Anda di halaman 1dari 11

EFEKTIVITAS PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

DALAM PERKULIAHAN RISET OPERASI


James U.L. Mangobi, S.Pd, M.Si
Jurusan Matematika FMIPA
Universitas Negeri Manado

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem posing yang
diterapkan pada perkuliahan Materi Pemodelan dalam Riset Operasi. Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Pre-exprimental dengan desain one-shot case study. Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus hingga November 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah 48 mahasiswa yang
mengontrak mata kuliah Riset Operasi pada Tahun Akademik 2016-2017. Data yang diperoleh terdiri dari: (1) data kemampuan
dosen mengelola pembelajaran, (2) data aktivitas mahasiswa selama pembelajaran, (3) data tes hasil belajar, dan (4) data respon
mahasiswa terhadap pembelajaran. Data hasil penelitian dianalis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemampuan dosen mengelola model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem posing
selama empat kali pertemuan adalah baik, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran sesuai dengan kriteria waktu ideal, hasil
belajar mahasiswa secara klasikal adalah tuntas, dan respon mahasiswa terhadap pembelajaran adalah positif. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem posing efektif diterapkan dalam
mengajarkan materi Pemodelan dalam Riset Operasi di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Manado.

Kata kunci: model kooperatif, pendekatan problem posing, pemodelan matematik, riset operasi

PENDAHULUAN Tabel 1. Data Hasil Belajar Mahasiswa


Matematika merupakan suatu ilmu yang sangat pada Materi Pemodelan dalam Riset Operasi
diperlukan oleh semua ilmu pengetahuan, oleh karena itu Tahun 2012 - 2015
matematika tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan kita. Tahun Rataan Hasil Belajar Kualifikasi
Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan di 2012 2,60 C
2013 2,50 C
Perguruan Tinggi (PT) harus terus menerus dilakukan.
2014 2,88 C
Dengan demikian, kualitas pendidikan matematika harus 2015 3,00 B
ditingkatkan, baik kurikulum belajar, dosen sebagai tenaga
pendidik, maupun strategi pembelajaran di dalam kelas, Rataan 2,75 C
menyangkut persiapan dosen dalam melaksanakan proses
perkuliahan. Pada Tabel 1 di atas, terlihat bahwa secara umum
Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Slameto kualifikasi hasil belajar materi ini masih didominasi oleh
(2003:98-99) bahwa seorang dosen diharapkan mampu nilai C. Artinya, nilai hasil belajar sebagian besar
untuk merencanakan kegiatan belajar mengajar secara mahasiswa yang ikut perkuliahan Bab 1. Pemodelan dalam
efektif. Untuk itu, harus memiliki pengetahuan yang cukup Riset Operasi berkisar antara 2,00 hingga 2,99. Hal ini
tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam umumnya disebabkan oleh mahasiswa yang malas belajar,
merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tidak mau bertanya, tidak merespon pertanyaan dari dosen,
tujuan, memilih bahan, memilih metode, menetapkan dan mungkin juga disebabkan oleh penggunaan strategi
evaluasi, dan sebagainya. Dengan demikian, proses pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran
perkuliahan akan senantiasa ditingkatkan terus menerus materi tersebut sehingga tujuan dari pembelajaran
dalam mencapai hasil belajar yang optimal. matematika secara keseluruhan tidak dapat diwujudkan.
Berdasarkan Kurikulum yang berlaku di Program Dampak dari fenomena di atas ialah rendahnya hasil
Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas belajar mahasiswa, sehingga mutu lulusan dari suatu
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas lembaga pendidikan tidak seperti yang diinginkan. Untuk itu
Negeri Manado untuk Matakuliah Riset Operasi, khususnya perlu diupayakan model pembelajaran yang dapat
pada materi Bab 1. Pemodelan dalam Riset Operasi, dosen meningkatkan hasil belajar mahasiswa dalam pembelajaran
dituntut untuk dapat menguasai materi dan menyajikannya matematika. Terkait dengan hal tersebut Solihatin (2007:5)
dengan menggunakan model pembelajaran dan pendekatan mengemukan sebagai berikut.
yang relevan dengan materi yang diajarkan. Dengan Keberhasilan belajar menurut model pembelajaran
demikian, mahasiswa akan termotivasi dalam belajar, kooperatif bukan semata-mata ditentukan oleh
sehingga proses perkuliahan di kelas akan terlaksana seperti kemampuan individu utuh, melainkan perolehan belajar
yang diharapkan. itu akan semakin baik apabila dilakukan secara
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama bersama-sama dalam kelompok belajar-belajar kecil
memberikan kuliah materi Pemodelan dalam Riset Operasi, yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar dari teman
diperoleh informasi bahwa mahasiswa masih terbilang yang sebaya dan di bawah bimbingan dosen, maka
kurang menguasai materi. Informasi ini diperoleh proses penerimaan dan pemahaman akan semakin
berdasarkan hasil belajar pada tahun-tahun sebelumnya mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari.
bahwa rata-rata hasil belajar mahasiswa pada materi ini
selama 4 tahun adalah 2,75 sebagaimana ditunjukkan oleh Pembelajaran kooperatif memiliki banyak manfaat.
Tabel 1 berikut. Menurut Lie (Anam, 2000:2) mengatakan bahwa manfaat

