Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BASED LEARNING KELAS VIII SMP ISLAM


MAARIF 03 MALANG PADA MATERI POLA BILANGAN

Oleh:
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Islam Malang, Indonesia

Abstrak:

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui model
pembelajaran inkuiri based learning pada materi pola bilangan yang dibagi dalam kategori tinggi, sedang, dan
rendah. Penelitian ini memilih 6 subjek dari 26 siswa kelas VIII SMP Islam Maarif 03 Malang. Pengumpulan data
ini dilakukan dengan cara memberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematis dan angket. Uji keabsahan
data dilakukan dengan teknik triangulasi. Hasil penelitian pada pemecahan masalah menggunakan tahapan
pemecahan masalah menurut Polya yaitu: (1) tahap memahami masalah, yaitu siswa dengan kemampuan pemecahan
matematis tinggi dan sedang dapat menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan; 2) tahap merencanakan masalah,
siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematis rendah dan kurang mengalami kesulitan dalam
merencanakan masalah; (3) tahap melaksanakan rencana, siswa dengan kemampuan pemecahan masalah matematis
rendah tidak dapat menyelesaikan masalah yang diberikan sesuai dengan strategi/rumus yang digunakan, (4) tahap
memeriksa kembali, beberapa siswa juga belum melakukan hal tersebut sehingga penyelesaian dari masalah yang
diberikan masih banyak kesalahan. kesulitan – kesulitan yang dihadapi siswa di antaranya bisa disebabkan karena
pendekatan, metode, maupun model yang digunakan pendidik selama pembelajaran kurang tepat sehingga peserta
didik belum terbiasa dalam memecahkan masalah serta beberapa siswa kurang teliti dalam memecahkan masalah
yang diberikan.

Kata Kunci:

