Anda di halaman 1dari 40

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL


BELAJAR SISWA SMA PADA MATERI
SISTEM PERTIDAKSAMAAN
LINEAR DUA VARIABEL
DI SMAN 5
BANDA ACEH

Proposal Skripsi

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memproleh gelar


Sarjana Pendidikan

oleh

Rida Fadilla
1911050006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BINA BANGSA GETSEMPENA
BANDA ACEH
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu Pengetahuan dan teknologi yang pesat, mewajibkan


setiap individu mampu mengikuti setiap perubahan yang ada. Hal ini
mengakibatkan kesadaran bahwa pendidikan merupakan hal penting yang harus
diperhatikan perkembangannya, karena melalui pendidikan sebuah potensi yang
dimiliki oleh individu akan berkembang. Oleh karena itu, pendidikan merupakan
bagian penting dari peradaban dunia yang terus dikembangkan, karena pada dasar
nya manusia dalam melaksanakan kehidupan tidak akan terlepas dari proses
pendidikan yang menjadi kunci perkembangan keilmuwan baik di bidang
ekonomui,teknologi dan bidang lain nya. Sejalan dengan hal tersebut tujuan
pendidikan saat ini menjadi tumpuan upaya untuk mencapai sasaran pembangunan
berkelanjutan dalam etra suistanble Development Goals (SDG’s) (Murniningtyas
dan Endah, 2018). Oleh sebap itu,diperlukan upaya untuk terus meningkatkan
kualitas pendidikan di indonesia.

Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting


dan mendasari perkembangan ilmu pengetahuan lain nya, sehingga pengajaran
matematika diproleh oleh peserta didik pada setiap jenjang pendidikan.
Matematika adalah pengkajian logis mengenai bentuk susunan besaran dan
konsep-konsep yang berkaitan dan dikelompokkan ke dalam tiga bidang meliputi :
aljabar, analisis dan geometri (Shasudin, 2015). Matematika yang merupakan
salah satu bidang keilmuwan yang dipelajari di sekolah berpotensi memberikan
peningkatan terhadap kemampuan peserta didik dalam memberikan argumentasi
kemampuan berpikir dan kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam
kehidupan sehari-hari (Kamarullah, 2017).
Mempertimbangkan penting nya matematika dalam mengembangkan
potensi yang ada dalam diri manusia maka seharus nya matematika menjadi mata
pelajaran yang di minati oleh setiap siswa. Terutama pada mata pelajaran sistem
pertidaksamaan linear dua variabel (SPtLDV), namun kenyataan nya matematika
justru malah menjadi mata pelajaran yang banyak di takuti oleh siwa, selama ini
siswa sudah lebih dulu menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan
pelajaran yang sulit karena menggunakan simbol dan lambang yang di maknai
dengan rumus matematika. Kesulitan siwa tersebut terletak pada kemapuan siswa
menyelesaikan soal berbentuk cerita serta kurang nya petunjuk langkah-langkah
yang di tempuh dalam membuat kalimat matematika. (kahar dan Layn 2017:97)
menyatakan penyebap kesalahan prinsip adalah kurang nya pemahaman siswa
terhadap materi, kurang teliti terhadap soal, kurang mampu dalam
mengidentifikasi setiap suku persamaan, dan kurang berlatih dalam
menyelesaikan soal sistem pertidaksamaan linear dua variabel.
Sistem pertidaksamaan linear dua variabel (SPtLDV) adakah salah satu
materi yang di ajarkan di sekolah menengah atas (SMA). Materi SPtLDV sebagai
salah satu materi persyaratan untuk tingkat yang lebih tinggi lagi. Akan tetapi
masih banyak siswa yang masih melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal
SPtLDV. Hal itu akan menjadi hambatan dalam proses pembelajaran.
Penyelesaian soal SPtLDV baik menggunakan motode grafik, subtitusi, eliminasi,
maupun campuran, siswa masih bisa menyelesaikan nya. Akan tetapi, jika
permasalahan di ubah dalam bentuk soal cerita siswa akan sulit untuk mengubah
soal tersubut ke dalam beberapa permasalahan untuk mendapatkan penyelesaian
nya. Hal ini dikarnakan siswa tidak mengetahui makna yang terdapat dalam
variabel-variabel tersebut dan dibutuhkan kemapuan berfikir untuk menyelesaikan
nya.
Berdasarkan observasi yang peneliti temukan pada saat praktik
pengalaman lapangan (PPL), bulan 8 tahun 2022 dan wawancara dengan salah
satu guru matematika di sekolah tersebut di proleh informasi bahwa rendah nya
kemampuan pemecahan masalah matematika dan kurang nya motivasi keinginan
belajar dari siswa tersebut, dikarnakan masih banyak siswa yang belum mampu
dalam menyelesaikan soal sistem pertidaksamaan linear dua variabel terutama
dalam memperhatikan prinsip dalam soal tersebut dikarenakan kebanyakan siswa
pada saat jam pelajaran matematika berlansung banyak diantara mereka tidak
memperhatikan guru nya di depan yang sedang menjelaskan penyelesean soal,
sebagaimana model pembelajaran yang digunakan guru masih kurang bervariasi
dan monoton yang membuat peserta didik kurang aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga peserta didik merasa jenuh dan bosan dalam belajar, jadi
ketika guru memberikan pertanyaan hanya sebagian peserta didik yang
memberikan umpan balik dan ketika guru memberikan soal, perseta didik
kewalahan dalam pengerjaan nya karena peserta didik kurang aktif dalam proses
pembelajaran. Maka dari itu perlu diterapkan model pemberlajaran yang mampu
melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran sehingga siswa merasa tertantang
tidak merasa bosan dan jenuh. Artinya guru matematika dituntut untuk mampu
mengarahkan dan merancang suatu model pembelajaran yang dapat mengasah
kemampuan pemecahan masalah matematis dan mampu meningkatkan hasil
belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu diperlukan
model pembelajaran yang tepat dalam mendukung perencanaan strategi belajar
yang diterapkan untuk menyampaikan materi bahan ajar kepada peserta didik agar
dapat mengembangkan kemampuan dan hasil belajar siswa terutama pada materi
sistem pertidaksamaan dua variabel (SPtLDV). Agar peserta didik dapat belajar
secara bermakna cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model
pembelajaran problem based learning (PBL). Model pembelajaran problem based
learning (PBL) mengasah kemampuan peserta didik untuk berfikir optimal
melalui proses pembelajaran dalam kelompok yang sistematis sehingga peserta
didik termotivasi dan dapat mengasah serta mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah matematis nya secara berkesinambungan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti meringkas bahwasanya


model pembelajaran berbasis masalah ialah suatu model pembelajaran yang
memfokuskan siswa dalam mengatasi suatu masalah yang terdapat di dalam
kehidupan nyata serta dijadikan bahan penyelidikan guna menyelesaikan
penyelesaian masalah tersebut, sehingga dapat meningkatkan kan rasa ingin tau
siswa, serta siswa dapat menemukan pengetahuan baru dan dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis nya.
Penggunaan model pembelajaran problem based learning dapat
memberikan pengalaman lansung kepada siswa. Model Problem based Learning
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Fauzia (2018) menyatakan
bahwa menggunakan problem based learming di dalam pembelajaran sebagai
alternatif dalam belajar pembelajaran matematika sehingga pembelajaran tidak
monoton dan pasif. Adapun menurut Yasa dan Wilibaldus (2018) menyatakan
bahwa menggunakan model problem based learning di dalam pembelajaran lebih
baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran lansung. Oleh
karena itu, dilihat dari mamfaat serta keunggulan penggunaaan model problem
based learning dapat disimpulkan bahwa model problem based learning mampu
membuat suasana kelas menjadi aktif tidak monoton dan fasif,sehingga siwa bisa
fokus dan memecahkan masalah dalam kegiatan pembelajaran sehingga membuat
hasil belajar menjadi lebih baik.

Beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa model pembelajaran


problem based leraning dapat meningkat hasil belajar siswa adalah penelitian
yang dilakukan oleh Guntara (2014) menyimpulkan bahwa dengan penerapan
model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas V. Selanjutnya penelitian yang
dilakukan yang dilakukan oleh Nurmasyittah iklima (2022) menyimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan
kemampuan mengingat dan hasil belajar matematika pada materi Turunan Fungsi
untuk siswa kelas XI.Mia.2 di SMAN 1 Calang pada tahun pelajaran 2020/2022.

Melalui proses belajar mengajar menggunakan model PBL diharapkan


dapat mencapai tujuan pendidikan dalam bentuk terjadi nya perubahan tingkah
laku peserta didik, ini harapan semua pihak agar peserta didik mencapai hasil
belajar yang sebaik-baik nya,sesuai dengan kemampuan sehingga tercapai pula
tujuan pendidikan yang dimaksud.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul ”PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM
BASED LEARNING (PBL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMA
PADA MATERI SISTEM PERTIDAKSAMAAN DUA VARIABEL DI
SMAN 5 BANADA ACEH

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah :

Apakah Model pembelajaran Problem Based Learning dapat


meningkatkan hasil belajar siswa SMA pada materi sistem pertidaksamaan
linear dua variabel. ?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan di capai dalam penelitian ini adalah
untuk dapat mengetahui apakah penerapan model pembelajaran problerm based
learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA pada materi sistem
pertidaksamaan linear dua variabel.

1.4 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan mamfat dalam dunia pendidikan


baik secara lansung dan tidak lansung. Adapun mamfaat dari penelitian ini yaitu
sebagai :

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis dapat memberikan pandangan, gambaran dan menyatakan


bahwa tujuan pembelajaran berbasis PBL dapat membantu siswa
mengembangkan keterampilan berfikir serta mampu membagun
kecakapan belajar motivasi siswa.

b. Manfaat bagi siswa


Dapat memberikan gambaran suasana belajar melatih sikap proaktif
peserta didik dalam memecahkan suatu masalah,serta mengasah
kemampuan peserta didik dalam menguraikan suatu permasalahan di
kelas. Dan mampu menigkatkan keaktifan peserta didik di
dalam kelas dalam menyelesaikan permasalahan yang kompleks sampai di
proleh hasil nyata.

c. Manfaat bagi guru


Dapat memberikan gambaran kepada guru agar dapat memotivasi dan
membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar melalui model
pembelajaran problem based learning pada pelajaran matematika yang
melibatkan proses permasalahan yang melibatkan masalah .

d. Manfaat bagi sekolah


Dapat memberikan gambaran bagi sekolah untuk meningkatkan kulitas
pendidikan dan meningkatkan hasil belajar matematika dengan motode
pembelajaran problem based learning.

e. Manfaat bagi peneliti.


Dapat menambah wawasan dan refrensi dalam menambah ilmu
pengetahuan bagi peneliti sebagai calon pendidik terhadap hasil belajar
matematika dan mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan
nyata. Belajar mengembangkan pengetahuan baru mampu berfikir kritis
belajar memahami materi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning.
1.5 Defenisi operasional

Agar tidak terjadi nya penyimpangan pada penelitian ini atau salah
penafsiran, maka peneliti menjelaskan nya dalam beberapa devinisi operasional
sebagai berikut :

1. Model pembelajaran problem based learning

Model pembelajaran problem based leraning atau pembelajaran berbasis


masalah adalah model pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Pembelajaran dengan model PBL
merupakan pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar,
bagaimana belajar secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata.

1. Hasil Belajar

Hasil belajar matematika adalah kemampuan yang dimiliki siswa terhadap


pelajaran matematika yang di proleh dari pengalaman-pengalaman dan
latihan-latihan slama proses belajar mengajar yang mengambarkan
penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika yang dilihat dari nilai
matematika, kemampuan memecahkan masalah matematika serta dilihat dari
proses penyelesean soal matematika yang di berikan.

3. Pengertian Sistem pertidaksamaan dua variabel

Sistem pertidaksamaan dua variabel adalah suatu sistem yang terdiri atas
dua atau lebih pertidaksamaan dan setiap pertidaksamaan tersebut mempunya
variabel. Pertidaksamaan linear dua variabel adalah bentuk matematis yang
memuat tanda lebih dari (>), kurang dari (<), lebih dari atau sama dengan (≥), atau
kurang dari atau sama dengan (≤) yang memuat dua variabel dan pangkat
terbesarnya adalah satu
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pembelajaran Matematika

Penting nya pembelajaran matematika tidak lepas dari peran matematika


dalam segala aspek kehidupan oleh karena itu matematika tidak terlepas dari
pembelajaran. Menurut (syah 2010) pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap
upaya yang sistematis dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar
terjadi kegiatan belajar membelajarkan.

Menurut Usman (Asep Jihat,2008:12) pembelajaran adalah inti dari


proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
utama. Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Oemar Hamalik
(2005:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meluputi unsur-
unsur manusiawi, matrial,fasilitas, perlengakapan dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Arief. Dkk (2003:9) proses pembelajaran harus dirancang secara


sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa. Pembelajaran direncanakan
berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan
tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan tercapai. Matematika adalah
suatu bidang ilmu yang menggloball. Ia hidup di alam tanpa batas. Tak ada negara
yang menolak kehadiran nya dan tak ada agama yang melarang untuk
mempelajarinya. Ia tidak mau berpolitik dan tidak mau pula dipolitisasikan.
Eksestensinya di dunia sangat dibutuhkan dan kehidupan nya terus berkembang
sejalan dengan tuntutan kebutuhan umat manusia, karena tidak ada
kegiatan/tingkah laku manusia yang terlepas dari matematika. Matematika telah
menjadi ratu sekaligus pelayan bagi ilmu lain. Matematika disebut ratu karena,
dalam perkembangannya matematika tidak pernah bergantung pada ilmu yang
lain. Namun matematika selalu memberikan pelayanan kepada berbagai cabang
ilmu pengetahuan untuk mengembangkan diri, baik dalam bentuk teori, terlebih
dalam aplikasinya.