1
dalam pembelajaran kooperatif antara lain mahasiswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengembangkan konsep
meningkatkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan matematika. (2) Dapat menambah wawasan dosen dalam
mahasiswa yang lain, mahasiswa mempunyai lebih banyak menerapkan model pembelajaran di kelasnya. (3) Dapat
kesempatan untuk menghargai perbedaan, partisipasi dijadikan sebagai sumbangan untuk meningkatkan mutu
mahasiswa dalam proses pembelajaran dapat meningkat, pembelajaran matematika.
mengurangi kecemasan mahasiswa (kurang percaya diri),
meningkatkan motivasi, harga diri, dan sikap positif,
meningkatkan prestasi belajar mahasiswa. KAJIAN PUSTAKA
Setiawan (2004:14) mengatakan bahwa beberapa
penelitian pendekatan problem posing dalam proyek Belajar dan Proses Pembelajaran Matematika
pemerataan peningkatan mutu SLTP, pada kesimpulannya Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di perguruan
problem posing pada pengembangan matematika dapat tinggi dan belajar merupakan hal yang paling pokok dalam
meningkatkan aktivitas belajar mahasiswa yang ditunjukkan proses pendidikan. Belajar pada hakekatnya adalah suatu
dengan meningkatnya prestasi belajar mahasiswa. aktivitas yang mengharapkan tingkah laku tersebut terjadi
Selanjutnya Sutiarso dalam Mangobi (2016:2) karena usaha individu yang bersangkutan. Belajar sebagai
mengemukakan bahwa pembelajaran kooparatif yang suatu proses, ditandai dengan adanya perubahan pada diri
dikombinasikan dengan kegiatan problem posing dapat seseorang. Jika prosesnya benar dengan konsep yang
meningkatkan proses belajar mahasiswa, yaitu aktivitas mampu dikuasai peserta didik hasil belajarnya akan baik,
belajar dan interaksi antar mahasiswa dalam kelompok serta maka tujuan pendidikan pasti tercapai.
meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Roestiyah (2001:5) mengemukakan bahwa belajar
Dari uraian di atas peneliti ingin mengadakan adalah suatu perubahan dalam kepribadian yang menyatakan
penelitian lebih lanjut, apakah model pembelajaran diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa
kooperatif melalui pendekatan problem posing efektif kecakapan sikap, kebiasaan kepada suatu pengertian. Belajar
diterapkan pada perkuliahan materi Pemodelan dalam Riset merupakan usaha menggunakan setiap sarana atau sumber,
Operasi di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan baik di dalam maupun di luar pranata pendidikan, guna
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan perkembangan dan pertumbuhan pribadi. Salam (2004:8)
Alam, Universitas Negeri Manado. Untuk mendapatkan berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
jawaban dari pertanyaan tersebut penting kiranya masalah perilaku. Perilaku yang sangat luas meliputi, pengetahuan
ini diangkat menjadi suatu penelitian. dan kemampuan berpikir, skill atau keterampilan,
Secara umum masalah dirumuskan sebagai berikut: penghargaan terhadap sesuatu sikap, minat, dan
Apakah Model Pembelajaran Kooperatif melalui Pendekatan semacamnya. Dari pengertian di atas jelas bahwa belajar
Problem Posing efektif diterapkan pada perkuliahan materi ditekankan pada upaya yang diharapkan setelah mengalami
Pemodelan dalam Riset Operasi di Program Studi proses belajar, mahasiswa dapat mengalami perubahan
Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas kegiatan, sikap, pengetahuan dan pemahaman ke arah yang
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas lebih baik lagi.
Negeri Manado? Secara rinci pertanyaan penelitian dapat Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan
dirumuskan sebagai berikut: rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh dosen sebagai
1. Apakah kemampuan dosen mengelola pembelajaran pendidik dan mahasiswa sebagai peserta didik dalam
terbilang baik? kegiatan pengajaran dengan menggunakan sarana dan
2. Apakah aktivitas mahasiswa selama pembelajaran fasilitas pendidikan yang ada untuk mencapai tujuan yang
sesuai dengan kriteria waktu ideal? telah ditetapkan dalam kurikulum. Adapun tujuan
3. Apakah hasil belajar mahasiswa mencapai KKM secara pembelajaran khususnya pembelajaran matematika adalah:
klasikal? (1) Melatih cara berpikir dan menalar dalam nenarik
4. Apakah respon mahasiswa terhadap pembelajaran kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan,
positif? eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan,
konsisten dan inkonsisten. (2) Mengembangkan aktivitas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan
model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil rasa
posing yang diterapkan pada perkuliahan Materi Pemodelan ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-
dalam Riset Operasi yang ada dalam matakuliah Riset coba. (3) Mengembangkan kemampuan memecahkan
Operasi di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan masalah. (4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan informasi antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan,
Alam, Universitas Negeri Manado. Adapun tujuan grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan (Nur dan
penelitian secara rinci adalah sebagai berikut. Wikandari, 2000:10).
1. Untuk mengetahui kemampuan dosen mengelola Agar proses pembelajaran yang dilakukan antara
pembelajaran. dosen dan mahasiswa dapat berjalan secara efektif dan
2. Untuk mengetahui aktivitas mahasiswa selama efisiensi, dosen diharuskan memperhatikan tujuan, ruang
pembelajaran. lingkup dan urutan bahan yang diberikan dalam proses
3. Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal. pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa dalam proses
4. Untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap pembelajaran matematika untuk bisa memasuki materi
pembelajaran. pelajaran berikutnya, maka materi sebelumnya harus benar-
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat benar dikuasai oleh peserta didik yang tergambar pada hasil
kepada banyak pihak, terutama bagi mahasiswa, dosen, dan belajarnya.
peneliti sendiri. Rincian kontribusi penelitian dapat
diuraikan sebagai berikut: (1) Melatih mahasiswa untuk

2
Hasil belajar tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar akademik,
Hasil belajar merupakan penilaian yang dicapai penerimaan terhadap perbedaan individu, dan
seseorang untuk mengetahui pemahaman tentang bahan pengembangan keterampilan sosial”.
pelajaran atau materi yang diajarkan sehingga dapat Dalam pembelajaran kooperatif mahasiswa dibentuk
dipahami. Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan dalam beberapa kelompok yang memiliki perbedaan-
pembelajaran, dilakukan usaha untuk menilai hasil belajar. perbedaan. Setiap kelompok terdiri dari mahasiswa yang
Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik berkemampuan tinggi, sedang, rendah dan jenis kelamin
dalam menguasai materi yang dipelajari dan ditetapkan. Hasil yang berbeda. Dalam kelompok tersebut mahasiswa
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki diarahkan untuk menciptakan interaksi yang saling
mahasiswa setelah menerima pengalaman belajarnya membantu dan belajar sesama anggota kelompok. Supaya
(Sudjana, 2006:8). Sedangkan Horwart membagi tiga macam model pembelajaran kooperatif ini terlaksana dengan baik,
hasil belajar mengajar: (1) Keterampilan dan mahasiswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan
kebiasaan. (2) Pengetahuan dan pengarahan. (3) Sikap dan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan.
cita-cita (Sudjana, 2006:9). Johar (2007:3) mengatakan bahwa konsep utama
Bloom sebagaimana yang dikutip oleh Suprijono dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
(2009:15) mendefinisikan bahwa hasil belajar mencakup a. Penghargaan kelompok, diberikan jika kelompok
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut mencapai kriteria yang ditentukan.
Suprijono yang harus diingat hasil belajar adalah perubahan b. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual
potensi kemampuan saja, artinya hasil pembelajaran yang semua angota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus
dikategorisasi oleh pakar pendidikan sebagaimana tersebut dalam usaha untuk membantu yang lain dan
di atas tidak terlihat secara terpisah melainkan memastikan setiap anggota kelompok telah siap
komprehensif. Menurut Winkel sebagaimana yang dikutip menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
oleh Sutadi dan Sunaryo (2004:10), hasil belajar merupakan c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa
bukti keberhasilan yang telah dicapai mahasiswa yang mana mahasiswa telah membantu kelompok dengan cara
setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini
yang khas. memastikan bahwa mahasiswa berkemampuan tinggi,
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk
untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan melakukan yang terbaik dan kontribusi semua anggota
pembelajaran telah berjalan secara efektif. Tes hasil belajar kelompok sangat bernilai.
dapat memberikan informasi sampai dimana penguasaan dan Prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif
kemampuan yang telah dicapai mahasiswa dalam mencapai menurut Asmarawati (2000:39) ada lima yaitu:
tujuan pembelajaran tersebut. Jadi hasil belajar matematika a. Saling ketergantungan yang positif; Anggota kelompok
berarti kemampuan seseorang untuk mempelajari matematika mahasiswa harus mengatakan bahwa mereka
dengan hasil yang diperoleh secara maksimal dan ditunjukan memerlukan kerja sama untuk mencapai tujuan
dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh dosen. Dalam kelompok.
penelitian ini hasil belajar yang dimaksud adalah nilai rata- b. Interaksi berhadap-hadapan (face to face); Kelompok
rata yang diperoleh mahasiswa setelah mengalami interaksi kecil terdiri dari 2 sampai 4 orang anggota, mahasiswa
pembelajaran mata kuliah Riset Operasi materi Pemodelan saling kerjasama untuk mendapatkan hasil belajar yang
dalam Riset Operasi. lebih baik dimana tiap angota duduk berhadapan.
Pembelajaran kooperatif meliputi interaksi bersama
Model Pembelajaran Kooperatif diantara mahasiswa.
Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi c. Kemampuan melaporkan secara individu; Semua
belajar mahasiswa dan bekerja sama dalam kelompok kecil anggota kelompok harus mempunyai kemampuan
beranggotakan 4-5 orang mahasiswa yang saling membantu menanggapi suatu masalah, dan mengembangkan ide-
untuk memahami suatu bahan pelajaran, dengan tujuan idenya untuk keberhasilan kelompok.
mencapai prestasi belajar tertinggi. Berkenaan dengan hal d. Menggunakan keterampilan sosial; Beberapa
itu Thompson dan Smith (Johar, 2007:2) mengatakan bahwa mahasiswa mempunyai kekurangan dalam
dalam pembelajaran kooperatif, mahasiswa bekerja sama keterampilan sosial, sementara itu mahasiswa
dalam kelompok-kelompok kecil untuk mempelajaran membutuhkan waktu untuk belajar. Dalam hal ini
materi akademik dan keterampilan antar pribadi. Anggota- dosen harus menjelaskan dasar-dasar keterampilan
anggota kelompok bertangung jawab atas ketuntasan tugas- sosial
tugas kelompok untuk mempelajari materi itu sendiri. e. Proses kelompok; Mahasiswa harus mengevaluasi
Hal ini juga diungkapkan oleh Johar (2007:2) bahwa efektifitas kelompok mereka mereka saat bekerja
“Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kelompok. Kelompok perlu mempertahankan
yang menekankan aspek sosial dalam pembelajaran”. keberhasilannya dan mampu memperbaiki
Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dengan kekurangannya, hal ini akan menolong mahasiswa
anggota yang heterogen, khususnya dalam kemampuan untuk memecahkan masalah, dan menjadi tahu
akademik. Dalam kelompoknya, mahasiswa bekerja sebagai pentingnya kooperatif.
tim untuk menguasai materi atau menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Arends Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam
(2001:106) bahwa “Model pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah model
dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga pembelajaran kooperatif ditunjukkan oleh Tabel 2 berikut.

