Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam

kegiatan jual-beli, menghitung tabungan, memperkirakan peluang, menimbang

untung dan rugi, serta masih banyak lagi. Matematika yang selama ini diajarkan

digunakan untuk memudahkan kita dalam memecahkan masalah-masalah yang

sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, belajar matematika

merupakan hal yang penting dalam kehidupan.

Dalam belajar matematika, seseorang dapat menguasai matematika salah

satunya apabila ia memahami konsep matematis dari suatu ilmu matematika.

Ketika siswa sudah mengerti konsep matematika maka siswa tersebut akan

dengan mudah menyelesaikan masalah dalam pelajaran matematika (Radiusman,

2020). Menurut Depdiknas, kecakapan atau kemahiran matematika yang

diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika yaitu dengan menunjukkan

pemahaman matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antarkonsep,

dan mampu mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien,

dan tepat dalam pemecahan masalah (Wijaya et all, 2018).

National Council of Teachers of Mathematics atau sering disingkat NCTM

(2000) menyatakan bahwa pemahaman konsep merupakan tujuan dasar

pembelajaran matematika. Kemampuan pemahaman konsep matematis

merupakan hal pertama yang diharapkan dapat tercapai dalam tujuan

pembelajaran matematika (Aledya, 2019). Hal ini sesuai dengan Permendiknas

1
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bagian tujuan mata pelajaran

matematika, kompetensi matematika intinya terdiri dari kemampuan dalam: (1)

pemahaman konsep matematis, (2) menggunakan penalaran, (3) memecahkan

masalah, (4) mengomuknikasikan gagasan, dan (5) memiliki sifat menghargai

kegunaan matematika (Ningsih, 2016).

Kemudian peneliti mencoba mengambil sampel di MAN Temanggung

untuk dijadikan objek penelitian.

Gambar 1. 1 Hasil Tes Kemampuan Awal Pemahaman Konsep Matematis

Hasil menunjukkan bahwa tes materi grafik fungsi linear dengan 3 soal

essay yang menguji kemampuan pemahaman konsep matematis memiliki rata-rata

34,578 dan termasuk dalam kategori kurang baik menurut Ningsih (2016) untuk

kemampuan pemahaman konsep matematis.

Tabel 1. 1 Kategori kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Nilai Akhir Mahasiswa Kategori

81 – 100 Sangat Baik

61 – 80 Baik

41 – 60 Cukup

21 – 40 Kurang Baik

2
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pengajar, model pembelajaran

yang digunakan adalah model pembelajaran langsung. Hal ini, sesuai berdasarkan

hasil pengamatan saat guru melakukan pembelajaran di kelas. Jadi, guru

menjelaskan materi dan siswa memperhatikan apa yang disampaikan guru. Dalam

pelaksanaannya, siswa kurang berperan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Tinggi dan rendahnya tingkat penguasaan konsep dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal).

Faktor eksternal dapat berupa penerapan model pengajaran (Safitri, 2022). Untuk

itu, model pembelajaran yang dirancang harus mampu untuk mendukung proses

belajar-mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

Adapun model pembelajaran yang dapat menunjang kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa yang dipilih dalam penelitian ini adalah

model pembelajaran SQ3R. Model pembelajaran SQ3R dilaksanakan dengan cara

siswa menyurvei bahan bacaan yang diberikan guru lalu membuat pertanyaan.

Kemudian, siswa bisa mencoba untuk menggali materi lebih dalam agar dapat

menemukan jawaban. Selanjutnya siswa bisa mengemukakan jawaban agar siswa

lain dapat menyimak dan mengoreksi.

Memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran SQ3R di atas,

terlihat bahwa model pembelajaran SQ3R tidak membuat siswa menghapal materi

pelajaran melainkan mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk berpikir

dan mencari pemahaman makna dari informasi yang sedang dipelajari. Untuk

3
memperoleh pemahaman dari informasi yang dipelajari, siswa harus terampil

memahami materi yang disajikan guru (Effendi, 2016).

Metode SQ3R dapat membantu siswa lebih fokus ketika membaca dan

memahami materi (Rahayuningsih, 2021). Panjaitan (Rahayuningsih, 2021)

menyatakan bahwa penerapan metode SQ3R tidak sekadar hafalan dan mengulang

tanpa memahami makna yang terkandung, tetapi juga dapat melibatkan proses

berpikir dan mencari pemahaman makna dari informasi yang diperoleh.

Berdasarkan paparan tersebut, peneliti berminat melakukan penelitian

pada siswa kelas X menggunakan model pembelajaran SQ3R terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematis. Oleh karena itu, penelitian ini

mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran SQ3R terhadap Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas XI MAN Temanggung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Didasarkan pada latar belakang, maka masalah yang dapat diidentifikasi pada

penelitian ini ialah:

1. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa di MAN

Temanggung

2. Model pembelajaran guru belum cukup menunjang kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa.

3. Siswa belum cukup aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

1.3 Batasan Masalah

Dari permasalahan yang diidentifikasi, dilakukan pembatasan permasalahan

4
penelitian sebagai berikut:

1. Menggunakan model pembelajaran langsung untuk kelas kontrol dan model

pembelajaran SQ3R untuk kelas eksperimen.

2. Fokus pada kemampuan pemahaman konsep matematis.

3. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas XI MAN Temanggung tahun

pelajaran 2023/2024.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi serta batasan masalah yang sudah

dijelaskan, dapat dirumuskan masalah pada penelitian yaitu:

1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran SQ3R terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa?

2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran langsung terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa?

3. Apakah model pembelajaran SQ3R lebih berpengaruh terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa daripada model pembelajaran langsung?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis pengaruh model pembelajaran SQ3R terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa.

2. Menganalisis pengaruh model pembelajaran langsung terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

3. Mendeskripsikan bahwa model pembelajaran SQ3R lebih berpengaruh

5
terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa daripada model

pembelajaran langsung.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1.6.1 Manfaat Teoritis

1. Memberikan pemahamanbagi pendidik serta calon pendidik mengenai

model SQ3R guna meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Sebagai referensi untuk peneliti selanjutnya yang menerapkan model

pembelajaran SQ3R

1.6.2 Manfaat Praktis

1. Bagi siswa

Memperluas pengetahuan serta pengalaman baru mengenai

pembelajaran matematika dengan model SQ3R yang diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Bagi pendidik

Memberikan referensi terkait model pembelajaran SQ3R

3. Bagi sekolah

Menginformasi terkait pengaruh model pembelajaran SQ3R bagi

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa agar dapat dijadikan

evaluasi.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORITIS, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan penelitian ini di

antaranya:

1. Penelitian skripsi yang dilakukan Ditaul Safitri (2022), berjudul Efektivitas

Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education terhadap Kemampuan

Pemahaman Konsep Matematis pada Materi Segi Empat Ditinjau dari Tipe

Kepribadian Keirsey, diperoleh hasil penelitian yaitu (1) Model pembelajaran

RME lebih efektif dibandingkan model pembelajaran langsung terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematis pada materi segi empat, (2) Tipe

kepribadian idealist, artisan, rational, dan guardian sama baiknya terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematis, (3) tipe kepribadian idealist,

artisan, dan guardian yang diajar dengan model pembelajaran RME sama

baiknya dengan siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung

terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis, serta tipe kepribadian

rational lebih baik jika diajar dengan model pembelajaran RME dibandingkan

dengan model pembelajaran langsung terhadap kemampuan pemahaman

konsep matematis. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis

adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa dan menggunakan metode penelitian kuantitatif, sedangkan

perbedaan penelitian tersebut yaitu menggunakan model pembelajaran RME

7
dan meninjau dari tipe kepribadian menurut David Keirsey.