Pernyataan siswa bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang


menakutkan, guru matematika merupakan guru yang killer. Siswa malas masuk
pelajaran matematika, banyak siswa yang cabut ketika jam pelajaran matematika,
merupakan kenyataan yang sudah sering kita jumpai dalam dunia pendidikan kita,
baik disekolah dasar maupun perguruan tinggi. Pertanyaan wali murit bagaimana
cara agar anak mereka menyenangi dan pintar matematika, merupakan pertanyaan
sederhana ynag sering kita jumpai. Namun jawaban yang dapat kita berikan
terkadang tidak memuaskan mereka.

Gambaran singkat di atas menggambarkan persepsi masyarakat tentang


matematika merupakan pelajaran yang sulit. Persepsi negatif itu ikut dibentuk
oleh anggapan matematika sebagai ilmu yang kering, abstrak, teoritis, penuh
dengan lambang-lambang dan rumus-rumus yang sulit dan membingungkan, yang
muncul atau pengalaman kurang menyenangkan ketika belajar matematika di
sekolah. Menurut wijaya (2012) matematika sering dianggap siswa sebagai salah
satu mata pelajaran yang sulit.menurut Irwan & Daeka (2015: 7) berpendapat
bahwa belajar matematika lebih mengarah ke penalaran dan logika tidak hanya
belajar berhitung maupun belajar angka. Menurut Sembiring (dalam jurnal Novita
E.I) salah satu alasan mengapa matematika dipelajari adalah karena berguna, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun sebagai bahasa dan alat dalam
perkembangan sains dan tehnologi

Banyak faktor yang menyebabkan siswa beranggapan matematika adalah


pelajaran yang sangat sulit dan membosankan, salah satu nya adalah cara
mengajar guru yang belum sesuai. Menurut Darkasyi, dkk rendah nya hasil belajar
matematika bukan hanya disebabkan karena matematika yang sulit, melainkan
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu siswa itu sendiri, guru, pendekatan
pembelajaran, dan lingkungan belajar yang saling berhubungan satu sama lain.
Tillaar, et al (2018) berpendapat bahwa prestasi belajar siswa yang rendah
disebapkan oleh sejumblah faktor yang salah satu nya adalah kopetensi guru yang
tidak memadai, dan hal ini merupakan masalah utama. Sedangkan menurut wijaya
(2010) pembelajaran matematika dalam kelas masih sangat terpusat pada guru,
dimana siswa hanya dilatih untuk melakukan perhitungan matematika dengan
rumus yang tidak pernah diketahui dari mana asal nya. Murray(2018)
menggungkapkan bahwa berkurangnya parstisipasi siswa dalam pembelajaran
matematika disebabkan oleh pembelajaran nya yang tidak menarik.

Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan pemahaman siswa


terhadap konsep-konsep matematika lebih cepat dilupakan. Menurut Prahmana
(2010) belajar matematika siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa
tentang konsep sangat lemah. Howard & Jones(2012) berpendapat bahwa untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika di
kelas, maka guru perlu memilih strategi yang tepat. Pemahaman siswa yang
sangat rendah pada konsep matematika, karena itu dibutuhkan pendekatan yang
tepat dalam proses pembelajaran. Choppin (2016) juga berpendapat bahwa
matematika, untuk meningkatkan parstisipasi siswa maka, belajar harus berpusat
pada siwa dan guru hanya sebagai fasilitator.

Dari uraian diatas disimpulkan bahwa pembelajaran adalah sebagai upaya


sistematis yang terdapat interaksi di dalam nya baik itu antara guru dengan
siwa,siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar, sehingga mengarah
kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai.

2.2. Pengertian Model Problem Based Learning

Kehidupan identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran


melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang
berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk
merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi. Kondisi yang tepat harus
dipelihara dalam suasana kondusif, terbuka, negosiasi, dan demokratis,
Menurut Duch (1995) dalam Aris Shoimin (2014:130) mengemukakan
bahwa pengertian dari model Problem Besed Learning adalah :

Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang bercirikan


adanya permasalah nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir
kritis.

Finkle and Torp (1995) dalam Arif Shoimin (2014 :130) menyatakan bahwa :

PBM merupakan pengembangan kurikulum dalam sistem pengajaran yang


mengembangkan secara stimulan strategi pemecahan masalah.

Dua defini diatas mengadung arti bahwa PBL atau PBM merupakan suasana
pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari. Sedangkan
menurut kandi (2007:77) berpendapat bahwa :

Model pembelajaran problem Based Learning diartikan sebagai sebuah


model pembelajaran yang didalam nya melibatkan siswa untuk berusaha
memecahkan masalah dengan merlalui beberapa tahap metode ilmiah.

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran Problem Based Learning menjadi sebuah model pembelajaran yang
berusaha menerapkan masalah yang terjadi didalam dunia nyata sebagai sebuah
konteks bagi para siswa dalam berlatih bagaimana cara berfikir kritis dan
mendapatkan keterampilan dalam memecahkan masalah, serta tak terlupakan
untuk mendapatkan pengetahuan sekaligus konsep yang penting dari materi ajar
yang dibicarakan.

2.3 Langkah-Langkah model Problem Based Learning (PBL)

Aris Shoimin (2014:131) mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam


model pembelajaran problem based learning adalah sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang


dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan
topik,tugas, jadwal. dll).
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai,eksperimen untuk mendapatklan penjelasan dan pemecahan
masalah,pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
4. Gurun membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagai tugas
dengan teman nya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleks atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses pembelajaran Problem Based
Learning

pada tanggal 12 juni 2016 menyatakan bahwa langkah pembelajaran nya


adalah :

a. Orientasi kepada masalah


Kegiatan pertama yang dilakukan dalam model ini adalah dijelaskan
nya tujuan pembelajaran yang ingin di capai oleh guru selanjutnya
disampaikan ntya terkait logistik yang dibutuhkan,diajukan nya suatu
masalah yang harus di pecahkan siswa, memotivasi para siswa agar
dapat terlibat secara lansung untuk melakukan aktivitas pemecahan
masalah yang menjadi pilihan nya.
b. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru dapat melakukan peran nya untuk membantu siswa dalam
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang terkait
dengan masalah yang disajikan.
c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok.
Guru melakukan usaha untuk mendorong siswa dalam mengumpulkan
imformasi yang relevan, mendorong siswa untuk melakukan
eksperimen, dan untuk mendapat pencerahan dalam pemecahan
masalah.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu para siswa-siswinya dalam melakukan perencanaan
dan menyiapkan karya yang sesuai misal nya laporan, vidio atau
model, serta guru membantu para siswa untuk berbagi tugas antar
anggota dalam kelompok nya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membatu para siswa dalam melakukan refleksi atau evalusi
terhadap penyelidikan mereka dalam setiap proses yang mereka
gunakan

Dari beberapa pendapat di atas mengenai langkah-langkah dalam model


pembelajran Problem Based Learning dapat diambil kesimpulan bahwa langkah-
langkah dalam model PBL ini di mulai dengan menyiapkan logistic yang
dibutuhkan lalu penyajian topik atau masalah, dilanjutkan dengan siswa
melakukan diskusi dalam kelompok kecil. Mencari solusi dari permasalahan dari
berbagai sumber secara mandiri atau kelompok. Menyampaikan solusi dari
permasalahan dalam kelompok berupa hasil karya dalam bentuk laporan, dan
kemudian melakukan evaluasi terhadap proses apa saja yang mereka lakukan.

