ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem posing yang
diterapkan pada perkuliahan Materi Pemodelan dalam Riset Operasi. Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Pre-exprimental dengan desain one-shot case study. Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga November 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah 48 mahasiswa yang
mengontrak mata kuliah Riset Operasi pada Tahun Akademik 2016-2017. Data yang diperoleh terdiri dari: (1) data kemampuan
dosen mengelola pembelajaran, (2) data aktivitas mahasiswa selama pembelajaran, (3) data tes hasil belajar, dan (4) data respon
mahasiswa terhadap pembelajaran. Data hasil penelitian dianalis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan dosen mengelola model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem posing
selama empat kali pertemuan adalah baik, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sesuai dengan kriteria waktu ideal, hasil
belajar mahasiswa secara klasikal adalah tuntas, dan respon mahasiswa terhadap pembelajaran adalah positif. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem posing efektif diterapkan dalam
mengajarkan materi Pemodelan dalam Riset Operasi di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado.
Kata kunci: model kooperatif, pendekatan problem posing, pemodelan matematik, riset operasi
1
dalam pembelajaran kooperatif antara lain mahasiswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengembangkan konsep
meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan matematika. (2) Dapat menambah wawasan dosen dalam
mahasiswa yang lain, mahasiswa mempunyai lebih banyak menerapkan model pembelajaran di kelasnya. (3) Dapat
kesempatan untuk menghargai perbedaan, partisipasi dijadikan sebagai sumbangan untuk meningkatkan mutu
mahasiswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat, pembelajaran matematika.
mengurangi kecemasan mahasiswa (kurang percaya diri),
meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif,
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. KAJIAN PUSTAKA
Setiawan (2004:14) mengatakan bahwa beberapa
penelitian pendekatan problem posing dalam proyek Belajar dan Proses Pembelajaran Matematika
pemerataan peningkatan mutu SLTP, pada kesimpulannya Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di perguruan
problem posing pada pengembangan matematika dapat tinggi dan belajar merupakan hal yang paling pokok dalam
meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa yang ditunjukkan proses pendidikan. Belajar pada hakekatnya adalah suatu
dengan meningkatnya prestasi belajar mahasiswa. aktivitas yang mengharapkan tingkah laku tersebut terjadi
Selanjutnya Sutiarso dalam Mangobi (2016:2) karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar sebagai
mengemukakan bahwa pembelajaran kooparatif yang suatu proses, ditandai dengan adanya perubahan pada diri
dikombinasikan dengan kegiatan problem posing dapat seseorang. Jika prosesnya benar dengan konsep yang
meningkatkan proses belajar mahasiswa, yaitu aktivitas mampu dikuasai peserta didik hasil belajarnya akan baik,
belajar dan interaksi antar mahasiswa dalam kelompok serta maka tujuan pendidikan pasti tercapai.
meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Roestiyah (2001:5) mengemukakan bahwa belajar
Dari uraian di atas peneliti ingin mengadakan adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan
penelitian lebih lanjut, apakah model pembelajaran diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa
kooperatif melalui pendekatan problem posing efektif kecakapan sikap, kebiasaan kepada suatu pengertian. Belajar
diterapkan pada perkuliahan materi Pemodelan dalam Riset merupakan usaha menggunakan setiap sarana atau sumber,
Operasi di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan baik di dalam maupun di luar pranata pendidikan, guna
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan perkembangan dan pertumbuhan pribadi. Salam (2004:8)
Alam, Universitas Negeri Manado. Untuk mendapatkan berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
jawaban dari pertanyaan tersebut penting kiranya masalah perilaku. Perilaku yang sangat luas meliputi, pengetahuan
ini diangkat menjadi suatu penelitian. dan kemampuan berpikir, skill atau keterampilan,
Secara umum masalah dirumuskan sebagai berikut: penghargaan terhadap sesuatu sikap, minat, dan
Apakah Model Pembelajaran Kooperatif melalui Pendekatan semacamnya. Dari pengertian di atas jelas bahwa belajar
Problem Posing efektif diterapkan pada perkuliahan materi ditekankan pada upaya yang diharapkan setelah mengalami
Pemodelan dalam Riset Operasi di Program Studi proses belajar, mahasiswa dapat mengalami perubahan
Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas kegiatan, sikap, pengetahuan dan pemahaman ke arah yang
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas lebih baik lagi.