3
Tabel 2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Fase Indikator Aktivitas/Kegiatan Dosen
1 Menyampaikan tujuan dan Dosen menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
memotivasi mahasiswa pada pelajaran tersebut dan memotivasi mahasiswa belajar
2 Menyajikan informasi Dosen menyajikan informasi kepada mahasiswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan mahasiswa Dosen menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana caranya membentuk
kedalam kelompok-kelompok kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
belajar dan bekerja transisi secara efisien.
4 Membimbing kelompk bekerja dan Dosen membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
belajar mengerjakan tugas.
5 Evaluasi Dosen mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
6 Memberikan penghargaan Dosen mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar
individu maupun kelompok

Pendekatan Problem Posing b. Problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan
Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris, dengan syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan
yang mempunyai beberapa padanan katanya. Suryanto dan dalam rangka pencarian alternatif pemecahan atau
As’ari (Yuhasriati, 2002:10) menggunakan istilah alternatif soal yang relevan.
pembentukan soal sebagai padanan kata untuk istilah c. Problem posing adalah perumusan soal atau
problem posing. Sutiarso (Yuhasriati, 2002:10) pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik
menggunakan istilah membuat soal. Selanjutnya Silver dilakukan sebelum, ketika, atau setelah pemecahan
(Yuhasriati, 2002:10) mengemukakan beberapa pengertian masalah.
problem posing adalah sebagai berikut:
1. Perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat Dalam Proses pembelajaran problem posing dapat
pada soal yang telah diselesaikan. dipandang sebagai pendekatan atau tujuan (Upu dalam
2. Perumusan soal sederhana atau perumusan soal ulang Johar, 2006:86). Sebagai suatu pendekatan, problem posing
yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih berkaitan dengan kemampuan dosen memotivasi mahasiswa
sederhana sehingga soal tersebut dapat diselesaikan. melalui perumusan situasi yang menantang sehingga
3. Pengajuan soal dari informasi yang tersedia baik mahasiswa dapat mengajukan pertanyaan yang dapat
dilakukan sebelum, ketika, atau setelah penyelesaian diselesaikan dan berakibat pada kemampuan mereka untuk
suatu soal. memecahkan masalah.
Bila kita analisis pendapat di atas dapat kita
Suryanto (1998:86) membagi definisi problem posing rumuskan problem posing sebagai salah satu pendekatan
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut: dalam pembelajaran yang dituntut pada mahasiswa untuk
a. Problem posing adalah perumusan soal sederhana atau membuat soal dan menjawabnya berdasarkan situasi yang
perumusan soal yang ada dengan beberapa perubahan diberikan baik berupa gambar, cerita, rumus atau informasi
agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi lain yang berkaitan dengan pembelajaran. Silver dan Cai
dalam pemecahan soal-soal yang rumit, dengan (Yuhasriati, 2002:12) mengkatagorikan respon (pengajuan
pengertian bahwa problem posing merupakan salah satu soal) mahasiswa terhadap tugas problem posing (Gambar 1).
langkah dalam menyusun rencana pemecahan masalah.

Respon mahasiswa

Pertanyaan non-
Pertanyaan matematika Pernyataan
matematika

Dapat diselesaikan Tidak dapat diselesaikan

Respon berantai Respon simetrik

Gambar 1. Respon Mahasiswa terhadap Tugas Problem Posing

Berdasarkan Gambar 1, diberikan beberapa b. Pertanyaan matematika adalah pertanyaan yang