2.4 Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL)

Aris Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa kelebihan model problem


based learning diantaranya :

a. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah


dalam situasi nyata.
b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuan sendiri melalui
aktifitas belajar.
c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungan nya tidak perlu di pelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi
beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.
d. Terjadi aktifitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok
e. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik dari
perpustakaan, internet, wawancara dan observasi.
f. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajar nya sendiri.
g. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah
dalam kegiatan diskusi persentasi hasil pekerjaan mereka.
h. Kesulitas belajar siswa secara indifidual dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk per teaching

Sedangkan menurut Suyanti (2010) yang diakses pada tanggal 13


juni 2016 kelebihan dalam penerapan model problem based learning
dintara nya adalah :

a. PBL dirancang utama nya untuk membantu pembelajaran dalam


membangun kemampuan berfikir kritis, pemecahan masalah dan
intelektual mereka.dan mengembangkan kemampuan mereka untuk
menyelesaikan dengan pengetahuan baru.
b. Membuat mereka menjadi pelajar mandiri dan bebas.
c. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup dan bagus
untuk memahami isi pelajaran dapat meningkatkan aktifitas
pembelajaran siswa.
d. Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplisiasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata
e. Membantu siswa mengembangkan pengetahuan baru nya dan
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan,juga
dapat mendorong untuk melakuklan evaluasi sendiri baik terhadap
hasil maupun proses belajar nya.
f. Melalui PBL bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata
pelajaran pada dasar nya merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang
harus dimengerti siswa, bukan hanya sekedar belajar dari gurtu
atau dari buku-buku.
Dari uarain diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning yaitu :

 Melatih siswa memiliki kemapuan berfikir kritis,


kemampuan memecahkan masalah, dan membangun
pengetahuan nya sendiri.
 Terjadin nya peningkatan dalam aktivitas bealajar siswa.
 Mendorong siswa melakukan evalusi atau menilai
kemampuan belajar nya sendiri.
 Siswa terbiasavbelajar melalui berbagai sumber-sumber
pengetahuan yang relevan.
 Siswa lebih mudah memahami suatu konsep jika saling
mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan teman nya.

2.5 Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Aris Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa selain memiliki kelebihan,


Model Problem Based Learning juga memiliki kelemahan, diantara nya sebagai
berikut :

a. PBM tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian
guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk
pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitan nya
dengan pemecahan masalah.
b. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi
akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
Sedangkan menurut Suyanti (2010) yang di akses pada tanggal 13 juni
2016 kelemahan dalam penerapan model pembelajaran problem based
learning adalah :
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit dipecahkan, maka
mereka akan merasa engganuntu mencoba.
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem based learning
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c. Tampa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan
masalah yang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang
mereka pelajari.

Kesimpulan yang dapat di ambil daru beberapa pendapat diatas adalah


model Pembelajaran problem based learning ini memerlukan waktu yang tidak
sedikit, pembelajarn dengan model ini membutuhkan minat dari siswa untuk
memecahkan masalah, jika siswa tidak memiki minat tersebut maka siswa
cenderung bersikap enggan untuk mencoba, dan model pembelajaran ini cocok
untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan pemecahan masalah.

2.6 Tahapan Model Pembelajaran Problem Based Learning.

Model pembelajaran problem based learning terdiri dari empat tahap yaitu :

a. Creathing Mathematical Situation


Pada tahap ini, guru melakukan analisis dan observasi konteks untuk
mendesain situasi yang akan disajikan kepada siswa. Situasi yang didesain
oleh guru merupakan situasi yang terkait dengan permasalahan seharu-
hari. Permasalahan sehari-hari diyakini kaya akan konteks, sehingga dapat
menstimulus siswa untuk memunculkan berbagai pernyataan akan
permasalahan tersebut, permasalahan sehari-hari memiliki proses
penyelesean yang membutuhkan berbagai pendekatan dan pemodelan, hal-
hal yang harus diperhatikan dalam mendesain situasi yang akan diberikan
kepada siswa yaitu :
1. Situasi harus kontekstual bagi siswa.
2. Situasi memungkinkan untuk dapat memunculkan berbagai jenis
pernyataan matematis.
3. Situasi dapat merngembangkan kemampuan siswa dalam
meminculkan pertanyaan.
4. Situasi dapat memunculkan pertanyaan yang bersifat Problem
Solving.
5. Situasi dapat memunculkan pertanyaan yang bersifat Complex
problem.
6. Situasi yang dibangun harus menantang dan menarik bagi siswa,
sehingga dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

Situasi yang disajikan dapat berupa gambar atau pernyataan deskripsi.


Dalam matematika, siswa seringkali kesulitan untuk memahami situasi
dalam bentuk pernyataan deskripsi. Oleh karena itu, kata yang
digunakan merupakan kata yang mudah dipahami oleh siswa. Susunan
kalimat dalam pernyataan harus diperhatikan agar siwa lebih mudah
memahami situasi. Kesulitas memahami situasi menyebapkan siswa
kesulitan pada tahap Situation Based Learning yang kedua.

b. Posing Mathematical Problem.


Posing Mathematical Problem merupakan tahapat kedua dari model
situation based learning. Pada tahap ini siswa melakukan penyelidikan
dan pendugaan terhadap situasi yang diberikan guru. Siswa diharapkan
dapat memuculkan berbagai pertanyaan matematis terkait situasi.
Pertanyaan yang diharapkan yaitu pertanyaan yang dimulai dari level
mudah hingga kompleks yang bersifat Creative problem solving.

c. Solving Mathematical problem.


Tahap yang ketiga yaitu Solving Mathemathical problem. Pada tahap ini
diharapkan siswa mampu memecahkan soal-soal pemecahan masalah yang
dikemukakan sendiri oleh siswa pada tahap sebelum nya.
d. Applying Mathematics
Tahap yang trakhir yaitu Applying Mathematics. Tahap ini diharapkan
siswa dapat menerapkan nya pada situasi atau permasalah yang baru dan
pada kehidupan sehari-hari.

2.7 Hasil belajar

Belajar menurut Sudjana (2012) adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan nya.
Pemahamannya, sikap dan tinghkah laku nya, keterampilannya, kecakapan dan
kemampuan nya, daya reaksinya, daya penerimaan nya, dan lain-lain. Aspek yang
ada pada individu seseorang. Menurut Hamalik (2014: 36) belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Menurut Morgan (
dalam Suprijono 2015: 3) belajar adalah perubahan prilaku yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalaman.

