Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika

5(2), 138-145, Mei 2020


E-ISSN: 2614-1078

Hasil Belajar Siswa melalui Model Problem Based Learning


pada Materi Relasi dan Fungsi di SMPN 5 Banda Aceh

Ropi Liyanti, Suryawati dan Suhartati


Program Studi S1 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala

Email: ropiliyanti@gmail.com

Abstrak. Pencapaian hasil belajar peserta didik SMPN 5 Banda Aceh pada materi relasi
dan fungsi belum mencapai kategori baik. Usaha yang dapat diterapkan supaya pencapaian
kategori hasil belajar menjadi baik salah satunya ialah dengan menyajikan materi relasi dan
fungsi melalui permasalahan kontekstual yang saling terkait. Pelaksanaan model PBL
melibatkan peserta didik untuk menyelidiki suatu permasalahan, menyelesaikannya serta
mencari hubungan konsep yang baru didapat dengan konsep yang dipelajari sebelumnya.
Tujuan riset ini ialah untuk mengetahui kategori hasil belajar peserta didik pada materi
relasi dan fungsi melalui penerapan model PBL di SMPN 5 Banda Aceh. Riset ini berkaitan
dengan riset kuantitatif dan jenis riset yang dipakai ialah Pre-Experimental Design dengan
design One-Shot Case Study. Populasi dalam riset ini ialah semua peserta didik kelas VIII
SMPN 5 Banda Aceh dan menggunakan 25 peserta didik kelas VIII-2 SMPN 5 Banda Aceh
sebagai sampel. Pengumpulan data hasil belajar menggunakan tes. Data tes hasil belajar
peserta didik dianalisis secara statistik dengan memakai uji-t pihak kanan. Kategori baik
hasil belajar peserta didik terdapat pada interval 71 – 85. Analisis uji hipotesis data tes hasil
belajar peserta didik dengan memakai uji-t satu pihak atau uji-t pihak kanan berdasarkan
taraf signifikan 𝛼 – 0,05 dan dk = 24 diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 2,43 > 1,71.
Berdasarkan hasil riset dapat dinyatakan bahwa hasil belajar peserta didik dapat mencapai
kategori baik pada materi relasi dan fungsi melalui penerapan model PBL di kelas VIII
SMPN 5 Banda Aceh. Implikasi dari riset ini berupa pengaplikasian model PBL dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran.

Kata Kunci: Hasil Belajar peserta didik, Relasi dan Fungsi, Model Problem Based
Learning.

Pendahuluan
Matematika ialah ilmu yang menjadi dasar pengembangan ilmu-ilmu lain yang sering
diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Tujuan pembelajaran matematika berdasarkan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2017, diantaranya:
“(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan
pengaplikasian konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efesien dan tepat dalam
pemecahan masalah; (2) Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian
masalah, dan mampu membuat generalisasi berdasarkan fenomena atau data yang ada;
(3) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika
dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika” (Depdiknas, 2017)

Merujuk pada tujuan pembelajaran matematika di Indonesia butir pertama mengenai


kemampuan peserta didik dalam pemecahan persoalan matematika, peserta didik diharapkan

138
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika Ropi Liyanti, dkk

untuk menyelesaikan persoalan matematika dengan mudah dan berpartisipasi dalam proses
pembelajaran tanpa ada tekanan, sehingga proses pembelajaran menjadi sangat
menyenangkan dan berdampak baik hasil belajar peserta didik.
Kenyataan yang terjadi memperlihatkan bahwa peserta didik masih kurang dalam
menguasai mata pelajaran matematika. Kurangnya hasil belajar peserta didik disebabkan oleh
proses pembelajaran matematika yang belum efektif. Selama ini peserta didik belum
melibatkan diri sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Guru masih menjadi pusat
perhatian peserta didik dalam pembelajaran atau disebut sebagai teacher center. Terkadang
untuk beberapa materi tertentu, salah satunya relasi dan fungsi harus diulang beberapa kali
agar peserta didiknya paham. Fenomena tersebut juga dialami oleh peserta didik SMPN 5
Banda Aceh. Pada kesehariannya, peserta didik belum terlibat secara mandiri dalam
memecahkan masalah sehingga target yang ditetapkan belum terpenuhi. Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) di SMPN 5 Banda Aceh pada mata pelajaran matematika adalah 71
sedangkan hasil belajar peserta didik umumnya hanya sampai pada skor 70.
Untuk memperbaiki proses pembelajaran diupayakan model pembelajaran yang
bervariasi, seperti model yang dapat mendekatkan konsep matematika dengan dunia anak.
Pembelajaran harus dikemas sebagus mungkin dengan melibatkan peserta didik sepenuhnya
(student center). Demi mempertajam kemampuan berpikir kritis peserta didik dan
menyelesaikan permasalahan sehingga mendapatkan pengetahuan dan konsep yang mudah
dapat dilalui dengan masalah kontekstual. Adapun model pembelajaran yang digunakan pada
riset ini ialah model Problem Based Learning (PBL). Arends (dalam Johar, 2016)
mengemukakan bahwa “model PBL merupakan pembelajaran yang mengharuskan siswa
untuk menyusun pengetahuannya sendiri melalui masalah autentik untuk mencapai
kepecayaan diri dan kemandirian belajar”. PBL mengarahkan guru hanya memfasilitasi
peserta didik agar dapat sepenuhnya aktif dan kreatif dalam hal menemukan solusi dari
persoalan yang di sampaikan.
Tahapan atau sintaks model Problem Based Learning tercantum pada tabel 1.

