Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS

PROJECT TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP


MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMPN 12 TARAKAN

Nurfaidah Muhammad, Nurmala R, Alfian Mucti


Pendidikan Matematika, Universitas Borneo Tarakan
Email : Nurfaidah1640604046@gmail.com

Abstrak

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi eksperimential design dengan
desain penelitian posttest only control desain. Variabel bebas penelitian ini adalah
model pembelajaran missouri mathematics project dan variabel terikat penelitian ini
adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Populasi penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII di SMP N 12 Tarakan. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik simple random sampling dan didapatkan sampel yaitu dari kelas
VIII-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-4 sebagai kelas kontrol. Teknik
pengumpulan data penelitian ini melalui tes tetulis dan dokumentasi. Analisis data
penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan inferensial untuk menganalisis data
awal dan data akhir dengan menggunakan bantuan software SPSS 22.0 for windows.
Hasil dari analisis deskriptif diperoleh bahwa rata-rata nilai posttest pada kelas
eksperimen sebesar 80,47 sedangkan kelas kontrol sebesar 73,44 dan menunjukkan
bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. Adapun dari hasil
uji independent samples t-test dengan taraf signifikan 5 % (α =0,05) diperoleh p-value
sebesar 0,020 dan thitung sebesar 2,385. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran missouri mathematics project
berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

Kata kunci: Missouri Mathematics Project, Pemahaman Konsep.