Belajar menurut amir & Risnawati (2013) dalah aktivitas yang dilakukan
seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memproleh suatu konsep,
pemahaman dan pengetahuan baru sehingga memungkinkanseseorang mengalami
perubahan prilaku yang relatif trtap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam
bertindak. Menurut Gagne (2012) belajar adalah suatu proses dimana suatu
organisme berubah prilaku nya sebagai akibat pengalaman.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas peneliti dapat menyimpulkan


bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif
permanen melalui interaksi dengan lingkungan nya yang dapat mengarah kepada
tingkah laku yang baik. Namun tidak menutup kemungkinan akan mengarah ke
tingkah laku yang buruk.

Tugas utama siswa adalah belajar sedangkan aktivitas belajar akan


mendatangkan hasil belajar. Hasil belajar matematika merupakan faktor penting
dalam pendidikan. Secara umum hasil belajar selalu dianggap sebagai perwujudan
nilai yang diproleh siswa melalui proses pembelajaran. Hasil belajar menurut
Amir & risnawati (2015 : 5-6) adalah kemampuan yang diproleh anak setelah
melalui kegiatan belajar. Menurut Suprijono (2017) hasil belajar adalah pola-pola
perilaku, nilai-nilai pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Merujuk pada pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam


bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemapuan merespon secara
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemapuan mengategorisasi,
kempuan analisis-sintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuwan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktivitas kongnitif bersifat khas.
3. Strategi kongnitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kongnitif nya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah matematika.
4. Keterampilan motorik yaitu kemapuan melakuikan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujut ototatisme gerak
jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penelitian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan mejadikan
nilai-nilai sebagai standar prilaku.

Menurut Bloom (dalam Suprijono 2015: 6-7), hasil belajar mecakup


kemampuan konnitif, afektif dan psikomotor. Domain kongnitif adalah
Knowledge (Pengetahuan, ingatan), Comprehension ( pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), applicatio (menerapkan), analysis
(menguraikan, menentukan hubungan), syntheisis (mengorganusasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evalutation (menilai).
Doamin evektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan
respon), Valuing (nilai), organization (organisasi), characterization
(karakteristik). Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik,
fisik, sosial, manajerial, dan intelektual, sementaramenurut Lindgren (dalam
Suprijono 2015: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi,
pengertian dan sikap.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Dimyati & Mudjiono (2017) hasil


belajar dapat dibedakan menjadi dua yaitu dampak pengajaran dan dampak
pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat di ukur, seperti angka
raport, atau angka dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan
pengetahuan dan pengetahuan di bidang lain. Yang merupakan transfer
belajar. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengukur hasil belajar
siswa adalah dengan melakukan tes hasil belajar. Tes hasil belajar ini
digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa telah mengikuti
pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar


dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang dimiliki siswa setelah
melakukan aktivitas pembelajaran dalam bentuk angka dan skor yang diproleh
dari penilaian atau tes yang dilaksanakan dalam proses yang sedang
berlangsung.

2.8 Faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Slameto (2015 : 54) bahwa faktor yang mempengaruhi hasil


belajar dapat dogolongkan menjadi 2 bagian yaitu :

1. Faktor internal
a. Faktor jasmaniah
Ada dua faktor jasmani yang mempengaruhi belajar yaitu faktor
kesehatan dan cacat tubuh.
b. Faktor Psikologis
Ada tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor itu
adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan
kesiapan.
c. Faktor kelelahan.
Kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siwa dapat belajar
dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan
dalam belajarnya. Sehingga petlu di usahakan kodisi yang bebas dari
kelelahan.
2. Faktor eksternal.
a. Faktor keluarga
Siswa yang akan menerima pengaruh dariu keluarga berupa :
cara orang tua mendidik, Relasi antaranggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua , latar
belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah.
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajarn dan waktu sekolah,
standar pelajarn, keadan gedung, metode memngajar dan tugas
rumah.
c. Faktor masyarakat
Masyarakat juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh
ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masyrakat, pengaruh nya
yaitu kegiatan siswa dalam masyrakat, media teman bergaul dan
bentuk kehidupan masyarakat.

Dari penjelasan diatas, untuk meningkatkan hasil belajar siswa


perlu adanya peran dari berbagai pihak dan salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa yaitu bisa menggunakan berbagai model pembelajaran model
problem based learning . dengan demikian pada penelitian ini peneliti
menggunakan model tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2.9 Hasil belajar matematika

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa
tersebut menerima pengalaman belajar dalam proses pembelajaran. Hasil belajar
ditentukan melalui proses penilaian dan evaluasi, pada dasar nya penelitian atau
evaluasi merupakan suatu tindakan memberi pertimbangan, harga atau nilai,
berdasarkan kriteria tertentu. Hasil dan tindakan penelitian dinyatakan dalam
bentuk hasil dan belajar.

Matematika merupakan salah satu pembelajaran yang harus diajarkan dalam


sekolah, khususnya sekolah tingkat dasar, menengah dan atas. Matematika pula
menjadi salah satu pelajaran yang tidak disukai bagi kebanyakan siswa karenadia
anggap sulit. Dengan anggapan seperti ini membuat siswa enggan atau kurang
bersemnagat ketika pembelajaran matematika.

Belajar matematika adalah suatu pembelajaran yang sangat penting terutama


dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika juga merupakan pelajaran
wajib yang kita pelajari di dunia pendidikan. Merujuk pada penjalasan di atas
maka dapat disimpulkan hasil belajar mateematika adalah kemampuan yang
dimiliki siswa terhadap pembelajaran matematika yang diproleh dari pengalaman-
pengalaman dan latihan-latihan selama proses belajar mengajar yang
menggambarkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran matematika yang
yang dilihat dari nilai matematika, kemampuan memecahkan pemecahan masalah
matematika serta dilihat dari proses penyelesean soal matematika yang diberikan.
2.9 Sistem Pertidaksamaan Linear Dua Variabel (SPtLDV)

Sistem pertidaksamaan linear dua variabel adalah himpunan


pertidaksamaan liner yang saling terkait dengan variabrl-varoabel nya
bilangan-bilangan bulat. Sistem pertidaksamaan linear dua variabel adalah
suatu sistem pertidaksamaan linear yang memuat dua variabel dengan
koefesien bilangan real, penyelesean sistem pertidaksamaan liner dua
variabel adalah himpunan semua pasangan titik (x,y) yang memenenuhi
sistem pertidaksamaan linear tersebut. Daerah penyelesean sistem
pertidaksamaan linear adalah daerah tempat kedudukan titik-titik yang
memenuhi sistem pertidaksamaan linear tersebut.

a. pertidaksamaan linear dua variabel.

Pertidaksamaan linear dua variabel adalah suatu kalimat terbuka dalam


ilmu matematika yang di dalam nya terdapat 2 (dua) variabel. Dengan
masing-masing dari variabel berderajat satu dan dihubungkan dengan
tanda ketidaksamaan . tanda ketidaksamaan yang dimaksut disini
adalah seperti >, <, ≤ atau ≥. Maka bentuk dari pertidaksamaan linear
bisa dituliskan seperti di bawah ini.
 ax + by < c
 ax + by > c
 ax + by ≤ c
 ax + by ≥ c

dan berikut ini adalah contoh dari pertidaksamaan dalam kalimat matematika nya.

