013)(0,9)
i = 1,684 – 0,0117
i = 1,6723
i = 1,67
73
ttabel dengan derajat kebebasan 58 pada taraf kepercayaan 95% atau taraf
M 1−M 2
C.R = σ 1 2 σ 22
√ +
n1 n 2
50,45−50,22
C.R = (12,37)2 (10,29)2
√30
+
30
0,23
C.R = 153,0169 105,8841
√ 30
+
30
0,23
C.R =
√ 5,10056+ 3,52947
0,23
C.R =
√ 8,63003
0,23
C.R =
2,93769
C.R = 0,0783
Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai thitung sebesar 0,0783 dan
nilai ttabel sebesar 1,67 maka thitung < ttabel atau 0,0783 < 1,67 dengan demikian kedua
a. Setiap data diurutkan dari data terkecil sampai terbesar, kemudian nilai-nilai
tersebut ditransformasi menjadi nilai baku z.
( X − X́ ) dimana X nilai pengamatan, = rata-rata nilai pengamatan, dan
Z= i i X́
S
s= simpangan baku sampel.
b. Dari nilai baku z ditentukan nilai probabilitasnya yaitu P (z) berdasarkan
sebaran normal baku, sebagai probabilitas pengamatan.
c. Tentukan nilai probabilitas harapan kumulatif P(x).
d. Tentukan nilai maksimum │P (z) – P(x)│sebagai L hitung.
e. Bandingkan L dengan L tabel dari distribusi L, yaitu Lα (k-1) = L 0,05 (k-1).
f. Kaidah pengujian: Tolak Ho jika L > Lα (k-1).
Hipotesis:
Ho: Nilai berdistribusi normal
Ha: Nilai tidak berdistribusi normal.
Taraf nyata 5% atau 0,05
Statistik L
Wilayah kritik: L > Lα (k-1)
Hipotesis:
Statistik L
75
Tabel 4.3
Tabel Kerja Mencari L Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Lhitung = 0,8722 dan Ltabel = 0,1590. Artinya Lhitung > Ltabel atau 0,8722 > 0,1590 maka Ha
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai pretest kelas eksperimen pada taraf
Hipotesis :
Statistik L
Tabel 4.4
Tabel Kerja Mencari L Nilai Pretest Kelas Kontrol
N X Z P(Z) P(X) │P(Z)- P(X)│
0 1 40,0 -0,9932 0,1603 0,0333 0,1270
0 2 40,0 -0,9932 0,1603 0,0667 0,0936
0 3 53,3 0,2993 0,6177 0,1000 0,5177
0 4 46,7 -0,3421 0,3661 0,1333 0,2328
0 5 53,3 0,2993 0,6177 0,1667 0,4510
0 6 33,3 -1,6443 0,0501 0,2000 0,1499
0 7 20,0 -2,9368 0,0017 0,2333 0,2317
0 8 53,3 0,2993 0,6177 0,2667 0,3510
0 9 40,0 -0,9932 0,1603 0,3000 0,1397
1 0 46,7 -0,3421 0,3661 0,3333 0,0328
1 1 46,7 -0,3421 0,3661 0,3667 0,0005
1 2 40,0 -0,9932 0,1603 0,4000 0,2397
1 3 46,7 -0,3421 0,3661 0,4333 0,0672
1 4 40,0 -0,9932 0,1603 0,4667 0,3064
1 5 53,3 0,2993 0,6177 0,5000 0,1177
1 6 60,0 0,9504 0,8291 0,5333 0,2957
77
Lhitung = 0,5177 dan Ltabel = 0,1590. Artinya Lhitung > Ltabel atau 0,5177 > 0,1590 maka Ha
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai pretest kelas eksperimen pada taraf
open ended pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (posttest), penulis
Tabel 4.5
Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
N Pretest Posttest
0 1 66,70 86,70
78
0 2 66,70 93,30
0 3 46,70 73,30
0 4 46,70 73,30
0 5 60,00 93,30
0 6 26,70 53,30
0 7 66,70 80,00
0 8 53,30 80,00
0 9 66,70 86,70
1 0 46,70 80,00
1 1 60,00 86,70
1 2 66,70 86,70
1 3 20,00 66,70
1 4 60,00 80,00
1 5 46,70 86,70
1 6 53,30 73,30
1 7 60,00 80,00
1 8 53,30 80,00
1 9 26,70 60,00
2 0 53,30 73,30
2 1 46,70 80,00
