Anda di halaman 1dari 69

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM

PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR


DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA 3 DI SMA NEGERI 1
MUARO JAMBI TAHUN AJARAN 2018/2019”.

Disususn oleh:

NAMA : LATIFAH (RSA1C316018)

PRODI PENDIDIKAN FISIKA PGMIPA-U


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB 1

1.1 LATAR BELAKANG


Fisika merupakan satu bidang ilmu yang
mengajarkan berbagai pengetahuan terkait fenomena
alam yang mampu mengembangkan daya nalar dan
kemampuan menganalisa, sehingga persoalan yang
berkaitan dengan alam dapat dimengerti melalui
pembelajaran fisika. Penerapan pembelajaran fisika
merupakan cara untuk mengetahui fakta, konsep, prinsip,
dan proses terkait fenomena alam (Dahar. 2011).
Lanjutan

Menurut (Hamid. 2013) menyatakan bahwa motivasi


adalah suatu proses yang menentukan tingkatan
kegiatan dari tingkah-laku manusia. (Sardiman.
2008) juga mengatakan bahwa motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi
merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau
dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak suka
maka akan berusaha untuk meniadakan perasaan
tidak suka itu.
Lanjutan

Tingkat motivasi belajar yang dimiliki siswa


tentunya berdampak pada prestasi belajar siswa
itu sendiri. (Alci. 2015) menyatakan bahwa siswa
dengan motivasi belajar yang tinggi akan
menghasilkan pencapaian atau prestasi belajar
yang tinggi pula. Sebaliknya siswa dengan
motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa rendah,
maka pencapaian atau prestasi belajar yang
diraih akan rendah.
Lanjutan

Penerapan kurikulum 2013 merupakan salah satu


upaya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Kurikulum 2013 mengisyaratkan sebuah pembelajaran dengan
pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik menekankan pada
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara lebih
intens, kreatif, dan mandiri. Siswa terlibat secara langsung di
dalam proses pembelajaran. Keberhasilan akan tampak jika
siswa mampu melakukan langkah-langkah sanitifik mulai dari
mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
mengomunikasikan (BNSP. 2006). Perubahan kurikulum
dilakukan dengan harapan untuk meningkatkan mutu
pendidikan. Layaknya suatu inovasi kurikulum diharapkan
dapat membawa perbaikan dalam proses pendidikan yang
pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan, untuk
masa depan yang lebih baik bagi anak-anak bangsa.
Lanjutan

Harapan tersebut tidak sesuai dengan hasil


penelitian yang dilakukan oleh (Wulandari. 2016) yang
menunjukkan bahwa sebagian siswa kurang menyukai
pembelajaran fisika karena menganggap pelajaran fisika
sebagai pelajaran yang sulit. Hasil senada diperoleh dari
hasil observasi terhadap proses pembelajaran fisika
dikelas X MIA 3 SMA Negeri 1 Muaro jambi semester
genap tahun pelajaran 2018/2019. Hasil observasi ini
menunjukkan sebagian siswa memiliki motivasi belajar
yang cukup rendah karena tindakan yang ditunjukkan oleh
siswa belum sepenuhnya memenuhi dimensi motivasi
yang baik menurut (Aritonang. 2008).
Lanjutan

Hasil observasi menunjukkan bahwa beberapa siswa tidak


mengikuti pembelajaran dengan baik (indikator ketekunan dalam
belajar), beberapa siswa tampak tidak menyelesaikan
permasalahan yang diberikan oleh guru (indikator ulet dalam
menghadapi kesulitan), terdapat siswa yang mengantuk bahkan
mengganggu temannya saat guru menjelaskan (indikator minat dan
ketajaman perhatian dalam beelajar). Hasil ini menunjukkan
rendahnya motivasi belajar siswa. Rendahnya prestasi belajar
siswa diprediksi disebabkan oleh salah satunya strategi, model
atau pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru dikelas.
Pembelajaran dikelas cenderung bersifat teacher centered,
menyebabkan siswa menjadi pendengar yang baik, menjadi bosan,
mengantuk, pasif, dan berfungsi sebagai notulis dari ucapan guru
di depan kelas saja (Mutoharoh. 2011).
Lanjutan

Rendahnya prestasi belajar siswa kelas X MIA 5 SMA Negeri 7


Denpasar semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 yang sedang
melaksanakan pembelajaran di semester genap kelas X MIA tercermin
dari nilai ulangan harian mata pelajaran fisika yang disajikan pada tabel
1.1.
Tabel 1.1 Nilai ulangan harian siswa kelas X MIA
Kelas X MIA
Aspek
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai Tertinggi 85,4 83,0 84,5 81,5 79,7 80,5 80,5 79,0 80,0
Nilai Terendah 73,7 75,5 72,0 69,5 63,8 65,0 69,0 65,0 63,2
Rata-rata 81,7 80,5 81,5 70,5 65,7 67,5 70,5 66,5 66,8
Frekuensi ≥ KKM 34 31 32 29 22 25 31 26 26
78
Frekuensi < KKM 6 9 8 11 18 15 9 14 14
78
Jumlah siswa 6 9 8 11 18 15 9 14 14
yang belum
mencapai KKM
Ketuntasan 85% 77,5 80% 72,5 55% 62,5 77,5 65% 65%
Klasikal (%) % % % %
Lanjutan

Proses pembelajaran fisika seharusnya menekankan pada pemberian


pengalaman langsung pada siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan
bersikap ilmiah, serta mengomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup
(Susilo, 2012). Berdasarkan hasil observasi lanjutan pada proses pembelajaran di kelas X
MIA 3 SMA Negeri 1 Muaro Jambi semester genap tahun pelajaran 2018/2019
teridentifikasi sebab munculnya permasalahan sebagai berikut:

1. Siswa kesulitan dalam memahami isi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini
tercermin ketika guru memberikan soal latihan sebagian siswa tidak menjawab soal
tersebut.
2. Guru masih mendominasi proses pembelajaran.
3. Siswa masih menghafal pelajaran. Hal ini tercermin ketika siswa tidak bisa menganalisis
makna rumus yang berikan oleh guru.
4. Partisipasi dan keaktifan berdiskusi siswa rendah. Hal ini tercermin pada saat siswa
diberikan pertanyaan, siswa memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjawabnya
bahkan siswa jarang mengemukakan pertanyaan kepada guru.
5. Hasrat dan keinginan siswa untuk belajar masih rendah. Hal ini terlihat saat guru
memberikan permasalahan, sebagian besar siswa lebih memilih diam dan menunggu
temannya menjawab.
5. Lingkungan belajar yang kurang kondusif. Hal ini terlihat pada saat pembelajaran
berlangsung masih ada siswa yang berbincang-bincang dengan teman sebangkunya.
Lanjutan