 4x – y < 9
 2x + 3y > 6
Beberapa kalimat di atas menggunakan tanda hubung seperti >, <, ≥ atau
menggunakan ≤ tanda tersebut adalah tanda yang menandakan kalimat tersebut
adalah kalimat pertidaksamaan.

Cotoh soal cerita pertidaksamaan linear dua variabel

1. seorang pedagang sepeda ingin membeli 25 sepeda untuk persediaan . ia ingin


membeli sepeda gunung dengan harga Rp.1.500.000.00 per buah dan sepeda balap
dengan harga Rp.2.000.000.00 per buah. Ia merencanakan tidak akan
mengeluarkan uang lebih dari dari Rp.42.000.000,00

Jika keuntungan sebuah sepeda gunung Rp.500.000.00 dan sebuah sepeda balap
Rp.600.000.00 makla keuntungan maksimum yang di terima pedagang adalah....

Pembahasan :

Misal

Sepeda gunung = x ==> x ≥ 0

Sepeda balap = y ==> y ≥ 0

Seorang pedagang membeli 25 sepeda untuk persediaan

X + y ≤ 25

X = 0 ==> (0, 25)

Y = 0 ==> x = 25 ==> (25, 0)

Harga sepeda gunung Rp.1,500.000.00

Harga sepeda balap Rp.2.000.000.00

Modal = Rp.42,000,000,00

1.500.000x + 2.000.000y ≤ 42.000.000

15x + 20y ≤ 420


3x + 4y ≤ 84

X = 0 ==> y = 21 ==> (0,21)

Y = 0 ==> x = 28 ==> (28,0)

Keuntungan sebuah sepeda gunung

Rp.500.000.00 dan keuntungan sepeda balap adalah Rp.600.000,00

Fungsi sasaran

f(x, y) = 500.000x + 600.000y

Model matematikanya:

x + y ≤ 25, 3x + 4y ≤ 84, x ≥ 0, y ≥ 0

Titik potong kedua garis

x + y = 25 |×4|

3x + 4y = 84 |×1|

4x + 4y = 100

3x + 4y = 84

------------------- -

x = 16

x + y = 25

16 + y = 25

y=9

Jadi titik potongnya (16, 9) Setelah digambar grafiknya (lihat di lampiran), titik -
titik sudut yang memenuhi : (0, 21), (25, 0) dan (16, 9)
Substitusikan ke

f(x, y) = 500.000x + 600.000y

f(0, 21) = 500.000(0) + 600.000(21)

= 12.600.000

f(25, 0) = 500.000(25) + 600.000(0)

= 12.500.000

f(16, 9) = 500.000(16) + 600.000(9)

= 8.000.000 + 5.400.000

= 13.400.000

Jadi keuntungan maksimumnya Rp13.400.000,00 (16 sepeda gunung dan 9 sepeda


balap)

2.11 Kajian penelitian yang relevan

Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada penelitian terdahulu yang


relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan saat ini. Berikut ini beberapa
hasil penelitian yang relevan yang dijadikan bahan telaah bagi peneliti.Putri
Apriyani dkk telah melakukan penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran PBL yang berjudul Penerapan model PBL terhadap hasil belajar
siswa X IPS MAN 2 Pontianak, mengatakan bahwa berdasarkan uji perbedaan
rata-rata dengan uji pihak kanan (Uji-t) dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang sinifikan rata-rata nilai hasil belajar siswa dengan penerapan
model PBL dan menerapkan metode ekspositori.
Isna aisyah (2018) dalam penelitian nya yang berjudul penerapan model
pembelajaran Problem based learning (PBL) pada materi Aritmatika sosial untuk
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Blang Pidie beliau
mernyimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajrkan dengan model PBL lebih
tinggi dari hasil belajar siswa dengan pembelajaran lansung.

Vina yulianda(2018) juga telah melakukan penelitian dengan menggunakan


model PBL, yang berjudul penerapan model problem based learning (PBL) untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMP Negeri 1
Darussalam, mengatakan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang
diajarkan dengan model PBL lerbih baik dari pada kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada materi statistik SMPN 1 Darussalam.

jadi dari kesimpulan di atas peneliti meyimpulkan bahwa model


pembelajaran problem based learning cocok untuk di terapkan dalam
pembelajaran matematika terutama pada materi pertidaksamaan linear dua
variabel. Sehingga peneliti mengangkat judul Penerapan Model Pembelajaran
Problem Based Lerning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem
Pertidaksamaan Linear Dua Variabel, Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa
kelas X IPA 1, hal ini dikethui dari hsil belajar siswa prasiklus dengan nilai rata-
rata 80,32 dan ketuntasan belajar 75,16 %
2.12 kerangka berpikir
Adapun kerangka pemikiran untuk penelitian ini di gambarkan pada
gambar seperti berikut :

KONDISI TINDAKAN TUJUAN/HASIL

1. Guru mampu
1. Pembelajaran 1. Penjelasan
menerapkan
masih bersifat pembelajaran
model PBL
konvensional. 2. Pelatihan
2. Kualitas
2. Belum model PBL.
pembelajaran
menggunakan 3. Pembelajaran
meningkat
model PBL. model PBL.
3. Aktifitas
3. Hasil belajar
siswa menjadi
siswa rendah.
lebih aktif

Diskusi Pemecahan Penerapan Model


Masalah PBL

Evaluasi Akhir
Evaluasi Awal

Kegiatan belajar yang diharapkan dapat memperdaya siswa untuk menjadi


seorang idividu yang mandiri dan mampu menghadapi setiao permasalahan dalam
hidupnya dikemudian hari. Dalam peaksanaan pembelajaran, siswa dituntut
terlibat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran melaui diskusi kelompok.
Sehingga pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar
maupun kompleks.
2.12 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian, dimana rumusan masalah penilitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan.

1. 𝐻𝑎 : Hipotesis alternative yang cenderung di nyatakan dalam kalimat


positif.
2. 𝐻𝑂 : Hipotesis nol yang cenderung di nyatakan dalam kalimat negatif.

Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah penerapan model


pembelajaran problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa SMA pada materi sistem pertidaksamaan linear dua variabel.
Untuk kepentingan uji statistik maka dikembangkan.

Berdasarkan uraian diatas peneliti mengajukan hipotesis yaitu :


1. 𝐻𝑎 : Adanya peningkatan hasil belajar siswa pada materi sistem
pertidaksamaan linear dua variabel dengan menggunakan model
pembelajaran problem based learning.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan


pendekatan kuantitatif.

peneltian kuantitatif merupakan penelitian sampel besar, karena pada


pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian iferensial yaitu dalam rangka
pengujian hipotesis dan menyadarkan kesimpulan pada suatu propabilotas
kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan demikian melalui pendekatan ini
akan di proleh signifikan hubungan antar variabel yang diteliti.