Negeri Manado? Secara rinci pertanyaan penelitian dapat Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan
dirumuskan sebagai berikut: rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh dosen sebagai
1. Apakah kemampuan dosen mengelola pembelajaran pendidik dan mahasiswa sebagai peserta didik dalam
terbilang baik? kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan
2. Apakah aktivitas mahasiswa selama pembelajaran fasilitas pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang
sesuai dengan kriteria waktu ideal? telah ditetapkan dalam kurikulum. Adapun tujuan
3. Apakah hasil belajar mahasiswa mencapai KKM secara pembelajaran khususnya pembelajaran matematika adalah:
klasikal? (1) Melatih cara berpikir dan menalar dalam nenarik
4. Apakah respon mahasiswa terhadap pembelajaran kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan,
positif? eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsisten dan inkonsisten. (2) Mengembangkan aktivitas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil rasa
posing yang diterapkan pada perkuliahan Materi Pemodelan ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-
dalam Riset Operasi yang ada dalam matakuliah Riset coba. (3) Mengembangkan kemampuan memecahkan
Operasi di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan masalah. (4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan informasi antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
Alam, Universitas Negeri Manado. Adapun tujuan grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan (Nur dan
penelitian secara rinci adalah sebagai berikut. Wikandari, 2000:10).
1. Untuk mengetahui kemampuan dosen mengelola Agar proses pembelajaran yang dilakukan antara
pembelajaran. dosen dan mahasiswa dapat berjalan secara efektif dan
2. Untuk mengetahui aktivitas mahasiswa selama efisiensi, dosen diharuskan memperhatikan tujuan, ruang
pembelajaran. lingkup dan urutan bahan yang diberikan dalam proses
3. Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal. pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa dalam proses
4. Untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap pembelajaran matematika untuk bisa memasuki materi
pembelajaran. pelajaran berikutnya, maka materi sebelumnya harus benar-
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat benar dikuasai oleh peserta didik yang tergambar pada hasil
kepada banyak pihak, terutama bagi mahasiswa, dosen, dan belajarnya.
peneliti sendiri. Rincian kontribusi penelitian dapat
diuraikan sebagai berikut: (1) Melatih mahasiswa untuk
2
Hasil belajar tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik,
Hasil belajar merupakan penilaian yang dicapai penerimaan terhadap perbedaan individu, dan
seseorang untuk mengetahui pemahaman tentang bahan pengembangan keterampilan sosial”.
pelajaran atau materi yang diajarkan sehingga dapat Dalam pembelajaran kooperatif mahasiswa dibentuk
dipahami. Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan dalam beberapa kelompok yang memiliki perbedaan-
pembelajaran, dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. perbedaan. Setiap kelompok terdiri dari mahasiswa yang
Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik berkemampuan tinggi, sedang, rendah dan jenis kelamin
dalam menguasai materi yang dipelajari dan ditetapkan. Hasil yang berbeda. Dalam kelompok tersebut mahasiswa
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki diarahkan untuk menciptakan interaksi yang saling
mahasiswa setelah menerima pengalaman belajarnya membantu dan belajar sesama anggota kelompok. Supaya
(Sudjana, 2006:8). Sedangkan Horwart membagi tiga macam model pembelajaran kooperatif ini terlaksana dengan baik,
hasil belajar mengajar: (1) Keterampilan dan mahasiswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan
kebiasaan. (2) Pengetahuan dan pengarahan. (3) Sikap dan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
cita-cita (Sudjana, 2006:9). Johar (2007:3) mengatakan bahwa konsep utama
Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Suprijono dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
(2009:15) mendefinisikan bahwa hasil belajar mencakup a. Penghargaan kelompok, diberikan jika kelompok
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut mencapai kriteria yang ditentukan.