PENDAHULUAN
Matematika merupakan simbol maupun angka yang harus kita pahami dan bahkan
terdiri dari konsep-konsep yang bersifat abstrak, sehingga kita memerlukan pemahaman
yang tekun dan teliti dalam mempelajarinya. Hal itulah yang kebanyakan peserta didik
langsung menyerah jika menghadapi soal matematika. Dengan Hal itu, tujuan
pembelajaran tentunya tidak akan dapat dicapai. Sejalan dengan tujuan pembelajaran
matematika dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 (Wening 2018 : 2), bahwa
peserta didik diharapkan mampu memahami konsep matematika yang diberikan dan
menjelaskan keterkaitan antar konsep yang ada serta mampu mengaplikasikannya
kedalam pemecahan masalah secara tepat dan efisien. Dari tujuan pembelajaran
matematika yang harus dicapai siswa adalah kemampuan siswa dalam memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, mengaplikasikan konsep
atau algoritma dalam pemecahan masalah
Matematika memerlukan pemahaman yang runtut dan berkesinambungan, struktur
matematika tersusun secara hierarki, logis, sistematis mulai dari yang sederhana sampai
pada konsep yang paling kompleks (Kusrini dkk, 2014 : 8). ini berarti bahwa dalam
matematika terdapat konsep prasyarat (konsep awal) sebagai dasar untuk memahami
konsep selanjutnya. Sehingga apabila konsep prasyarat tidak dikuasai maka konsep
selanjutnya akan sulit untuk dipahami. Permendikbud No. 59 Tahun 2014 (Pratiwi dkk,
2019 : 180), bahwa dalam mempelajari matematika harus secara berulang melalui
latihan-latihan soal. Siswa tidak hanya cukup mengetahui konsep, tetapi juga harus
dilatihkan sehingga pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, dari
semua penjelasan dapat diketahui bahwa Pemahaman konsep sangatlah penting dalam
pembelajaran matematika. Kesalahan dalam mempelajari konsep akan berpengaruh
pada penguasaan konsep selanjutnya. Begitupun apabila siswa memahami suatu konsep
dengan baik, maka berbagai macam permasalahan soal akan mudah diatasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di SMP
Negeri 12 Tarakan, mengatakan bahwa pemahaman konsep siswa kelas VII memang
masih kurang. Hal ini dapat dilihat Hal ini dapat dilihat pada saat siswa diberikan soal,
apabila di berikan soal siswa tidak bisa berupaya menyelesaikan soal yang diberikan
tetapi selalu bertanya cara penyelesaiannya padahal sudah diberikan contoh sebelumnya
dan siswa itu selalu lupa materi yang telah diajarkan. Misalnya, sudah diterangkan tetapi
dalam pertemuan berikutnya dengan materi yang sama ditanya siswa sudah lupa. Hal ini
dapat dipahami bahwa siswa belum dapat mengerti, memahami atau mendalami sebuah
materi yang diberikan oleh guru sehingga berpengaruh pada pemahaman konsep siswa.
Sedangkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 12 Tarakan
ditemukan permasalahan-permasalahan sebagai berikut; 1) guru mendominasi aktivitas
pembelajaran, guru menggunakan model konvensional seperti ceramah dan tanya
jawab, 2) siswa hanya mendengarkan materi yang disampaikan guru tetapi tidak
memahami materi yang diajarkan, hal ini dapat dilihat pada saat salah satu siswa
mengerjakan soal dipapan tulis, namun siswa tidak mempu mengerjakan dengan benar
soal yang diminta, 3) saat guru menjelaskan siswa sibuk berbicara, hal ini dapat
berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi, 4) siswa sulit mengerjakan soal
yang dikembangkan, latihan soal yang diberikan guru sama dengan contoh sebelumnya
siswa bisa mengerjakan tetapi, pada saat soal yang diberikan sedikit berbeda dengan
soal sebelumnya siswa sudah tidak mengerti ataupun tidak tahu cara mengerjakannya,
5) kurangnya siswa dalam mengerjakan berbagai macam soal, hal ini dapat dilihat pada
setiap pembelajaran guru hanya memberikan soal paling banyak dua soal untuk
dikerjakan siswa.
Sementara itu, diperkuat dengan dilakukannya tes awal pemahaman konsep
matematis siswa dengan materi “Himpunan” yang dilaksanakan pada tanggal 10 - 22
Februari 2020 dikelas VII-1 sampai VII-6 di SMP Negeri 12 Tarakan. Berdasarkan data
tes pemahaman konsep matematika yang telah dilakukan, diperoleh persentase rata-rata
hasil pemahaman konsep matematika siswa hanya mencapai 34,21 %. Adapun
persentase pencapaian tiap indikator dari tes awal pemahaman konsep secara keselruhan
adalah 1) menyatakan ulang sebuah konsep 31,5 %, 2) mengklasifikasi objek menurut
sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya 42,25 %, 3) memberikan contoh dan bukan
contoh dari suatu konsep 55 %, 4) menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematis 23,25%, 5). mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari
suatu konsep 31,2 %, 6) menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau
operasi tertentu 35,5 %, 7) mengaplikasikan konsep atau alogaritma pada pemecahan
masalah 19,25 %. dari ketujuh indiktor, jelas menunjukkan bahwa pemahaman konsep
matematis siswa masih tergolong rendah.
Dari masalah tersebut, dalam pembelajaran matematika dibutuhkan usaha dari
guru untuk menggunakan model pembelajaran yang tepat agar dapat membantu peserta
didik dalam memahami dan memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap suatu
materi. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu memantapkan
pemahaman konsep siswa adalah model pembelajaran Missouri Mathematics Project.
Kurniasari dkk, (2015 : 155) menyatakan Missouri Mathematics Project adalah salah
satu model pembelajaran yang terstruktur dengan pengembangan ide dan perluasan
konsep matematika dengan disertai adanya latihan soal baik itu berkelompok, individu,
maupun penugasan sehingga siswa dilatih untuk meningkatkan kemampuan bukan
hanya pemecahan masalah matematika tetapi pemahaman pada materi juga dilakukan.
Model ini didesain untuk membiasakan siswa dengan latihan-latihan agar membantu
siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan.
Melalui model Missouri Mathematics Project, siswa diberi kesempatan untuk
mengembangkan kemampuannya dalam memahami konsep melalui latihan-latihan baik
secara mandiri ataupun kelompok. Dengan belajar dalam kelompok, siswa dapat
menyampaikan ide/pendapat dengan bahasa sendiri. Selain itu, kemampuan awal siswa
dan pengulangan terhadap materi juga diperhatikan secara khusus pada model ini.
Dengan adanya keaktifan dan interaksi siswa dalam belajar, pengulangan materi secara