3.2 Populasi Dan Sampel


1. Populasi penelitian

Menurur Arikunto (2006: 130) “populasi adalah keseluruhan objek


penelitian” penelitian hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjek
nya tidak terlalu banyak. Populasi dalam penelitian ini adalah, seluruh siswa-siswi
kelas X SMAN 5 Banda Aceh. Yaitu terdiri dari 2 kelas yaitu : X IPA 1 dan X
IPA 2

2. Sampel penelitian

Menurut Sugiyono (2008:118) “sampel adalah bagian dari jumblah dan


karakteristik yang dimiliki oleh popilasi tersebut”. Jadi dalam penelitian ini
yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X IPA 1 yang
terdiri dari 21 orang.

Pengambilan populasi dan sampel pada penelitian ini mengguankan Cluster


Random Sampling Sampling. Cluster Random Sampling adalah suatu tehnik
pengambilan sampel atau elemen dari kelompok-kelompok unit yang kecil .
Teknik Cluster Random Sampling digunakan jika catatan lengkap tentang semua
anggota populasi tidak di proleh. Asumsi tersebut didasarkan pada alasan bahwa
siapa yang menjadi sampel penelitian hanya dilakukan observasi awal tampa
melakukan pre-test terlebih dahulu. Dengan demikian, anggota populasi adalah
homogen.

Adapun yang menjadi sampel penelitian adalah kelas X IPA 1 yang dijadikan
kelas kontrol dikarnakan hasil belajar siswa dikelas ini lebih baik di bandingkan
kelas X IPA 2 sehingga kelas IPA 2 dijadikan sebagai kelas eksperiment

3.3 Variabel penelitian

Variabel peneliti adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyak variasi terentu yang ditetapkan oleh peneliti dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan nya.

1. Variabel bebas.
Variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau varibel yang
menjadi sebap perubahan. Variabel bebas dalam perubahan ini adalah
problem based learning siswa dalam materi sistem pertidaksamaan linear
dua variabel.
2. Variabel terikat
Variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar siswa pada materi sistem pertidaksamaan linear dua variabel.
3. Variabel kontrol
Variabel ini merupakan variabel yang menyebapkan hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat tetap konstan. Variabel kontrol dalam
penelitian ini adalah jenjang SMA, dan kemampuan siswa yang heterogen.

3.4 Tehnik Dan Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai


berikut :
1. Tes
Tes sebagai instrumen pengumpulan data dalam serangkaian pertanyaan
atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
hasil belajar siswa mata pelajaran matematika. Tehnik dalam pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan memberikan
Pretest dan Postest.
2. Observasi

Observasi dalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang


dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan.
Sasaran obsevasi adalah kondisi proses belajar mengajar matematika di
kelas X IPA 1, dan X IPA 2 Banda Aceh

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Soal pre-test
Bentuk soal pre-test berupa uraian dengan jumblah 5 contoh soal sistem
pertidaksamaan linear dua varibel. Soal tes ini digunakan untuk mengukur
capaian hasil belajar siswa sebelum perlakuan
2. Soal post-tes
Bentuk soal post-tes berupa uraian dengan jumblah 5 soal materi sistem
pertidak samaan linear dua variabel. Soal tes ini digunakan untuk
mengukur capaian hasil belajar siswa sesudah perlakuan.
3. Lembar obsevasi
Lembar observasi ini merupakan instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data melalui pengamatan dilapangan. Lembar observasi ini
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu lembar observasi kegitan mengajar guru dan
kegiatan siwa

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP digunakan dalam memandu guru melakukan pembelajaran. RPP yang


digunakan pada pembelajaran yaitu menggunakan materi sistem pertidaksamaan
linear dua variabel dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning. Pada kelas eksperimen 1 dan 2.

5. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)

Lembar kegiatan peserta didik (LKPD) sebuah panduan peserta didik yang
berisi tugas-tugas maupun pertanyaan untuk mengukur keterampilan memecahkan
masalah matematika pada materi sistem pertidaksamaan linear dua
variabel.kriteria yang di ukur kemampuan peserta didik dalam melakukan
eksperimen memecahkan masalah pada LKPD

3.5 Tehnik Analisis Data

Sugiyono (2011 : 147) menyatakan bahwa tehnik analisis data meruoakan


kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
Analisis data yang digunakan untuk menguji kebenaran data yang telah
dikumpulkan.

1. Analisis keterlaksanaan model problem based learning.

Analisis keterlaksanaan model problem based learning dilakukan


memberikan skor 1 apabila langkah pembelajaran model terpenuhi. Dan
memberikan nilai 0 apabila langkah pembelajaran yang dilakukan tidak terpenuhi.
Persentase keterlaksanaan model prolem based learning (PBL) juga akan dilihat
apakah siswa mengalami peningkatan disetiap pertemuannya setelah diajarkan
dengan menggunakan model PBL.

2. Uji Persyaratan Hipotesis


Uji prasyarat dilakukan sebelum melakukan analisis uji hasil
penelitian. Uji prasyarat yang digunakan adalah uji normalitas dan uji
homogenitas.

a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data yang akan dianalisis
berdristibusi normal atau tidak. Data yang digunakan yaitu nilai pre-
test dan post-tes pada kelas yang menggunakan model pembelajaran
problem based learning. Sampel nilai yang di analisis yaitu
menggunakan data nilai gain score dengan menggunakan uji
kolmogorov-smirnov data berdrstribusi normal apabila nilai dengan
mean standar yang sama ( 2-tailend)>0,05 (Trianto,2006 :172)

b. Uji homogenitas
Uji kesamaan digunakan untuk menguji apakah data tersebut homogen
yaitu dengan membandingkan varian nya. Jika kedua varian besarnya
sama, maka uji homogenitas tidak poerlu dilakukan lagi karena data
sudah dia anggap homogen. Persyaratan agar pengujian homogenitas
dapat dilakukan ialah apabila data sampel telah terbukti berdristibusi
normal (Husaini Usman,2009: 133). Data yang digunakan dalam uji
homogenitas yaitu nilai dari pre-test dan post-tes dari kelas eksperimen
dengan model pembelajaran problem based learning. Uji homogenitas
menggunakan program SPSS 18.0 dengan nilai signifikan (sig)>yang
di nyatakan bahwa data tersebut homogen.
3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan apabila telah lolos uji prasyarat yaitu uji normalitas dan
uji homogenitas. Uji hipotesis ini menggunakan data nilai gain score pada kedua
kelas eksperimen, hake (1999:1) mengemukakan bahwa untuk melakukananalisis
sebaiknya menggunakan gain score atau selisih nilai dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.

𝐺 𝑆𝑓−𝑆𝑖
<g> = 𝐺 𝑚𝑎𝑥 =100−𝑆𝑖 ................................................................(6)

Dimana,

Sf = the final (post)/ nilai post-tes

Si = intial (pre) / nilai pre-test

Setelah dilakukan uji gain score, dilanjutkan dengan mengujikan nilai


tersebut menggunakan independent-sample t-test digunakan untuk
membandingkan rata-rata dari dua kelompok sampel data independen (sofyan
Yamin, 2009:51) pengambilan kepuntusan pada uji ini dilihat dari taraf signifikasi
apabila.