2 2 53,30 73,30
2 3 40,00 80,00
2 4 40,00 80,00
2 5 33,30 66,70
2 6 40,00 66,70
2 7 53,30 80,00
2 8 60,00 86,70
2 9 53,30 80,00
3 0 46,70 80,00
∑ 1513,50 2346,70
Tertinggi 66,70 93,30
Terendah 20,00 54,30
Rata-rata 50,45 78,22
peserta didik tertinggi pada pengukuran awal (pretest) dikelas eksperimen sebesar
66,70 dan pada pada pengukuran akhir (posttest) sebesar 93,30, sedangkan rata-rata
pengukuran akhir (posttest), penulis menyajikan data hasil posttest kelas eksperimen
Tabel 4.6
Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan kelas kontrol
N Posttest Kontrol Posttest Eksperimen
0 1 46,70 86,70
0 2 53,30 93,30
0 3 46,70 73,30
0 4 60,00 73,30
0 5 66,70 93,30
0 6 46,70 53,30
0 7 53,30 80,00
0 8 53,30 80,00
0 9 53,30 86,70
1 0 60,00 80,00
1 1 66,70 86,70
1 2 60,00 86,70
1 3 73,30 66,70
1 4 40,00 80,00
1 5 53,30 86,70
1 6 40,00 73,30
1 7 60,00 80,00
80
1 8 53,30 80,00
1 9 40,00 60,00
2 0 40,00 73,30
2 1 60,00 80,00
2 2 66,70 73,30
2 3 53,30 80,00
2 4 60,00 80,00
2 5 53,30 66,70
2 6 86,70 66,70
2 7 80,00 80,00
2 8 86,70 86,70
2 9 73,30 80,00
3 0 53,30 80,00
∑ 1739,90 2346,70
Tertinggi 73,30 93,30
Terendah 40,00 53,30
Rata-rata 58,00 78,22
kritis peserta didik tertinggi pada pengukuran akhir (posttest) dikelas kontrol sebesar
73,30 dan pada pada pengukuran akhir (posttest) dikelas eksperimen sebesar 93,30,
sedangkan rata-rata posttest kelas kontrol sebesar 58,00 dan posttest kelas eksperimen
sebesar 78,22.
berikut:
4.1.4.1 Hipotesis I
didik pada pengukuran awal dan pengukuran akhir mata pelajaran akuntansi dasar
a. Membuat tabel persiapan perhitungan perbedaan pretest dan posttest pada kelas
eksperimen.
Tabel 4.7
Persiapan perhitungan uji t pretest dan posttest di kelas eksperimen
N X Y X' Y' X' 2 Y'2
0 1 66,70 86,70 16,25 8,48 264,06 71,91
0 2 66,70 93,30 16,25 15,08 264,06 227,41
0 3 46,70 73,30 -3,75 -4,92 14,06 24,21
0 4 46,70 73,30 -3,75 -4,92 14,06 24,21
0 5 60,00 93,30 9,55 15,08 91,20 227,41
0 6 26,70 53,30 -23,75 -24,92 564,06 621,01
0 7 66,70 80,00 16,25 1,78 264,06 3,17
0 8 53,30 80,00 2,85 1,78 8,12 3,17
0 9 66,70 86,70 16,25 8,48 264,06 71,91
1 0 46,70 80,00 -3,75 1,78 14,06 3,17
1 1 60,00 86,70 9,55 8,48 91,20 71,91
1 2 66,70 86,70 16,25 8,48 264,06 71,91
1 3 20,00 66,70 -30,45 -11,52 927,20 132,71
1 4 60,00 80,00 9,55 1,78 91,20 3,17
1 5 46,70 86,70 -3,75 8,48 14,06 71,91
82
b. Menentukan mean atau rata-rata nilai pretest dan posttest di kelas eksperimen
menggunakan rumus:
∑X ∑Y
M1 = dan M2 =
N1 N2
1513,5 2346,7
M1 = dan M2 =
30 30
Keterangan:
σ1 =
√∑ X '
dan σ 2 =
√∑ Y '
N1 N2
83
d. Menentukan derajat kebebasan (dk) atau degree of freedom (df) dengan rumus:
df = (n1 −1¿+ ¿ – 1)
df = (30−1¿+ ¿ – 1)
df = 29 +29
df = 58
Untuk menentukan nilai ttabel pada taraf kepercayaan 95% atau taraf
sebesar 58 tidak ada titik temu antara taraf kepercayaan 95% atau 0,05.
dk i−dk min
i = tmin – (tmin – tmax )
dk max −dk min
nilai t untuk dk 40 pada tabel adalah 1,684 sedangkan nilai t untuk dk 60 adalah
1,671.