Suprijono yang harus diingat hasil belajar adalah perubahan b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual
potensi kemampuan saja, artinya hasil pembelajaran yang semua angota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus
dikategorisasi oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut dalam usaha untuk membantu yang lain dan
di atas tidak terlihat secara terpisah melainkan memastikan setiap anggota kelompok telah siap
komprehensif. Menurut Winkel sebagaimana yang dikutip menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
oleh Sutadi dan Sunaryo (2004:10), hasil belajar merupakan c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa
bukti keberhasilan yang telah dicapai mahasiswa yang mana mahasiswa telah membantu kelompok dengan cara
setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini
yang khas. memastikan bahwa mahasiswa berkemampuan tinggi,
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk
untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan melakukan yang terbaik dan kontribusi semua anggota
pembelajaran telah berjalan secara efektif. Tes hasil belajar kelompok sangat bernilai.
dapat memberikan informasi sampai dimana penguasaan dan Prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif
kemampuan yang telah dicapai mahasiswa dalam mencapai menurut Asmarawati (2000:39) ada lima yaitu:
tujuan pembelajaran tersebut. Jadi hasil belajar matematika a. Saling ketergantungan yang positif; Anggota kelompok
berarti kemampuan seseorang untuk mempelajari matematika mahasiswa harus mengatakan bahwa mereka
dengan hasil yang diperoleh secara maksimal dan ditunjukan memerlukan kerja sama untuk mencapai tujuan
dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh dosen. Dalam kelompok.
penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah nilai rata- b. Interaksi berhadap-hadapan (face to face); Kelompok
rata yang diperoleh mahasiswa setelah mengalami interaksi kecil terdiri dari 2 sampai 4 orang anggota, mahasiswa
pembelajaran mata kuliah Riset Operasi materi Pemodelan saling kerjasama untuk mendapatkan hasil belajar yang
dalam Riset Operasi. lebih baik dimana tiap angota duduk berhadapan.
Pembelajaran kooperatif meliputi interaksi bersama
Model Pembelajaran Kooperatif diantara mahasiswa.
Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi c. Kemampuan melaporkan secara individu; Semua
belajar mahasiswa dan bekerja sama dalam kelompok kecil anggota kelompok harus mempunyai kemampuan
beranggotakan 4-5 orang mahasiswa yang saling membantu menanggapi suatu masalah, dan mengembangkan ide-
untuk memahami suatu bahan pelajaran, dengan tujuan idenya untuk keberhasilan kelompok.
mencapai prestasi belajar tertinggi. Berkenaan dengan hal d. Menggunakan keterampilan sosial; Beberapa
itu Thompson dan Smith (Johar, 2007:2) mengatakan bahwa mahasiswa mempunyai kekurangan dalam
dalam pembelajaran kooperatif, mahasiswa bekerja sama keterampilan sosial, sementara itu mahasiswa
dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajaran membutuhkan waktu untuk belajar. Dalam hal ini
materi akademik dan keterampilan antar pribadi. Anggota- dosen harus menjelaskan dasar-dasar keterampilan
anggota kelompok bertangung jawab atas ketuntasan tugas- sosial
tugas kelompok untuk mempelajari materi itu sendiri. e. Proses kelompok; Mahasiswa harus mengevaluasi
Hal ini juga diungkapkan oleh Johar (2007:2) bahwa efektifitas kelompok mereka mereka saat bekerja
“Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kelompok. Kelompok perlu mempertahankan
yang menekankan aspek sosial dalam pembelajaran”. keberhasilannya dan mampu memperbaiki
Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan kekurangannya, hal ini akan menolong mahasiswa
anggota yang heterogen, khususnya dalam kemampuan untuk memecahkan masalah, dan menjadi tahu
akademik. Dalam kelompoknya, mahasiswa bekerja sebagai pentingnya kooperatif.
tim untuk menguasai materi atau menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Arends Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam
(2001:106) bahwa “Model pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah model
dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga pembelajaran kooperatif ditunjukkan oleh Tabel 2 berikut.
3
Tabel 2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Indikator Aktivitas/Kegiatan Dosen
1 Menyampaikan tujuan dan Dosen menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
memotivasi mahasiswa pada pelajaran tersebut dan memotivasi mahasiswa belajar
2 Menyajikan informasi Dosen menyajikan informasi kepada mahasiswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan mahasiswa Dosen menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana caranya membentuk
kedalam kelompok-kelompok kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
belajar dan bekerja transisi secara efisien.
4 Membimbing kelompk bekerja dan Dosen membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
belajar mengerjakan tugas.