Kesenjangan antara harapan dan kenyataan


yang terjadi menyebabkan timbulnya permasalahan
dalam pendidikan yang mengakibatkan rendahnya
prestasi belajar dan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut maka
perlu adanya perbaikan proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang dilaksanakan seyogyanya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis,
bekerja dan bersikap ilmiah, serta
mengomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup (Susilo. 2012).
Lanjutan

Guru dituntut untuk memiliki kreativitas yang


tinggi dalam memilih model pembelajaran untuk
dapat menarik minat siswa. Oleh karena itu, agar
upaya peningkatan motivasi dan prestasi belajar
dapat berhasil maka model pembelajaran harus
dipilih yang sesuai dengan situasi dan kondisi
siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat
juga akan memperjelas konsep-konsep yang
diberikan agar siswa antusias berpikir dan
berperan aktif dalam pembelajaran.
Lanjutan

Solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut


adalah penggunaan model pembelajaran yang inovatif. Salah satu
model pembelajaran inovatif yang dapat diterapkan oleh guru dalam
pembelajaran fisika adalah model pembelajaran problem based learning
(PBL). Keefektifan model pembelajaran problem based learning adalah
siswa lebih aktif dalam berpikir dan memahami materi secara
berkelompok dengan melakukan investigasi dan inkuiri terhadap
permasalahan yang nyata di sekitarnya sehingga siswa mendapatkan
kesan yang mendalam dan lebih bermakna tentang apa yang dipelajari.
Unsur menemukan masalah dan sekaligus memecahkannya terdapat
dalam model problem based learning (PBL). Model pembelajaran ini
bertujuan memberi tantang kepada siswa untuk mengajukan
permasalahan dan menyelesaikan masalah yang memiliki tingkat
kesulitan yang lebih tinggi dari masalah sebelumnya, meningkatkan
keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat, meningkatkan
kerjasama dan kekompakkan siswa dalam kelompok, serta membantu
siswa mengembangkan proses nalar siswa.
Lanjutan

Keefektifan yang dimiliki model problem


based learning (PBL) ini dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, sehingga siswa lebih aktif
dalam berpikir dan memahami materi pelajaran
dengan melakukan investigasi dan inkuiri terhadap
permasalahan yang nyata sehingga siswa
mendapat kesan yang lebih bermakna tentang apa
yang dipelajari. Motivasi belajar siswa yang baik
inilah yang dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Lanjutan

Berdasarkan uraian tersebut maka


dipandang perlu dilaksanakannya penelitian lebih
lanjut untuk memperoleh data yang menunjukkan
pengaruh model pembelajaran diterapkan oleh guru
jika terhadap motivasi belajar dan prestasi belajar
siswa. Oleh karena itu, dalam proposal ini digagas
sebuah penelitian yang berjudul “Penerapan Model
Problem Based Learning (PBL) dalam
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa
Kelas X MIA 3 di SMA Negeri 1 Muaro Jambi
Tahun Ajaran 2018/2019”.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan,


maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model problem based learning
dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas X MIA 3 di SMA N 1 MUARO JAMBI
tahun ajaran 2018/2019?
2. Apakah penerapan model problem based learning
dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas X MIA 3 di SMA N 1 MUARO JAMBI
tahun pelajaran 2018/2019?
3. Bagaimana tanggapan siswa kelas X MIA 3 terhadap
model problem based learning dalam pembelajaran fisika
di SMA N 1 MUARO JAMBI tahun pelajaran 2017/2018?
1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah


dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas X MIA 3 di
SMA N MUARO JAMBI tahun ajaran 2018/2019 melalui
penerapan model problem based learning dalam
pembelajaran fisika.
2. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X MIA 3 di
SMA N 1 MUARO JAMBI tahun ajaran 2018/2019 melalui
penerapan model problem based learning dalam
pembelajaran fisika.
3. Mendeskripsikan tanggapan siswa kelas X MIA 3
terhadap model problem based learning dalam
pembelajaran fisika di SMA N 1 MUARO JAMBI tahun
pelajaran 2018/2019.
1.4 MANFAAT PENELITIAN

Secara umum manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau dari


dua segi, yakni manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. Adapun
kedua manfaat tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai


deskripsi teoretis penerapan model problem based learning (PBL)
oleh guru dan dampaknya terhadap motivasi dan prestasi belajar
siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau
acuan pengembangan ilmu yang menganalisis hal-hal terkait model
problem based learning (PBL), motivasi belajar, dan prestasi belajar
siswa.
2. Secara praktis, penelitian tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :
1. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam memilih
model pembelajaran yang akan digunakan dalam upaya meningkatkan motivasi
dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika. Peneliti dan guru bekerja
sama dalam penentuan materi maupun pembuatan rancangan pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Peneliti dan guru juga bekerja sama dalam hal menerapkan
model pembelajaran yang diajukan oleh peneliti sehingga terdapat manfaat bagi
guru dalam penerapan model problem based learning pada pembelajaran fisika.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi informasi serta masukan berharga
bagi guru dalam melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas proses
dan hasil pembelajaran.
2. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada peneliti
yaitu adanya pengetahuan dan pengalaman langsung dalam melakukan
penelitian tindakan kelas. Peneliti mengetahui cara membangkitkan motivasi dan
prestasi belajar siswa serta cara mengelola kelas dengan baik pada
pembelajaran fisika. Peneliti dapat menambah pengetahuannya dari guru
mengenai penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan
acuan dari sekolah dan menentukan indikator pembelajaran yang sesuai dengan
model yang digunakan oleh peneliti. Peneliti nantinya sebagai calon guru dapat
menerapkan model problem based learning dalam pembelajaran fisika dengan
baik dan optimal.
Lanjutan

3. Bagi siswa
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengalaman belajar siswa bahwa pembelajaran berbasis
masalah dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
siswa dalam pembelajaran fisika sehingga siswa dapat
menemukan dan memahami sendiri konsep-konsep yang
dipelajari serta dapat memecahkan permasalahan yang
terjadi di kehidupan sehari-hari. Siswa menjadi semangat
dalam mengikuti pembelajaran sehingga motivasi belajar
siswa dapat meningkat. Hal tersebut dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa.
BAB 2