58−40
i = 1,684 – (1,684 – 1,671)
60−40
i = 1,684 – (0,013)(0,9)
i = 1,684 – 0,0117
i = 1,6723
i = 1,67 (dibulatkan)
84
ttabel dengan derajat kebebasan 58 pada taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi
M 2−M 1
C.R = σ 1 2 σ 22
√ +
n1 n 2
78,22−50,45
C.R = (12,37)2 (8,94)2
√
30
+
30
27,77
C.R = 153,0169 79,9236
√ 30
+
30
27,77
C.R =
√5,10056+ 2,6641
27,77
C.R =
√7,76466
27,77
C.R =
2,7865
C.R = 9,97
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh C.R atau nilai t hitung sebesar
9,97, bila dibandingkan dengan ttabel sebesar 1,67 maka thitung > ttabel (9,97 > 1,67)
dengan demikian terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang
Open Ended di kelas eksperimen (X AKL 1) pada pengukuran awal (pretest) dan
Tabel 4.8
Data Hasil Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
N Pretest Posttest N-Gain Kriteria
0 1 66,70 86,70 0,60 Sedang
0 2 66,70 93,30 0,80 Tinggi
0 3 46,70 73,30 0,50 Sedang
0 4 46,70 73,30 0,50 Sedang
0 5 60,00 93,30 0,83 Tinggi
0 6 26,70 53,30 0,36 Sedang
0 7 66,70 80,00 0,40 Sedang
0 8 53,30 80,00 0,57 Sedang
0 9 66,70 86,70 0,60 Sedang
1 0 46,70 80,00 0,62 Sedang
1 1 60,00 86,70 0,67 Sedang
1 2 66,70 86,70 0,60 Sedang
1 3 20,00 66,70 0,58 Sedang
1 4 60,00 80,00 0,50 Sedang
1 5 46,70 86,70 0,75 Tinggi
1 6 53,30 73,30 0,43 Sedang
1 7 60,00 80,00 0,50 Sedang
1 8 53,30 80,00 0,57 Sedang
1 9 26,70 60,00 0,45 Sedang
2 0 53,30 73,30 0,43 Sedang
2 1 46,70 80,00 0,62 Sedang
2 2 53,30 73,30 0,43 Sedang
2 3 40,00 80,00 0,67 Sedang
2 4 40,00 80,00 0,67 Sedang
2 5 33,30 66,70 0,50 Sedang
2 6 40,00 66,70 0,45 Sedang
2 7 53,30 80,00 0,57 Sedang
2 8 60,00 86,70 0,67 Sedang
2 9 53,30 80,00 0,57 Sedang
3 0 46,70 80,00 0,62 Sedang
∑ 1513,50 2346,70 17,04 -
Tertinggi 66,70 93,30 0,83 Tinggi
Terendah 20,00 54,30 0,36 Sedang
Rata-rata 50,45 78,22 0,57 Sedang
86
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) tipe Open Ended pada
mata pelajaran akuntansi dasar diperoleh rata-rata nilai N-Gain sebesar 0,57 bila
4.1.4.2 Hipotesis II
masalah (problem based learning) tipe open ended di kelas eksperimen dengan yang
a. Membuat tabel persiapan perhitungan perbedaan pretest dan posttest pada kelas
eksperimen.