rutin, dan intensitas latihan-latihan yang sering dalam pembelajaran diduga dapat
mengasah kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Adapun Krismanto
(Fauziah, 2015: 13) mengemukakan langkah (sintaks) dalam model Missouri
Mathematics Project yaitu 1) pendahuluan atau review, 2) pengembangan, 3) latihan
bimbingan guru (kerja kooperatif), 4) seatwork (kerja mandiri), 5) penutup
(penugasan/PR).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project Terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP N 12 Tarakan”.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
eksperimen semu (quasi experiment). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri 12 Tarakan yang terdiri dari 6 kelas mulai dari kelas VIII-1
sampai dengan VIII-6 dengan jumlah siswa seluruhnya berjumlah 192 siswa. Sampel
dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik probability sampling dengan pemilihan
sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan teknik simple random
sampling. adapun sampel yang didapatkan dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII-1
untuk kelas eksperimen dan siswa kelas VIII-4 untuk kelas kontrol.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest Only Control Design.
Dimana kelompok eksperimen diberikan perlakuan model pembelajaran missouri
mathematics project, kelompok kontrol hanya diberikan model pembelajaran
konvensional dan diakhir akan diberikan soal Posttest pada kedua kelompok tersebut.
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. variabel bebas
yaitu model pembelajaran Missouri Mathematics Project dan variabel terikat yaitu
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pemberian tes
berupa uraian dengan materi relasi dan fungsi yang instrumen soal tes mengacu pada
indikator-indikator pemahaman konsep yang akan diukur. Instrumen penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini berupa tes uraian. Instrumen dalam penelitian ini harus
memenuhi kriteria tes yang baik untuk bisa digunakan sebagai soal (posttest) yaitu
validitas, tingkat reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Adapun pemberian
skor pada butir soal menggunakan Holistic Scoring Rubrics dengan kriteria pemberian
skor setiap butir soal dimulai dari bobot minimal 0 dan maksimal 4.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menentukan rata-
rata dan simpangan baku, uji asunsi prasyarat (uji normalitas dan uji homogenitas), uji
hipotesis. Kriteria pengujian jika maka terima dan tolak dan jika Apabila t h itung ≤ t tabel
maka H o diterima dan Apabila t h itung> t tabel maka H o tolak. Apabila sig ≥ 0,05 maka H o
diterima dan Apabila sig< 0,05 maka H o ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Penelitian dilaksanakan selama 3 minggu mulai sejak 12 tanggal November 2020
sampai 30 November 2020 di SMP Negeri 12 Tarakan. Kegiatan pembelajaran
kelompok eksperimen dimulai dengan memberi informasi melalui via whatsapp grup
bahwa pembelajaran dilakukan melalui zoom. Setelah itu kegiatan proses pembelajaran
berlangsung dengan pendahuluan seperti salam pembuka, berdoa, menanyakan kabar,
mengecek kehadiran melalui google form, mengulang pembelajaran sebelumnya,
menyampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti
yaitu pengembangan disini peneliti menjelaskan materi melalui power point,
memberikan kesempatan siswa bertanya jika ada dan memberikan penjelasan dari
pertanyaan siswa jika ada. Pada kegiatan latihan terkontrol siswa diarahkan pada soal
yang ada pada LKS dan sesuai pada tahap ini dibentuk kelompok melalui breakout
room, peneliti memantau disetiap kelompok, dan memberikan informasi pengumpulan
tugas bahwa tugas dikumpulkan melalui whatsapp setiap kelompok. Pada kegiatan
latihan individu siswa diarahkan pada soal yang ada pada LKS dengan mengerjakan
soal latihan individu secara mandiri atau sendiri. Selanjutnya pada kegiatan penutup
yaitu penugasan, disini siswa diarahkan untuk melihat soal yang ada pada LKS untuk
melihat tugas rumah yang diberikan agar materi dapat diulang lagi dirumah, peneliti
juga menginformasikan siswa untuk pengumpulan tugas dilakukan melalui whatsapp
dan menutup pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran kelompok kontrol dimulai dengan memberikan dan
membagikan informasi kepada siswa melalui whatsapp grup bahwa pembelajaran akan
dilakukan melalui zoom. Setelah itu kegiatan proses pembelajaran berlangsung dengan
pendahuluan seperti salam pembuka, berdoa, menanyakan kabar, mengecek kehadiran
melalui google form, mengulang pembelajaran sebelumnya, menyampaikan materi yang
akan dipelajari dan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti peneliti menjelaskan materi
melalui power point, memberikan kesempatan siswa bertanya dan memberikan
penjelasan dari pertanyaan siswa jika ada yang bertanya. Setelah itu, guru memberikan
soal yang ada pada LKS dengan mengarahkan siswa sebelum mengerjakan soal serta
nantinya siswa membagikan jawabannya melalui whatsapp lalu peneliti membahas
salah satu pekerjaan siswa yang telah dikirim dan membahas hasil pekerjaan salah satu
siswa serta menginformaikan pengumpulan tugas dilakukan melalui whatsapp. Untuk
kegiatan penutup peneliti bersama-sama siswa menyimpulkan hasil belajar, memberikan
informasi materi selanjutnya dan menutup pembelajaran dengan salam.
Peneliti juga membagikan melalui whatsapp tahapan selama pembelajaran seperti
link untuk mengecek kehadiran siswa, materi pembelajaran dalam bentuk video maupun
LKS pembelajaran untuk siswa yang tidak bisa mengikuti zoom. Pada tahapan
eksperimen yang telah dijelaskan sebelumnya untuk pembagian kelompok melalui
whatsapp dilakukan dengan membuat grup untuk setiap kelompok yang terdiri dari
grup kelompok 1 , kelompok 2 dan seterusnya sesuai jumlah siswa.
Kegiatan selanjutnya pada tanggal 30 November 2020 peneliti memberikan tes
kemampuan pemahaman konsep (posttest) melaui whatsapp. Pemberian posttest
bertujuan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa setelah
diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran missouri mathematics project dan
model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan bantuan software SPSS versi 22.0 for windows dapat dilihat sebagai
berikut.