2.1 Problem Based Learning (PBL)


Menurut (Sadia. 2014) menyatakan bahwa model problem
based learning (PBL) adalah pembelajaran yang dirancang dalam
suatu prosedur pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah
dan menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Pembelajaran berbasis masalah dapat
diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyelesaian masalah. (Huang dalam Bungel. 2014)
menyatakan “problem-based learning as a curriculum design that
identified students not as passive recipients of knowledge but as
problem solvers who could develop disciplinary knowledge” artinya
pembelajaran berbasis masalah sebagai desain kurikulum yang
diidentifikasi siswa tidak sebagai penerima pasif pengetahuan tetapi
sebagai pemecah masalah yang bisa mengembangkan pengetahuan.
Lanjutan

Model pembelajaran berbasis masalah bersifat student


centered atau berpusat pada siswa. Hal ini lah yang menjadi salah
satu karakteristik pembeda antara model pembelajaran berbasis
masalah dengan model pembelajaran lain. Pembelajaran berbasis
masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk
belajar. Siswa diberikan kesempatan untuk bereksplorasi,
mengumpulkan, dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran fisika.
Pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan siswa untuk memperoleh prestasi belajar, meningkatkan
analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif
pemecahan masalah melalui eksplorasi data dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah pada diri siswa.
Lanjutan

Penerapan model problem based learning (PBL)


secara umum dimulai dengan adanya masalah
yang harus dipecahkan oleh siswa. Kemudian
siswa akan memusatkan pembelajaran kepada
permasalahan yang diberikan. Siswa
memecahkan masalah yang menjadi pusat
perhatiannya melalui kajian teori dan metode
ilmiah. Pemecahan masalah dalam PBL harus
sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah.
Lanjutan

Ciri-ciri dari model problem based learning menurut (Brooks & Martin
dalam Sadia. 2014) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan siswa
dalam pola pemecahan masalah. Kondisi ini dapat mengembangkan keahlian
belajar dalam bidangnya secara langsung dalam mengidentifikasi permasalahan.
2. Sifat masalah yang disajikan dalam proses pembelajaran adalah berlanjut. Ada
dua hal yang harus dipenuhi, yaitu: 1) masalah harus dapat memunculkan konsep
atau prinsip yang relevan dengan content domain yang dibahas, 2) permasalahan
hendaknya bersifat rill sehingga memungkinkan terjadinya kesamaan pandangan
antar siswa.
3. Adanya presentasi permasalahan, siswa dilibatkan dalam mempresentasikan
permasalahan sehingga mereka merasa memiliki permasalahan tersebut.
4. Guru berperan sebagai tutor dan fasilitator. Guru mengembangkan kreativitas
berfikir siswa dalam bentuk keahlian dalam pemecahan masalah dan membantu
siswa untuk menjadi mandiri.
5. Model pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif.
6. Model pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk mengembangkan
karakter siswa seperti tekun, mandiri, tanggung jawab, jujur, kerjasama, disiplin,
kerja keras, dan demokrasi.
Lanjutan

Menurut (Sadia. 2014) langkah-langkah yang


dilakukan dalam pelaksanaan model pembelajaran
berbasis masalah adalah sebagai berikut:
1. Fokuskan permasalahan sekitar pembelajaran konsep
yang esensial dan strategis.
2. Berikan kesempatan pada siswa untuk mengevaluasi
gagasannya melalui eksperimen atau studi lapangan.
3. Berikan kesempatan pada siswa untuk mengelola data
yang mereka miliki, yang merupakan proses latihan
metakognisi.
4. Berikan kesempatan kepada siswa untuk
mempresentasikan solusi yang mereka dapatkan.
Lanjutan

Rancangan model problem based learning yang diadaptasi dari


rancangan yang dikembangkan oleh (Barrows & Myers dalam Sadia. 2014) adalah
seperti tabel berikut:
Tabel 2.1 Rancangan pembelajaran problem based learning
Sintak Kegiatan Pembelajaran
Starting New Class 1. Introduction
2. Climate setting
Fase I (Pendahuluan) 1. Penyampaian tujuan pembelajaran
2. Mengatur suasana kelas (apersepsi dan motivasi)

Fase II Penyajian masalah (starting new 1. Penyajian satu set permasalahan yang berkaitan dengan topik yang akan dipelajari siswa.
problem) 2. Internalisasi masalah oleh siswa (kelompok kecil).
3. Menjelaskan produk atau kinerja yang perlu disajikan.
4. Menyampaikan tugas pembelajaran (learning task), seperti pengajuan hipotesis, pengumpulan
fakta/data, mensintesis informasi yang diperoleh melalui kegiatan inkuiri, mempelajari isu,
membuat catatan yang diperlukan, merancang dan melakukan percobaan dalam rangka
pemecahan masalah.
5. Mengembangkan penalaran dan argumen berdasarkan masalah yang telah disajikan.
6. Identifikasi sumber-sumber pembelajaran.
7. Penjadwalan tindak lanjut masalah.

Fase III. Tindak lanjut masalah (problem follow 1. Menggunakan berbagai sumber dan keterampilan berfikir kritis dan berfikir kreatif untuk
up) memecahkan masalah melalui kegiatan inkuiri.
2. Mengakses kembali masalah yang dipecahkan (revisi hipotesis, menerapkan pengetahuan baru,
mensintesis ulang, mengkaji kembali isu/problem, jika perlu revisi rencana tindakan, dan
merancang kembali keputusan dalam pemecahan masalah.