139
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika Vol. 5, No. 2, Mei 2020

Tabel 1
Sintaks model Problem Based Learning (sumber: Johar, 2016:44).

Beberapa keunggulan dari model PBL meliputi: (a) masalah-masalah yang dijadikan
media belajar yaitu permasalahan kontekstual yang dekat dengan lingkungan siswa; (b)
kesesuaian PBL dengan konsep yang ada dalam model PBL sesuai dengan yang dibutuhkan
oleh siswa; (c) menumbuhkan dan mengembangkan sifat inquiry ataupun sifat yang membuat
siswa menjadi lebih aktif karena proses penemuan yang dilakukannya untuk menyelesaikan
suatu masalah, penguasaan konsep menjadi kuat dan; (d) memupuk kemampuan penyelesaian
terhadap suatu permasalahan (Trianto, 2014:96-97). Keunggulan lainnya adalah PBL dapat
meningkatkan solidaritas sosial dengan membiasakan berdiskusi dengan teman baik dalam
kelompok ataupun tidak, dapat mempererat hubungan pengajar dan peserta didik, dan dapat
membiasakan siswa dalam mengaplikasikan metode percobaan sebab adanya probabilitas suatu
masalah yang wajib diselesaikan siswa melalui percobaan (Warsono & Hariyanto, 2012:152).
Sedangkan kelemahan model PBL meliputi: memerlukan persiapan yang kompleks
dikarenakan alat dan konsep akan suatu masalah yang harus disesuaikan dengan tujuan dari
pembelajaran, sulitnya mencari permasalahan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, sering
terjadi salah pemahaman oleh siswa maupun guru yang masih belum paham dengan model PBL,

140
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika Ropi Liyanti, dkk

dan membutuhkan tempo yang tidak singkat saat proses penyelidikan (Trianto, 2014:97).
Kelemahan lainnya dapat berupa kegiatan peserta didik yang dilakukan di luar sekolah akan
sukar diperhatikan oleh pengajar (Warsono & Hariyanto, 2012:152).
Salah satu materi yang dapat di sampaikan melalui model PBL adalah materi relasi dan
fungsi. Karena materi ini memiliki model persoalan yang diambil dari masalah kontekstual
dalam kehidupan sehari-hari dan penyelesaiannya lebih cenderung ke pemecahan masalah.
Sehingga siswa mampu memahami dan menganalisis suatu pemecahan masalah selama proses
kegiatan pembelajaran berlangsung.
Sehubungan dengan hal itu, peneliti ingin mengetahui kategori hasil belajar peserta
didik pada materi relasi dan fungsi melalui penerapan model PBL selama proses pembelajaran
berlangsung di kelas VIII SMP 5 Banda Aceh. Rumusan masalah dalam riset ini ialah
“apakah hasil belajar peserta didik dapat mencapai kategori baik pada materi relasi dan fungsi
melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) di kelas VIII SMPN 5 Banda
Aceh?” Tujuan riset ini ialah untuk mengetahui kategori hasil belajar peserta didik melalui
penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada materi relasi dan fungsi di kelas VIII
SMPN 5 Banda Aceh.