5 Evaluasi Dosen mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
6 Memberikan penghargaan Dosen mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar
individu maupun kelompok
Pendekatan Problem Posing b. Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan
Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris, dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan
yang mempunyai beberapa padanan katanya. Suryanto dan dalam rangka pencarian alternatif pemecahan atau
As’ari (Yuhasriati, 2002:10) menggunakan istilah alternatif soal yang relevan.
pembentukan soal sebagai padanan kata untuk istilah c. Problem posing adalah perumusan soal atau
problem posing. Sutiarso (Yuhasriati, 2002:10) pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik
menggunakan istilah membuat soal. Selanjutnya Silver dilakukan sebelum, ketika, atau setelah pemecahan
(Yuhasriati, 2002:10) mengemukakan beberapa pengertian masalah.
problem posing adalah sebagai berikut:
1. Perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat Dalam Proses pembelajaran problem posing dapat
pada soal yang telah diselesaikan. dipandang sebagai pendekatan atau tujuan (Upu dalam
2. Perumusan soal sederhana atau perumusan soal ulang Johar, 2006:86). Sebagai suatu pendekatan, problem posing
yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih berkaitan dengan kemampuan dosen memotivasi mahasiswa
sederhana sehingga soal tersebut dapat diselesaikan. melalui perumusan situasi yang menantang sehingga
3. Pengajuan soal dari informasi yang tersedia baik mahasiswa dapat mengajukan pertanyaan yang dapat
dilakukan sebelum, ketika, atau setelah penyelesaian diselesaikan dan berakibat pada kemampuan mereka untuk
suatu soal. memecahkan masalah.
Bila kita analisis pendapat di atas dapat kita
Suryanto (1998:86) membagi definisi problem posing rumuskan problem posing sebagai salah satu pendekatan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut: dalam pembelajaran yang dituntut pada mahasiswa untuk
a. Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau membuat soal dan menjawabnya berdasarkan situasi yang
perumusan soal yang ada dengan beberapa perubahan diberikan baik berupa gambar, cerita, rumus atau informasi
agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Silver dan Cai
dalam pemecahan soal-soal yang rumit, dengan (Yuhasriati, 2002:12) mengkatagorikan respon (pengajuan
pengertian bahwa problem posing merupakan salah satu soal) mahasiswa terhadap tugas problem posing (Gambar 1).
langkah dalam menyusun rencana pemecahan masalah.
Respon mahasiswa
Pertanyaan non-
Pertanyaan matematika Pernyataan
matematika
5
pembelajaran materi Pemodelan dalam Riset Operasi. Serta, Operasi di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Model Pembelajaran Kooperatif melalui Pendekatan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Problem Posing efektif diterapkan pada Materi Pemodelan Alam, Universitas Negeri Manado.
dalam Riset Operasi pada perkuliahan Riset Operasi di
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan METODE PENELITIAN
Alam, Universitas Negeri Manado.
Jenis Penelitian
Hipotesis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Hipotesis penelitian ini adalah Model Pembelajaran adalah Pre-exprimental dengan desain one-shot case study
Kooperatif melalui Pendekatan Problem Posing efektif (Gambar 2).
diterapkan pada perkuliahan Materi Pemodelan dalam Riset
X O
6
setelah semua kegiatan pembelajaran dan evaluasi selesai 1,00 ≤ TKG < 1,50 tidak baik
untuk diisi sesuai dengan pendapatnya masing-masing. 1,50 ≤ TKG < 2,50 kurang baik
2,50 ≤ TKG < 3,50 cukup baik
Teknik Analisis Data 3,50 ≤ TKG < 4,50 baik
Data hasil penelitian dianalis dengan menggunakan 4,50 ≤ TKG ≤ 5,00 sangat baik
analisis statistik deskriptif. Data yang diperoleh diolah Kemampuan dosen mengelola pembelajaran
dengan perlakuan sebagai berikut. dikatakan baik apabila skor dari setiap aspek yang dinilai
Data Observasi (Pengamatan) berada pada kategori baik atau sangat baik.
Data hasil observasi ada 2 yaitu data kemampuan Data hasil pengamatan aktivitas mahasiswa selama
dosen mengelola pembelajaran dan data aktivitas kegiatan pembelajaran berlangsung dianalisis dengan
mahasiswa. Data tentang kemampuan dosen mengelola mengunakan persentase. La Siara (dalam Mukhlis 2005:70)
pembelajaran dianalisis dengan menggunakan statistik mengatakan persentase aktivitas yaitu rata-rata frekuensi
deskriptif dengan skor rata-rata sebagaimana yang setiap aspek pengamatan dibagi dengan jumlah rata-rata
dikemukakan oleh Hasratuddin (dalam Mukhlis, 2005:69). frekuensi semua aspek pengamatan dikali 100%.