Tabel 4.9
Persiapan perhitungan uji t posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
N X Y X' Y' X' 2 Y'2
0 1 46,70 86,70 -11,30 8,48 127,69 71,91
0 2 53,30 93,30 -4,70 15,08 22,09 227,41
0 3 46,70 73,30 -11,30 -4,92 127,69 24,21
0 4 60,00 73,30 2,00 -4,92 4,00 24,21
0 5 66,70 93,30 8,70 15,08 75,69 227,41
0 6 46,70 53,30 -11,30 -24,92 127,69 621,01
0 7 53,30 80,00 -4,70 1,78 22,09 3,17
0 8 53,30 80,00 -4,70 1,78 22,09 3,17
0 9 53,30 86,70 -4,70 8,48 22,09 71,91
1 0 60,00 80,00 2,00 1,78 4,00 3,17
1 1 66,70 86,70 8,70 8,48 75,69 71,91
1 2 60,00 86,70 2,00 8,48 4,00 71,91
1 3 73,30 66,70 15,30 -11,52 234,09 132,71
1 4 40,00 80,00 -18,00 1,78 324,00 3,17
1 5 53,30 86,70 -4,70 8,48 22,09 71,91
1 6 40,00 73,30 -18,00 -4,92 324,00 24,21
1 7 60,00 80,00 2,00 1,78 4,00 3,17
87
b. Menentukan mean atau rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol
menggunakan rumus:
∑X ∑Y
M1 = dan M2 =
N1 N2
1739,90 2346,70
M1 = dan M2 =
30 30
Keterangan:
σ1 =
√∑ X '
dan σ 2 =
√∑ Y '
N1 N2
88
d. Menentukan derajat kebebasan (dk) atau degree of freedom (df) dengan rumus:
df = (n1 −1¿+ ¿ – 1)
df = (30−1¿+ ¿ – 1)
df = 29 +29
df = 58
Untuk menentukan nilai ttabel pada taraf kepercayaan 95% atau taraf
sebesar 58 tidak ada titik temu antara taraf kepercayaan 95% atau 0,05.
dk i−dk min
i = tmin – (tmin – tmax )
dk max −dk min
nilai t untuk dk 40 pada tabel adalah 1,684 sedangkan nilai t untuk dk 60 adalah
1,671.
58−40
i = 1,684 – (1,684 – 1,671)
60−40
i = 1,684 – (0,013)(0,9)
i = 1,684 – 0,0117
i = 1,6723
i = 1,67 (dibulatkan)
89
ttabel dengan derajat kebebasan 58 pada taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi
M 2−M 1
C.R = σ 1 2 σ 22
√ +
n1 n 2
78,22−58
C.R = (12,55)2 (8,94)2
√30
+
30
20,22
C.R = 157,5025 79,9236
√ 30
+
30
20,22
C.R =
√ 5,2501+2,6641
20,22
C.R =
√ 7,9142
20,22
C.R =
2,8132
C.R = 7,19
Berdasarkan hasil perhitungan di atas diperoleh nilai thitung sebesar 7,19 dan
nilai ttabel sebesar 1,67 dengan demikian bila dibandingkan C.R atau t hitung sebesar 7,19
dengan nilai ttabel sebesar 1,67 maka thitung > ttabel atau 7,19 > 1,67 artinya terdapat
Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) tipe Open Ended dengan
90
(posttest).
Tabel 4.10
Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan kelas kontrol
N Posttest Kontrol Posttest Eksperimen Peningkatan
0 1 46,70 86,70 40,00
0 2 53,30 93,30 40,00
0 3 46,70 73,30 26,60
0 4 60,00 73,30 13,30
0 5 66,70 93,30 26,60
0 6 46,70 53,30 6,60
0 7 53,30 80,00 26,70
0 8 53,30 80,00 26,70
0 9 53,30 86,70 33,40
1 0 60,00 80,00 20,00
1 1 66,70 86,70 20,00
1 2 60,00 86,70 26,70
1 3 73,30 66,70 -6,60
1 4 40,00 80,00 40,00
1 5 53,30 86,70 33,40
1 6 40,00 73,30 33,30
1 7 60,00 80,00 20,00
1 8 53,30 80,00 26,70
1 9 40,00 60,00 20,00
2 0 40,00 73,30 33,30
2 1 60,00 80,00 20,00
2 2 66,70 73,30 6,60
2 3 53,30 80,00 26,70
2 4 60,00 80,00 20,00
2 5 53,30 66,70 13,40
2 6 86,70 66,70 -20,00
2 7 80,00 80,00 0,00
2 8 86,70 86,70 0,00
2 9 73,30 80,00 6,70
3 0 53,30 80,00 26,70
∑ 1739,90 2346,70 606,80
Tertinggi 73,30 93,30 40,00
91
Masalah (Problem Based Learning) tipe Open Ended dengan yang menggunakan
open ended pada pengukuran awal (pretest) diperoleh nilai rata-rata sebesar 50,45
dan hasil pengukuran akhir (posttest) diperoleh nilai rata-rata sebesar 78,22. Dengan
demikian kemampuan berpikir kritis peserta didik dari pretest ke posttest di kelas
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) tipe open ended tepat
peningkatannya masih belum bisa dikatakan signifikan, dikarenakan ada faktor lain
92
yang membuat tidak terlalu signifikan, seperti faktor suasana kelas, media yang ada
dikelas, alokasi waktu yang digunakan dan faktor eksternal seperti faktor lingkungan
disebabkan oleh faktor bebasnya peserta didik mencari jalan keluar sendiri untuk
memecahkan masalah pembelajaran, dan juga didorong oleh teman kelompok yang
disebut dengan istilah Open Ended merupakan proses pembelajaran yang didalamnya
tujuan dan keinginan individu/peserta didik dibangun dan dicapai secara terbuka.