Metode
Riset ini berhubungan dengan riset kuantitatif yang merupakan riset yang didasarkan pada
filsafat positivisme, untuk mengamati sampel atau populasi yang diambil secara random, data
dikumpulkan melalui instrumen dan menggunakan analisis kuantitatif untuk menguji hipotesis
(Sugiyono, 2010). Jenis riset yang dipakai berupa pre-experimental dengan design one-shot
case study. Jenis riset pre-experimental dilakukan untuk melihat pengaruh suatu perlakuan
terhadap sampel riset. Desain one-shot case study ialah pemberian perlauan kepada suatu
kelompok kemudian diobservasi hasilnya. Populasi dalam riset ini merupakan semua peserta
didik kelas VIII SMPN 5 Banda Aceh dan menggunakan 25 peserta didik kelas VIII-2 SMPN 5
Banda Aceh sebagai sampel.
Pengumpulan data dalam riset ini memakai suatu instrumen yaitu tes hasil belajar. Bentuk
tes ini berupa essay yang berjumlah 3 soal dengan maksimal penskoran 100. Setelah data
dikumpulkan, teknik analisis data yang dilakukan antara lain: (a) Menghitung ukuran
penyebaran dan pemusatan data yaitu nilai raya-rata, varian, dan simpangan baku dari sampel;
(b) Uji normalitas menggunakan uji Chi Kuadrat; (c) Uji kesamaan rata-rata atau uji t pihak
kanan unutk menguji hipotesis. Pada pengujian hipotesis, hasil belajar dibandingkan dengan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 𝜇0 = 71 (Depdiknas, 2012).

141
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika Vol. 5, No. 2, Mei 2020

Hipotesis dalam riset ini adalah sebagai berikut.


𝐻0 : 𝜇 = 𝜇0 “Hasil belajar peserta didik belum dapat mencapai kategori baik pada materi relasi
dan fungsi melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) di kelas
VIII SMPN 5 Banda Aceh”.
𝐻1 : 𝜇 > 𝜇0 “Hasil belajar peserta didik dapat mencapai kategori baik pada materi relasi dan
fungsi melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) di kelas VIII
SMPN 5 Banda Aceh”.

Uji-t pihak kanan dilakukan dengan rumus (Sudjana, 2009:227):

Keterangan:
𝑥 = Nilai rata-rata tes hasil belajar
𝜇0 = nilai minimal untuk mencapai kategori baik
s = simpangan baku
n = banyak sampel

Untuk uji-t satu pihak atau uji-t pihak kanan diatas menggunakan taraf signifikan
𝛼 = 0,05, maka Sudjana (2009:231) memaparkan “Kriteria pengujian yang didapat dari uji-t
dengan derajat kebebasannya 𝑑𝑘 = (𝑛 – 1) maka berlaku tolak 𝐻0 jika 𝑡 ≥ 𝑡1− 𝛼 dan terima
𝐻0 jika nilai t mempunyai harga lainnya”.
Kategori nilai ideal hasil belajar pesert didik yang dipakai pada riset ini didasarkan pada
nilai KKM (kriteria ketuntasan minimal) peserta didik di SMPN 5 Banda Aceh pada mata
pelajaran matematika. Hasil belajar peserta didik yang dimaksud ialah penguasaan materi dalam
ranah kognitif.

Hasil dan Pembahasan


Riset ini dilaksanakan selama empat sesi di kelas VIII-2 SMPN 5 Banda Aceh. Pada tiga
sesi pertama, peneliti melakukan pembelajaran matematika melalui model PBL pada materi
relasi dan fungsi. Sesi keempat peneliti melaksanakan tes hasil belajar. Soal ujian dibuat dalam
bentuk essay yang beranggotakan 3 butir soal dan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
tes yaitu selama 80 menit.

142
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika Ropi Liyanti, dkk

Adapun hasil tes peserta didik kelas VIII-2 SMPN 5 Banda Aceh adalah sebagai berikut:
54 88 64 93 98 88 85 56 76 71 86
87 91 94 89 77 71 89 88 45 56 47
92 86 93

Dari data tersebut di peroleh rata-rata, varians dan simpangan baku secara berturut-turut
adalah 78,16, dan 217,89 serta 14,76. Selanjutnya dapat dihitung 𝑥 2 sebagai berikut:

Berdasarkan taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dan banyak kelas (k) = 6 sehingga besarnya derajat
kebebasan yang diperoleh untuk distribusi chi-kuadrat ialah dk = (k – 1) = (6 – 1) = 5.
Berdasarkan tabel chi-kuadrat maka diperoleh 𝑥 2 (0,95)(5) = 11,1. Selanjutnya nilai chi-kuadrat
hitung akan dibandingkan dengan nilai chi-kuadrat tabel, maka akan terlihat 𝑥 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑥 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
yaitu 8,92 < 11,1 maka H0 di terima dan H1 di tolak sehingga kesimpulan yang di dapatkan ialah
data tes hasil belajar peserta didik pada materi relasi dan fungsi melalui penerapan model PBL
di kelas VIII SMPN 5 Banda Aceh berdistribusi normal.
Data yang diperoleh mengikuti berdistribusi normal sehingga uji kesamaan rata-rata yang
dapat dipakai ialah uji t. Dengan berlandaskan pada hipotesis maka uji t yang dipakai ialah uji-t
satu pihak atau uji-t pihak kanan dengan rumus diantaranya ialah.