Adapun pendeskripsian skor rata-rata tingkat kemampuan
dosen sebagai berikut.
7
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kemampuan Dosen Mengelola Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Pendekatan Problem
Posing
RPP RPP RPP RPP Rata-
Aspek Yang Diamati Ket.
(01) (02) (03) (04) rata
Kegiatan Pendahuluan
1. Kemampuan memotivasi mahasiswa/mengkomunikasikan tujuan pembelajaran 3,50 4,00 4,00 4,50 4,00 B
Kemampuan menghubungkan pelajaran saat itu dengan pelajaran sebelumnya atau
2. 4,00 4,50 4,00 5,00 4,38 B
membahas PR
3. Kemampuan menginformasikan langkah-langkah pembelajaran 3,50 4,00 4,00 4,50 4,00 B
Kegiatan Inti
1. Kemampuan menyediakan informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 B
2. Kemampuan mengarahkan mahasiswa untuk membuat soal dan menjawab soal. 4,50 4,50 4,50 5,00 4,63 SB
3. Kemampuan mengamati cara mahasiswa membuat soal dan menyelesaikan soal 4,50 3,50 4,00 4,00 4,00 B
4. Kemampuan mengoptimalkan interaksi mahasiswa dalam belajar 3,50 3,50 5,00 5,00 4,25 B
5. Kemampuan mendorong mahasiswa untuk mengemukakan soal yang dibuatnya 4,50 4,00 4,00 5,00 4,38 B
6. Kemampuan mendorong mahasiswa untuk menjawab soal dari kelompok lain. 3,50 3,50 4,50 4,50 4,00 B
7. Kemampuan memimpin diskusi kelas/menguasai kelas 3,00 4,00 4,50 4,50 4,00 B
8. Kemampuan menghargai berbagai pendapat mahasiswa 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 SB
Kemampuan mendorong mahasiswa untuk mau bertanya mengeluarkan pendapat atau
9. 4,00 4,50 4,50 3,50 4,13 B
jawaban pertanyaan
Kemampuan mengarahkan mahasiswa untuk menemukan sendiri dan menarik kesimpulan
10. 4,00 4,00 4,00 4,50 4,13 B
tentang konsep/prinsip/definisi/ teorema/ rumus/ prosedur matematika
Kegiatan Penutup
1. Kemampuan menegaskan hal-hal penting intisari berkaitan dengan pembelajaran 4,00 4,50 4,50 5,00 4,50 SB
Kemampuan menyampaikan judul sub materi berikutnya/memberikan PR kepada
2. 4,50 5,00 4,50 4,50 4,63 SB
mahasiswa/menutup pelajaran
Lain-lain
1. Kemampuan Mengelola waktu 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 B
2. Antusias Mahasiswa 4,00 4,00 4,50 4,50 4,25 B
3. Antusias Dosen 5,00 4,50 4,50 4,50 4,63 SB
Keterangan: TB: Tidak Baik B: Baik
KB: Kurang Baik SB: Sangat Baik
CB: Cukup Baik
Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat setiap aspek yang Analisis Aktivitas Mahasiswa Selama Pembelajaran
diamati dalam mengelola pembelajaran kooperatif melalui Hasil pengamatan aktivitas mahasiswa dalam
pendekatan problem posing selama empat kali pertemuan, pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
termasuk dalam kategori baik dan sangat baik. Hal ini kooperatif melalui pendekatan problem posing selama
menunjukkan pengelolaan model pembelajaran kooperatif empat kali pertemuan dapat disajikan dalam Tabel 5.
melalui pendekatan problem posing adalah baik.
Berdasarkan Tabel 5 di atas dan mengacu pada Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Mahasiswa
kriteria waktu ideal aktivitas mahasiswa dalam Pada penelitian ini, penilaian hasil belajar dilakukan
pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem posing melalui tes hasil belajar secara tertulis kepada 48 mahasiswa
terlihat pada kategori pengamatan 1, 3, 4, 5, 6 dan 7, yang dilaksanakan setelah pembelajaran dengan menerapkan
aktivitas mahasiswa berada pada rentang kriteria waktu Model Kooperatif melalui Pendekatan Problem Posing.
ideal, sedangkan untuk kategori 2 belum sesuai dengan Penilaian hasil belajar dilakukan hanya satu kali yaitu post-
kriteria waktu ideal. Berdasarkan hal tersebut maka dapat tes. Nilai hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
disimpulkan bahwa hasil persentase rata-rata aktivitas Dikatakan tuntas jika mahasiswa telah memperoleh nilai A,
mahasiswa adalah sesuai dengan kriteria waktu ideal. B, atau C dan dikatakan tidak tuntas jika mahasiswa masih
memperoleh nilai D atau E.