Tidak hanya tujuan, Open Ended juga bisa merujuk pada cara-cara untuk mencapai
penemuan sesuatu yang baru. Dengan pendekatan Open Ended peserta didik
menemukan dan meneliti, sehingga dengan pendekatan Open Ended ini peserta didik
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang lebih baik bahkan dengan
cara mereka sendiri. Dalam hal ini kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat
kebebasan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara nya masing-
masing. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Glaser (Fisher, 2008:3) bahwa
berpikir kritis sebagai: (1) suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang
(2) pengetahuan tentang metode-metode pemeriksaan dan penalaran yang logis; dan
kebebasan memilih caranya maka kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat
meningkat.
Open Ended pada pengukuran akhir (Posttest) memiliki nilai rata-rata lebih tinggi
Selisih rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menggunakan
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) tipe Open Ended
kritis peserta didik di kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami peningkatan,
namun peningkatan tersebut tidak terlalu signifikan, dikarenakan hasil temuan penulis
94
dilapangan ada beberapa faktor yang membuat perbedaan tersebut tidak signifikan,
yaitu tidak semua peserta didik siap dan mampu untuk menerapkan model
pemilihan materi pembelajaran yang kurang sesuai dengan pembelajaran open ended,
dan media atau alat pembantu proses pembelajaran yang tidak memadai.
penemuan sesuatu yang baru. Dengan pendekatan Open Ended peserta didik
menemukan dan meneliti, sehingga dengan pendekatan Open Ended ini peserta didik
memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang lebih baik bahkan dengan
cara mereka sendiri, pada kenyataan dilapangan peserta didik masih cenderung
memiliki wawasan pada penemuan masalah, peserta didik tidak memiliki keberanian
(problem based learning) tipe open ended dianggap asing sehingga peserta didik sulit
informasi yang disampaikan secara tepat, membangkitkan minat peserta didik untuk
mencari informasi dan melatih peserta didik untuk bisa mandiri dalam mencari
dan menerima informasi dari pendidik saja, peserta didik tidak ada kebebasan untuk
95
akhir di kelas eksperimen lebih tepat dibandingkan dengan kemampuan berpikir kritis
masalah (problem based learning) tipe open ended berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran akuntansi dasar dengan kompetensi
berpikir kritis peserta didik meningkat, bila dilihat dari peningkatan kemampuan
berpikir kritis peserta didik mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan, dan yang
konsep dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik tetapi tidak
signifikan. Hasil penelitian ini memberikan jawaban bahwa semua metode atau tipe
berikut:
BAB V
5.1. Simpulan
model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) tipe open ended
model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) tipe open ended
akhir (posttest).
5.2. Saran
learning) tipe open ended sebaiknya menjadi alternatif yang dipilih oleh
media yang ada dikelas, alokasi waktu yang tersedia, dan materi yang menjadi
3. Agar kemampuan berpikir kritis peserta didik lebih meningkat sebaiknya model
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber Buku
Arends, Richard. 2004. Learning to Teach. New York: The McGraw-Hill Company
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.
Alfabeta
2. Sumber Jurnal
3. Sumber Internet