PENDAHULUAN
Dalam pendidikan ada berbagai macam mata pelajaran, salah satunya adalah matematika.
Dari sekian banyak mata pelajaran, matematika adalah mata pelajaran yang seringkali dicap
sebagai mata pelajaran tersulit dan juga rumit.
Kenyataan yang terjadi saat ini, banyak siswa yang masih belum dapat memahami
masalah matematis dalam pembelajaran matematika berlangsung. Salah satu penyebabnya adalah
siswa dirasa kurang mampu dalam memecahkan masalah yang ada dalam mata pelajaran
tersebut. Karena ada banyak sekali rumus dan juga simbol serta lambang dalam mata pelajaran
tersebut.
Pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Kemampuan pemecahan masalah harus dibekalkan kepada siswa, bukan hanya digunakan untuk
menyelesaikan konsep matematis, menjawab soal tentang pembelajaran yang hanya
membutuhkan aspek kognitif, tetapi digunakan siswa sebagai bekal menyelesaikan segala
permasalahan dalam proses pembelajaran serta kehidupan sehari-hari, yang melibatkan berbagai
elemen maupun persoalan yang kompleks.
Polya (dalam Hendriana, 2017: 44) mengemukakan pemecahan masalah adalah suatu
usaha mencari jalan keluar dari suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai.
Klurik dan Rudnicmk (dalam Hendriana, 2017: 44 ) mengemukakan bahwa pemecahan masalah
merupakan proses di mana individu menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
yang telah diperoleh untuk menyelesaikan masalah pada situasi yang belum dikenalnya.
Dalam pembelajaran matematika pemecahan masalah digunakan untuk menyelesaikan
masalah dimana siswa menggunakan pengetahuan serrta keterampilannya. Setiap materi dalam
mata pelajaran matematika adalah bagaimana siswa menyelesaikan masalah yang diberikan.
Salah satu materinya adalah pola bilangan. Dalam materi tersebut siswa diajak untuk bagaimana
cara menyelesaikan masalah yang ada. Namun tidak semua siswa mampu memecahkan masalah
matematis secara benar dan tepat pada materi ttersebut.
Nilla Tri Hidayah dkk menjelaskan bahwa apa yang harus diketahui siswa dan dapat
dilakukan dengan berfokus pada tugas dan keterampilan yang mengembangkan pemikiran dan
pengalaman mereka sendiri pada matematika. Oleh karena itu pemecahan masalah sangat
penting bagi siswa dikarenakan dalam pembelajaran siswa sendiri yang terlibat langsung untuk
menyelesaikan permasalahan yang akan dihadapi.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas, guru biasanya menjelaskan konsep secara
informatif, memberikan contoh soal, dan memberikan soal-soal latihan. Guru merupakan pusat
kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa selama kegiatan pembelajaran cenderung pasif, siswa
hanya mendengarkan, mencatat penjelasan, dan mengerjakan soal. Dengan demikian pengalaman
belajar yang telah mereka dapat tidak akan berkembang.
Sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman matematis siswa, perlu dikembangkan
suatu model pembelajaran yang tepat, sehingga dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
bertukar pendapat, bekerjasama dengan teman, berinteraksi dengan guru, menggunakan maupun
mengingat kembali konsep yang dipelajari. Diantara hal tersebut, kemampuan pemecahan
masalah matematis perlu ditingkatkan agar siswa lebih mudah memahami konsep serta
mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika yaitu model
pembelajaran Inquiry based Learning. Hamalik (2001:63) mengemukakan bahwa pembelajaran
inquiry (inquiry based learning) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa di
mana kelompok-kelompok siswa ditujukan ke dalam suatu persoalan atau mencari jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang digariskan
secara jelas.Kelebihan model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.
1. Model ini merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui
strategi ini dianggap lebih bermakna.
2. Model ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya
belajar mereka masing-masing.
3. Model ini merupakan model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan
psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku
berkat adanya pengalaman.
Keuntungan lain adalah model pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar baik
tidak akan terhambat oleh siswa berkemampuan lemah dalam belajar.
Dengan menggunakan model inkuiri, proses pembelajaran adalah berpusat pada siswa
dimana guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing. Guru akan membimbing siswa agar
dapat menemukan konsep, merumuskan dan memecahkan masalah, serta mengimplementasikan
dalam kehiduoan sehari-hari. Karena model pembelajaran inkuiri lebih menonjolkan kerjasama,
diharapkan siswa dapat memecahkan masalah matematis dengan lebih mudah karena dapat
mengutarakan pikiran, berbagi informasi serta berdiskusi dengan siswa yang lain.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian digunakan adalah deskripsi kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk memahami suatu fenomena yang dialami oleh subjek
penelitian dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini didasarkan pada upaya
membangun pandangan yang diteliti secara rinci, dan dibentuk dengan kata-kata (Moleong,
2018: 6).

Penulis memilih jenis penelitian tersebut karena bertujuan untuk mendeskripsikan


kemampuan pemecahan masalah matematis siswa menggunakan pembelajaran model
pembelajaran Inquiry Learrning pada materi pola bilangan.

Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Islam Ma’arif Malang yang
berjumlah 26 siswa. Peneliti memilih siswa bertujuan agar mendapatkan informasi yang valid
sesuai dengan harapan peneliti.

Instrumen Penelitian
1. Metode Tes
Metode yang digunakan untuk mengetahui pemecahan masalah matematis siwa melalui
model pembelajaran inkuiri pada materi pola bilangan. Data yang didapatkan dari tes ini
digunakan sebagai bahan analisis mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa melalui model pembelajaran inkuiri pada materi pola bilangan. Langkah-langkah
yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data ini adalah :
1) Menyiapkan soal tes
2) Membagi soal tes kepada siswa
3) Mengawasi siswa dalam mengerjakan soal
4) Mengumpulkan hasil tes
5) Memeriksa dan mengevaluasi hasil tes
6) Menganalisa hasil tes
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan
melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak langsung dengan siswa
(Arifin, 2017:157). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
cara tidak terstruktur, wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
mengumpulkan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang akan ditanyakan.
Menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2016:332) analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan hasilnya dapat
diinformasikan kepada orang lain. Analisis data penelitian kualitatif dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut.
a) Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono,
2016 : 336). Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Apabila
terdapat data yang tidak valid, maka data itu dikumpulkan tersendiri dan
mungkin dapat digunakan sebagai verifikasi atau menjadi data cadangan.
b) Penyajian Data
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya (Sugiyono,
2016 : 339). Penyajian data meliputi pengklasifikasian dan identifikasi data,
yaitu menuliskan kumpulan data yang terorganisir dan terkategori sehingga
memungkinkan untuk menarik kesimpulan pada tahap verifikasi.
c) Kesimpulan (Conclution/Verification)
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan proses akhir dalam penelitian kualitatif.
Peneliti harus sampai pada proses menyimpulkan dan melakukan verifikasi, baik dari segi
makna maupun kebenaran dari kesimpulan yang disepakati oleh tempat dilaksanakannya
penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 26 siswa kelas VIII SMP Islam Ma’arif
Malang yang telah mengerjakan soal pola bilangan diperoleh 5 siswa yang memiliki kemampuan
pemecahan masalah matematis rendah, diperoleh 8 siswa memiliki kemampuan pemecahan
masalah matematis sedang, dan diperoleh 13 siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah
matematis tinggi.
Setelah mengklarifikasikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa,
selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil pekerjaan dan transkip wawancara dengan mengambil
2 siswa sebagai subjek dari masing-masing kategori kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Tujuan dari mendeskripsikan hasil tes dan wawancara pada penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh informasi yang berkenaan dengan gambaran pemahaman konsep matematis siswa.
Deskripsi gambaran pemahaman konsep siswa dilihat dari kesesuaian antara hasil tes dan
altermatif jawaban yang diperkuat oleh hasil wawancara yang dilakukan kepada 6 orang siswa
yang diambil untuk mewakili seluruh siswa di kelasnya.
Adapun tahap pemecahan masalah matematis melalui model pembelajaraan inkuiry based
learning di sini menggunakan tahapan Polya: (1) tahap memahami masalah; (2) tahap
merencanakan masalah; (3) tahap melaksanakan rencana; (4) tahap memeriksa kembali. Oleh
karena itu, identifikasi ketercapaian siswa pada kemampuan pemecahan masalah matematis
melalui model pembelajaraan inkuiry based learning dilihat dari setiap instrumen soal yang
diberikan. Pada soal pertama nomor (1a) ada 4 siswa yang mampu menjawab soal dengan benar
dan ada 2 siswa menjawab salah. Sedangkan pada soal nomer (1b) ada 5 siswa yang menjawab
soal benar dan 1 siswa menjawab salah. Pada soal yang kedua nomer (2a) 6 siswa dapat
menjawab dengan benar dan siswa 0 menjawab salah. Sedangkan pada soal nomer 2(b) 5 siswa
menjawab dengan benar dan 1 siswa menjawab dengan salah. Dan untuk soal ketiga ada 2 siswa
menjawab dengan benar dan 4 siswa menjawab salah. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dengan model pembelajaran Inkuiri Based Learning pada
materi pola bilangan berpengaruh dan efektif dalam proses pembelajaran matematika.

PEMBAHASAN

Gambar 1. Siswa yang kemampuan pemecahan masalah Matematis Tinggi

Berdasarkan Gambar 1, terlihat bahwa dalam menyelesaikan soal matematika siswa dengan
kemampuan pemecahan masalah matematis tinggi, dengam model pembelajaran inkuiri based learning
sudah memiliki ketercapaian indikator pemecahan masalah yang lebih baik. Siswa menyelesaikan soal
matematika dengan menggunkan kemampuan pemecahan masalah melalui model pembelajaran inkuiri
based learning dapat memahami masalah, merencanakan, dan melaksanakan rencana sesuai dengan
strategi/rumus yang digunakan. Selain itu, ketercapaian siswa dengan kemampuan pemecahan masalah
matematis tinggi, sudah baik, karena siswa tersebut memeriksa kembali jawabannya. Hal itu dapat
dilihat dari hasil akhir pemecahan masalahnya yang sudah tepat dan sesuai dengan tahapan pemecahan
masalah
Gambar 2. Siswa yang kemampuan pemecahan masalah matematis sedang