2. Penelitian yang dilakukan Kholidah dan Sujadi (2018), berjudul Analisis

Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas V Dalam Menyelesaikan Soal

di SD Negeri Gunturan Pandak Bantul Tahun Ajaran 2016/2017, hasil

persentase diketahui bahwa siswa kelas V SD Gunturan dalam menyelesaikan

soal bangun ruang memiliki persentase pemahaman konsep matematika

sebesar 50.91% dengan kategori sedang. Pemahaman konsep dengan kategori

sedang merupakan hal yang dapat dikatakan baik. Hal ini dikarenakan

sebagian besar siswa sudah cukup baik dalam memahami konsep matematika

materi bangun ruang. Persentase pemahaman konsep matematika paling

banyak ada pada sub indikator 2 (item soal 2) dan sub indikator 3 (item soal

3) indikator pertama yaitu menyatakan ulang konsep dengan jumlah sama

yaitu sebesar 73.40% dengan kategori tinggi. Sedangkan persentase

pemahaman konsep matematika paling sedikit ada pada sub indikator 10

(item soal 10) indikator ketiga yaitu memanfaatkan operasi hitung bangun

ruang sebesar 31.00% dengan kategori rendah. Persamaan penelitian tersebut

dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa, sedangkan perbedaan penelitian

tersebut yaitu menggunakan metode penelitian kualitatif.

3. Penelitian skripsi yang dilakukan Lestari (2022) yang berjudul Pengaruh

Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, and Review)

Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa di SMAN 3

Empat Lawang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran

SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) terhadap kemampuan

8
pemecahan masalah matematis siswa di SMAN 3 Empat Lawang. Persamaan

penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti

tentang model pembelajaran SQ3R dan menggunakan metode penelitian

kuantitatif, sedangkan perbedaan penelitian tersebut yaitu meneliti tentang

kemampuan pemecahan massalah matematis.

4. Penelitian yang dilakukan Barnas dkk (2018) yang berjudul The Role of

SQ3R Strategy on Mathematical Communication Ability and Self Regulated

Learning of Seventh Grade Student menunjukkan bahwa dalam KKM, N

Gain-nya, dan KB siswa yang memperoleh strategy SQ3R mencapai mutu

yang lebih baik daripada mutu siswa yang mendapat pembelajaran

konvensional, namun mutu kedua KKM masih tergolong rendah, dan mutu

kedua KB tergolong sedang. Temuan lainnya lagi, terdapat asosiasi tinggi

antara KKM dan KB dan siswa menunjukkan persepsi yang baik terhadap

strategi SQ3R. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian penulis

adalah sama-sama meneliti tentang model pembelajaran SQ3R dan

menggunakan metode penelitian kuantitatif, sedangkan perbedaan penelitian

tersebut yaitu meneliti tentang kemampuan komunikasi matematis siswa dan

pembelajaran mandiri.

5. Penelitian yang dilakukan Huda, dkk (2019) dengan judul Learning Model to

Improve The Ability to Understand Mathematical Concept menunjukkan

bahwa kemampuan siswa dengan model pembelajaran Flipped Classroom

mempunyai rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis yang lebih

baik daripada siswa yang diberi model pembelajaran Auditory Intellectually

Repetition Learning. Ini menunjukkan bahwa Flipped Learning lebih efektif

9
daripada Auditory Intellectually Repetition Learning dalam pengaruh

terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Persamaan

penelitian tersebut dengan penelitian penulis adalah sama-sama meneliti

tentang kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dan menggunakan

metode penelitian kuantitatif, sedangkan perbedaan penelitian tersebut yaitu

menggunakan flipped classroom.

2.2 Kerangka Teoritis

2.2.1 Model Pembelajaran Survey, Question, Read, Recite, and Review


(SQ3R)

2.2.1.1 Pengertian

Model membaca mandiri tertua adalah SQ3R yang merupakan singkatan dari

Survey, Question, Read, Recite, and Review saat mempelajari buku teks (Artis,

2008). Huber (2004) mengatakan bahwa model pembelajaran SQ3R dapat

ditelusuri pada awal masa 1940-an yang kemudian dikembangkan oleh Francis

Robinson pada tahun 1946.

Model pembelajaran SQ3R merupakan suatu model pembelajaran yang

dirancang untuk membantu siswa memahami materi pelajaran dengan tahapan

Survey, Question, Read, Recite, dan Review (Effendi, 2016).

2.2.1.2 Langkah-Langkah

Menurut Effendi (2016) langkah-langkah model pembelajaran SQ3R adalah

sebagai berikut:

1. Survey yaitu guru membimbing siswa dalam mengamati dan mengidentifikasi

materi pelajaran yang ada, baik berupa teks buku pelajaran maupun aktivitas

10
belajar. Pada buku teks, siswa mengamati atau mengidentifikasi seluruh teks

dari segi judul, subjudul, kata-kata yang bercetak miring, atau kata-kata yang

dianggap penting. siswa menandai kata kunci dengan menggaris bawahi,

memberikan warna, atau membuat catatan di pinggir halaman. Pada aktivitas

belajar siswa menuliskan kegiatan-kegiatan yang dilihat, kalimat yang

didengar ataupun penjelasan dari guru.

2. Question yaitu siswa menyusun pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan

teks yang telah dibacanya maupun aktivitas yang dilakukan.

3. Read yaitu siswa membaca secara intensif buku teks atau buku referensi

lainnya untuk mendapatkan ide pokok dan jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya.

4. Recite yaitu siswa menuliskan jawaban yang diperoleh setiap pertanyaan yang

telah dibuatnya menggunakan bahasanya sendiri yang mudah dipahami.

5. Review yaitu siswa memeriksa, melihat kembali seluruh pertanyaan dan

jawabannya secara singkat. Siswa membaca kembali bagian materi untuk

mengonfirmasi jawaban-jawaban sebelumnya. Pada aktivitas review ini, guru

bisa memberikan kuis untuk menguji pemahaman siswa pada materi yang

diajarkan.

Lestari dan Yudhanegara (2015) menyatakan bahwa tahapan pembelajaran

SQ3R yaitu:

1. Survey yaitu siswa dihadapkan pada situasi masalah matematika kemudian

berusaha untuk memahaminya melalui kegiatan survey.

2. Question yaitu siswa berkompetensi mengajukan pertanyaan yang

berkualifikasi tinggi yang sesuai dengan situasi masalah.

11
3. Read yaitu siswa membaca kembali semua pertanyaan yang diajukan untuk

menyusun suatu perencanaan masalah.

4. Recite yaitu siswa mempertimbangkan kembali semua penyelesaian masalah.

5. Review yaitu siswa memeriksa kembali semua pertanyaan dan jawaban yang

telah diselesaikan.

Effendi (2016) menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran

SQ3R yaitu:

1. Survey yaitu membaca bahan bacaan yang diberikan, mengidentifikasi teks

bacaan dari segi judul, subjudul, simbol, grafik, diagram, tabel, atau istilah-

istilah yang ada pada teks bacaan.

2. Question yaitu membuat pertanyaan dari hasil pengamatan yang dilakukan di

langkah survey.

3. Read yaitu membaca secara aktif sambil memahami konsep yang ada pada

bahan bacaan guna mencari jawaban-jawaban yang telah disusun dan

mendiskusikan konsep pada bahan bacaan

4. Recite yaitu mengungkapkan jawaban-jawaban yang telah disusun dengan

lantang dan keras dengan bahasanya sendiri tanpa membawa catatan.

5. Review yaitu memeriksa kembali pertanyaan dan jawaban yang telah mereka

susun dan membuat kesimpulan dari bahan bacaan yang telah dipelajari.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa langkah-

langkah model pembelajaran SQ3R yaitu:

1. Survey: mengamati/memindai bacaan/materi yang telah diberikan oleh guru

2. Question: membuat pertanyaan berdasarkan pada materi yang telah diamati

3. Read: membaca dan memahami materi untuk memperoleh jawaban dari

12
pertanyaan yang telah dibuat

4. Recite: mengungkapkan jawaban yang telah ditemukan pada materi

5. Review: memeriksa kembali jawaban pada materi

Berdasarkan uraian tersebut, untuk lebih jelasnya diberikan langkah-

langkah model pembelajaran SQ3R menurut Amir (2014) yaitu:

Tabel 2. 1 Langkah-langkah Model Pembelajaran SQ3R

No Langkah- Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


langkah
1. Survey a. Memberikan bahan bacaan a. Membaca bahan bacaan
kepada siswa yang diberikan
b. Menginformasikan cara b. Mengidentifikasi teks
mengidentifikasi bahan bacaan dari segi judul,
bacaan dengan subjudul, simbol, grafik,
memperhatikan judul, atau istilah-istilah yang
subjudul, simbol, grafik, ada pada teks bacaan
atau istilah-istilah.
2. Question Memberikan tugas kepada siswa Membuat pertanyaan dari hasil
untuk membuat pertanyaan yang pengamatan yang dilakukan
sesuai dengan hasil survey pada langkah survey
3. Read a. Memberikan tugas kepada a. Membaca secara aktif
siswa untuk membaca sambil memahami konsep
bahan bacaan secara yang ada pada bahan
menyeluruh bacaan guna mencari
b. Meminta siswa untuk jawaban yang telah disusun
mendiskusikan konsep, b. Mendiskusikan konsep
istilah, simbol yang yang terdapat pada bahan
terdapat pada bahan bacaan bacaan
4. Recite
Meminta siswa untuk Mengungkapkan jawaban
menyelesaikan jawaban yang yang telah disusun dengan
telah mereka jawab dengan lantang dan keras tanpa
menggunakan cara sendiri membawa catatan
5. Review a. Meminta siswa meninjau a. Memeriksa
ulang jawaban yang telah kembali pertanyaan dan
jawaban yang telah

13
dibuat mereka susun
b. Meminta siswa untuk b. Membuat kesimpulan
membuat kesimpulan dari dari bahan bacan yang
bahan bacaan yang telah telah dipelajari
dipelajari

2.2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan

Menurut penjelasan Rahmadani (2018) seperti halnya metode pembelajaran

lain, metode pembelajaran SQ3R memiliki kelebihan dan kekurangan,

diantaranya kelebihan dari metode pembelajaran SQ3R yaitu:

1. Metode pembelajaran mengarahkan siswa untuk terbiasa berfikir terhadap

bahan bacaan sehingga siswa menjadi lebih aktif.

2. Metode ini mencakup berbagai aspek aktivitas belajar mengajar, sehingga

materi yang disampaikan kemungkinan penguasaan ilmunya lebih baik,

3. Dapat memahami isi buku secara baik, karena sambil membaca

mempertanyakan apa sudah dibaca,

4. Siswa menjadi pembaca yang aktif dan terarah langsung pada intisari atau

kandungan-kandungan pokok materi yang tersirat dan tersurat dalam teks

bacaan.

5. Dapat mempermudah dalam memahami isi buku atau bacaan, karena

terlebih dahulu melakukan survey.

6. Mampu mengatasi rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa.

7. Kesan yang ditimbulkan lebih tahan lama, karena ada unsur perenungan

kembali isi bacaan.

Sedangkan kekurangan dari metode pembelajaran SQ3R yaitu:

14
1. Siswa yang malas menulis akan mengalami kesulitan dalam mengikuti

pembelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, guru bisa mengkoordinasikan

agar siswa mau menulis seperti memberikan tugas menulis bagi siswa.

2. Ada kalanya siswa merasa bosan membaca dan mencatat, karena ia merasa

banyak yang dibaca dan dicatat. Untuk mengatasi hal ini, guru bisa

memilih materi yang padat dan ringkas.

3. Kalau tidak biasa, sulit bagi siswa mengikuti metode pembelajaran ini.

Untuk itu, guru bisa mendampingi dan membimbing siswa yang

membutuhkan bantuan.

Sumber lain menurut Sumartini (2016), metode SQ3R memiliki kelebihan

dan kekurangan, diantara kelebihannya yaitu:

1. Dengan adanya survey pada tahap awal pembelajaran, hal ini akan

membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang ingin dipelajari

sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

2. Siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan dan mencoba

menemukan jawaban dari pertanyaan sendiri dengan mencoba melakukan

kegiatan membaca. Dengan demikian, dapat mendorong siswa berpikir

kritis aktif dalam belajar dan pembelajaran bermakna.

3. Materi yang siswa melekat untuk periode waktu yang lebih lama.

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran SQ3R adalah sebagai

berikut:

1. Strategi ini tidak dapat diterapkan pada semua pokok bahasan, terutama

untuk materi yang tidak memiliki banyak pembahasan dan hanya

mengandalkan penerapan/latihan penyelesaian soal, seperti materi limit,

15
integral, turunan, dsb. Untuk itu, guru harus memilih materi yang memiliki

bahasan seperti materi matriks, dsb.

2. Guru akan mengalami kesulitan dalam mempersiapkan buku bacaan untuk

masing-masing siswa jika tidak semua siswa memiliki buku bacaan. Untuk

mengantisipasi hal tersebut, guru bisa menyediakan bahan bacaan melalui

sumber perpustakaan sekolah dan menerapkan pembelajaran berkelompok.

2.2.2 Model Pembelajaran Langsung

2.2.2.1 Pengertian

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran satu arah

dimana model pembelajaran tersebut hanya terpaku pada pendidik. (Asniah,

2020). Sedangkan menurut Auliyah dan Prabowo (2020), model

pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang mengacu pada

desain pembelajaran dimana pendidik dominan dalam memberikan

penjelasan atau kemampuan pada kelompok-kelompok peserta didik.

Handayani dan Abadi (2020) menyatakan sintaks model pembelajaran

langsung yaitu:

1. penyampaian tujuan dan mempersiapkan siswa;

2. mempresentasikan materi ajar;

3. pembimbingan latihan;

4. pengecekan penguasaan dan pemberian respon; dan

5. Pemberian kesempatan pelatihan

Berdasarkan paparan tersebut, ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran

langsung merupakan pengajaran dimana guru sebagai pemeran penting dan

16
pusat dalam pembelajaran. Guru atau pendidik sebagai penyampai informasi

dan peserta didik berperan dalam menerima informasi.

2.2.2.2 Langkah-Langkah

Pada penelitian ini langkah-langkah pembelajaran dengan model langsung

merujuk pada langkah yang disampaikan oleh Handayani dan Abadi (2020).

Berikut diuraikan aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran

dengan model pembelajaran langsung.

Tabel 2. 2 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Model Pembelajaran Langsung

Langkah-langkah Aktivitas Guru Aktivitas Siswa


Pembelajaran langsung
1. Penyampaian tujuan Menjelaskan tujuan Memperhatikan
dan mempersiapkan pembelajaran dan memberikan penjelasan dan
siswa motivasi menyiapkan diri untuk
mengikuti pembelajaran
2. Mempresentasikan Menjelaskan materi secara Memperhatikan
materi ajar bertahap penjelasan yang diberikan
guru
3. Pembimbingan latihan Memberikan latihan Menyelesaikan latihan
Terbimbing yang diberikan guru
4. Pengecekan Memberikan pertanyaan untuk Memaparkan
penguasaan dan mengetahui sejauh mana penyelesaian soal
pemberian respon penguasaan siswa dan
memberikan umpan balik
5. Pemberian Menyajikan latihan soal Mencoba penyelesaian
kesempatan dengan menerapkan konsep latihan soal yang
pelatihan yang dipelajari diberikan

2.2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan

Pada model pembelajaran langsung terdapat kelebihan serta kekurangan.

Berikut ini dijelaskan kelebihan serta kekurangan model pembelajaran

langsung menurut Kurniasih (2016):

Kelebihan dari pembelajaran langsung yaitu:

1. Bersifat behavioristik dan diyakini memberikan corak bagi

perkembangan proses dan makna belajar itu sendiri.

17
2. Mengubah pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan

menyeluruh dalam memandang dan memecahkan masalah yang di hadapi

dalam kehidupan.

3. Pembinaan membiasakan menerapkan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan dengan terpadu, yang diharapkan praktis dan berguna dalam

kehidupan sehari-hari.

Kelemahan dari pembelajaran langsung di antaranya adalah dalam proses

belajar bersifat otomatis-mekanis, sehingga terkesan kaku dan proses belajar

terkesan didominasi oleh guru.

Menurut Noor dan Norlaila (2014), beberapa kelebihan model pembelajaran

langsung adalah sebagai berikut.

1. Guru dapat mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima

siswa, sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus

dicapai siswa;

2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil;

3. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan

kemampuan-kemampuan secara eksplisit kepada siswa yang berprestasi

rendah;

4. Menekankan kegiatan mendengarkan (ceramah) sehingga membantu

siswa yang cocok belajar dengan cara ini.

5. Model pembelajaran langsung (terutama kegiatan demonstrasi)

memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara

teori (hal yang seharusnya) dan observasi (kenyataan yang terjadi).

6. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi

18
apabila model pembelajaran langsung dapat dilakukan secara efektif.

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran langsung juga memiliki

sejumlah kekurangan.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut.

1. Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan

awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar atau

ketertarikan siswa;

2. Sulit bagi siswa mengembangkan kemampuan sosial dan

interpersonalnya karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk

terlibat secara aktif;

3. Karena guru memainkan peran pusat, kesuksesan pembelajaran

tergantung pada guru;

4. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi

guru. Komunikator yang buruk cenderung mengahasilkan pembelajaran

yang buruk pula, dan model pembelajaran langsung membatasi

kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif

2.2.3 Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

2.2.3.1 Pengertian Pemahaman Konsep Matematis

Menurut Kilpatrick (2001), pemahaman konsep matematis adalah

kemampuan yang berkaitan dengan pemahaman yang luas dan praktis dari

ide-ide matematika. Menurut Rosmawati & Sritresna (2021), kemampuan

pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan penguasaan materi dan

kemampuan siswa dalam memahami, menyerap, menguasai, hingga

19
mengaplikasikannya dalam pembelajaran matematika. Penguasaan terhadap

banyak konsep memungkinkan seseorang dapat memecahkan masalah dengan

lebih baik, sebab untuk memecahkan masalah perlu aturan-aturan, dan aturan-

aturan tersebut didasarkan pada konsep yang dimiliki (Fajar dkk., 2018).

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan di atas, dapat

disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan

untuk dapat mengerti ide-ide matematika yang menjadi aturan agar dapat

digunakan untuk memecahkan masalah yang berkaitan.

2.2.3.2 Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Indikator pemahaman matematis menurut Lestari dan Yudhanegara (2015)

yaitu:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep

2. Mengklasifikasikan objek menurut tertentu sesuai dengan sifatnya

3. Mengidentifikasi contoh dan bukan contoh dari suatu konsep

4. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi

tertentu

5. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah

Indikator pemahaman matematis menurut Suraji (2018) ada tiga yang

digunakan, yaitu:

1. Menyatakan ulang sebuah konsep dan mengklasifikasikan objek menurut

konsepnya

2. Menyajikan konsep dalam bentuk yang bervariasi dari representasi

matematika

3. Menggunakan, memanfaatkan, memilih prosedur atau operasi yang

20
spesifik dan mengaplikasikan konsep

Indikator pemahaman matematis menurut Duffin dan Simpson (2000),

ada empat, yaitu:

1. Siswa diharapkan mampu memahami dan menjelaskan keterkaitan antar

konsep secara tepat dalam menyelesaikan masalah

2. Mengungkapkan kembali materi yang telah dipelajari

3. Menggunakan konsep pada situasi yang berbeda

4. Mengembangkan suatu konsep

Indikator pemahaman matematis menurut NCTM (2000), yaitu:

1. Mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan

2. Mengidentifikasi dan membuat contoh dan bukan contoh

3. Menggunakan model, diagram, dan simbol2 untuk merepresentasikan

suatu konsep

4. Mengubah suatu bentuk representassi ke bentuk representasi lainnya

5. Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep

6. Mengidentifikasi suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan

suatu konsep

Berdasarkan uraian tersebut, indikator yang digunakan pada penelitian ini

yaitu:

1. Menggunakan konsep pada permasalahan yang diberikan secara tepat

2. Mengembangkan konsep

3. Memahami dan menjelaskan keterkaitan antar konsep secara tepat dalam

menyelesaikan masalah

21
2.2.4 Matriks

2.2.4.1 Pengertian Matriks

Dalam Rahman (2022), matriks adalah salah satu materi pada pembelajaran

matematika, berikut adalah pengertian tentang matriks:

1. Matriks merupakan sebuah susunan dalam bentuk baris dan kolom dan

memiliki ordo, susunan tersebut ialah susunan bilangan riil atau bilangan

kompleks.

2. Matriks merupakan sejajaran elemen yang berupa bilangan berbentuk empat

persegi panjang.

[ ac bd ]
Gambar 2. 1 Notasi Matriks

Dalam mempelajari matriks kita juga harus mengetahui terlebih dahulu istilah-

istilah yang ada pada matriks, seperti baris dan kolom, serta ordo matriks. Baris

adalah letak bilangan yang mendatar sedangkan kolom adalah letak bilangan yang

vertikal. Setiap matriks pasti memiliki ukuran masing-masing yang disebut

dengan ordo, ordo matriks dinyatakan dengan m ×n dimana m adalah jumlah dari

baris sedangkan n adalah jumlah dari kolom.

2.2.4.2 Jenis-Jenis Matriks

1. Matriks baris

Berikut adalah contoh matriks baris:

A=( 2 4 5 )

Berdasarkan contoh diatas maka dapat kita definisikan bahwa matriks baris adalah

matriks yang elemennya terdiri dari satu baris saja.

2. Matriks kolom

22
Berikut adalah contoh dari matriks kolom:

[]
3
A= 7
2

Berdasarkan contoh matriks diatas maka dapat kita definisikan bahwa jika ada

matriks yang hanya memiliki satu kolom saja maka disebut dengan matriks

kolom.

3. Matriks nol

Berikut adalah contoh dari matris nol:

[ ]
0 0 0
A= 0 0 0
0 0 0

Berdasarkan contoh matriks diatas maka dapat didefinisikan sebagai matriks yang

mana elemennya semua bernilai nol

4. Matriks kuadrat

Berikut adalah contoh matriks kuadrat:

[ ]
1 2 3
A= 6 5 4
7 8 9

Setelah melihat contoh diatas maka dapat didefinisikan sebagai matriks yang

mana jumlah barisnya sama dengan jumlah kolomnya.

5. Matriks diagonal

Berikut adalah contoh matriks diagonal:

[ ]
1 0 0
A= 0 2 0
0 0 1

23
Berdasarkan contoh tersebut maka dapat didefinisikan bahwa matriks diagonal

adalah matriks yang mana diagonal utamanya minimal ada satu yang tidak

bernilai nol, kemudian diluar diagonal utama harus nol.

6. Matriks skalar

Berikut adalah contoh matriks skalar:

[ ]
3 0 0
A= 0 3 0
0 0 3

Dari contoh diatas dapat kita definisikan bahwa matriks skalar terbentuk jika

anggota diagonal utamanya sama, kecuali satu dan nol.

7. Matriks identitas

Berikut adalah contoh matriks identitas:

[ ]
1 0 0
A= 0 1 0
0 0 1

Dari matriks diatas dapat diketahui bahwa matriks identitas terbentuk jika anggota

diagonal utamanya adalah satu.

8. Matriks segitiga bawah

Berikut adalah contoh matriks segitiga bawah:

[ ]
1 0 0
A= 2 2 0
4 3 5

Jika kita amati matriks segitiga bawah terbentuk apabila elemen disebelah kiri

bawah diagonal utama tidak bernilai nol

9. Matriks segitiga atas

Berikut contoh matriks segitiga atas:

24
[ ]
2 6 7
A= 0 3 5
0 0 4

Jika kita amati matriks segitiga atas adalah kebalikan dari matriks segitiga bawah.

2.2.4.3 Matriks Transpose

Sebuah matriks dikatakan matriks transpose apabila elemen setiap baris ditukar

dengan elemen setiap kolom dari matriks tersebut, dalam hal ini matriks transpose

dapat ditulis dengan AT atau At , berikut adalah contoh dari matriks transpose:

[ ]
2 8
A=
[ 2 4 6
8 10 12 ] T
A = 4 10
6 12

Jika kita lihat kembali matriks A sebelum ditranspose memiliki ordo 2 ×3,

sedangkan pada matriks AT memiliki ordo 3 ×2, hal ini menandakan bahwa ketika

dilakukan transpose pada sebuah matriks maka ordo dari matriks tersebut

berubah. 2.2.4.4 Operasi aljabar (penambahan dan pengurangan)

Operasi aljabar pada matriks pada umumnya sama dengan operasi penjumlahan

dan pengurangan pada umumnya, akan tetapi pada matriks terdapat aturan-aturan

untuk menjumlahkan atau mengurangkan matriks, berikut beberapa aturan-aturan

dalam operasi aljabar:

1. Matriks yang ingin dioperasikan harus memiliki ordo yang sama.

2. Matriks yang memiliki ukuran yang berbeda maka matriks tersebut tidak

dapat dioperasikan

3. Matriks hasil penjumlahan atau pengurangan harus memiliki ukuran yang

sama dengan matriks asal

4. Penjumlahan matriks dilakukan pada elemen yang sama dalam matriks,

25
begitu juga dengan pengurangan matriks

5. Berlaku sifat komutatif dalam matriks, yaitu A + B = B + A.

2.3 Kerangka Berpikir

Didasarkan data latar belakang serta kajian teori yang disajikan, dapat dibuat

kerangka pemikiran guna memperoleh dugaan atau jawaban sementara atas

permasalahan yang muncul. Kemampuan pemahaman konsep merupakan

kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan mengerti sebuah

konsep dari sebuah materi, siswa dapat memecahkan masalah mengenai konsep

yang dipahaminya tersebut. Soal yang membutuhkan kemampuan lebih tinggi,

mendorong siswa untuk memahami beberapa konsep sekaligus.

Peningkatan dan penurunan penguasaan konsep dipengaruhi diantaranya

dari faktor luar maupun faktor dari dalam diri. Faktor eksternal dapat berupa

penerapan model pengajaran. Model pembelajaran yang dipilih harus bisa

menunjang proses belajar sehingga penguasaan konsep matematis dapat dicapai

dengan maksimal.

Model belajar yang dipilih berdasarkan yang telah dipaparkan pada latar

belakang adalah model SQ3R karena dianggap dapat mendukung siswa untuk

memaksimalkan potensinya pada kemampuan pemahaman konsep matematis. Hal

ini dikarenakan dalam model pembelajaran SQ3R terdapat langkah read yaitu

dimana siswa berusaha memahami bacaan dengan membaca teks yang telah

disajikan guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat

sebelumnya.

Berdasarkan uraian tersebut, untuk lebih jelasnya diberikan gambaran

26
bagan kerangka berpikir sebagai berikut:

Permasalahan

Pentingnya kemampuan memahami konsep bagi siswa.


Belum optimalnya kegiatan pengajaran di sekolah

Diperlukan suatu pembelajaran yang bisa meningkatkan


kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

Solusi

Model pembelajaran: Model pembelajaran:


SQ3R langsung

Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diberikan pembelajaran


dengan model pembelajaran SQ3R lebih berpengaruh dibandingkan dengan siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran langsung

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

2.4 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan landasan teori serta kerangka berpikir yang

diuraikan, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu:

1. Model pembelajaran SQ3R berpengaruh signifikan terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa

2. Model pembelajaran langsung berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa

27
3. Model pembelajaran SQ3R berpengaruh signifikan terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa daripada model pembelajaran langsung

28
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Mengidentifikasi pengaruh model pembelajaran SQ3R terhadap kemampuan

penguasaan konsep merupakan tujuan dilaksanakannya penelitian. Terdapat dua

kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perlakuan

pembelajaran SQ3R diberikan pada kelas eksperimen dan perlakuan pembelajaran

langsung diberikan pada kelas kontrol. Maka, penelitian ini termasuk penelitian

kuantitatif dengan metode eksperimen.

Desain penelitian ini menggunakan quasi experimental (eksperimen semu)

yaitu the non-equivalent post-test only control group. Menurut Lestari (2015),

pada quasi experimental memiliki kelas kontrol, namun tidak bisa mengendalikan

semua variabel dari luar yang bisa berpengaruh pada pelaksanaannya. Menurut

Lestari (2015), pada desain the nonequivalent posttest only control group terdapat

kelompok yang diberikan perlakuan SQ3R dan kelompok yang diberi perlakukan

pembelajaran langsung, kemudian kedua kelompok diberi post-test.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Pada penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu 1 variabel bebas dan 1 variabel

terikat. Menurut Ulfa (2021), variabel bebas merupakan suatu kondisi atau nilai

yang jika muncul maka akan memunculkan (mengubah) kondisi yang lain,

sedangkan variabel terikat adalah variabel yang secara struktur berpikir keilmuan

menjadi variabel yang disebabkan oleh adanya perubahan variabel lainnya.

29
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu model pembelajaran. Variabel terikat

dalam penelitian ini yaitu kemampuan pemahaman konsep matematis. Definisi

operasional dari masing-masing variabel penelitian ini di antaranya;

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan perencanaan yang disusun secara sistematis

untuk pembelajaran, sehingga pembelajaran akan berlangsung secara terarah

dan optimal. Model pembelajaran pada penelitian ini dikategorikan menjadi

SQ3R dan model pembelajaran langsung.

a. Model Pembelajaran SQ3R

Pembelajaran SQ3R bertujuan agar siswa dapat memahami konteks dari

sebuah bacaan dengan langkah: 1) survey, yaitu mengumpulkan data-data

pada teks bacaan yang diberikan; 2) question, yaitu membuat daftar

pertanyaan dari teks bacaan yang diberikan; 3) read, yaitu membaca teks

bacaan yang diberikan secara aktif dan keseluruhan untuk menemukan

daftar pertanyaan yang telah dibuat; 4) recite, yaitu menyampaikan apa

yang telah diperoleh; 5) review, yaitu meninjau ulang apa yang telah

disampaikan terhadap teks bacaan.

b. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung ialah guru menjelaskan kepada siswa secara

langsung. Dalam hai ini, guru sebagai pusat dalam pembelajaran dan siswa

sebagai penerima informasi.

30
2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan siswa

dalam memahami konsep suatu ilmu. Ini merupakan salah satu hal yang

diperlukan agar siswa dapat menguasai materi yang diberikan oleh guru.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Sudjana (2005), populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin,

hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai

karakteristik tertentu semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin

dipelajari sifat-sifatnya, sedangkan sebagian yang diambil dari populasi

dinamakan sampel. Siswa kelas XI MAN Temanggung sebanyak 5 kelas

dijadikan sebagai populasi. Lima kelas tersebut memiliki jumlah 181 siswa

dengan sebaran kelas seperti berikut.

Tabel 3.3 Populasi Kelas XI MAN Temanggung

Kelas Jumlah Siswa

XI MIPA 1 36

XI MIPA 2 37

XI MIPA 3 35

XI MIPA 4 36

XI MIPA 5 37

Jumlah Populasi 181

(Data siswa MAN Temanggung)

31
3.3.2 Sampel

Dua kelas dijadikan sampel dalam penelitian ini, satu diantaranya dijadikan

sebagai kelas eksperimen dan lainnya sebagai kelas kontrol. Teknik purposive

sampling dipilih untuk penentuan sampel. Menurut Sugiyono (2007) teknik ini

ialah teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Tes

Tes pada penelitian ini ditujukan guna pengambilan data mengenai kemampuan

dalam memahami konsep matematis siswa. Tes diberikan dalam bentuk essay

didasarkan pada indikator-indikator kemampuan memahami konsep matematis

yang harus dicapai.

3.4.2 Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi merupakan kegiatan pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara peneliti mengamati proses pembelajaran di kelas

secara langsung.

3.4.3 Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara merupakan kegiatan pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara peneliti memberikan pertanyaan kepada

narasumber secara langsung. Pada penelitian ini, wawancara dilakukan untuk

memperoleh informasi terkait kegiatan pembelajaran serta kendala selama proses

pembelajaran matematika. Wawancara ditujukan kepada salah satu guru

matematika di MAN Temanggung.

32
3.5 Instrumen Penelitian

3.5.1 Instrumen Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

disusun menggunakan tahapan pada model pembelajaran SQ3R untuk kelas

eksperimen dan model pembelajaran langsung untuk kelas kontrol.

3.5.2 Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Instrumen tes berfungsi untuk menilai sejauh mana siswa dalam memahami

konsep matematis. Post-test diberikan pada kedua kelas penelitian dengan bentuk

soal uraian yang memuat indikator kemampuan pemahaman konsep matematis.

Jenis tes adalah post-test (setelah perlakuan). Hasil post-test dianalisis untuk

mengetahui pengaruh model pembelajaran langsung terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematis siswa, pengaruh model pembelajaran SQ3R

terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, dan sehingga dapat

diketahui apakah model pembelajaran SQ3R berpengaruh signifikan terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematis siswa daripada model pembelajaran

langsung.

Tes yang diberikan dalam bentuk uraian agar proses berpikir, ketelitian,

sistematika penyusunan jawaban dapat dilihat melalui langkah-langkah

penyelesaian soal. Tes uji coba terlebih dahulu diberikan kepada siswa kelas uji

coba. Hal itu untuk mengetahui apakah tes tersebut telah memenuhi syarat tes

yang baik yakni dengan melakukan analisis instrumen dan analisis butir soal.

1. Analisis Instrumen

33
Untuk menganalisis instrumen, dilakukan analisis valididtas isi dan

reliabilitas.

a. Validitas Isi

Validitas isi dilakukan dengan menganalisis tingkat kesesuaian materi,

kemudahan soal untuk dipahami, kesesuaian materi sebagai pengukur

tingkat kemampuan pemahaman konsep matematis siswa, kaidah

penskoran ataupun kaidah penulisan pada masing-masing soal. Pengujian

validitas dapat dilakukan oleh dosen ataupun guru matematika yang

menguasai materi tersebut. Validitas isi dilakukan untuk memilih soal-soal

yang memenuhi seluruh kriteria penilaian sekaligus mengevaluasi soal-

soal yang akan dijadikan sebagai alat untuk mengukur tingkat kemampuan

siswa.

Adapun kategori penilaian soal yaitu:

Tabel 3.5 Kategori Penilaian Validitas Soal

Skor Validitas Soal Keterangan

1 Tidak relevan

2 Kurang relevan

3 Relevan

4 Sangat relevan

Setelah penilaian dilakukan, skor yang diperoleh dihitung dengan

rumus V untuk diketahui tingkat validitasnya. Rumus V yang digunakan

yaitu (Aiken, 1985):

34
V=
∑s
n (c−1)

Keterangan:

s=r−l 0

r : skor oleh penilai

l 0: skor terendah penilaian

c : skor tertinggi penilaian

n : banyaknya penilai

b. Reliabilitas

Reliabilitas instrumen adalah ketetapan alat evaluasi dalam mengukur atau

ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi itu. Suatu instrumen dapat

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data jika telah diuji

reabilitasnya. Untuk mengukur reliabilitas instrumen tes digunakan rumus

Alpha Cronbach, yaitu:

[ ][ ∑σ
]
2
n
r 11 = 1− 2 i
n−1 σt

Keterangan:

r 11 : reliabilitas yang dicari

∑ σ 2i : jumlah varians skor tiap-tiap item

2
σt : varians total

(Ratnasari, 2014)

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Reliabilitas Soal

35
Kisaran Koefisien Reliabilitas Tafsiran

r 11 =0 Reliabilitas tak
berkolerasi/tak ada

0< r 11 <0 , 20 Reliabilitas rendah sekali

0 , 20 ≤ r 11 <0 , 40 Reliabilitas rendah

0 , 40 ≤ r 11 <0 ,60 Reliabilitas sedang

0 , 60 ≤ r 11 <0 , 80 Reliabilitas tinggi

0 , 80 ≤ r 11 <1 Reliabilitas sangat tinggi

r 11 =1 Reliabilitas sempurna

(Ratnasari, 2014)

2. Analisis Butir Instrumen

a. Validitas Konstruk

Menurut Matondang (2009), validitas suatu tes mempermasalahkan

apakah tes tersebut benar-benar mengukur apa yang hendak diukur,

yaitu seberapa jauh suatu tes dapat mengungkapkan dengan tepat ciri

atau keadaan sesungguhnya dari obyek yang diukur, akan tergantung

dari validitas tes yang digunakan. Perhitungan dilakukan dengan

rumus:

r hitung =n¿ ¿

Keterangan:

r hitung : koefisien korelasi

∑x : jumlah skor item

∑y : jumlah skor total

36
n : jumlah responden

(Ratnasari, 2014)

Uji validitas instrumen dilakukan dengan cara membandingkan hasil

perhitungan di atas dengan r tabel pada taraf signifikansi 5% atau α =0.05

dengan ketentuan jika r hitung >r tabel berarti butir soal valid, sedangkan jika

r hitung <r tabel berarti butir soal tidak valid.

b. Daya Beda

Menurut Ratnasari (2014), daya pembeda dari sebuah butir soal

menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mempu

membedakan antara peserta yang mengetahui jawabannya dengan

benar dan peserta yang tidak dapat menjawab soal tersebut.

Pengujian daya pembeda soal bertujuan untuk mengetahui

kemampuan soal dalam membedakan tingkat kemampuan siswa.

Rumus yang digunakan adalah:

BA BB
D= − =P A −PB
JA JB

Keterangan:

D=¿ daya pembeda

J = jumlah peserta tes

J A = skor maksimal kelompok atas

J B = skor maksimal kelompok bawah

B A = skor peserta kelompok atas

BB = skor peserta kelompok bawah

37
P A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab salah

(Ratnasari, 2014)

Cara membagi kelompok atas dan kelompok bawah ialah dengan

mengurutkan data lalu diambil 50% data dengan nilai tinggi sebagai

kelompok atas dan 50% data dengan nilai rendah untuk kelompok bawah.

Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Indeks Daya Pembeda

Daya beda soal Keterangan

0,00-0,20 Jelek

0,21-0,40 Cukup

0,41-0,70 Baik

0,71-1,00 Baik sekali

(Ratnasari, 2014)

Jika daya beda pada suatu soal kurang dari memenuhi kriteria baik, sebaiknya

soal tersebut tidak digunakan.

c. Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui taraf soal dikatakan sukar, sedang, atau mudah maka

soal-soal tersebut diujikan taraf kesukarannya terlebih dahulu. Untuk

mengukur taraf kesukaran digunakan rumus sebagai berikut:

B
P=
JS

Keterangan :

38
P = indeks kesukaran

B = skor siswa

JS = skor maksimal siswa peserta tes

(Ratnasari, 2014)

Klasifikasi indeks kesukaran soal berdasarkan Ratnasari (2014) adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.5 Indeks Kesukaran Soal

Indeks Kesukaran Keterangan

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

3.5 Analisis Data

Untuk menganalisis data, dipakai kesamaan dua rata-rata dan uji statistik yang

digunakan adalah uji-t. namun sebelum menggunakan uji-t, terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat

dilakukannya analisis data.

3.5.1 Uji normalitas

Uji normalitas adalah suatu bentuk pengujian tentang kenormalan distribusi data

yang bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diambil adalah data yang

terdistribusi normal. Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Hipotesis

a. H 0: Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. H 1: Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

39
2. Pengamatan x 1, x 2, x 3, …, x n dijadikan bilangan baku dimana z 1, z 2, z 3, …, z n

X i−x
dengan menggunakan rumus: Z= , dimana x dan s merupakan rata-rata
s

dan simpangan baku sampel.

3. Untuk tiap bilangan baku ini, dan menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung peluang F ( Z i )=P(Z < Zi ).

4. Selanjutnya dihitung proporsi z 1, z 2, z 3, …, z n yang lebih kecil atau sama

dengan Zi . Jika proporsi dinyatakan oleh S ( Zi ) , maka

banyaknya z 1 , z 2 , z 3 , … , z n yang ≤ z i
S ( Zi ) =
n

5. Menghitung selisih F ( Z i )−S ( Z i ) kemudian menentukan harga mutlaknya.

6. Mengambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Misalnya L0. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita

bandingkan L0 ini dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar berikut untuk

taraf nyata α (0,05) yang dipilih. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol bahwa

populasi berdistribusi normal jika L0 yang diperoleh dari data pengamatan

melebihi L dari daftar.

3.5.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih

kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama.

Dalam penelitian ini, pengujian homogenitas menggunakan uji Fisher (F). Adapun

prosedur pengujiannya menurut Ratnasari (2014) adalah sebagai berikut:

1. Menetukan Hipotesis

a. H 0 :σ 21=σ 22 kedua kelompok mempunyai varians yang sama

40
b. H 0 :σ 21 ≠ σ 22 kedua kelompok mempunyai varians yang tidak sama

2
varians terbesar Sb
2. Cari F hitung dengan rumus: F= atau F= 2
varians terkecil Sk

n ∑ f . x 2i −(∑ f . x 1)
2

Dimana: S2=
n(n−1)

Keterangan:

F : uji fisher
2
Sb : varians terbesar

2
Sk : varians terkecil

3. Menetapkan taraf signifikansi (α =5 % )

4. Menghitung 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan rumus :

F tabel=F α(n −1 ,n −1)


1 2

5. Menentukan kriteria pengujian H 0, yaitu:

a. Jika F hitung ≤ Ftabel , maka H 0 diterima dan H 1 ditolak

b. Jika F hitung > F tabel , maka H 0 ditolak dan H 1 diterima

3.5.3 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing model

pembelajaran terhadap kemampuan yang diuji, lalu menganalisis kedua hasilnya

bersama-sama untuk mendapatkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan.

3.6.3.1 Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Probabilitas signifikansi yang digunakan yaitu:

41
1. rumusan hipotesis uji F adalah sebagai berikut:

H 0 : tidak terdapat pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas

H 1 : terdapat pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas

2. menentukan F tabel dan F hitung

a. jika tingkat signifikansi ¿ 0 , 05, maka dapat disimpulkan bahwa H 0

diterima, dan H 1 ditolak.

b. jika tingkat signifikansi ¿ 0 , 05, maka dapat disimpulkan bahwa H 0

ditolak, dan H 1 diterima.

3. Kriteria keputusan

a. F hitung > F tabel maka H 1 diterima dan H 0 ditolak. Ini berarti terdapat

pengaruh simultan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

b. F hitung < F tabel maka H 1 ditolak dan H 0 diterima. Ini berarti tidak terdapat

pengaruh simultan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

3.6.3.2 Uji-t

Analisis uji menggunakan uji-t yang bertujuan untuk

membandingkan/membedakan apakah rata-rata kedua kelompok yang diuji

berbeda secara signifikan atau tidak.

Adapun hipotesis yang digunakan dalam uji-t ini yaitu:

1. H 0: tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok

2. H 1: terdapat perbedaan signifikan antara kedua kelompok

Hipotesis statistik uji dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikan

α =0 , 05 , dengan rumus yang digunakan untuk menguji kebenaran dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

42
1. Apabila data populasi berdistribusi normal dan data populasi homogen, maka

dilakukan uji hipotesis dengan uji-t

x 1−x 2
t hitung =
S gab
√ 1 1
+
n1 n2

Dengan x 1=
∑ x1 dan x = ∑ x 2
2
n1 n2


2 2
Sedangkan S gab=
( n1 −1 ) S 1+ ( n2−1 ) S 2
n1+ n2−2

Keterangan:

t hitung : harga t hitung

x1 : nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen

x2 : nilai rata-rata hitung data kelompok kontrol

2
S1 : varians data kelompok eksperimen

2
S2 : varians data kelompok kontrol

S gab : simpangan baku kedua kelompok

n1 : jumlah siswa pada kelompok eksperimen

n2 : jumlah siswa pada kelompok kontrol

(Ratnasari, 2014)

Menurut Ratnasari (2014), setelah harga t hitung diperoleh, kita

lakukan pengujian kebenaran kedua hipotesis dengan membandingkan

besarnya t hitung dengan t tabel, dengan terlebih dahulu menetapkan degrees

of freedomnya atau derajat kebebasannya, dengan rumus:

dk =( n1+ n2)−2

43
Dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga t tabel pada taraf

kepercayaan 95 % atau taraf signifikansi α =0 , 05 .

Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

a. Jika t hitung ≤ t tabel maka H 0 diterima dan H 1 ditolak.

b. Jika t hitung > t tabel maka H 1 diterima dan H 0 ditolak

2. Apabila data populasi berdistribusi normal dan data populasi tidak homogen,

maka dilakukan uji hipotesis dengan uji-t

a. Mencari nilai t dengan rumus:

x 1−x 2
t=


2 2
s1 s2
+
n1 n 2

b. Menentukan derajat kebebasan dengan rumus:

( )
2 2 2
s1 s2
+
n1 n 2
df =

( ) ( )
2 2 2 2
s1 s2
n1 n2
+
n1−1 n2−1

c. Mencari dengan taraf signifikansi α =0 , 05

d. Kriteria pengujian hipotesisnya :

1) Jika t hitung ≤ t tabel maka H 0 diterima dan H 1 ditolak.

2) Jika t hitung > t tabel maka H 1 diterima dan H 0 ditolak

3. Apabila data populasi tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji

hipotesis dengan uji Mann-Whitney:

44
n1
U−
U −μU n2
Z= =


σU (n 1+n 2+1)
n1 n 2
12

Keterangan:

Z : Statistik uji z yang berdistribusi normal N (0 ,1).

U : Statistik uji Mann Whitney

n1 : Ukuran sampel pada kelompok eksperimen

n2 : Ukuran sampel pada kelompok kontrol

45
DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L, R. (1985). Three Coefficient for Analyzing The Reliability and Validity of
Ratings, Educational and Psychological Measurement, 45(1), 131-142. doi:
http://doi.org/10.1177/0013164485451012.

Aisah, B., & Setyawan, A. (2020) Pengaruh Penggunaan Metode Survey, Question, Read,
Recite, Review (SQ3R) Terhadap Pembelajaran Kelas V SDN Demangan
Bangkalan. Prosiding Nasional Pendidikan: LPPM IKIP PGRI Bojonegoro, Vol.
1 No. (1)

Amir, Almira. (2014). Penggunaan Model SQ3R Terhadap Kemampuan Pemahaman


Konsep Matematika. Logaritma Vol. II, No.02 Juli 2014.

Aledya, V. (2020). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika pada Siswa.


Universitas Negeri Medan, 1-7.

Artis, A. B. (2008). Improving Marketing Students` Reading Comprehension With the


SQ3R Method. Journal of Marketing Education. Vol. 30 No. 2, pp. 130-137.

Asniah, A. (2020). Penerapan model pembelajaran langsung untuk meningkatkan prestasi


belajar matematika pada materi perbandingan siswa kelas VII MTs Darul Ihsan
Aceh Besar. Jurnal Serambi Akademica, 8(8), 1363-1372.

Auliyah, F. & Prabowo. (2020). Validitas perangkat pembelajaran langsung berbantuan


gravity ralling ball pada materi getaran harmonis. Inovasi Pendidikan Fisika,
9(1), 14-17.

Barnas, Sumarmo, U., Syaban, M. (2018). The Role of SQ3R Strategy on Mathematical
Communication Ability and Self Regulated Learning of Seventh Grade Student.
Journal of Innovative Mathematics Learning. Vol. 1, No. 3 September 2018, pp.
248-255.

Duffin, J. M. & Simpson A. P. (2000). A Searh for Understanding. Journal of


Mathematical Behavior. 18(4), pp. 415-427.

Effendi, R. (2016). Model Pembelajaran SQ3R Untuk Mengembangkan Kemampuan


Literasi Siswa. Kalamatika: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2), 109-118.

Fajar, A. P., Kodirun, K., Suhar, S., & Arapu, L. (2018). Analisis Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMP Negeri 17 Kendari. Jurnal
Pendidikan Matematika, 9(2), 229. https://doi.org/10.36709/jpm.v9i2.5872

Handayani, N. P. R. & Abadi, I. G. S. (2020). Pengaruh model pembelajaran langsung


berbantuan media gambar terhadap kompetensi pengetahuan matematika siswa
kelas IV SD. Mimbar Ilmu, 25(1), 120-131.

Huber, Jennifer. (2004). A Closer Look at SQ3R. Reading Improvement 41 (2), 108-112.
Retrieved from http://www.eric.ed.gov/?id=EJ705142.

46
Huda, S., Anggraini, L., Saputri, R., Syazali, M., Umam, R. (2019). Learning Model to
Improve The Ability to Understand Mathematical Concept. Jurnal Prisma
Universitas Suryakancana. Vol. 8, No. 2, Desember 2019.

Kholidah, I. R., & Sujadi, A. A. (2018). Analisis Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Kelas V dalam Menyelesaikan Soal di SD Negeri Gunturan Pandak Bantul Tahun
Ajaran 2016/2017. Trirahayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an. 4(3).

Kilpatrick, J., Swafford, J., dan Findell, B. (Eds.). (2001). Adding it Up: Helping
Children Learn Mathematics. Washington, DC: National Academy Press

Kurniasih, T. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan


Hasil Belajar IPA Siswa Kelas I SDN 006 Tri Mulya Jaya. Jurnal Primary
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Riau. Vol. 5, No. 3. Edisi Khusus HUT PGRI Ke-71
Tanggal 25 November 2016. ISSN: 2303-1514

Lestari, Handayani (2022). Pengaruh Model Pembelajaran SQ3R (Survey, Question,


Read, Recite, and Review) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa di SMAN 3 Empat Lawang. Undergraduated thesis, UIN
RADEN INTAN LAMPUNG.

Lestari, K. E., & Yudhanegara M. R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika.


Bandung: Refika Aditama, 2018 ©2015.

Matondang, Zulkifli. (2009). Validitas dan Reabilitas Suatu Instrumen. Jurnal


Tabularasa PPS UNIMED, Vol 6(1).

National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and standards of school


mathematics. Reston, VA: NCTM.

Ningsih, Y. L. (2016). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Mahasiswa Melalui


Penerapan Lembar Aktivitas Mahasiswa (LAM) Berbasis Teori Pada Materi
Turunan. Jurnal Edumatica. Vol 6 (1), pp. 1-8.

Noor, A. J., & Norlaila. (2014). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Dalam Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Cooperatice Script.
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014,
hlm 250 - 259

Radiusman. (2020). Studi Literasi: Pemahaman Konsep Siswa Pada Pembelajaran


Matematika. Fibonacci: Jurnal Pendidikan Matematika dan Matematika, vol. 6
(1), pp. 1-8.

Rahayuningsih, S., Kristiawan I. (2021). Penerapan Metode SQ3R Terhadap Pemahaman


Konsep Matematika di Masa Pandemi. Paedagoria: Jurnal Kajian, Penelitian
dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 9, No. 2, September 2021, pp. 215-223.

47
Rahmadani, Siti. (2018). Pengaruh Metode Pembelajaran SQ3R Terhadap Hasil Belajar
Bahasa Indonesia Kelas V Min Sei Agul Kec. Medan Denai. Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara Medan, 2018.

Rahman, Arif. (2022). Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Kecerdasan Matematis
Logis Siswa pada Materi Matriks Kelas XI IPS SMA Nurul Islam Jember Tahun
Pelajaran 2021/2022. UIN KHAS Jember.

Rajab, R. A., Taqiyyah, A.N., Fitriyani, F., Amalia, K. (2022). Pengaruh Tax Planning,
Tax Avoidance, dan Manajemen Laba terhadap Nilai Perusahaan. JPPI: Jurnal
Penelitian Indonesia, Vol 8 (2), pp. 472-480.

Ratnasari, D. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Generatif Terhadap Kemampuan


Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Retnawati, Heri. (2017). Teknik Pengambilan Sampel. Makalah disampaikan pada


Workshop Update Penelitian Kuantitatif, Teknik Sampling, Analisis Data, dan
Isu Plagiarisme di STIKES Surya Global Yogyakarta pada 30 September 2017.

Rosmawati, R. R., & Sritresna T. (2021). Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis


ditinjau dari Self Confidence Siswa pada Materi Aljabar dengan Menggunakan
Pembelajaran Daring. Plusminus: Jurnal Pendidikan Matematika. 1 (1), pp. 275-
290.

Safitri, Ditaul. 2022. ”Efektivitas Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education


Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis pada Materi Segi Empat
Ditinjau dari Tipe Kepribadian Keirsey”. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Matematika. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Penerbit Tarsito, Bandung.

Sugiyono. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Penerbit Alfabeta Bandung.

Sumarmo, U. (2006) Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa


Sekolah Menengah. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan
MIPA di FPMIPA UPI.

Sumartini, S. (2016) Efektivitas Penggunaan Metode Survey, Question, Read, Recite,


Review (SQ3R) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII pada Mata
Pelajaran SKI di MTs N 1 Palembang. UIN Raden Fatah Palembang.

Sundayana, R. (2018). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suraji, Maimunah, Saragih S. (2018). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematis dan Kemampuan Pememcahan Masalah Matematis Siswa SMP pada
Materi Sistem Linear Dua Variabel (SPLDV). Suska Journal of Mathematic
Education. Vol. 4, No. 1, 2008, pp. 9-16.

Ulfa, Rafika. (2021). Variabel Penelitian dalam Penelitian Pendidikan. Al-Fathonah:


Jurnal Pendidikan dan Keislaman 1 (1), 342-351, 2021.

48
Utami, N. I., Sudirman, Sukoriyanto. (2021). Analisis Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa pada Materi Komposisi Fungsi. JIPM (Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika), 10(1), 2021, pp. 1-3.

Wijaya, T. U. U., Destiniar, Mulbasari, A. S. (2018). Kemampuan Pemahaman Konsep


Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Auditory
Intellectually Repetition (AIR). Prosiding Seminar Nasional, 21 Universitas
PGRI 05 Mei 2018.

49

Anda mungkin juga menyukai