Tabel 1. Hasil Analisis Deskriptif Tes Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematis Siswa
Kelompok N Nilai Nilai Rata-rata Standar
Minimal Maksimal Deviasi
Eksperimen 32 59,09 95,45 80,47 11,26
Kontrol 32 45,45 95,45 73,43 12,31
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa kelompok eksperimen yang terdiri
dari 32 siswa memperoleh nilai terendah sebesar 59,09 dan nilai tertinggi sebesar 95,45
dengan rata-rata 80,47 dan standar deviasi 11,26. Untuk kelompok kontrol yang
jumlahnya sama dengan kelompok eksperimen yaitu 32 siswa memperoleh nilai
terendah sebesar 45,45 dan nilai tertinggi sama dengan kelompok eksperimen yaitu
sebesar 95,45 dengan rata-rata 73,43 dan standar deviasi 12,31
Kemudian berdasarkan tingkat pemahaman konsep matematis siswa di kategori
tingkat pemahaman dimulai dari sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.
Adapun hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2 Kategori Tingkat Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa
Eksperimen Kontrol
Nilai Kategori
F P F P
x >95,28 Sangat Tinggi 3 9,375 1 3,125
83,06< x ≤ 95,28 Tinggi 13 40,625 7 21,875
70,84< x ≤ 83,06 Sedang 8 25 9 28,125
58,62¿ x ≤ 70,84 Rendah 8 25 13 40,625
x ≤ 58,62 Sangat Rendah 0 0 2 6,25
Jumlah 32 100 32 100
Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai kelompok eksperimen berdasarkan kategori
lebih bagus dibandingkan kelompok kontrol. Hampir disetiap kategori kelompok
eksperimen memiliki siswa yang lebih banyak mendapatkan nilai yang bagus dari pada
kelompok kontrol. hanya saja pada kategori sedang kelompok eksperimen terdapat 8
siswa dan kelompok kontrol terdapat 9 siswa tetapi, tidak mempengaruhi secara
signifikan disetiap kategori kelompok eksperimen mendominasi nilai yang lebih bagus.
Dan untuk persentase pencapaian setiap indikator pemahaman konsep matematis
siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3 Persentase Pencapaian Setiap Indikator Pemahaman Konsep Matematis
Siswa
Rata-rata Persentase
No Indikator
E K E K
1 Menyatakan ulang suatu konsep 3,91 3,53 97,75 88,25
2 Mengklasifikasi objek menurut sifat 3,53 3,63 88,25 90,75
tertentu sesuai dengan konsepnya
3 Memberi contoh dan bukan contoh dari 2,78 2,81 69,5 70,25
suatu konsep
4 Menyajikan konsep dalam berbagai 7,69 6,94 96,12 86,75
bentuk representasi matematika
5 Mengembangkan syarat perlu dan syarat 6,13 4,38 76,63 54,75
cukup suatu konsep
6 Menggunakan, memanfaatkan, memilih 5,72 5,81 71,5 72,63
prosedur atau operasi tertentu
7 Mengklasifikasikan konsep atau 5,66 5,22 70,75 65,25
alogaritma pada pemecahan masalah
Rata-rata Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep 80,47 73,44
Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase pencapaian setiap indikator
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelompok eksperimen
memperoleh persentase tertinggi pada indikator menyatakan ulang sebuah konsep yaitu
97,75%. Kelompok kontrol perolehan persentase tertinggi pada mengklasifikasi objek
menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya yaitu 90,75%. Begitupun persentase
terendah pada kelompok eksperimen terdapat pada indikator memberi contoh dan bukan
contoh dari suatu konsep yaitu 69,5%. Kelompok kontrol perolehan persentase terendah
terdapat pada mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep yaitu
54,75%.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial kelompok eksperimen dan kontrol
dengan software SPSS versi 22.0 for windows dapat dilihat sebagai berikut.
Uji Normalitas
Hasil analisis uji normalitas data tes kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4 Hasil Analisis Uji Normalitas