Fase IV. Presentasi (performance Penyajian pemecahan masalah oleh kelompok dan diskusi kelas
presentation)

Fase V. Kesimpulan (after conclusion 1. Rangkuman dan simpulan.


problem) 2. Evaluasi diri
Lanjutan

Menurut (Sanjaya. 2007) mengatakan bahwa keunggulan yang dimiliki


problem based learning, yaitu:
(1) teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran, (2) dapat
menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan
pengetahuan baru bagi siswa, (3) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran
siswa, (4) dapat membantu siswa mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata, (5) dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Pemecahan masalah juga dapat mendorong
untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya,
(6) memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya
merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan
hanya sekadar belajar dari guru atau dari buku-buku saja, (7) dianggap lebih
menyenangkan dan disukai siswa, (8) dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk meningkatkan prestasi belajar dan mengembangkan kemampuan mereka
untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru, (9) dapat memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
dalam dunia nyata, dan (10) dapat mengembangkan minat siswa untuk belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Lanjutan

Kelemahan yang dimiliki oleh model problem


based learning yang diungkapkan pula oleh (Sanjaya.
2007), yaitu: (1) ketika siswa tidak memiliki minat atau
tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari bisa untuk dipecahkan, maka mereka akan
merasa enggan untuk mencoba, (2) keberhasilan model
pembelajaran melalui problem solving membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan, dan (3) tanpa
pemahaman mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak
akan belajar yang ingin mereka pelajari. Rancangan
pembelajaran problem based learning yang diterapkan
pada penelitian ini diadaptasi dari rancangan yang
dikembangkan oleh Barrows dan Myers.
2.2 Motivasi Belajar
Kata motivasi berawal dari kata “motif”, yang
diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. (Hamid. 2013) menyatakan
bahwa motivasi adalah suatu proses yang menentukan
tingkatan kegiatan dari tingkah-laku manusia. (Purwanto
dalam Sukasni et al. 2012) mengungkapkan bahwa
motivasi adalah usaha yang mendorong dan memengaruhi
tingkah-laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk
melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan suatu dorongan pada diri seseorang untuk
melakukan tindakan konsisten untuk mencapai tujuan.
Lanjutan

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya


penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan
yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai
(Sardiman. 2008). Motivasi belajar merupakan faktor psikis
yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas
adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang,
dan semangat untuk belajar. Siswa dengan motivasi tinggi,
akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar. (Uno. 2008) menyatakan bahwa motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang
sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku.
Lanjutan

Menurut (Frandsen dalam Suryabrata. 2006)


menyatakan bahwa ada lima aspek yang memotivasi
belajar, antara lain:
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia
yang lebih luas
2. Adanya sifat yang kreatif dan keinginan untuk
selalu maju
3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari
lingkungannya
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan
yang lalu
Lanjutan

Menurut (Sukasni et al dalam Purwitha.


2016) mengungkapkan bahwa menurut jenisnya
motivasi dapat dibagi menjadi dua antara lain:
1. Motivasi intrinsik, yaitu hal dan keadaan yang
berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar.
2. Motivasi ekstrinsik, yaitu hal dan keadaan
yang datang dari luar individu siswa yang juga
mendorongnya untuk melakukan kegiatan
belajar.
Lanjutan

Menurut (Sardiman. 2008) mengemukakan tiga


fungsi motivasi, yaitu:
1. mendorong manusia untuk berbuat.
2. menentukan arah perbuatan, yakni kearah
tujuan yang hendak dicapai dengan demikian
motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan
yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
3. menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
guna mencapai tujuan, serta menyisihkan
perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Lanjutan

Motivasi memiliki peranan sebagai pendorong seseorang untuk


melakukan usaha dalam pencapaian prestasi. Motivasi yang baik dalam
proses belajar akan menunjukkan hasil yang baik. Usaha yang didasari
dengan adanya motivasi, akan melahirkan prestasi yang baik bagi
seseorang. Intensitas motivasi yang dimiliki seorang siswa akan sangat
menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman. 2008).
Motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) tekun
menghadapi tugas, (2) ulet menghadapi kesulitan, (3) menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah, (4) lebih senang bekerja
mandiri, (5) cepat bosan pada tugas-tugas rutin, (6) dapat
mempertahankan pendapatnya, (7) tidak mudah melepaskan hal yang
diyakini, dan (8) senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Motivasi belajar seseorang dapat dipengaruhi beberapa hal, yaitu: 1)
cita-cita, 2) kemampuan belajar yang berbeda, 3) kondisi siswa, 4)
keadaan lingkungan, 5) unsur-unsur dalam proses pembelajaran, dan 6)
upaya guru dalam membelajarkan siswa.
Lanjutan

Dimensi yang akan diteliti dalam penelitian ini sesuai dengan


dimensi motivasi belajar yang diungkapkan (Aritonang. 2008), yaitu: 1)
Ketekunan dalam belajar dengan indikator kehadiran disekolah,
mengikuti PBM di kelas, dan belajar dirumah, 2) Ulet dalam menghadapi
kesulitan dengan indikator sikap terhadap kesulitan dan usaha
menghadapi kesulitan, 3) Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
dengan indikator kebiasaan dalam mengikuti pelajaran dan semangat
dalam mengikuti PBM, 4) Berprestasi dalam belajar dengan indikator
keinginan untuk berprestasi dan kualifikasi hasil, 5) Mandiri dalam
belajar dengan indikator penyelesaian tugas atau PR dan menggunakan
kesempatan diluar jam pelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka
diperlukan indikator untuk menentukan tingkat motivasi belajar siswa.
Adapun indikator yang dimaksud adalah sebagai berikut.
Lanjutan

Tabel 2.2 Indikator Motivasi Belajar Siswa

No Dimensi Indikator
1 Ketekunan Kehadiran disekolah
dalam belajar Mengikuti PBM di kelas
Belajar dirumah
2 Ulet dalam Sikap terhadap
menghadapi kesulitan
kesulitan Usaha menghadapi
kesulitan
3 Minat dan Kebiasaan dalam
ketajaman mengikuti pelajaran
perhatian Semangat dalam
mengikuti PBM
4 Berprestasi Keinginan untuk
dalam belajar berprestasi
Kualifikasi hasil
5 Mandiri dalam Penyelesaian tugas
belajar atau PR
Menggunakan
kesempatan diluar jam
pelajaran
2.3 Prestasi Belajar

Prestasi merupakan suatu hal yang menjadi tujuan pencapaian


manusia menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Hal tersebut
yang menjadikan prestasi sebagai suatu masalah yang sangat esensial
dalam sejarah kehidupan manusia. Menurut (Simbolon. 2015) prestasi
belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya. Prestasi belajar pada tingkat dan jenis tertentu dapat
memberikan kepuasan tersendiri pada manusia, karena mempunyai
beberapa fungsi utama sebagai berikut:
1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai siswa.
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu,
termasuk kebutuhan siswa dalam suatu program pendidikan.
3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan.
5. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator terhadap daya serap
siswa.
Lanjutan