8
Tabel 6. Nilai Tes Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat jumlah
mahasiswa yang tuntas belajar dengan menerapkan
Statistik Nilai
Model Pembelajaran Kooperatif melalui Pendekatan
Skor Minimum 1,60 Problem Posing adalah 46 dari 48 mahasiswa,
Skor Maksimum 3,23 sedangkan 4 mahasiswa lainnya tidak tuntas. Persentase
Jumlah 144,36 ketuntasan secara klasikal ditunjukkan oleh Gambar 3
Rataan Hitung 3,01 berikut:
Standar Deviasi (s) 0,39
Varians (s2) 0,15
Jumlah Tuntas 46
Jumlah Tidak Tuntas 4
Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat Tabel 9. Persentase Pendapat Mahasiswa Tentang
disimpulkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal Minat untuk Mengikuti Pembelajaran Selanjutnya
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui dengan Model Pembelajaran Kooperatif
pendekatan problem posing adalah tuntas. melalui Pendekatan Problem Posing
Tidak
Bermina
Analisis Respon Mahasiswa terhadap Model Aspek Yang Direspon Bermina
t (%)
t (%)
Pembelajaran Pendapat mahasiswa tentang minat
Dari angket respon mahasiswa yang diisi oleh 48 untuk mengikuti pembelajaran
mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran diperoleh hasil selanjutnya dengan model
dengan rincian seperti pada tabel berikut. pembelajaraan Kooperatif melalui
Pendekatan Problem Posing 96,33 3,67
Tabel 12. Kriteria Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif melalui Pendekatan Problem Posing
Aspek Yang Direspon Hasil
1. Kemampuan dosen mengelola pembelajaran Baik
2. Aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran Sesuai dengan kriteria waktu ideal
3. Ketuntasan belajar secara klasikal Tuntas
4. Respon mahasiswa terhadap pembelajaran Positif
Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa keempat aspek Pada akhir pertemuan dosen memberikan
kriteria keefektifan pembelajaran terpenuhi, yaitu penghargaan pada setiap kelompok berdasarkan prestasi
kemampuan dosen mengelola pembelajaran selama empat yang mereka peroleh. Hal ini sesuai dengan yang
kali pertemuan adalah baik, aktivitas mahasiswa selama dikemukakan oleh Johar (2007:3) bahwa, “Konsep utama
pembelajaran sesuai dengan kriteria waktu ideal, hasil dalam pembelajaran kooperatif adalah penghargaan
belajar mahasiswa secara klasikal adalah tuntas, dan respon kelompok yang diberikan jika kelompok mencapai kriteria
mahasiswa terhadap pembelajaran adalah positif. yang ditentukan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan dosen mengelola pembelajaran dengan
Pembahasan Hasil Penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif melalui
Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran pendekatan problem posing adalah baik. Ini sesuai dengan
Pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran yang dikemukakan oleh Hasratuddin (dalam Mukhlis,
Kooperatif Melalui Pendekatan Problem Posing 2005:69) bahwa kemampuan dosen mengelola pembelajaran
dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan yaitu 4 pertemuan dikatakan baik apabila skor dari setiap aspek yang dinilai
untuk mengajarkan materi dan 1 pertemuan untuk tes hasil berada pada kategori baik atau sangat baik.
belajar dan mengisi angket respon. Pada penelitian ini,
peneliti terlibat langsung dalam mengajarkan materi Aktivitas Mahasiswa Selama Pembelajaran
Pemodelan dalam Riset Operasi dengan menggunakan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem dua orang pengamat terhadap aktivitas mahasiswa selama
posing. Dua orang dosen menjadi pengamat dalam pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem
penelitian ini. posing, umumnya telah sesuai dengan rentang kriteria waktu
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan ideal. Ada satu dari 7 aspek yang tidak sesuai dengan
kemampuan dosen mengelola pembelajaran menunjukkan rentang kriteria waktu ideal, yaitu membaca atau memahami
bahwa nilai rata-rata yang diperoleh dosen dalam setiap informasi di LKS, sedangkan untuk aspek yang lain telah
aspek selama empat kali pertemuan adalah berkisar antara mencapai kriteria waktu ideal.