Berdasarkan jawaban siswa pada gambar nomer 2, terlihat siswa sudah mampu mengidentifikasi
masalah yang diberikan dengan baik, dengam kemampuan pemecahan masalah siswa sedang dengam
model pembelajaran inkuiri based learning sudah bisa menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan
dari soal. Hanya saja siswa dengan kategori sedang kurang teliti dalam menyelesaikan permasalahan, dan
juga tidak memeriksa kembali hasil pekerjaannya. Hal tersebut dapat dilihat pada soal nomer (1a) bahwa
siswa kurang teliti dalam menuliskan jawaban akhir dari permasalahan yang diberikan. Tetapi secara
keseluruhan pada soal nomer 1- 3 sudah bagus dan dikerjakan sesuai rumus dan konsep yang ada, hanya
saja kurang teliti dalam proses menghitungnya. jawaban siswa dengan kemmapuan pemecahan masalah
matematis sedang dengan dengam model pembelajaran inkuiri based learning sudah cukup baik dalam
memecahkan masalah yang diberikan.

Gambar 3. Siswa yang kemampuan pemecahan masalah matematis rendah

Berdasarkan jawaban siswa pada gambar 3, siswa kesulitan dalam memahami soal,
merencanakan masalah, dan melaksanakan rencana serta tidak memeriksa kembali jawabannya. Hal itu
bisa dilihat pada jawaban siswa dalam menyelesaikan soal matematika dengan kemampuan pemecahan
masalah matematis rendah dengam model pembelajaran Inkuiri Based Learning siswa tersebut tidak
terlalu paham dalam merencanakan dan melaksanakan rencana siswa juga tidak dapat merencanakan dan
melakukan perhitungan sesuai rencana dengan tepat, tidak mampu melakukan pengecekan kembali pada
hasil jawaban yang dibuat sehingga jawaban yang peroleh tidak tepat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa melalui model pembelajaran inkuiri based learning kelas VIII SMP Islam
Maarif 03 malang pada materi pola bilangan. Secara umum dapat diperoleh bahwa semua siswa
sudah mampu menyelsaikan soal dengan kemampuan pemecahan masalah matematis melalui
model pembelajaran inkuiri based learning, akan tetapi masih ada kesalahan dari jawaban siswa
hanya karena siswa kurang teliti dalam menghitung pada hasil akhirnya. Dan ada beberapa siswa
yang salah menggunkan konsep atau rumus. Sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, hasil
penelitian ini juga menunjukan bahwa kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pola bilangan
yaitu kurang telitinya siswa dalam memecahkan masalah. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kekeliruan yang dihadapi oleh siswa hanya dialami oleh siswa yang
berkemampuan sedang dan siswa yang memiliki kemampuan rendah. Diketahuinya penyebab
dari kesalahan yang dilakukan siswa dapat dicari langkah-langkah yang dapat dilakuan untuk
meminimalisir kesulitan tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis kemampuan pemecahan masalah matematis
melalui model pembelajaran inkuiri based learning yang dilakukan di kelas VIII SMP Islam
Ma’arif Malang dengan jumlah 26 siswa. Kemudian Pemilihan subjek sebanyak 6 siswa dan
diambil 2 subjek untuk setiap kategorinya, terlihat bahwa sesuai dengan yang sudah
direncanakan peneliti pada metode penelitian. Yaitu terdapat 2 siswa yang memiliki kemampuan
pemecahan masalah matematis kategori tinggi, melalui model pembelajaran inkuiri based
learning kelas VIII SMP Islam Maarif 03 malang pada materi pola bilangan. terdapat 2 siswa
yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis dengan kategori sedang, terdapat 2
siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah matematis dengan kategori rendah.
Berdasarkan pembahasan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kategori tinggi
dan sedang sudah cukup baik dan tidak terlalu mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah
yang diberikan, sedangkan siswa dengan kategori rendah mengalamai kesulitan yang sangat
signifikan dalam memecahkan masalah yang diberikan.

DAFTAR RUJUKAN

Anda mungkin juga menyukai