pengertian tentang istilah yg digunakan. mengandung masalah matematika dan berkaitan dengan
a. Pertanyaan non-matematika adalah pertanyaan yang informasi yang berikan.
tidak mengandung masalah matematika.
4
c. Pernyataan adalah kalimat yang bersifat (informasi) itu setiap kelompok diminta untuk membuat soal
ungkapan/berita yang bernilai benar atau salah. dan menyelesaikannya.
d. Dapat diselesaikan jika pertanyaan tersebut mempunyai Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif
informasi yang cukup dan situasi yang ada untuk diadaptasikan dari dan pendekatan problem posing dari
diselesaikan. (Yuhasriati, 2002:19) adalah sebagai berikut.
e. Tidak dapat diselesaikan jika pertanyaan tersebut tidak 1. Mengingat kembali materi sebelumnya yang relevan
memuat informasi yang cukup. 2. Memberitahukan tujuan pembelajaran
f. Respon simatrik adalah serangkaian respon yang 3. Menyajikan materi pelajaran
mempunyai hubungan antara objek- objek yang ada 4. Membagikan mahasiswa dalam beberapa kelompok
dalam soal tersebut. yang beranggotakan 4-5 orang mahasiswa
g. Respon berantai adalah serangkaian respon yang 5. Secara berkelompok mahasiswa mengerjakan LKS dan
mempunyai hubungan jika respon yang dibuat kedua merumuskan soal berdasarkan situasi (informasi) yang
dan ketiga perlu menggunakan informasi yang berasal disediakan.
dari penyelesaian yang sebelumnya untuk diselesaikan. 6. Membimbing dan memberikan kesempatan kepada
Pendekatan problem posing merupakan suatu mahasiswa untuk bertanya
pendekatan yang efektif dan bermanfaat bagi mahasiswa. 7. Mempresentasikan soal yang dibuat oleh kelompoknya
Para mahasiswa diberikan kesempatan yang sebesar- dan kelompok lain mananggapi serta
besarnya untuk membuat soal sendiri, dosen berperan menyelesaikannya.
sebagai pemandu atau fasilitator. Dalam kaitan ini Suryanto 8. Dosen mengarahkan mahasiswa untuk membuat
(Setiawan, 2004:13) mengatakan: kesimpulan tentang materi yang telah dipelajari
Pembelajaran matematika dengan pendekatan
pembentukan soal dapat diharapkan merupakan Materi Pemodelan dalam Riset Operasi
pendekatan yang efektif, karena kegiatan membentuk Materi Pemodelan dalam Riset Operasi yang
soal itu sesuai dengan pola pikir matematis, dalam arti: diajarkan kepada mahasiswa dengan menggunakan Model
a. Pengembangan matematika sering terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif melalui Pendekatan Problem
kegiatan membuat soal. Posing ialah: (1) Pengertian Model Matematik, (2)
b. Membentuk soal salah satu tahap dalam berpikir Klasifikasi Model Matematik, (3) Pemodelan dalam Riset
matematis. Operasi, (4) Tahap Pemodelan dalam Riset Operasi.

Selanjutnya Nursalam (2003:143) mengatakan bahwa Kerangka Berpikir


kemampuan pembentukan soal (problem posing) dan Dalam kegiatan belajar mengajar banyak ditemui
menyelesaikan soal (problem solving) saling menunjang dan kendala-kendala yang menyebabkan kurang berhasilnya
merupakan dua sisi yang tak terpisahkan. Hal ini proses belajar mengajar. Kendala yang sering ditemui salah
menunjukkan bahwa kedua kemampuan ini terdapat korelasi satunya adalah kurang tepatnya penggunaan model
positif. pembelajaran dalam kelas. Seorang dosen harusnya mampu
Menurut Johar (2006:87), problem posing untuk menguasai berbagai macam pendekatan, metode dan
mempunyai beberapa kelebihan antara lain sebagai berikut: model pembelajaran dalam menciptakan proses
a. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk pembelajaran yang tidak hanya menarik namun mampu
mencapai pemahaman yang lebih luas dan mencapai hasil belajar yang maksimal.
menganalisis secara lebih mendalam tentang suatu Sejauh ini perkuliahan Riset Operasi khususnya pada
topik. Pemodelan dalam Riset Operasi belum mencapai hasil yang
b. Memotivasi mahasiswa untuk belajar lebih lanjut. maksimal. Hal ini umumnya disebabkan oleh mahasiswa
c. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk yang malas belajar, tidak mau bertanya, tidak merespon
mengembangkan sikap kreatif, bertanggung jawab, pertanyaan dari dosen, dan mungkin juga disebabkan oleh
dan inovatif. penggunaan strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan
d. Pengetahuan akan lebih bermakna sehingga lebih tujuan pembelajaran materi tersebut, sehingga tujuan dari
lama diingat mahasiswa. pembelajaran secara keseluruhan tidak dapat diwujudkan.
Akhirnya, berimbas pada rendahnya prestasi belajar
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Melalui mahasiswa, sehingga mutu lulusan dari suatu lembaga
Pendekatan Problem Posing pendidikan tidak seperti yang diinginkan.
Pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan di
posing menekankan pada adanya kegiatan perumusan soal atas ialah dengan implementasi Model Pembelajaran
oleh mahasiswa secara berkelompok. Penetapan mahasiswa Kooperatif melalui Pendekatan Problem Posing.
dalam kelompok dilakukan oleh dosen pada persiapan Pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem
penerapan model pembelajaran kooperatif melalui posing menekankan pada adanya kegiatan perumusan soal
pendekatan problem posing. Kelompok yang dibentuk oleh mahasiswa secara berkelompok. Penetapan mahasiswa
berangotakan 4-5 orang mahasiswa, terdiri dari mahasiswa dalam kelompok dilakukan oleh dosen pada persiapan
yang pandai, sedang, dan rendah dalam prestasinya. penerapan model pembelajaran kooperatif melalui
Sebelum proses belajar mengajar dimulai dosen pendekatan problem posing. Kelompok yang dibentuk
merancang sedemikian rupa materi dan lembaran kerja berangotakan 4-5 orang mahasiswa, terdiri dari mahasiswa
mahasiswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pada yang pandai, sedang, dan rendah dalam prestasinya.
kegiatan perumusan soal oleh mahasiswa, dosen Berdasarkan pemikiran di atas dapat diduga bahwa
memberikan contoh tentang cara membuat soal dan dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif
memberikan beberapa situasi (informasi) yang berkenaan melalui Pendekatan Problem Posing dapat meningkatkan
dengan tujuan pembelajaran. Kemudian berdasarkan situasi hasil belajar matematika mahasiswa khususnya hasil

5
pembelajaran materi Pemodelan dalam Riset Operasi. Serta, Operasi di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Model Pembelajaran Kooperatif melalui Pendekatan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Problem Posing efektif diterapkan pada Materi Pemodelan Alam, Universitas Negeri Manado.
dalam Riset Operasi pada perkuliahan Riset Operasi di
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan METODE PENELITIAN
Alam, Universitas Negeri Manado.
Jenis Penelitian
Hipotesis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Hipotesis penelitian ini adalah Model Pembelajaran adalah Pre-exprimental dengan desain one-shot case study
Kooperatif melalui Pendekatan Problem Posing efektif (Gambar 2).
diterapkan pada perkuliahan Materi Pemodelan dalam Riset

X O

Gambar 2. Desain One-shot Case Study

Keterangan: X adalah treatment atau perlakuan


O adalah observasi sesudah treatment.
(Sumber: Arikunto 2006:85)