Kelompok Kolmogorov- Smirnov Kriteria Sig. Keputusan Kesimpulan
Sig. Df
Eksperimen 0,108 32 Sig> 0,05 Terima H0 Normal
Kontrol 0,200 32 Sig> 0,05 Terima H0 Normal
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk
kelompok eksperimen dengan nilai signifikan 0,108 dengan kriteria Sig> 0,05 yaitu
nilai signifikan lebih besar dari 0,05 sehingga keputusannya H0 diterima. Begitupun
dengan kelompok kontrol dengan nilai signifikan 0,200 dengan kriteria Sig> 0,05 yaitu
nilai signifikan lebih besar dari 0,05 sehingga keputusannya H 0 diterima. Maka
sebagaimana dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal.
Uji Homogenitas
hasil analisis uji homogenitas data tes kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5 Hasil Analisis Uji Homogenitas
Levene df 1 df 2 Sig. Krireria Sig. Keputusan Kesimpulan
Statistic
0,005 1 62 Sig> 0,05
0,943 Terima H0 Homogen
Berdasarkan table 5 dapat dilihat bahwa nilai signifikan Variabel kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa pada kelompok ekperimen dan kontrol sebesar
0,943. Karena nilai signifikan 0,943>0,05 maka H0 diterima. Sebagaimana dasar
pengambilan keputusan dalam uji homogenitas dapat disimpulkan bahwa varians data
kemampuan pemahaman konsep matematis pada kelompok eksperimen dan kontrol
adalah sama atau homogen.
Uji Hipotesis
Hasil uji-t menggunakan data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
(posttest) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6 Hasil Analisis Uji-t
independent thitung Sig. (2-tailed) Kesimpulan
sample t-test
Posstest 2,385 0,020 Tolak H0
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa sig (2-tailed) sebesar 0,020 dan hasil pada
thitung sebesar 2,385. Pada penelitian ini menggunakan uji hipotesis satu pihak (1-tailed)
yaitu uji independent sample t-test pihak kanan maka sig (2-tailed) dibagi dua sehingga
hasilnya 0,010 dengan nilai signifikan yaitu 0,010 ¿ 0,05 dan untuk thitung ¿ ttabel yaitu
2,385¿ 1,998. Adapun ttabel diperoleh dari derajat bebas dengan n dikurangi k, dimana n
adalah jumlah data dan k adalah jumlah variabel dengan signifikasi 5 %, selanjutnya
melihat ttabel. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan maka H0 ditolak dan H1
diterima. Dengan hal ini, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengambilan
keputusan diperoleh rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa kelompok kontrol. Dengan ini, model pembelajaran missouri
mathematics project berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data posttest dengan bantuan software SPSS versi 22.0
for windows yang dilakukan, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa kelompok eksperimen yaitu sebesar 80,47 lebih
besar dari pada nilai rata-rata kemampuan pemahaman konsep kelompok kontrol yaitu
sebesar 73,43. Sementara, untuk deviasi kelompok eksperimen yaitu sebesar 11,26 lebih
kecil dari pada standar deviasi kelompok kontrol yaitu sebesar 12,31. Kedua kelompok
tersebut mempunyai hasil yang berbeda dikarenakan adanya pemberian perlakuan yang
berbeda pada dua kelompok tersebut. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan
dengan model pembelajaran missouri mathematics project dengan langkah
pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami materi yang diajarkan yang
terdiri dari tahap review, pengembangan, latihan kelompok, latihan individu dan latihan
mandiri. Sedangkan untuk kelompok kontrol hanya menggunakan model pembelajaran
konvensional dengan langkah pembelajaran yang biasa dan hanya di dominasi kepada
guru sehingga pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa hanya sebagai
pendengar atau penerima materi yang disampaikan oleh guru. Dengan hal ini, dari
perlakuan yang diberikan akan mempengaruhi nilai rata-rata dan standar deviasi dari
kedua kelompok tersebut.
Adapun kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat dari
kategori tingkatan. Nilai yang masuk kategori sangat tinggi pada kelompok eksperimen
sebanyak 3 siswa sedangkan pada kelompok kontrol hanya 1 siswa dan untuk kategori
sangat rendah, pada kelompok eksperimen tidak ada satupun siswa yang mendapatkan
nilai sangat rendah sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 2 siswa yang
mendapatkan nilai sangat rendah.
Begitupun untuk melihat persentase pencapaian setiap indikator kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa dapat dilihat pada kelompok eksperimen
memperoleh persentase tertinggi ada pada indikator menyatakan ulang sebuah konsep
yaitu sebesar 97,75%. Sedangkan pada kelompok kontrol perolehan persentase tertinggi
pada mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya yaitu
sebesar 90,75%. Begitupun untuk persentase terendah pada kelompok eksperimen
terdapat pada indikator memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep yaitu