143
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika Vol. 5, No. 2, Mei 2020

Dengan taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dan derajat kebebasan dk = (n – 1) = (25 – 1) = 24, dari
tabel distribusi t diperoleh nilai 𝑡(0,95)(24) = 1,71 maka 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 2,43 dan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 1,71. Dengan
demikian, 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 2,43 > 1,71 sehingga H1 diterima yang menyatakan bahwa hasil
belajar peserta didik dapat mencapai kategori baik melalui penerapan model PBL pada materi
relasi dan fungsi di kelas VIII SMPN 5 Banda Aceh.
Hasil belajar peserta didik dapat mencapai katagori baik setelah model PBL diterapkan
pada saat pembelajaran berlangsung, terlihat bahwa peserta didik berusaha secara mandiri untuk
menyelesaikan masalah kontektual yang diberikan. Peningkatan hasil belajar pada peserta didik
SMPN 5 Banda Aceh dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain motivasi yang tinggi untuk
menyelesaikan masalah matematika, minat peserta didik yang semakin meningkatkan dengan
disajikannya masalah-masalah kontekstual yang dapat dipahami peserta didik dengan mudah
serta keterlibatan peserta didik yang aktif dan mandiri tanpa bergantung pada guru. Faktor
pendukung lainnya yaitu antusiasnya peserta didik pada aktivitas mengamati, menanya,
menalar, mencoba dan mengkomunikasikan serta perlakuan dan kemampuan yang dimiliki
pengajar selama pembelajaran berlangsung. Penjelasan di atas sejalan dengan temuan Paloloang
(2014:75) yang menyatakan bahwa “penerapan model Problem Based Learning (PBL) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 19 Palu pada materi panjang garis singgung
persekutuan dua lingkaran”. Begitu juga dengan riset Fatimah (2012:258) yang menyatakan
bahwa “pengaplikasian model Problem Based Learning (PBL) di sekolah bisa meningkatkan
kemampuan penyelesaian masalah matematika”.
Model PBL mengarahkan peserta didik untuk belajar secara berdiskusi atau berkelompok
yang beranggotakan sekitar 4-5 peserta didik per kelompok. Hal tersebut dapat menumbuhkan
sikap demokratis peserta didik dan menghargai perbedaan pendapat antar peserta didik dalam
kelompoknya. Peserta didik dapat berdiskusi sebebas mungkin mengenai strategi pemecahan
masalah yang akan diambil. Pendapat yang bervariasi akan merangsang peserta didik untuk
berusaha lebih keras agar masalah dapat terselesaikan dengan solusi yang tepat. Setiap peserta
didik akan terbiasa mengemukakan pendapat dikarenakan masalah autentik yang disajikan
dalam PBL sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kebiasaan tersebut akan
meningkatkan kemandirian siswa dalam belajar dan menyelesaikan persoalan matematika
sehingga mempermudah siswa dalam menemukan cara dari permasalahan saat evaluasi hasil
belajar dilakukan. Namun demikian, proses diskusi harus benar-benar dijalankan seefektif
mungkin agar suasana kelas tetap kondusif. Diskusi harus berjalan dengan semestinya agar
tujuan untuk memecahkan permasalahan dapat tercapai.

144
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Matematika Ropi Liyanti, dkk

Simpulan dan Saran


Kesimpulan dalam riset ini ialah hasil belajar peserta didik dapat mencapai kategori
baik melalui penerapan model PBL pada materi relasi dan fungsi di kelas VIII SMPN 5 Banda
Aceh. Dengan demikian, diberikan masukan kepada guru pelajaran matematika untuk
mengatur strategi yang cocok dalam cara mengembangkan hasil belajar peserta didik, seperti
menerapkan model PBL pada materi relasi dan fungsi. Selain itu, penerapan PBL harus
dilakukan dengan memperhatikan karakteristik peserta didik (setiap kelompok belajar harus
disertai minimal satu orang siswa yang mampu memimpin diskusi) agar suasana belajar tidak
bising.

Daftar Pustaka
Depdiknas. (2012). Laporan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta:
Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Depdiknas. (2017). Matematika. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Fatimah, F. (2012). Kemampuan komunikasi matematis dan pemecahan masalah melalui


problem based learning. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 16(1), 249-259.

Johar, R. (2016). Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Deepublish.

Paloloang, M. F. B. (2014). Penerapan model Problem Based Learning (Pbl) untuk


meningkatkan hasil belajar siswa pada materi panjang garis singgung persekutuan dua
lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 19 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika
Tadulako, 2(1), 67-77.

Sudjana. (2009). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Trianto, I. B. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual.


Jakarta: Prenada Media Group.

Warsono & Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

145

Anda mungkin juga menyukai