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian


adalah suatu kelas dengan satu kali tes setelah pembelajaran, Subjek Penelitian
sehingga digolongkan dalam desain one-shot case study. Hal Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soehartono mahasiswa yang mengontrak mata kuliah Riset Operasi pada
(dalam Afdayani, 2002:39) bahwa rancangan studi kasus Tahun Akademik 2016-2017.
satu tembakan terdiri atas satu kelompok subjek penelitian
yang diberikan perlakukan ini dilaksanakan. Teknik Pengumpulan Data:
Adapun prosedur penelitian ini adalah Data Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran
1. Tahap persiapan Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
Kegiatan pada tahap ini adalah menyusun perangkat data kemampuan dosen mengelola pembelajaran adalah
pembelajaran dan instrument penelitian berupa lembar lembaran observasi kemampuan dosen mengelola
observasi kemampuan dosen mengelola pembelajaran, pembelajaran. Teknik pengumpulan datanya dengan
lember observasi aktivitas mahasiswa, perangkat tes memberikan lembaran observasi tersebut kepada pengamat
hasil belajar, dan angket respon mahasiswa untuk diisi sesuai dengan yang diamati di lapangan ketika
2. Tahap pelaksanaan dosen mengajar.
Kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut. Data Aktivitas Mahasiswa Selama Pembelajaran
a. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan data aktivitas mahasiswa selama pembelajaran adalah
problem posing selama empat kali pertemuan. lembaran observasi aktivitas mahasiswa selama
b. Selama pembelajaran berlangsung dilakukan pembelajaran. Teknik pengumpulan datanya dengan
pengamatan aktivitas mahasiswa serta pengamatan memberikan lembaran observasi tersebut kepada pengamat
kemampuan dosen mengelola pembelajaran. untuk diisi sesuai dengan yang diamati di lapangan ketika
c. Memberikan tes hasil belajar proses belajar berlangsung.
d. Memberikan angket respon mahasiswa pada akhir Data Tes Hasil Belajar
pertemuan Data hasil belajar ini berfungsi sebagai alat evaluasi
3. Tahap analisis data materi Pemodelan dalam Riset Operasi dari awal
Kegiatan pada tahap ini adalah mengolah data yang pembelajaran sampai selesai dengan menggunakan model
diperoleh dari tahap pelaksanaan. pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem
posing. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
Waktu dan Lokasi Penelitian data tes hasil belajar adalah perangkat tes. Teknik
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi pengumpulan datanya dengan melaksanakan tes hasil
Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas belajar.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Data Respon Mahasiswa terhadap Pembelajaran
Negeri Manado. Penelitian ini direncanakan selama 3 bulan Data respon mahasiswa digunakan untuk mengetahui
disesuaikan dengan jadwal perkuliahan yang berlaku. respon mahasiswa terhadap perangkat (LKS dan tes hasil
Pemilihan lokasi ini karena didasarkan pada pertimbangan belajar) dan pembelajaran model kooperatif melalui
peneliti sebagai dosen pengampu mata kuliah Riset Operasi pendekatan problem posing. Instrumen yang digunakan
yang mengetahui kemampuan mahasiswa yang terbilang untuk mengumpulkan data tersebut adalah angket respon
masih kurang menguasai materi dan dosen belum pernah mahasiswa terhadap pembelajaran. Teknik pengumpulan
menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif melalui datanya dengan memberikan angket kepada mahasiswa
Pendekatan Problem Posing.

6
setelah semua kegiatan pembelajaran dan evaluasi selesai 1,00 ≤ TKG < 1,50 tidak baik
untuk diisi sesuai dengan pendapatnya masing-masing. 1,50 ≤ TKG < 2,50 kurang baik
2,50 ≤ TKG < 3,50 cukup baik
Teknik Analisis Data 3,50 ≤ TKG < 4,50 baik
Data hasil penelitian dianalis dengan menggunakan 4,50 ≤ TKG ≤ 5,00 sangat baik
analisis statistik deskriptif. Data yang diperoleh diolah Kemampuan dosen mengelola pembelajaran
dengan perlakuan sebagai berikut. dikatakan baik apabila skor dari setiap aspek yang dinilai
Data Observasi (Pengamatan) berada pada kategori baik atau sangat baik.
Data hasil observasi ada 2 yaitu data kemampuan Data hasil pengamatan aktivitas mahasiswa selama
dosen mengelola pembelajaran dan data aktivitas kegiatan pembelajaran berlangsung dianalisis dengan
mahasiswa. Data tentang kemampuan dosen mengelola mengunakan persentase. La Siara (dalam Mukhlis 2005:70)
pembelajaran dianalisis dengan menggunakan statistik mengatakan persentase aktivitas yaitu rata-rata frekuensi
deskriptif dengan skor rata-rata sebagaimana yang setiap aspek pengamatan dibagi dengan jumlah rata-rata
dikemukakan oleh Hasratuddin (dalam Mukhlis, 2005:69). frekuensi semua aspek pengamatan dikali 100%.
Adapun pendeskripsian skor rata-rata tingkat kemampuan
dosen sebagai berikut.

Tabel 3. Kriteria Waktu Ideal dalam Pembelajaran


N Persentase kesesuaian (P)
Aspek pengamatan aktivitas mahasiswa
o Waktu ideal Toleransi 5%
1 Mendengarkan/memperhatikan penjelasan dosen/teman 13% 8% ≤ P ≤ 18%
2 Membaca/memahami informasi di LKS 10% 5% ≤ P ≤ 15%
3 Membuat soal sesuai dengan informasi yang diberikan dan menjawabnya 27% 22% ≤ P ≤ 32%
4 Mengemukakan soal yang dibuatnya atau menjawab soal dari kelompok lain. 30% 25% ≤ P ≤ 35%
5 Bertanya atau menyampaikan pendapat kepada dosen atau temannya 10% 5% ≤ P ≤ 15%
6 Menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur yang sedang dipelajari 10% 5% ≤ P ≤ 15%
7 Prilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran 0% 0% ≤ P ≤ 5%

Aktivitas mahasiswa dikatakan baik apabila waktu


yang digunakan untuk melakukan setiap aktivitas sesuai jumlah respon mahasiswa tiap akpek yang muncul
= × 100%
dengan alokasi waktu yang termuat dalam Rencana jumlah mahasiswa keseluruhan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan toleransi 5%.
Dengan demikian maka aspek-aspek aktivitas mahasiswa Respon mahasiswa dikatakan positif jika jawaban
yang tidak memenuhi kriteria baik akan merupakan dasar mahasiswa terhadap angket yang diberikan positif untuk
untuk merevisi RPP. setiap aspek yang direspon pada setiap komponen
pembelajaran diperoleh persentase ≥ 80%. Hasil analisis
Data Tes Hasil Belajar Mahasiswa data tentang respon mahasiswa tersebut akan digunakan
Analisis data hasil belajar mahasiswa secara untuk merevisi perangkat pembelajaran (Muklis, 2005:73).
deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan ketuntasan Kriteria efektif terdiri dari empat aspek yaitu (1)
belajar mahasiswa. Data yang dianalisis adalah data tes hasil Kemampuan dosen mengelola pembelajaran, (2) Aktivitas
belajar. Seorang mahasiswa dikatakan tuntas belajar apabila mahasiswa selama pembelajaran, (3) Ketuntasan belajar, (4)
telah memperoleh skor ≥ 65% dari skor total hasil tes. Respon mahasiswa terhadap hasil pembelajaran. Model
Sedangkan ketuntasan belajar secara klasikal apabila di pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem posing
kelas tersebut terdapat ≥ 85% yang telah tuntas belajar dikatakan efektif jika minimal tiga dari empat aspek yang
(Mulyasa, 2004:99). disebutkan di atas terpenuhi dengan syarat ketuntasan
Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar selama belajar terpenuhi.
model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem
posing berlangsung mengunakan statistik deskriptif dengan
persentase: HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah mahasiswa yang tuntas
= × 100% Hasil Penelitian
jumlah mahasiswa keseluruhan
Analisis Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran
Hasil pengamatan kemampuan dosen mengelola
Data Angket Respon Mahasiswa
Data tentang respon mahasiswa dianalisis dengan model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem
menggunakan persentase: posing dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.