sebesar 69,5%. Sedangkan pada kelompok kontrol perolehan persentase terendah
terdapat pada mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep yaitu sebesar
54,75%. Indikator memberi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep memiliki
persentase terendah pada kelompok eksperimen disebabkan siswa kurang teliti dalam
melihat contoh pada soal yang diberikan dan persentase terendah pada indikator
mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep pada kelompok kontrol
disebabkan karena siswa belum mampu atau masih bingung tahap pengerjaan soal apa
yang harus di kerjakan terlebih dahulu untuk mengerjakan soal hingga selesai.
Selanjutnya pada analisis inferensial meliputi uji prasyarat (uji normalitas dan uji
homogenitas) dan uji hipotesis. untuk analisis uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui data apakah berdistribusi normal atau tidak. Dari uji normalitas yang
dilakukan dapat dilihat bahwa hasil nilai signifikan lebih besar dari 0,05 sehingga dapat
dikatakan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan uji
homogenitas bertujuan untuk megetahui homogen atau tidaknya data sampel dari
populasi yang diambil. Dari uji homogenitas dapat dilihat bahwa hasil nilai signifikan
lebih besar dari 0,05 sehingga dapat dikatakan sampel berasal dari varian yang sama
atau homogen.
Setelah uji asumsi dilakukan selajutnya uji hipotesis. Karena hasil uji asumsi
(prasyarat) berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan analisis statistik
parametrik untuk pengujian hipotesis. Analisis uji hipotesis bertujuan untuk melihat
perbedaan rata-rata dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nanti akan
dibuktikan apakah dugaan penelitian dapat diterima atau ditolak. Analisis menggunakan
uji-t (independent sample t-test). Dari hasil uji-t pihak kanan dapat dilihat bahwa nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
kelompok eksperimen lebih besar dari rata-rata kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa kelompok kontrol (model pembelajaran missouri mathematics project
berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa).
Model missouri mathematics project berpengaruh pada kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa karena, model ini tersusun secara terstruktur mulai dari review
atau pendahuluan, pengembangan, tugas kelompok (kerja kelompok), tugas individu
(kerja mandiri), penutup atau penugasan atau PR.
Berdasarkan tahapan yang dijelaskan sebelumnya, kegiatan pembelajaran yang
dapat membantu siswa dalam melatih dan memberi pemahaman konsep dari materi
yang diberikan yaitu pada tahap pertama, review atau pendahuluan yaitu guru meninjau
ulang materi pembelajaran dengan bertanya atau memberi penjelasan ulang untuk
mengingatkan siswa terhadap materi yang telah dipelajari sehingga materi dapat diingat
atau dipahami oleh siswa. Sejalan dengan Pratiwi, (2019:180) pengulangan materi
secara rutin dapat mengasah kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki siswa secara
optimal. Hal yang ditinjau pada kegiatan ini yaitu guru memberi salam pembuka
(menanyakan kabar, berdoa, mengecek kehadiran siswa), meninjau atau mengulang
materi lalu, memberitahu materi yang akan dipelajari dan penyampaian tujuan
pembelajaran.
Selanjutnya masuk kegiatan inti. Pada tahap kedua, pengembangan yaitu guru
menyajikan materi atau perluasan konsep baru yang akan diajarkan, memberikan contoh
kepada siswa mengenai materi yang diajarkan, siswa diberi kesempatan untuk bertanya
jika kurang mengerti penjelasan guru dan guru memberi penjelasan jika ada pertanyaan
dari siswa agar siswa paham apa yang dijelaskan oleh guru.
Tahap ketiga, latihan terkontrol atau tugas kelompok. Siagian, (2019 : 47)
mengatakan dengan kelompok akan membuat siswa memahami konsep dengan melalui
diskusi dan bertukar pikiran kepada temannya sendiri. Dengan ini, mengerjakan latihan
berkelompok dapat membantu dan memudahkan kesulitan yang dihadapi siswa dalam
memahami materi. Siswa saling membantu dalam mengerjakan latihan soal yang
diberikan terutama apabila ada yang kurang memahami materi dan bisa langsung
menanyakan kepada teman sekelompoknya karena siswa biasanya lebih dapat
mengkomunikasikan kepada temannya secara terbuka dibandingkan bertanya langsung
kepada guru. Sehingga, dengan tahap latihan terkontrol atau tugas kelompok dapat
membantu siswa siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Adapun kegiatan
latihan terkontrol atau tugas kelompok yaitu guru membagikan LKS dengan
mengarahkan terlebih dahulu setelah itu kelompok dibagikan, memberikan soal untuk
dikerjakan secara berkelompok dan memantau disetiap kelompok agar tidak ada
miskonsepsi pada setiap kelompok.
Tahap keempat, tugas individu disini siswa dapat mengembangkan sendiri
kemampuan yang dimiliki dari penjelasan guru tahap pengembangan. Tugas individu