4,00 sampai 4,63. Nilai ini mencapai kategori dosen Pada aspek membaca atau memahami informasi di
mengelola pembelajaran yang baik dan sangat baik LKS, rata-ratanya adalah 16,25% sedangkan ideal untuk
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. kategori tersebut berada pada rentang 5% sampai 15. Hal ini
Kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran terjadi karena masih cukup banyak mahasiswa yang lemah
yang mencapai kriteria sangat baik adalah (1) Kemampuan dalam memahami masalah dan kurang lancar berbahasa
mengarahkan mahasiswa untuk membuat soal dan Indonesia. Akibatnya, waktu yang digunakan lebih banyak
menjawab soal yaitu dengan nilai rata-rata 4,63, (2) untuk aspek membaca atau memahami informasi di LKS ini.
Kemampuan menghargai berbagai pendapat mahasiswa Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Silver dan
mencapai rata-rata 4,50, dan (3) Kemampuan menegaskan Cai dalam (Yuhasriati, 2002:4) bahwa kelemahan utama
hal-hal penting intisari berkaitan dengan pembelajaran pembelajaran problem posing adalah berkaitan dengan
mencapai rata-rata 4,50, (4) Kemampuan menyampaikan bahasa yaitu mahasiswa sulit membuat kalimat tanya.
judul sub materi berikutnya/memberikan PR kepada Perilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran
mahasiswa/menutup pelajaran mencapai rata-rata 4,63, dan (seperti tidur, jalan-lajan, melamun, mengganggu teman,
(5) Antusias dosen mencapai rata-rata 4,63. Selain kelima dan lain-lain) mencapai rata-rata 3,50%. Hal ini terjadi
aspek yang mencapai kriteria sangat baik pada kemampuan karena ada sebagian mahasiswa yang menunjukkan
dosen dalam mengelola pembelajaran, aspek lainya ketidaksenangannya dalam mengikuti pelajaran. Walaupun
mencapai kategori baik. diajarkan dengan menggunakan strategi apa saja juga tidak
Kemampuan dosen memotivasi semangat belajar membawa pengaruh bagi mereka, bahkan banyak dosen
siswa mecapai kategori baik yaitu dengan nilai rata-rata 4,00 yang mengeluh untuk mengajar mahasiswa-mahasiswa
selama empat kali pertemuan. Dalam memotivasi semangat tersebut. Hal ini sesuai dengan informasi yang diperoleh
belajar siswa, dosen menunjukkan berbagai macam masalah peneliti dari hasil pembicaraan peneliti dengan dosen-dosen
nyata kehidupan sehari-hari yang telah dibuat model yang telah mengajari mereka. Berdasarkan kriteria yang
matematiknya. Mahasiswa merancang model matematik telah ditetapkan dapat disimpulkan bahwa aktivitas
masalah nyata yang diberikan dosen dengan anggota mahasiswa selama penerapan model pembelajaran
kelompoknya sendiri. kooperatif melalui pendekatan problem posing telah sesuai
dengan kriteria waktu ideal.
10
Ketuntasan Hasil Belajar Mahasiswa problem posing sehingga dapat digunakan dalam
Pada penelitian ini, hasil belajar mahasiswa dilihat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
dari hasil tes yang diberikan pada akhir pertemuan. Tes 2. Diharapkan kepada dosen matematika untuk
berbentuk essay sejumlah 4 soal, hasil belajar yang menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui
diharapkan adalah mahasiswa dapat memformulasikan pendekatan problem posing khususnya dalam
masalah nyata ke dalam model matematik yang berbentuk mengajarkan materi Pemodelan dalam Riset Operasi
model program linear. pada mahasiswa.
Dari data tes hasil belajar yang diperoleh 3. Diharapkan kepada pihak lain untuk dapat melakukan
menunjukkan bahwa 92% mahasiswa tuntas belajar, artinya penelitian tentang model pembelajaran kooperatif
dari 48 mahasiswa terdapat 46 mahasiswa yang tuntas melalui pendekatan problem posing, agar ada
belajar. Dengan demikian, ketuntasan hasil belajar klasikal perbandingan dengan hasil penelitian yang ada.
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui
pendekatan problem posing telah tercapai. Hal ini sejalan
dengan pendapat Sutiarso (2000) mengemukakan bahwa DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran kooperatif yang dikombinasikan dengan
kegiatan problem posing dapat meningkatkan proses belajar Anam, K. 2000. Implementasi: Cooperatif Learning dalam
mahasiswa, yaitu aktivitas belajar dan interaksi antar pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.
mahasiswa dalam kelompok serta meningkatkan hasil Arends, R. 2001. Learning to Teach 6th Ed. United States of
belajar mahasiswa. America: Mc Graw-Hill.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Respon Mahasiswa terhadap Pembelajaran Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Angket respon mahasiswa diberikan pada akhir Johar, R. dkk. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh:
pertemuan yaitu setelah mahasiswa selesai menyelesaikan Universitas Syiah Kuala
tes hasil belajar. Angket respon mahasiswa bertujuan untuk Lie, A. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta: PT. Gramedia
mengetahui perasaan mahasiswa, minat mahasiswa dan Widiasarana Indonesia/Grasindo.
pendapat mahasiswa mengenai model pembelajaran Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat
kooperatif melalui pendekatan problem posing. Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis
Perasaan mahasiswa terhadap komponen dalam Pengajaran. Edisi 3. UNESA Press,
pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem posing Surabaya.
lebih 80% mahasiswa yang menyatakan senang dan Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
menyatakan baru menerima pembelajaran dengan model Cipta.
tersebut. Selanjutnya 96,33% mahasiswa berminat untuk Salam, 2004. Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi.
mengikuti pembelajaran berikutnya dengan model Jakarta: Rineka Cipta.
kooperatif melalui pendekatan problem posing. Dari segi Setiawan. 2004. Pembelajaran Trigonometri Berorientasi
pemahaman bahasa dan penampilan (tulisan, PAKEM di SMA. Paket Pembinaan Penataran.
Ilustrasi/gambar dan letak gambar) pada LKS dan tes hasil Pusat Pengembangan Penataran Guru Pendidikan
belajar lebih 80% mahasiswa dapat memahaminya dan Matematika, Yogyakrta: Departemen Pendidikan
tertarik. Dengan demikian dapat disimpulkan respon Nasional.
mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
kooperatif melalui pendekatan problem posing pada materi Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Pemodelan dalam Riset Operasi adalah positif. Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperatif Learning.
Jakarta: Bumi Aksara.
KESIMPULAN DAN SARAN Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Kesimpulan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi
dosen mengelola model pembelajaran kooperatif melalui PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar
pendekatan problem posing selama empat kali pertemuan Suryanto, 1998. Problem Posing dalam Pembelajaran
adalah baik, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar
sesuai dengan kriteria waktu ideal, hasil belajar mahasiswa Nasional: Upaya-upaya Meningkatkan Peran
secara klasikal adalah tuntas, dan respon mahasiswa Pendidikan dalam Menghadapi Era Globalisasi.
terhadap pembelajaran adalah positif. Dengan demikian, Program Pascasarjana IKIP Malang, 4 April
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif 1998.
melalui pendekatan problem posing efektif diterapkan dalam Sutadi, 2004, Mengurangi Siswa Berkesulitan Belajar
mengajarkan materi Pemodelan dalam Riset Operasi di Matematika Melalui Model Pembelajaran
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Multigrade Teaching, Buletin Pelangi Pendidikan,
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Vol 6 no 2.
Alam, Universitas Negeri Manado. Sutiarso, S. 2000. Problem Possing: Strategi Efektif
Saran Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam
Berdasarkan kesimpulan di atas, adapun saran-saran Pembelajaran Matematika. Journal. Volume 6 No
yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut. 5.
1. Model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan Yuhasriati, 2002. Pembelajaran Persamaan Garis Lurus
problem posing efektif diterapkan dalam mengajarkan yang Memuat Problem Posing di SLTP
materi Pemodelan dalam Riset Operasi maka diharap Laboratorium Universitas Negeri Malang. Tesis.
kepada dosen matematika untuk membekali diri tentang tidak diterbitkan. Program Pascasarjana UM.
model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan
11