7
Tabel 4. Hasil Pengamatan Kemampuan Dosen Mengelola Model Pembelajaran Kooperatif Melalui Pendekatan Problem
Posing
RPP RPP RPP RPP Rata-
Aspek Yang Diamati Ket.
(01) (02) (03) (04) rata
Kegiatan Pendahuluan
1. Kemampuan memotivasi mahasiswa/mengkomunikasikan tujuan pembelajaran 3,50 4,00 4,00 4,50 4,00 B
Kemampuan menghubungkan pelajaran saat itu dengan pelajaran sebelumnya atau
2. 4,00 4,50 4,00 5,00 4,38 B
membahas PR
3. Kemampuan menginformasikan langkah-langkah pembelajaran 3,50 4,00 4,00 4,50 4,00 B
Kegiatan Inti
1. Kemampuan menyediakan informasi sesuai dengan tujuan pembelajaran 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 B
2. Kemampuan mengarahkan mahasiswa untuk membuat soal dan menjawab soal. 4,50 4,50 4,50 5,00 4,63 SB
3. Kemampuan mengamati cara mahasiswa membuat soal dan menyelesaikan soal 4,50 3,50 4,00 4,00 4,00 B
4. Kemampuan mengoptimalkan interaksi mahasiswa dalam belajar 3,50 3,50 5,00 5,00 4,25 B
5. Kemampuan mendorong mahasiswa untuk mengemukakan soal yang dibuatnya 4,50 4,00 4,00 5,00 4,38 B
6. Kemampuan mendorong mahasiswa untuk menjawab soal dari kelompok lain. 3,50 3,50 4,50 4,50 4,00 B
7. Kemampuan memimpin diskusi kelas/menguasai kelas 3,00 4,00 4,50 4,50 4,00 B
8. Kemampuan menghargai berbagai pendapat mahasiswa 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 SB
Kemampuan mendorong mahasiswa untuk mau bertanya mengeluarkan pendapat atau
9. 4,00 4,50 4,50 3,50 4,13 B
jawaban pertanyaan
Kemampuan mengarahkan mahasiswa untuk menemukan sendiri dan menarik kesimpulan
10. 4,00 4,00 4,00 4,50 4,13 B
tentang konsep/prinsip/definisi/ teorema/ rumus/ prosedur matematika
Kegiatan Penutup
1. Kemampuan menegaskan hal-hal penting intisari berkaitan dengan pembelajaran 4,00 4,50 4,50 5,00 4,50 SB
Kemampuan menyampaikan judul sub materi berikutnya/memberikan PR kepada
2. 4,50 5,00 4,50 4,50 4,63 SB
mahasiswa/menutup pelajaran
Lain-lain
1. Kemampuan Mengelola waktu 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 B
2. Antusias Mahasiswa 4,00 4,00 4,50 4,50 4,25 B
3. Antusias Dosen 5,00 4,50 4,50 4,50 4,63 SB
Keterangan: TB: Tidak Baik B: Baik
KB: Kurang Baik SB: Sangat Baik
CB: Cukup Baik

Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat setiap aspek yang Analisis Aktivitas Mahasiswa Selama Pembelajaran
diamati dalam mengelola pembelajaran kooperatif melalui Hasil pengamatan aktivitas mahasiswa dalam
pendekatan problem posing selama empat kali pertemuan, pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
termasuk dalam kategori baik dan sangat baik. Hal ini kooperatif melalui pendekatan problem posing selama
menunjukkan pengelolaan model pembelajaran kooperatif empat kali pertemuan dapat disajikan dalam Tabel 5.
melalui pendekatan problem posing adalah baik.

Tabel 5. Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran


Persentase Aktivitas Siswa Rataan Persentase Kesesuaian (P)
Aspek Yang Diamati RPP RPP RPP RPP Persen- Waktu
Toleransi 5%
(01) (02) (03) (04) tase Ideal
1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan dosen/teman
12,50 11,00 13,50 17,50 13,63 13% 8% ≤ P ≤ 18%
2. Membaca atau memahami informasi di LKS
12,50 16,00 17,50 19,00 16,25 10% 5% ≤ P ≤ 15%
3. Membuat soal sesuai dengan informasi yang diberikan dan
25,00 24,00 20,50 19,00 22,13 27% 22% ≤ P ≤ 32%
menjawabnya
4. Mengemukakan soal yang dibuatnya atau menjawab soal dari
29,00 30,00 25,50 29,00 28,38 30% 25% ≤ P ≤ 35%
kelompok lain.
5. Bertanya atau menyampaikan pendapat kepada dosen atau
8,50 9,50 13,00 6,50 9,38 10% 5% ≤ P ≤ 15%
temannya
6. Menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur yang sedang
7,00 6,50 7,50 6,00 6,75 10% 5% ≤ P ≤ 15%
dipelajari
7. Perilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran
5,50 3,00 2,50 3,00 3,50 0% 0% ≤ P ≤ 5%

Berdasarkan Tabel 5 di atas dan mengacu pada Analisis Ketuntasan Hasil Belajar Mahasiswa
kriteria waktu ideal aktivitas mahasiswa dalam Pada penelitian ini, penilaian hasil belajar dilakukan
pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem posing melalui tes hasil belajar secara tertulis kepada 48 mahasiswa
terlihat pada kategori pengamatan 1, 3, 4, 5, 6 dan 7, yang dilaksanakan setelah pembelajaran dengan menerapkan
aktivitas mahasiswa berada pada rentang kriteria waktu Model Kooperatif melalui Pendekatan Problem Posing.
ideal, sedangkan untuk kategori 2 belum sesuai dengan Penilaian hasil belajar dilakukan hanya satu kali yaitu post-
kriteria waktu ideal. Berdasarkan hal tersebut maka dapat tes. Nilai hasil belajar dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
disimpulkan bahwa hasil persentase rata-rata aktivitas Dikatakan tuntas jika mahasiswa telah memperoleh nilai A,
mahasiswa adalah sesuai dengan kriteria waktu ideal. B, atau C dan dikatakan tidak tuntas jika mahasiswa masih
memperoleh nilai D atau E.