yaitu guru memberikan soal melalui LKS yang sudah diberikan untuk dikerjakan secara
mandiri atau individu.
Dan untuk tahap terakhir, penugasan atau penutup yaitu guru memberikan tugas
rumah atau PR kepada siswa yang bertujuan agar siswa mengulang materi dirumah dan
materi yang dipelajari lebih paham serta tidak lupa terhadap materi yang baru dipelajari.
Sejalan dengan Pratiwi (2019 : 187) pemberian PR akan melatih tanggung jawab siswa
terhadap tugas yang diberikan dan memantapkan lagi pemahaman siswa terhadap
konsep yang telah dipelajari pada saat itu. Dari struktur tahapan pembelajaran, tujuan
pemberian tugas salah satunya juga untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap
materi yang telah diterima Confrey dalam Tahir dkk, (2019 : 47) dan juga melatih
siswa melalui soal yang diberikan untuk pemahaman konsep dari materi yang dipelajari.
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa dari tahapan-tahapan pembelajaran
missouri mathematics project dapat memberi pemahaman siswa karena pembentukan
konsep harus diikuti oleh partisipasi siswa, penjelasan yang baik dari guru dalam
menyampaikan suatu konsep melalui pengembanagan pembelajaran dan diskusi serta
latihan-latihan soal baik secara kelompok, individu dan penugasan (PR) agar siswa
mengerti akan konsep yang dipelajari dalam Halimah, (2016 : 65). Model ini
memberikan siswa kesempatan untuk memahami konsep melalui latihan-latihan
sehingga siswa dapat melatih kemampuan pemahaman terhadap materi yang diberikan.
Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumya oleh Ines Febrianti,
dkk (2013) yang menyatakan bahwa model pembelajaran missouri mathematics project
berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP 2
Bangunrejo. Hal ini ditunjukkan dari pemahaman konsep matematis siswa yang
pembelajarannya menggunakan pembelajaran missouri mathematics project lebih tinggi
dari pemahaman konsep matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan
pembelajaran konvensional.
Pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan model konvensional yaitu
guru mendominasi pembelajaran, siswa tidak terlibat dalam pembelajaran bahkan hanya
mendengarkan penjelasan guru. Dengan hal ini, siswa menjadi pasif dan kurang
memahami materi yang dijelaskan. Dalam kegiatan pembelajaran, guru hanya
menjelaskan materi dan contoh soal kemudian, siswa mengerjakan soal latihan yang
diberikan. berdasarkan proses kegiatan pembelajaran siswa juga diberikan waktu untuk
bertanya, tetapi hanya beberapa siswa yang bertanya selebihnya tidak walaupun meraka
masih tidak memahami materi. Dengan hal ini, siswa terlambat mengumpulkan tugas
bahkan tidak mengumpulkan tugas. Pembelajaran ini yang menyebabkan kemampuan
pemahaman konsep siswa dengan model konvensional lebih rendah dari pada
kemampuan pemahaman konsep dengan model pembelajaran missouri mathematics
project.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa rata-rata
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelompok eksperimen lebih besar dari
rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelompok kontrol. Pada
kelompok eksperimen telah diterapkan model pembelajaran missouri mathematics
project sedangkan kelompok kontrol tidak diterapkan. Dengan ini, model pembelajaran
missouri mathematics project berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Tarakan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian yang telah peneliti
lakukan di kelas VIII di SMP Negeri 12 Tarakan tahun ajaran 2020/2021, maka
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran missouri
mathematics project terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas
VIII SMP Negeri 12 Tarakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis statistik deskriptif
yang menunjukkan bahwa rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa pada kelompok eksperimen sebesar 80,47 dan kontrol sebesar 73,44 dan hasil
analisis statistik inferensial dengan uji-t (independent sampel test-t) yang memperoleh
nilai 0,010 Karena nilai signifikan ¿ 0,05 , berdasarkan kriteria pengambilan keputusan
maka H0 ditolak dan H1 diterima dan untuk thitung ¿ ttabel yaitu 2,385¿ 1,998. ttabel diperoleh
dari derajat bebas dengan n dikurangi k, dimana n adalah jumlah data dan k adalah
jumlah variabel dengan signifikasi 5 %, selanjutnya melihat ttabel. Berdasarkan kriteria
pengambilan keputusan maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan hal ini, dapat
diketahui bahwa rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelompok
eksperimen lebih besar dari rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
kelompok kontrol. Artinya kelompok eksperimen yang menggunakan model
pembelajaran missouri mathematics project lebih baik dari pada kelompok kontrol yang
menggunakan model konvensional.