Mengetahui prestasi belajar siswa baik


secara individu atau kelompok merupakan
hal yang sangat penting dalam pembelajaran.
Karena prestasi belajar siswa berfungsi
sebagai indikator kualitas pendidikan. Selain
itu prestasi belajar juga berperan sebagai
umpan balik bagi guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar.
Lanjutan

Prestasi adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri


seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan (Hamalik. 2008). Menurut (Djamarah. 1994)
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa
kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai
hasil dari aktivitas dalam belajar dan diwujudkan dalam bentuk nilai atau
angka. Prestasi belajar dapat dikatakan pula sebagai hasil yang diperoleh
berupa nilai atau angka melalui interaksi yang baru berkat pengalaman dan
latihan. Beberapa faktor yang memengaruhi pencapaian prestasi belajar
adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam diri siswa yang dapat memengaruhi prestasi belajar
meliputi faktor fisiologis (kesehatan badan dan panca indera) dan faktor
psikologis (intelegensi, sikap, motivasi). Faktor eksternal yaitu faktor yang
berasal dari luar yang dapat memengaruhi prestasi belajar meliputi faktor
lingkungan keluarga (sosial ekonomi keluarga, pendidikan orang tua,
perhatian orang tua, dan suasana hubungan antara anggota keluarga),
faktor lingkungan sekolah (sarana dan prasarana, kompetensi guru dan
siswa, kurikulum dan metode mengajar), dan faktor lingkungan masyarakat
(sosial budaya, partisipasi terhadap pendidikan).
Lanjutan

Berdasarkan tingkat taksonomi (Bloom dalam


Arikunto. 2012) indikator kognitif dibagi menjadi
enam yaitu sebagai berikut:

1. Pengetahuan (C1)
Aspek mengenal, siswa diminta untuk
memilih satu dari dua atau lebih jawaban.
Mengungkap atau mengingat kembali yaitu siswa
diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih
fakta-fakta yang sederhana. Kata operasional yang
dapat digunakan adalah mendefinisikan,
mendeskripsikan, mengidentifikasikan,
mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan,
menyatakan, dan mereproduksi.
Lanjutan

2. Pemahaman (C2)
Aspek pemahaman, siswa diminta untuk
membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. Kata
operasional yang dapat digunakan adalah
mempertahankan, membedakan, menduga,
menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
mengeneralisasi, memberikan contoh, menuliskan
kembali, dan memperkirakan.
Lanjutan

3. Penerapan (C3)
Aspek penerapan atau aplikasi, siswa dituntut
memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu
abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan,
cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi
baru dan menerapkannya secara benar. Kata operasional
yang dapat digunakan adalah mengubah, menghitung,
mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasikan,
memodifikasikan, mengoprasikan, meramalkan,
menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan, dan menggunakan.
Lanjutan

4. Analisis (C4)
Aspek analisis, siswa diminta untuk
menganalisis suatu hubungan atau situasi yang
kompleks atau konsep-konsep dasar. Kata
operasional yang dapat digunakan adalah merinci,
menyusun diagram, membedakan,
mengidentifikasikan, mengilustrasikan,
menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan,
memilih, memisahkan, dan membagi.
Lanjutan

5. Sintesis (C5)
Aspek sintesis, siswa diminta untuk
melakukan generalisasi. Pertanyaan disusun
sedemikian rupa sehingga mengarahkan siswa untuk
menggabungkan atau menyusun kembali hal-hal
yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu
struktur baru. Kata operasional yang dapat
digunakan adalah mengkategorikan,
mengombinasikan, mengarang, menciptakan,
membuat desain, menjelaskan, memodifikasikan,
mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana,
mengatur kembali, merekontruksikan,
menghubungkan, merevisi, menuliskan kembali,
menuliskan, dan menceritakan.
Lanjutan

6. Evaluasi (C6)
Aspek evaluasi bermaksud untuk mengetahui
sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan
dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai
suatu kasus. Kata operasional yang dapat digunakan
adalah menilai, membandingkan, menyimpulkan,
mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan,
membedakan, menerangkan, memutuskan,
menafsirkan, menghubungkan, dan membantu.
2.4 Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan


terhadap beberapa hasil penelitian yang relevan dengan kualitas strategi
pembelajaran fisika jika dianalisis secara kualitatif berdasarkan motivasi dan
efikasi diri siswa.

Pertama, (Sheldrake. 2016) dalam penelitiannya yang berjudul


“Confidence as motivational expressions of interest, utility, and other influences:
Exploring under-confidence and over-confidence in science students at secondary
school”, menjelaskan bahwa bahwa keyakinan diri yang rendah mengurangi
kegunaan dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Keyakinan diri yang lebih tinggi telah
menyebabkan pencapaian berikutnya lebih tinggi di atas sebelumnya. Efikasi diri
yang lebih tinggi juga akan menghasilkan ekspresi motivasi yang tinggi, dan
tingginya tingkat motivasi yang diberikan mampu memprediksi pencapaian
berikutnya yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini mengidentifikasikan bahwa
adanya tingkat keyakinan diri dan motivasi diri siswa berpengaruh terhadap
pencapaian siswa itu sendiri. Tingkat keyakinan diri dan motivasi yang tinggi akan
menghasilkan pencapaian yang lebih tinggi dari pencapaian sebelumnya.
Lanjutan

Kedua, (Cetin. 2016) dalam penelitiannya yang


berjudul “Student Motivation in Constructivist Learning
Environment” menyatakan bahwa awalnya siswa memiliki
motivasi rendah ketika menerima pembelajaran yang
konvensional, namun ketika diterapkan suatu model
pembelajaran kontruktivistik terjadi perubahan sikap dan
mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Temuan ini juga menunjukkan bahwa siswa lebih
termotivasi untuk belajar ketika mereka memiliki lebih
banyak kesempatan dalam menghubungkan ilmu dengan
kejadian di dunia nyata. Berdasarkan hasil tersebut dapat
diidentifikasi bahwa motivasi siswa menjadi lebih tinggi
apabila dipadukan dengan pembelajaran berbasis
lingkungan.
2.5 Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan kegiatan yang penting dalam pendidikan.