1. Nilai signifikasi sig,(2-tailed)>0,05, maka 𝐻𝑂 diterima dan 𝐻𝑎 di tolak,


2. Nilai signifikasi sig. (2-tailed)< 0,05, maka 𝐻𝑜 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima
(Trianto,2006:175).

Dimana :

𝐻𝑎 : adanya peningkatan hasil belajar siswa pada materi sistem


pertidaksamaan linear dua variabel dengan menggunakan problem based
learning
DAFTAR PUSTAKA

Adjie dan maulana (2007:14) “ Arends, R,I (2008). Learning To Teach (belajar
untuk mengajar. Yokyakarta: pustaka
pelajar.Chandra.(2012). Tujuan Belajar dan
Pembalajaran.[Blog],(http://chandra730.blogspot.co
m/2012/03/tujuan-belajar-dan-
pembelajaran.html.diakses 19 Desember 2018.) 446
jurnal elektronik pendidikan matematika tadualuko,
vol.7 No,4, Juni 2020 sutira, sudarman
Bennu,Marinus Barra Tandiayuk,”Penerapan Model
Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi peluang di kelas VII SMP
Negeri 3 sindue.

Arikunto, S. (2007). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto,& Supardi,S.(2008). Penelitian tindakan kelas bumi.bumi aksara.


Ayuningsih, D,kristin,F.,& Anugrahcni, I,(2019).
Jurnal cakrawala pendas. 5(2),94-99.

Brigili, B (2015). Creative and critical thinking skills in problem-based-learning


environments. Jornal of Gifted Education and
Creativity,2(2). Choi,E., Lindquist, R.,& song, Y.
(2014). Effects of problem-based-learning vs.
traditional lecture on korean nursing
students’critical thinkjing,problem-solving,and self-
directed learning. Nurse Education today,34(1)

Article jurnal Ingriani Indah Amini, Wardani Rahayu,Lukman El Hakim.


Penerapan model problem based learning (PBL)
berbasis daring untuk meningkatkan kemampuan
berfikir kritis peserta didik kelas XI MIPA 3SMAN
77 jakarta pada materi program Linear dan
Matrixks.

Astuti. W. (2012). Pengaruh Motivasi Belajar Dan Metode Pembelajaran


Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas VII SMP
PGRI 16 Bangsung kabupaten kendal. Dalam
Economic Education Analysis Journal [online]. Vol.
1(2), 6 halaman. Tersedia:
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj [25
januari 2015]

Fachrurazi. (2011). Penerapan pembelajaran berbasis masalah untuk


meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan
komunikasi matematis siswa sekolah dasar. Dalam
jurnal UPI [Online]. 01, 76-89. Tersedia:
http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf [26
Desember 2014]. Gunantara, G. (2014). “penerapan
model pembelajaran problem baset learning untuk
meningkatkan kemmpuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas V”. jurnal mimbar PGSD
universitas pendidikan ganesha [onli ne], vol 2 (1).
10 halaman . tersedia:
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/d
owload/…/1795 [26 Desember 2014. Article jurnal
An Nisaa Ayu kurnia ningsih, Anggraini, Sukayasa
Penerapan model pemelajaran problem based
learning untuk meningkatkan hasil belajar
siswapada materi sistem persamaan Linear dua
variabel di kelas VIII SMPN 19 palu.

1275 jurnal pendidikan, vol 4,No.9. bln sptember,Thn 2019,Hal 1268-1275

Dahlan, J.A.,& Juandi,D.(2011). Analisis representasi matematik siswa sekolah


dasar dalam penyelesean masalah matematika
kontekstual. Jurnal pengajaran matematika dan ilmu
pengetahuan alam, 16(1).128.

Farhan,M.,& Retnawati,H.(2014). Keektitifan PBL dan IBL di tinjau dari


representasi belajar kemampuan representasi
matematis dan motivasi belajar. Jurnal riset
pendidikan matematika,1 (2),227-240. Artickle
Jurnal Susilawati,tjang Daniel Chandra, Abadyo,
kemampuan Representasi matematis siswa kelas XI
melalui penerapan model pembelajaran problem
based learning.

Article jurnal fransiska purba, Eiswati,dkk (2019, hlm. 72). Sari, dkk (2020,
hlm.2)
Suprijono & Yuniawardani (2018, hlm.27)., Kuandar (2013, hlm.162)., Susanto
(2013,hlm.5)

Article jurnal Ita Mariani Br.Manurung. Amir, M. taufik,(2016) inovasipendidikan


melalui problem based learning. Jakarta :kencana.
Andriani, Durri, dkk, (2020). Metode penelitian
tanggerang selatan :UT.

Data, T. P. (2015). Instrumen penelitian.kisi-kisi instrumen.

Emelia, W. (2021). Pengaruh model pembelajaran koperatif tipe learning together


terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV Sd
negeri 33 seuluma (Doctoral Dissertation, lain
bengkulu). Jurnal skripsi Intan Purnama Sari,
pengaruh model pembelajaran problem based
learning terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran bahasa indonesia di kelas V SD negeri 24
kota bengkulu.

Ridwan Abdullah, pembelajaran sintifik untuk implementasi kurikulum 2013,


jakarta : bumi aksara 2014, hlm,127

Rusman, model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme


guru,Bandung : Rajagrafindo persada, 2011, hlm.
229. Trianto, mendesain model pembelajaran
inovasif-progesif: konsep, landasan dan
implementasinya pada KTPS, jakarta : prenada
media group, 2009, hlm. Taufik amir, inovasi
pendidikan merlalui problem based learning, jakarta
: kencana, 2009, hlm. 22.

Hosnan, pendekatan staitifik dan kontekstual dalam pembelajaran abad 21, jakarta
: ghalia indonesia, 2014 hlm, 30.

Tim penyusunan pedoman karya ilmiah (makalah dan sripsi) parepare :


STAIN,2013),H.26

Jurnal Usman (Asep Jihat,2008:12) pembelajaran adalah inti dari proses


pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai
pemegang peranan utama. Pembelajaran merupakan
suatu proses.
Jurnal wijaya (2010) pembelajaran matematika dalam kelas masih sangat terpusat
pada guru, dimana siswa hanya dilatih untuk
melakukan perhitungan matematika dengan rumus.

Jurnal Sembiring (dalam jurnal Novita E.I) salah satu alasan mengapa matematika
dipelajari adalah karena berguna, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun sebagai bahasa dan
alat dalam perkembangan sains dan tehnologi.

Oemar Hamalik (2005:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun


meluputi unsur-unsur manusiawi, matrial,fasilitas,

Prahmana(2010) tentang konsep pemahaman siswa

Howard & jones (2012) meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam


pembelajaran matematika di kelas.

Anda mungkin juga menyukai