REFERENSI

Fauziah, A dan Sukasno. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematics


project Terhadap Pemahaman dan Pemecahan masalah matematika siswa SMA
N 1 Lubuklinggau. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi
Bandung, Vol. 4, No. 1. Hal. 13. Lubuklinggau: FPMIPA STKIP PGRI.

Febrianti, Ines dkk. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Missouri Mathematics


Project Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMPNegeri
2 Bangunrejo. Jurnal Pendidikan Matematika Universitas Lampung, Vol 1, No
10.

Halimah, Nur dkk. 2016. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Missouri


Mathematics Project Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Matematis
pada Siswa SMK. Educare, Vol. 4, No. 2, Des 2016, Hal. 57-68.

Kurniasari, Vita Heprilia Dwi dkk. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Missouri
Mathematics Project dalam Meningkatkan Aktivitas Siswa dan Hasil Belajar
Siswa Sub Pokok Pembahasan Menggambar Grafik Fungsi Aljabar Sederhana
dan Fungsi Kuadrat Pada Siswa Kelas X SMA Negeri Balung Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2013/2014. Pancaran, Vol. 4, No. 2, Hal. 153-162, Mei 2015.

Kusrini dkk. 2014. Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka.

Pratiwi, Ni Pande Kadek Ayu dkk. 2019. Missouri Mathematics Project (MMP),
Pemahaman Konsep Matematika, dan Kepercayaan Diri Siswa. Jurnal Program
Studi Pendidikan Matematika. ISSN: 2442-4226, Vol. 5, No. 2, Hal. 178-189,
Juli 2019. Universitas Pendidikan Ganesha.

Siagian, R. E. Flora dkk. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Misoouri Mathematics


Project (MMP) Terhadap Pemahaman Konsep Matematika. 7 November 2019,
Hal. 46-53, ISBN: 978-623-90151-7-6. Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI.

Tahir, Febriyanti dkk. 2019. Evektivitas Model Pembelajaran Missouri Mathematics


Project Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Peserta Didik
Kelas VII SMP Negeri 1 Kendari. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika, Vol.
7, No.3, September 2019.

Wening, Cahya. 2018. Pengaruh pembelajaran Missouri Mathematics Project


Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1
Kedungbanteng. Purwokerto: Skripsi Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai