Anda di halaman 1dari 12

Nama Kelompok :

1. Azharuzzainiyah (20204043)

2. Selly Septyawati (20204047)

3. Moch Rhizky I N (20204044)

TUGAS REVIEW

KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DAN INDIKATOR

Jurnal yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa


melalui Model Discovery Learning” ini disusun oleh Listika Burais, M. Ikhsan, dan M.
Duskri. Dimana penulis karya ini berasal dari Banda Aceh dan diterbitkan oleh Jurnal
Didaktik Matematika, kemudian jurnal ini merupakan jurnal Vol. 3, No. 1 di bulan April
2016.

Latar belakang penelitian ini bahwasanya penulis merasa pentingnya matematika


sebagai bekal siswa untuk memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, sistematis, analitis,
dan kreatif. Matematika sendiri menilik dari peranannya dijadikan fondasi dalam
menkonstruksi pengetahuan berkenaan matematika. Selain peranan berkenaan
matematika ini, bahwa terdapat fenomena yang ada pada MTsN Lambalek jikalau
kemampuan penalaran matematis siswa di sekolah tersebut masih rendah. Hal ini
dapat diketahui dari hasil ujian semester ganjil siswa kelas VII MTsN Lambalek tahun
ajaran 2014/2015 yang menunjukkan hanya 20% yang mampu menyelesaikan soal
penalaran. Dari masalah ini menurut penulis terdapat satu alternatif yakni dengan model
pembelajaran discovery learning dimana diyakini dapat meningkatkan kemampuan
penalaran matematis siswa. Model pembelajaran discovery learning sendiri merupakan
salah satu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam
membangun pengetahuannya. Juga ditinjau pada salah satu pendapat mengenai
pengaplikasian model discovery learning di kelas ada beberapa prosedur yaitu
Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan), Problem Statement
(Pernyataan/IdentifikasiMasalah), Data collection (Pengumpulan Data), Data
Processing (Pengolahan Data), Verification (Pembuktian), dan Generalization (Menarik
Kesimpulan/Generalisasi).

Metode yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan juga metode true-experimental. Dimana ada dua kelompok sampel
penelitian ini yakni kelompok eksperimen (model discovery learning) dan kelompok
kontrol (pembelajaran konvensional). Kedua kelompok diberikan pretest dan postest
dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Instrumen tes yang digunakan berupa
soal pilihan ganda disertai dengan alasan mengapa memilih jawaban tersebut serta
soal uraian. Soal ini diberikan pada saat pretest dan postest. Dimana sebelum
digunakan, instrumen tes terlebih dahulu divalidasi untuk mengetahui validitas isi dan
validitas muka. Validitas isi didasarkan pada kesesuaian antara indikator dengan butir
soal dan kelayakan butir soal untuk siswa kelas VIII MTsN Lambalek.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mendapati


peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa. Dimana menurut analisis yang
dilakukan oleh peneliti berkenaan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran
menggunakan model discovery learning memberi andil dalam meningkatkan
kemampuan penalaran matematis siswa. Dalam prosesnya, para siswa juga terbiasa
oleh indicator-indikator penalaran yang akan ditingkatkan. Jadi, model pembelajaran
yang dilakukan peneliti terbukti lebih baik daripada siswa yang tidak menggunakan
model belajar tersebut.

Terdapat beberapa saran menurut peneliti untuk penelitian ini yakni instrumen
penelitian yang digunakan hanya mengukur kemampuan penalaran matematis siswa,
kemudian perlunya menghindari penggunaan soal pilihan ganda, kecuali siswa
menjelaskan alasan setiap pilhan yang dipilihnya.
Jurnal ini berjudul “Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Ditinjau dari
Kemandirian Belajar Siswa pada Materi Lingkaran di Kelurahan Muarasanding” ditulis
oleh Mutia Nur Arofah dan Mega Achdisty Noordyana. Karya ini dibuat di Garut dan
diterbitkan oleh Plusminus : Jurnal Pendidikan Matematika pada 30 November 2021
yang memiliki Vol. 1, No. 3.

Latar belakang penelitian yang disampaikan oleh peneliti bahwasanya


pemecahan masalah merupakan jantungnya matematika, dari hal ini dapat diketahui
bahwa siswa harus memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis yang
baik. Untuk indikator kemampuan pemecahan masalah terdapat salah satu pendapat
yang seperti ini,

1) Mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang


diperlukan;

2 )Membuat model matematis dari suatu situasi dan menyelesaikannya;

3) Memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematika


atau di luar matematika;

4 )Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan asal;

5) Menerapkan matematika sacara bermakna.

Diketahui oleh peneliti melalui observasinya selama kegiatan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) pada siswa SMP di Kelurahan Muarasading bahwasanya sering kali siswa tidak
mampu mengerjakan soal-soal non-rutin yang diberikan oleh gurunya baik itu siswa laki-
laki maupun perempuan, padahal pemberian soal non-rutin merupakan salah satu
langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Hal-hal yang telah dituliskan merupakan dasaran peneliti untuk
melakukan penelitian ini.

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian


deskriptif kualitatif. Partisipan dalam penelitian ini yaitu siswa SMP di Kelurahan
Muarasanding sebanyak 4 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
purposive sampling yaitu sampel dipilih berdasarkan pertimbangan siswa telah
menerima materi Lingkaran. Selama penelitian setiap siswa diberlakukan secara sama
yaitu mengerjakan soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis, observasi,
dan wawancara. Teknik pengumpulan data yang dilakukan menggunakan soal tes,
observasi, dan wawancara.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti temuan yang didapat yaitu
kemandirian belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu siswa yang
memilliki seluruh (empat) indikator yaitu S-1 dan S-2; siswa yang memiliki 2 indikator
(kebiasaan mendiagnosa kebutuhan dan memilih dan menerapkan strategi belajar)
yaitu S-4, dan siswa yang hanya memiliki satu indikator (memilih dan menerapkan
strategi belajar) yaitu S-3. siswa masih kurang mampu mengidentifikasi kecukupan
unsur yang diperlukan yakni telah mencapai 4 indikator untuk mengetahui tingkat
analisis atau kecerdasan kami. jika siswa memiliki kemandirian belajar yang baik, maka
kemampuan pemecahan masalah matematisnya pun akan baik, namun jika
kemandirian belajar siswa rendah maka kemampuan pemecahan masalahnya pun akan
kurang baik. Pada kesimpulan ini peneliti membuat kemampuan pemecahan masalah
matematis yaitu indikator menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai dengan
permasalahan asa, ini bagi siswa yang mampu mencapai indicator yang ada.
“Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP pada Materi Bangun Ruang”

Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika

Latar belakang dari penelitian ini dikarenakan banyak siswa kesulitan saat
menghadapi soal-soal matematika. Hal ini terjadi karena siswa kurang terbiasa
mengerjakan soal kemampuan memecahkan masalah. Siswa kadang merasa malas
menghafal rumus tanpa memahami konsep dan mengerjakan soal dengan ceroboh.
Mungkin karena mereka ingin mengerjakan soal dengan singkat tanpa ada kerumitan
pada masalah memecahkan soal matematika. Tidak hanya hal memecahkan terkadang
kesalahan membaca saat memahami simbol atau kata kunci yang terdapat dalam
masalah tersebut ketika siswa mampu membaca informasi pada masalah tetapi tidak
dapat memahami maksud dari masalah tersebut. Oleh karena itu tujuan dari penelitian
ini untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah matematis dilihat dari pemahaman,
transformasi, ketrampilan, dan penyimpulan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif


untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII pada salah satu SMPN di Cimahi
yang terdiri dari 36 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari tes
pemecahan masalah, pedoman wawancara, dan angket yang sudah dilakukan validasi.
Teknik analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu memeriksa hasil jawaban siswa,
menyajikan data tes dan angket siswa, serta menarik kesimpulan dari hasil penelitian.
Untuk mengetahui persentase setiap jenis kesalahan jawaban digunakan rumus:

P=(n/N)×100%

Keterangan:

P : Presentasi jenis kesalahan

N : Banyak kesalahan untuk masingmasing jenis kesalahan.

Bedasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini ialah sebanyak 69,41%
memiliki pendapat positif terhadap matematika dan bagian dari persentase
berpendapat negatif terhadap matematika. Untuk 64,71% siswa menyukai matematika
dan bagian dari presentase tidak menyukai matematika. Dari hasil diatas dapat
disimpulkan lebih dari 80% siswa mempunyai tanggapan yang baik terhadap
matematika.

Namun, hasil tes menyatakan bahwa 95% lebih siswa tidak dapat menyelesaikan
soal kemampuan pemecahan masalah matematis. Dapat disimpulkan bahwa banyak
presentase siswa yang menyukai matematika, belum tentu dapat menyelesaikan soal
matematika dengan baik, karena untuk menyelesaikan masalah ini diperlukan ketelitian
dan ketekunan.

Dapat di simpulkan bahwa dari data ini, siswa memang susah menyelesaikan
soal pemecahan masalah matematis tetapi mereka telah berusaha memberikan
jawaban atas soal tersebut walaupun sulit dan terjadi kesalahan.
Jurnal yang berjudul “ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
MELALUI METODE PRACTICE REHEARSAL PAIRS PADA SISWA SMA AL-HIDAYAH
MEDAN” ditulis oleh Mika Debora Br Barus dan Anil Hakim.

Jurnal ini dipublikasikan oleh Biormatika : Jurnal ilmiah fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan Volume 6 Nomor 1 Tahun 2020 halaman 74-78.

Latar belakang penelitian ini dibuat adalah banyaknya permasalahan kehidupan


sehari-hari yang pemecahannya menggunakan matematika yang harus dihadapi dan
dicari solusinya. Untuk itu maka sudah menjadi sebuah keharusan bagi siswa sebagai
peserta didik diperlukan penguasaan matematika sejak dini. Di samping itu, untuk
memecahkan suatu masalah diperlukan ketrampilan berpikir yang melibatkan
ketrampilan berpikir kritis, sistematis, logis, kreatif dan mampu bekerjasama dengan
yang lainnya. Yang selalu menjadi permasalahan adalah Kemampuan belajar peserta
didik khususnya pada tes kemampuan pemecahan masalah pada pelajaran matematika
masih rendah khususnya pada soal cerita yang membutuhkan penalaran dalam berpikir.
Oleh karena itu, penelitian ini dibuat untuk menambah kemampuan pemecahan
masalah matematika pada siswa.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah pengumpulan data berupa
tes kemampuan pemecahan masalah matematis sebanyak 4 soal tes dan
observasi/wawancara kepada peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran
Practice Rehearsal Pairs kepada 120 populasi dan 30 sampel siswa kelas X IPA-1 SMA
Al-Hidayah Medan kemudian dianalisis berdasarkan indicator polya yaitu 1) Memahami
masalah; 2). Menyusun rencana pemecahan;3) Melakukan rencana pemecahan;4)
Memeriksa pemecahan. Hasil tes siswa tersebut akan diklasifikasikan ke dalam 4
tingkatan, yaitu tingkat 1 yakni siswa tidak mampu melaksanakan empat langkah
pemecahan masalah Polya sama sekali (memahami masalah, menyusun rencana
penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian, memeriksa kembali). ,tingkat 2
yaitu hanya mampu memahami masalah, tidak mampu menyusun dan melaksanakan
rencana penyelesaian serta memeriksa kembali, tingkat 3 yaitu siswa sudah mampu
melaksanakan tahap memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian, dan tahap
melaksanakan rencana penyelesaian , dan tingkat 4 yaitu siswa telah mampu
melaksanakan tahap memahami soal, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan
rencana penyelesaian, dan tahap memeriksa kembali.

Hasil dari penelitian ini adalah rata-rata tingkat kemampuan siswa kelas X SMA
Al-Hidayah Medan dalam memecahkan masalah paling banyak pada Tingkat
Kemampuan 3 dengan persentase sebanyak 67% dari 30 orang siswa dengan rincian
25% dari 30 orang siswa berada pada tingkat kemampuan 4, 2% dari 30 orang siswa
berada pada tingakat 1, dan rata-rata 6% dari 30 orang siswa berada pada tingkat
kemampuan 2. Sedangkan berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terlihat bahwa
rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa 50% siswa mampu
melaksanakan indikator pemecahan masalah berdasarkan kemampuan pemecahan
masalah menurut Polya dengan jelas dan sangat sesuai, 13% siswa mampu
melaksanakan indikator kemampuan pemecahan masalah menurut Polya tetapi kurang
lengkap dan kurang sesuai, 2% siswa mampu melaksanakan indikator kemampuan
pemecahan masalah menurut Polya tetapi kurang jelas dan kurang sesuai, 1% siswa
mampu melaksanakan indikator kemampuan pemecahan masalah tetapi tidak jelas dan
tidak sesuai, dan 34% siswa tidak mampu melaksanakan indikator kemampuan
pemecahan masalah menurut Polya.
Jurnal yang berjudul “ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMA
PADA MATERI LIMIT FUNGSI” ditulis oleh Bentang Indria Yusdiana dan Wahyu Hidayat.
Jurnal ini dipublikasikan oleh Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif Volume 1
Nomor 3 Tahun 2018 halaman 409-414.

Latar belakang penelitian ini dibuat adalah berdasarkan wawancara peneliti


kepada guru matematika didapat informasi bahwa kemampuan penalaran siswa dalam
mempelajari matematika masih sangat rendah, hanya beberapa siswa saja yang aktif
bertanya dan menjawab soal, dan siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran
cenderung mendengar dan mencatat yang disampaikan oleh guru sehingga dalam
proses pembelajaran berlangsung kemampuan penalaran adaptif siswa masih belum
terlihat.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah pengumpulan data berupa
soal tes tertulis dan wawancara sebanyak 4 butir soal tes dan observasi/wawancara
kepada pada subjek terpilih . Subjek penelitian adalah siswa kelas XII SMA Negeri
Parompong Kabupaten Bandung Barat sebanyak 20 orang. Dengan 4 indikator
penalaran matematis yakni soal nomor 1 Melaksanakan perhitungan berdasarkan
rumus/ aturan matematika yang berlaku, soal nomor 2 Menarik kesimpulan umum
berdasarkan proses/ konsep matematika yang terlihat, soal nomor 3 Membuat
perkiraan, dan soal nomor 4 Menarik kesimpulan berdasarkan keserupaan proses/
konsep matematika yang terlihat. Serta dengan kriteria penilaian penalaran matematis
skor 4 untuk Jawaban secara substansi benar dan lengkap, skor 3 Jawaban memuat
satu kesalahan atau kelalaian yang signifikan, skor 2 Sebagian jawaban benar dengan
satu atau lebih kesalahan atau kelalaian yang signifikan, skor 1 Sebagai jawaban tidak
lengkap tetapi paling tidak memuat satu argumen yang benar, dan 0 Jawaban tidak
benar berdasarakan proses atau argumen, atau tidak ada respon sama sekali.

Hasil dari penelitian ini adalah persentase rata-rata kemampuan penalaran


matematis kemampuan siswa dalam melaksanakan perhitungan berdasarkan rumus/
aturan matematika yang berlaku pada soal no 1 dengan persentase adalah 89%, itu
berarti sebagian besar siswa mampu melaksanakan perhitungan berdasarkan rumus/
aturan matematika yang berlaku, pada soal no 2 dan 4 persentase berturut turut yaitu
84% dan 69%, itu berarti sebagian besar siswa mampu menarik kesimpulan
berdasarkan keserupaan proses/ konsep matematika yang terlihat. Persentase rata-rata
kemampuan penalaran matematis siswa dalam membuat perkiraan pada soal 3 adalah
93%, itu berarti siswa mampu membuat perkiraan dengan pendekatan nilai limit yang
tersedia. Persentase rata-rata kemampuan penalaran matematis siswa dalam
keseluruhan soal mencapai 83%, itu berarti sebagian besar siswa SMA Negeri di
Kabupaten bandung Barat tergolong kemampuan tinggi.
“Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP pada Materi Aritmatika Sosial”

SESIOMADIKA 2019

Latar belakang dari penelitian ini didasari oleh pentingnya penalaran setiap siswa
diberbagai jenjang sekolah. Pada pembelajaran matematika tidak asing dengan
penalaran siswa diharuskan dapat menggunakan penalaran pada pola, sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
dari pertanyaan matematika. Dari ini kita dapat menyimpulkan bahwa kemampuan
penalaran memiliki hubungan yang erat terhadap kemampuan matematikaz dan
kemampuan matematika menjadi salah satu aspek yang penting dalam perkembangan
daya nalar. Bedasarkan yang telah di tulis peneliti, tujuan dari penelitian ini ialah
memfokuskan penalaran matematis terhadap siswa. Dan dengan tujuan mengetahui
kemampuan penalaran matematis pada siswa smp dalam menyelesaikan persoalan
yang berkaitan dengan materi Aritmatika Sosial.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan
sampel terbatas. Sampel dari penelitian ini adalah 5 orang siswa SMP kelas VIII, yang
sebelumnya sudah mendapatkan pembelajaran materi Aritmatika Sosial. Sampel
merupakan siswa-siswa dari satu sekolah di Kota Karawang. Instrument test yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa test uraian kemampuan penalaran
matematis siswa.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan test
uraian mengenai kemampuan penalaran matematis kepada setiap subjek. Hasil test
setiap subjek kemudian dianalisis oleh peneliti dengan acuan indikator kemampuan
penalaran matematis. Sehingga diperoleh kesimpulan akhir untuk mengetahui kesulitan
yang dialami oleh subjek dalam menyelesaikan soal uraian kemampuan penalaran
matematis.
Hasil dan pembahasan dari penelitian ini adalah bahwa 5 subjek yang telah
disajikan soal matematika dengan bentuk uraian masih kurang baik. Dalam
mengerjakan pada permasalahan utama 5 subjek tersebut masih tampak kesulitan
pada bagian menjelaskan atau memahami permasalahan soal yang diberikan. Diketahui
juga 3 siswa mampu melakukan manipulasi matematika walaupun tidak memberikan
kesimpulan yang benar terhadap permasalahan soal. Sedangkan dengan 2 siswa
lainnya tidak melakukan manipulasi matematika sama sekali dan hanya memberikan
kesimpulan tanpa alasan serta bukti yang jelas.

Dapat disimpulkan bahwa 5 subjek tersebut masih kurang baik dalam penalaran.
Khususnya indikator "Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau
bukti terhadap kebenaran solusi". Oleh karena itu kemampuan siswa masih dibilang
kurang baik atau rendah

Anda mungkin juga menyukai