8
Tabel 6. Nilai Tes Hasil Belajar Mahasiswa Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat jumlah
mahasiswa yang tuntas belajar dengan menerapkan
Statistik Nilai
Model Pembelajaran Kooperatif melalui Pendekatan
Skor Minimum 1,60 Problem Posing adalah 46 dari 48 mahasiswa,
Skor Maksimum 3,23 sedangkan 4 mahasiswa lainnya tidak tuntas. Persentase
Jumlah 144,36 ketuntasan secara klasikal ditunjukkan oleh Gambar 3
Rataan Hitung 3,01 berikut:
Standar Deviasi (s) 0,39
Varians (s2) 0,15
Jumlah Tuntas 46
Jumlah Tidak Tuntas 4

Gambar 3. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Mahasiswa

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat Tabel 9. Persentase Pendapat Mahasiswa Tentang
disimpulkan bahwa ketuntasan belajar secara klasikal Minat untuk Mengikuti Pembelajaran Selanjutnya
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui dengan Model Pembelajaran Kooperatif
pendekatan problem posing adalah tuntas. melalui Pendekatan Problem Posing
Tidak
Bermina
Analisis Respon Mahasiswa terhadap Model Aspek Yang Direspon Bermina
t (%)
t (%)
Pembelajaran Pendapat mahasiswa tentang minat
Dari angket respon mahasiswa yang diisi oleh 48 untuk mengikuti pembelajaran
mahasiswa setelah mengikuti pembelajaran diperoleh hasil selanjutnya dengan model
dengan rincian seperti pada tabel berikut. pembelajaraan Kooperatif melalui
Pendekatan Problem Posing 96,33 3,67

Tabel 7. Persentase Perasaan Mahasiswa terhadap


Tabel 10. Persentase Pendapat Mahasiswa tentang
Komponen Pembelajaran
Tidak
Pemahaman Bahasa yang Digunakan
Senang Tidak
Aspek Yang Direspon Senang Jelas
(%) Aspek Yang Direspon Jelas
(%) (%)
1. Materi Pelajaran 87,50 6,42 (%)
2. LKS 81,25 9,97 1. LKS 80,78 19,22
3. Tes Hasil Belajar 91,67 4,18 2. Tes Hasil Belajar 98,67 1,33
4. Suasana Pembelajaran di Kelas 91,67 4,18
5. Cara Mengajar Dosen 93,75 3,10
Tabel 11. Persentase Pendapat Mahasiswa tentang
Tabel 8. Persentase Pendapat Mahasiswa terhadap Penampilan
Komponen Pembelajaran Tulisan, Ilustrasi/Gambar dan Letak Gambar
Tidak Tidak
Baru Jelas
Aspek Yang Direspon Baru Aspek Yang Direspon Jelas
(%) (%)
(%) (%)
1. Materi Pelajaran 83,33 8,76 1. LKS 89,25 10,75
2. LKS 81,25 9,97 2. Tes Hasil Belajar 94,25 5,75
3. Tes Hasil Belajar 83,33 8,76
4. Suasana Pembelajaran di Kelas 87,50 6,42 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa lebih dari
5. Cara Mengajar Dosen 91,67 4,18
80% mahasiswa senang terhadap komponen pembelajaran
dan menyatakan baru menerima pembelajaran dengan model
kooperatif melalui pendekatan problem posing. Selanjutnya,
96,33% mahasiswa berminat untuk mengikuti pembelajaran
berikutnya dengan model kooperatif melalui pendekatan
problem posing. Dari segi pemahaman bahasa dan
9
penampilan (tulisan, Ilustrasi/gambar dan letak gambar) pendekatan problem posing pada materi Pemodelan dalam
pada LKS dan tes hasil belajar lebih 80% mahasiswa dapat Riset Operasi adalah positif.
memahaminya dan tertarik dengan tampilannya. Dengan Berdasarkan empat aspek kriteria keefektifan yang
demikian dapat disimpulkan respon siswa terhadap sudah dianalisis di atas maka dapat disajikan dalam Tabel 12
penerapan model pembelajaran kooperatif melalui berikut.

Tabel 12. Kriteria Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif melalui Pendekatan Problem Posing
Aspek Yang Direspon Hasil
1. Kemampuan dosen mengelola pembelajaran Baik
2. Aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran Sesuai dengan kriteria waktu ideal
3. Ketuntasan belajar secara klasikal Tuntas
4. Respon mahasiswa terhadap pembelajaran Positif

Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa keempat aspek Pada akhir pertemuan dosen memberikan
kriteria keefektifan pembelajaran terpenuhi, yaitu penghargaan pada setiap kelompok berdasarkan prestasi
kemampuan dosen mengelola pembelajaran selama empat yang mereka peroleh. Hal ini sesuai dengan yang
kali pertemuan adalah baik, aktivitas mahasiswa selama dikemukakan oleh Johar (2007:3) bahwa, “Konsep utama
pembelajaran sesuai dengan kriteria waktu ideal, hasil dalam pembelajaran kooperatif adalah penghargaan
belajar mahasiswa secara klasikal adalah tuntas, dan respon kelompok yang diberikan jika kelompok mencapai kriteria
mahasiswa terhadap pembelajaran adalah positif. yang ditentukan”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan dosen mengelola pembelajaran dengan
Pembahasan Hasil Penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif melalui
Kemampuan Dosen Mengelola Pembelajaran pendekatan problem posing adalah baik. Ini sesuai dengan
Pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran yang dikemukakan oleh Hasratuddin (dalam Mukhlis,
Kooperatif Melalui Pendekatan Problem Posing 2005:69) bahwa kemampuan dosen mengelola pembelajaran
dilaksanakan sebanyak 5 kali pertemuan yaitu 4 pertemuan dikatakan baik apabila skor dari setiap aspek yang dinilai
untuk mengajarkan materi dan 1 pertemuan untuk tes hasil berada pada kategori baik atau sangat baik.
belajar dan mengisi angket respon. Pada penelitian ini,
peneliti terlibat langsung dalam mengajarkan materi Aktivitas Mahasiswa Selama Pembelajaran
Pemodelan dalam Riset Operasi dengan menggunakan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem dua orang pengamat terhadap aktivitas mahasiswa selama
posing. Dua orang dosen menjadi pengamat dalam pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem
penelitian ini. posing, umumnya telah sesuai dengan rentang kriteria waktu
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan ideal. Ada satu dari 7 aspek yang tidak sesuai dengan
kemampuan dosen mengelola pembelajaran menunjukkan rentang kriteria waktu ideal, yaitu membaca atau memahami
bahwa nilai rata-rata yang diperoleh dosen dalam setiap informasi di LKS, sedangkan untuk aspek yang lain telah
aspek selama empat kali pertemuan adalah berkisar antara mencapai kriteria waktu ideal.
4,00 sampai 4,63. Nilai ini mencapai kategori dosen Pada aspek membaca atau memahami informasi di
mengelola pembelajaran yang baik dan sangat baik LKS, rata-ratanya adalah 16,25% sedangkan ideal untuk
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. kategori tersebut berada pada rentang 5% sampai 15. Hal ini
Kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran terjadi karena masih cukup banyak mahasiswa yang lemah
yang mencapai kriteria sangat baik adalah (1) Kemampuan dalam memahami masalah dan kurang lancar berbahasa
mengarahkan mahasiswa untuk membuat soal dan Indonesia. Akibatnya, waktu yang digunakan lebih banyak
menjawab soal yaitu dengan nilai rata-rata 4,63, (2) untuk aspek membaca atau memahami informasi di LKS ini.
Kemampuan menghargai berbagai pendapat mahasiswa Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Silver dan
mencapai rata-rata 4,50, dan (3) Kemampuan menegaskan Cai dalam (Yuhasriati, 2002:4) bahwa kelemahan utama
hal-hal penting intisari berkaitan dengan pembelajaran pembelajaran problem posing adalah berkaitan dengan
mencapai rata-rata 4,50, (4) Kemampuan menyampaikan bahasa yaitu mahasiswa sulit membuat kalimat tanya.
judul sub materi berikutnya/memberikan PR kepada Perilaku yang tidak relevan dengan pembelajaran
mahasiswa/menutup pelajaran mencapai rata-rata 4,63, dan (seperti tidur, jalan-lajan, melamun, mengganggu teman,
(5) Antusias dosen mencapai rata-rata 4,63. Selain kelima dan lain-lain) mencapai rata-rata 3,50%. Hal ini terjadi
aspek yang mencapai kriteria sangat baik pada kemampuan karena ada sebagian mahasiswa yang menunjukkan
dosen dalam mengelola pembelajaran, aspek lainya ketidaksenangannya dalam mengikuti pelajaran. Walaupun
mencapai kategori baik. diajarkan dengan menggunakan strategi apa saja juga tidak
Kemampuan dosen memotivasi semangat belajar membawa pengaruh bagi mereka, bahkan banyak dosen
siswa mecapai kategori baik yaitu dengan nilai rata-rata 4,00 yang mengeluh untuk mengajar mahasiswa-mahasiswa
selama empat kali pertemuan. Dalam memotivasi semangat tersebut. Hal ini sesuai dengan informasi yang diperoleh
belajar siswa, dosen menunjukkan berbagai macam masalah peneliti dari hasil pembicaraan peneliti dengan dosen-dosen
nyata kehidupan sehari-hari yang telah dibuat model yang telah mengajari mereka. Berdasarkan kriteria yang
matematiknya. Mahasiswa merancang model matematik telah ditetapkan dapat disimpulkan bahwa aktivitas
masalah nyata yang diberikan dosen dengan anggota mahasiswa selama penerapan model pembelajaran
kelompoknya sendiri. kooperatif melalui pendekatan problem posing telah sesuai
dengan kriteria waktu ideal.
10
Ketuntasan Hasil Belajar Mahasiswa problem posing sehingga dapat digunakan dalam
Pada penelitian ini, hasil belajar mahasiswa dilihat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
dari hasil tes yang diberikan pada akhir pertemuan. Tes 2. Diharapkan kepada dosen matematika untuk
berbentuk essay sejumlah 4 soal, hasil belajar yang menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui
diharapkan adalah mahasiswa dapat memformulasikan pendekatan problem posing khususnya dalam
masalah nyata ke dalam model matematik yang berbentuk mengajarkan materi Pemodelan dalam Riset Operasi
model program linear. pada mahasiswa.
Dari data tes hasil belajar yang diperoleh 3. Diharapkan kepada pihak lain untuk dapat melakukan
menunjukkan bahwa 92% mahasiswa tuntas belajar, artinya penelitian tentang model pembelajaran kooperatif
dari 48 mahasiswa terdapat 46 mahasiswa yang tuntas melalui pendekatan problem posing, agar ada
belajar. Dengan demikian, ketuntasan hasil belajar klasikal perbandingan dengan hasil penelitian yang ada.
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif melalui
pendekatan problem posing telah tercapai. Hal ini sejalan
dengan pendapat Sutiarso (2000) mengemukakan bahwa DAFTAR PUSTAKA
pembelajaran kooperatif yang dikombinasikan dengan
kegiatan problem posing dapat meningkatkan proses belajar Anam, K. 2000. Implementasi: Cooperatif Learning dalam
mahasiswa, yaitu aktivitas belajar dan interaksi antar pembelajaran. Surabaya: Unesa University Press.
mahasiswa dalam kelompok serta meningkatkan hasil Arends, R. 2001. Learning to Teach 6th Ed. United States of
belajar mahasiswa. America: Mc Graw-Hill.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Respon Mahasiswa terhadap Pembelajaran Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Angket respon mahasiswa diberikan pada akhir Johar, R. dkk. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh:
pertemuan yaitu setelah mahasiswa selesai menyelesaikan Universitas Syiah Kuala
tes hasil belajar. Angket respon mahasiswa bertujuan untuk Lie, A. 2004. Cooperatif Learning. Jakarta: PT. Gramedia
mengetahui perasaan mahasiswa, minat mahasiswa dan Widiasarana Indonesia/Grasindo.
pendapat mahasiswa mengenai model pembelajaran Nur, M. dan Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran Berpusat
kooperatif melalui pendekatan problem posing. Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis
Perasaan mahasiswa terhadap komponen dalam Pengajaran. Edisi 3. UNESA Press,
pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem posing Surabaya.
lebih 80% mahasiswa yang menyatakan senang dan Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
menyatakan baru menerima pembelajaran dengan model Cipta.
tersebut. Selanjutnya 96,33% mahasiswa berminat untuk Salam, 2004. Cara Belajar yang Sukses di Perguruan Tinggi.
mengikuti pembelajaran berikutnya dengan model Jakarta: Rineka Cipta.
kooperatif melalui pendekatan problem posing. Dari segi Setiawan. 2004. Pembelajaran Trigonometri Berorientasi
pemahaman bahasa dan penampilan (tulisan, PAKEM di SMA. Paket Pembinaan Penataran.
Ilustrasi/gambar dan letak gambar) pada LKS dan tes hasil Pusat Pengembangan Penataran Guru Pendidikan
belajar lebih 80% mahasiswa dapat memahaminya dan Matematika, Yogyakrta: Departemen Pendidikan
tertarik. Dengan demikian dapat disimpulkan respon Nasional.
mahasiswa terhadap penerapan model pembelajaran Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
kooperatif melalui pendekatan problem posing pada materi Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Pemodelan dalam Riset Operasi adalah positif. Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperatif Learning.
Jakarta: Bumi Aksara.
KESIMPULAN DAN SARAN Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Kesimpulan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning, Teori & Aplikasi
dosen mengelola model pembelajaran kooperatif melalui PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar
pendekatan problem posing selama empat kali pertemuan Suryanto, 1998. Problem Posing dalam Pembelajaran
adalah baik, aktivitas mahasiswa selama pembelajaran Matematika. Makalah disajikan pada Seminar
sesuai dengan kriteria waktu ideal, hasil belajar mahasiswa Nasional: Upaya-upaya Meningkatkan Peran
secara klasikal adalah tuntas, dan respon mahasiswa Pendidikan dalam Menghadapi Era Globalisasi.
terhadap pembelajaran adalah positif. Dengan demikian, Program Pascasarjana IKIP Malang, 4 April
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif 1998.
melalui pendekatan problem posing efektif diterapkan dalam Sutadi, 2004, Mengurangi Siswa Berkesulitan Belajar
mengajarkan materi Pemodelan dalam Riset Operasi di Matematika Melalui Model Pembelajaran
Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Multigrade Teaching, Buletin Pelangi Pendidikan,
Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Vol 6 no 2.
Alam, Universitas Negeri Manado. Sutiarso, S. 2000. Problem Possing: Strategi Efektif
Saran Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam
Berdasarkan kesimpulan di atas, adapun saran-saran Pembelajaran Matematika. Journal. Volume 6 No
yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut. 5.
1. Model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan Yuhasriati, 2002. Pembelajaran Persamaan Garis Lurus
problem posing efektif diterapkan dalam mengajarkan yang Memuat Problem Posing di SLTP
materi Pemodelan dalam Riset Operasi maka diharap Laboratorium Universitas Negeri Malang. Tesis.
kepada dosen matematika untuk membekali diri tentang tidak diterbitkan. Program Pascasarjana UM.
model pembelajaran kooperatif melalui pendekatan

11

Anda mungkin juga menyukai