Model pembelajaran yang tepat dan sesuai akan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Siswa akan lebih mudah dalam memahami
konsep dan materi yang dipelajarinya. SMA N 1 Muaro Jambi pada kelas X
MIA 3 memiliki permasalahan pada motivasi belajar dan prestasi belajar dalam
pemecahan suatu masalah pada pembelajaran fisika. Kurangnya variasi pada
metode yang diterapkan untuk dapat meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar siswa. Perhatian dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran
masih kurang, sehingga pemahaman dan prestasi belajar mereka kurang
optimal. Metode yang dijadikan alternatif dalam pembelajaran fisika kelas X
MIA 3 pada semester genap adalah model pembelajaran problem based
learning. Karakteristik dari model pembelajaran ini adalah memberikan
kebebasan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Siswa harus
mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data
tersebut untuk memecahkan kasus permasalahan. Model pembelajaran ini
bertujuan untuk membuat siswa berfikir kritis, mencari sumber yang relevan,
dapat memecahkan masalah secara berkelompok dan mempresentasikannya,
dapat mengajukan dan menjawab pertanyaan, kemudian di akhir guru
bersama dengan siswa menyimpulkan materi pembelajaran yang telah
dipelajari atau dibahas.
Lanjutan

Berdasarkan fase-fase dari model problem based learning yang terdiri


dari pendahuluan, penyajian masalah, tindak lanjut masalah, presentasi, dan
kesimpulan. Fase-fase dari model problem based learning dapat berkaitan
dengan aspek-aspek dari prestasi dan motivasi belajar. Pertama, pada fase
pendahuluan memfasilitasi perkembangan motivasi belajar yaitu hasrat dan
keinginan berhasil, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar dan adanya
lingkungan belajar yang kondusif. Memfasilitasi perkembangan prestasi belajar
pada pengetahuan siswa. Pada fase ini guru lebih banyak memberikan
motivasi belajar agar menumbuhkan minat belajar siswa selanjutnya dan
hasrat dan keinginan berhasil serta mengecek pengetahuan awal siswa. Pada
tahap pendahuluan guru menyampaikan tujuan dari pembelajaran agar siswa
merasa adanya kegiatan menarik dalam belajar sehingga merangsang minat
dan ketajaman perhatian siswa dalam belajar. Guru juga mengkondisikan
suasana kelas yang nyaman agar adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Lanjutan

Kedua, pada tahap penyajian masalah


memfasilitasi perkembangan prestasi belajar dan
motivasi belajar siswa. Guru menyajikan suatu
permasalahan sehingga siswa dapat menggunakan
pemahamannya untuk memfokuskan permasalahan
yang ada. Pemahaman siswa dapat digunakan
untuk menemukan pemecahan dari permasalahan
yang diberikan. Pada tahap ini, motivasi belajar
yang dapat ditunjukkan oleh siswa yaitu adanya
keuletan dalam menghadapi kesulitan serta minat
dan ketajaman perhatian.
Lanjutan

Ketiga, pada tahap tindak lanjut masalah memfasilitasi


perkembangan prestasi belajar. Pada tahap ini siswa akan
menganalisis dan mengumpulkan data untuk menindak lanjuti
dari permasalahan yang disajikan oleh guru. Keempat, pada
tahap presentasi siswa akan mengkomunikasikan hasil dari
temuannya berdasarkan pemecahan masalah yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap
presentasi akan melakukan diskusi dengan teman yang
lainnya. Pada saat berdiskusi siswa akan memberikan
argumen ataupun pertanyaan terkait materi yang sedang
dibahas. Pada tahap presentasi diperlukan motivasi adanya
keinginan untuk berprestasi serta penyelesaian tugas oleh
siswa.
Lanjutan

Kelima, pada tahap kesimpulan


memfasilitasi perkembangan prestasi
belajar dan motivasi belajar siswa. Pada
tahap kesimpulan ini siswa bersama guru
menyimpulkan hasil dari pembelajaran.
Guru memberikan evaluasi dalam
pembelajaran. Siswa dapat menerapkan
konsep yang telah ditemukan dalam
memecahkan masalah yang diberikan pada
kehidupan sehari-hari.
Lanjutan

Berdasarkan pemaparan tersebut maka model


problem based learning diyakini mampu memfasilitasi
pengembangan keterampilan belajar kognitif dan
memberikan motivasi belajar pada siswa. Posisi guru
sebagai fasilitator dalam problem based learning,
bertugas untuk membantu memberikan pengalaman
kepada siswa dalam mendesain pemecahan masalah
yang terkait dengan materi pelajaran.
Lanjutan

Pada variabel motivasi dan prestasi belajar


memiliki keterkaitan yang erat. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi akan bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran di kelas. Siswa yang tekun
dalam mengikuti pembelajaran akan menghasilkan
prestasi belajar yang baik. Sebaliknya jika motivasi
belajar siswa yang rendah, maka siswa akan malas
belajar dan cenderung tidak menyukai pelajaran
tersebut akan mengakibatkan prestasi belajar siswa
yang rendah. Secara ringkas keterkaitan antara model
problem based learning dengan motivasi dan prestasi
belajar siswa dapat disajikan sebagai berikut.
Lanjutan

Motivasi dan prestasi belajar yang rendah dalam


pemecahan suatu masalah pada pembelajaran fisika

disebabkan

Guru yang mengajar secara monoton dan kurang menggunakan variasi metode lain yang dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa

Prestasi belajar ditanggulangi Motivasi Belajar


Pengetahuan

Pengetahuan Ketekunan dalam belajar


Model Problem
Pemahaman Based Learning
Ulet dalam menghadapi
Pendahuluan kesulitan
Penerapan
Penyajian masalah Minat dan ketajaman
perhatian
Analisis Tindak lanjut
masalah Berprestasi dalam belajar

Presentasi
Mandiri dalam belajar

Kesimpulan

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Berpikir


2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir pada penjelasan


sebelumnya, maka hipotesis penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan model problem based learning dapat meningkatkan motivasi


belajar fisika kelas X MIA 5 SMA Negeri 7 Denpasar tahun ajaran
2017/2018.
2. Penerapan model problem based learning dapat meningkatkan prestasi
belajar fisika kelas X MIA 5 SMA Negeri 7 Denpasar tahun ajaran
2017/2018.
3. Tanggapan siswa kelas X MIA 5 SMA Negeri 7 Denpasar tahun ajaran
2017/2018 pada model problem based learning adalah positif.
BAB 3
3.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X MIA 3 SMA Negeri 1
Muaro Jambi, pada semester genap tahun ajaran 2018/2019.
3.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 3 di SMA Negeri
1 Muaro Jambi tahun ajaran 2018/2019. Subjek ini dipilih berdasarkan
hasil observasi yang telah dilakukan terlihat motivasi dan prestasi
belajar siswa pada kelas X MIA 3 yang masih cukup rendah.
Terungkap beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga keterlibatan
siswa dalam pembelajaran masih kurang.
2. Guru kurang memperhatikan siswa kurang memahami
pembelajaran sehingga berlalu begitu saja.
3. Guru kurang memotivasi siswa yang tidak aktif secara personal,
guru hanya memotivasi secara keseluruhan sehingga siswa yang
tidak aktif merasa enggan untuk belajar.
3.3 Data dan Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah:


Siswa kelas X SMA Negeri 1 Muaro Jambi tahun ajar 2018/2019. Tentang
penerapan model PBL dalam pembelajaran fisikan untuk meningjatkan motivasi
belajar sisiwa yang digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Menurut (Darmawan.2013:159) teknik pengumpulan data adalah cara-


cara yang ditempuh alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan
datanya. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah meggunakan lembar
observasi yang digunakan peneliti untuk mengobservasi kegiatan siswa yang
sejalan dengan penerapan model PBL untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
selama proses pembelajaran. Agar diperoleh data yang akurat juga diperlukan
pengambilan data melalui rekaman video yang diambil pada setiap kegiatan
penelitian agar data yang didapatkan lebih akurat.
3. 5 Teknik Analisis Data dan Indikator Capaian Penelitian
Analisis data dalam penelitian tindakan kelas dilakukan dengan analisis
kuantitatif. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai
berikut.
1. Motivasi Belajar
Data mengenai motivasi belajar fisika siswa dianalisis berdasarkan skor rata-rata
ത mean ideal (MI), dan standar deviasi ideal (SDI).
motivasi belajar fisika ( 𝑋),
Adapun rumus skor rata-rata motivasi belajar adalah sebagai berikut.
σ𝑋
𝑋ത =
𝑁
(Arikunto, 2012)
Keterangan:
𝑋ത = rata-rata (mean) Tabel 3.2 Kriteria Penggolongan
σ 𝑋 = jumlah seluruh skor Motivasi Belajar Siswa
𝑁 = banyaknya subjek
Kriteria Kategori

𝑋ത ≥ 𝑀𝐼 + 1,5 𝑆𝐷𝐼 Sangat tinggi


𝑀𝐼 + 0,5 𝑆𝐷𝐼 ≤ 𝑋ത Tinggi
< 𝑀𝐼 + 1,5 𝑆𝐷𝐼
(diadaptasi dari
𝑀𝐼 − 0,5 𝑆𝐷𝐼 ≤ 𝑋ത Cukup tinggi Nurkancana &
< 𝑀𝐼 + 0,5 𝑆𝐷𝐼
Sunartana. 1990)
𝑀𝐼 − 1,5 𝑆𝐷𝐼 ≤ 𝑋ത Kurang tinggi
< 𝑀𝐼 − 0,5 𝑆𝐷𝐼
𝑋ത < 𝑀𝐼 − 1,5 𝑆𝐷𝐼 Sangat kurang tinggi
Hasil perhitungan MI dan SDI adalah sebagai berikut.
1
𝑀𝐼 = (skor ideal + skor terendah ideal)
2
1
𝑆𝐷𝐼 = 6
(skor ideal – skor terendah ideal)
Skor rerata yang diperoleh dari perhitungan yang diperoleh dibandingkan
dengan kriteria penggolongan yang telah ditetapkan seperti pada tabel 3.2.
Kriteria keberhasilan untuk motivasi belajar siswa minimal adalah tinggi.

2. Prestasi belajar
Data mengenai kemampuan prestasi belajar siswa dianalisis dengan
menghitung nilai tes. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai
kemampuan prestasi belajar siswa adalah sebagai berikut.
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

σ𝑋
𝑋ത =
𝑁
(Arikunto, 2012)
Keterangan:
𝑋ത = rata-rata
σ 𝑋 = jumlah seluruh skor
𝑁 = banyaknya subjek
Ketuntasan pengetahuan siswa dapat ditentukan dengan
menggunakan ketuntasan klasikal (KK). Rumus untuk menghitung
ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut.
Banyak siswa yang tuntas
KK = x 100%
Banyak siswa yang ikut tes
Kriteria keberhasilan siswa adalah jika memenuhi KKM dan
ketuntasan klasikal (KK). Penelitian dikatakan berhasil jika memenuhi
ketuntasan klasikal (KK).
3. Tanggapan siswa
Data tanggapan siswa terhadap penerapan model problem based
learning diperoleh dari angket tanggapan siswa. Adapun rumus skor rata-
rata tanggapan siswa adalah sebagai berikut.
σ𝑋

𝑋=
𝑁
(Arikunto, 2012)
Keterangan:
𝑋ത = rata-rata (mean)
σ 𝑋 = jumlah seluruh skor
𝑁 = banyaknya subjek
ത mean
Data tanggapan siswa dianalisis berdasarkan skor rata-rata (𝑋),
ideal (MI), dan standar deviasi ideal (SDI).
Tabel 3.3 Kriteria Penggolongan Tanggapan Siswa
Kriteria Kategori

𝑋ത ≥ 𝑀𝐼 + 1,5 𝑆𝐷𝐼 Sangat positif

𝑀𝐼 + 0,5 𝑆𝐷𝐼 ≤ 𝑋ത < 𝑀𝐼 + 1,5 𝑆𝐷𝐼 Positif

𝑀𝐼 − 0,5 𝑆𝐷𝐼 ≤ 𝑋ത < 𝑀𝐼 + 0,5 𝑆𝐷𝐼 Cukup positif

𝑀𝐼 − 1,5 𝑆𝐷𝐼 ≤ 𝑋ത < 𝑀𝐼 − 0,5 𝑆𝐷𝐼 Kurang positif

𝑋ത < 𝑀𝐼 − 1,5 𝑆𝐷𝐼 Sangat kurang positif

(Nurkancana & Sunartana, 1990)


Hasil perhitungan MI dan SDI adalah sebagai berikut.
1
𝑀𝐼 = (skor ideal + skor terendah ideal)
2
1
𝑆𝐷𝐼 = ideal – skor terendah ideal)
(skor
6
Skor rata-rata yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan kriteria penggolongan yang telah
ditetapkan seperti pada tabel 3.3. Penelitian ini
dikatakan berhasil apabila skor rata-rata tanggapan
siswa minimal positif.
3.6 Prosedur Penelitian

Refleksi awal
Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti
melakukan refleksi awal guna mengetahui permasalahan yang
terdapat di SMA Negeri1 Muaro Jambi. Berdasarkan hasil refleksi
awal di temukan permasalahan yaitu rendahnya motivasi dan
prestasi belajar siswa pada pembelajaran fisika khususnya pada
kelas X MIA 3. Kemudian peneliti melaksanakan sebuah rancangan
penelitian yang terdiri dari beberapa siklus dengan tujuan
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada
pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Muaro Jambi. Pembagian
materi pada tiap siklus didasarkan pada keterkaitan antara
kompetensi dasar dan indikator pencapaian prestasi belajar siswa.
Siklus I
Pada siklus I, peneliti bekerja sama dengan guru pengajar fisika di kelas X MIA 3.
Pada tahap ini peneliti bersama guru pengajar di kelas X MIA 3 menyusun rancangan tindakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan sebagai berikut.

1. Tahapan Perencanaan Tindakan I


Pada tahap ini peneliti bersama guru pengajar di kelas X MIA 5 menyusun tindakan
sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan yaitu sebagai berikut.
a. Menganalisis silabus tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran yang akan dipelajari siswa pada pelaksaan tindakan siklus I.
b. Menjabarkan materi pembelajaran menjadi kategori fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
sesuai dengan pedoman kurikulum 2013.
c. Merumuskan indikator sebagai pembatasan tentang yang diharapkan dapat dipahami siswa
setelah mengikuti pembelajaran yang didasarkan pada kompetensi inti.
d. Merancang instrumen dan perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dengan model problem based learning, lembar kerja kelompok (LKK), kuis,
dan tes kognitif pada akhir siklus.
e. Melakukan orientasi awal dan pengenalan kepada siswa mengenai model problem based
learning yang nantinya akan diterapkan di kelas.
f. Membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa dalam kelompok yang heterogen.
g. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran seperti
presensi, format penilaian, dan menyiapkan alat-alat praktikum.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan I

Tindakan pada siklus I dilaksanakan 3 kali pertemuan


yang terdiri dari 2 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1
kali pertemuan untuk tes kognitif dan pengisian angket
motivasi belajar siswa pada akhir siklus. Adapun
pembelajaran masing-masing pertemuan dirinci sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang yang
diperlukan selama proses pembelajaran.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
model problem based learning yang memiliki tahapan yaitu
menyampaikan indikator dan memotivasi siswa, menyajikan
sebuah permasalahan dan memfokuskan permasalahan,
menindaklanjuti permasalahan dengan melakukan praktikum,
presentasi, dan kesimpulan.
3. Tahap Observasi dan Evaluasi I

Observasi dan evaluasi pada pelaksanaan siklus I dalam


penelitian ini yaitu (1) angket motivasi, (2) tes prestasi belajar di akhir
siklus I, dan (3) kendala-kendala atau permasalahan yang ditemukan
selama pelaksanaan tindakan I.

4. Tahapan Refleksi I
Kegiatan refleksi ini dilakukan pada setiap akhir pembelajaran
dan akhir siklus I. Sebagai dasar refleksi pada setiap akhir
pembelajaran adalah kendala-kendala yang dialami selama
pembelajaran melalui penerapan model problem based learning dapat
dilihat dari keaktifan, keantusiasan, dan kesungguhan siswa dalam
menindak lanjuti permasalahan yang disajikan, kegiatan praktikum,
diskusi, dan presentasi. Hasil-hasil refleksi tersebut selanjutnya
digunakan sebagai bahan pertimbangan atau penyempurnaan
tahapan-tahapan pada siklus II.
Siklus II
1. Tahapan Perencanaan Tindakan II
Tahapan perencanaan pada siklus II disesuaikan dengan refleksi pada siklus I.
Pada tahap ini peneliti bersama guru pengajar di kelas X MIA 5 menyusun
tindakan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan yaitu sebagai berikut.
a. Menganalisis silabus tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator dan
tujuan pembelajaran yang akan dipelajari siswa pada pelaksaan tindakan siklus II.
b. Menjabarkan materi pembelajaran menjadi kategori fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang sesuai dengan pedoman kurikulum 2013.
c. Merumuskan indikator sebagai pembatasan tentang yang diharapkan dapat
dipahami siswa setelah mengikuti pembelajaran yang didasarkan pada
kompetensi inti.
d. Merancang instrumen dan perangkat pembelajaran seperti rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan model problem based learning, lembar
kerja kelompok (LKK), kuis, dan tes kognitif pada akhir siklus.
e. Membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa dalam kelompok yang
heterogen.
f. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses
pembelajaran seperti presensi, format penilaian, dan menyiapkan alat-alat
praktikum.
2. Tahap pelaksanaan tindakan II

Proses pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, peneliti dan


guru menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Pada tahapan
ini juga disampaikan hasil refleksi pada siklus I dan langkah-
langkah perbaikan yang ditekankan pada siswa.

Tindakan pada siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan


yang terdiri dari 2 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali
pertemuan untuk tes kognitif dan pengisian angket motivasi belajar
siswa pada akhir siklus. Adapun pembelajaran masing-masing
pertemuan dirinci sebagai berikut.
a. Mempersiapkan sarana dan prasarana penunjang yang
diperlukan selama proses pembelajaran.
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan
model problem based learning yang memiliki tahapan yaitu
menyampaikan indikator dan memotivasi siswa, menyajikan
sebuah permasalahan dan memfokuskan permasalahan,
menindaklanjuti permasalahan dengan melakukan praktikum,
presentasi, dan kesimpulan.
3. Tahap Observasi dan Evaluasi II

Observasi dan evaluasi pada pelaksanaan siklus II dalam


penelitian ini yaitu (1) angket motivasi siswa, (2) tes prestasi
belajar di akhir siklus II, dan (3) kendala-kendala atau
permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan II.

4. Tahapan Refleksi II

Kegiatan refleksi ini dilakukan pada setiap akhir


pembelajaran dan akhir siklus II. Sebagai dasar refleksi pada
setiap akhir pembelajaran adalah kendala-kendala yang dialami
selama pembelajaran melalui penerapan model problem based
learning dapat dilihat dari keaktifan, keantusiasan, dan
kesungguhan siswa dalam menindak lanjuti permasalahan yang
disajikan, kegiatan praktikum, diskusi, dan presentasi.

Anda mungkin juga menyukai