Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Gantang V (1) (2020): 61 – 68

e-ISSN: 2548-5547
p-ISSN: 2503-0671

http://ojs.umrah.ac.id/index.php/gantang/index

Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa


Ditinjau dari Gaya Kognitif Impulsif
Sefna Rismen1*, Ratulani Juwita2, Uci Devinda3
1,2,3
STKIP PGRI Sumatera Barat, Jalan Gunung Pangilun, Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia.

Pengiriman: 28/Oktober/2019; Diterima: 24/Maret/2020; Publikasi: 31/Maret/2020


DOI: https://doi.org/10.31629/jg.v5i1.1579

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa serta lambatnya
siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa yang memiliki gaya kognitif impulsif. Penelitian ini merupakan penelitian
deskrptif kualitatif. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling.Instrumen penelitian berupa tes
Matching Familiar Figure Tes (MIFFT) untuk menentukan gaya kognitif impulsif, tes kemampuan pemecahan
masalah, dan wawancara untuk triangulasi data. Teknik analisis data MIFFT menggunakan reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan sedangkan teknik analisis data kemapuan pemecahan masalah menggunakan rubrik
penilaian berdasarkan indikator pemecahan masalah. Hasil penelitian diperoleh kemampuan pemecahan masalah
siswa yang memiliki gaya kognitif impulsif lebih dominan berada pada kriteria rendah.

Kata kunci: analisis; kemampuan pemacahan masalah; gaya kogntif impulsif

Abstract
This research is motivated by the low ability of students to solve mathematical problems and the slowness of students
in solving the problems given. The purpose of this study is to describe the mathematical problems solving abilities
of students who have an impulsive cognitive style. This research is a qualitative descriptive study. Sampling technique
is done by purposive sampling. The research instrument is a Matching Familiar Figure Test (MIFFT) to determine
the impulsive cognitive style, a problem solving ability test, and interviews for data triangulation. MIFFT data
analysis techniques utilize data reduction, data presentation, and overall conclusion, meanwhile technique for data
analysis for solving problems use an assessment rubric based on problem solving indicators. The research results
show that impulsive student’solving ability s more dominat at low criteria.

Keywords: analisis; problem solving; impulsive cognitive style

I. Pendahuluan salah satu tujuan pembelajaran matematika.


Kemampuan pemecahan masalah Menurut Polya dalam Hendriana.H, Rohaeti.E.E
matematika merupakan kemampuan matematis dan Sumarmo.U (2017) mengemukakan bahwa
yang harus dikuasai oleh siswa, karena Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu
kemampuan pemecahan masalah merupakan usaha mencari jalan keluar dari suatu tujuan yang

*Penulis Korespondensi 61
Email Address : syefna@gmail.com
Handphone : +62 812 6726 325
JURNAL GANTANG. Maret 2020; V(1): 61 – 68
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

tidak begitu mudah segera dapat dicapai. mengaitkan antara masalah yang disajikan dengan
Selanjutnya Ilmiyana (2018) mengemukakan konsep materi yang dipelajari untuk
kemampuan pemecahan masalah adalah menyelesaikan masalah. Maka perencanaan
kesanggupan individu dalam mencari jalan keluar penyelesaian masalah menjadi tidak tepat dan
dari masalah yang dahadapi tujuannya untuk mengakibatkan penyelesaian menjadi salah.
memperoleh pengetahuan dan pemahaman Maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan
konsep berfikir secara ilmiah. Kemampuan pemecahan masalah siswa belum sesuai dengan
pemecahan masalah menurut Polya dalam harapan.
Susanti (2016) adalah suatu usaha mencari jalan Kemampuan pemecahan masalah dalam
keluar dari suatu kesulitan, Berdasarkan pendapat matematika siswa dapat dipengaruhi oleh
di atas maka kemampuan pemecahan masalah beberapa faktor seperti intelegensi, kemampuan
adalah kemampuan atau kesanggupan individu berfikir logis, kreativitas, gaya kognitif,
untuk mencari jalan keluar dari masalah atau kepribadian, nilai, sikap, dan minat (Ulya, 2015).
kesulitan yang dihadapi. Dengan demikian Gaya kognitif merupakan bagian dari gaya
kemampuan pemecahan masalah penting dikuasai belajar, gaya kognitif dapat diartikan sebagai ciri
oleh siswa. Karena dengan belajar memecahkan khas individual siswa dalam belajar, baik yang
masalah siswa dapat mengembangkan berkaitan dengan cara menerima dan pengolahan
kemampuan membangun ide-ide dan berlatih informasi, sikap terhadap informasi, maupun
mengintegrasikan konsep-konsep, teorma- kebiasaan yang berhubungan dengan lingkungan
teorema, dan keterampilan yang telah dipelajari belajar (Desmita 2010:146). Sehingga, gaya
(Puspita, 2016). kognitif merupakan salah satu variabel dalam
Namun dari beberapa hasil penelitian belajar yang harus di pertimbangkan oleh guru.
diperoleh bahwa kemampuan pemecahan masalah Salah satu gaya kognitif yakni gaya kognitif
siswa masih tergolong rendah, hal ini impulsif. Dimana siswa yang memiliki gaya
diungkapkann oleh (Purnamasari, 2015) kognitif impulsif adalah siswa yang memiliki
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki karakteristik cepat dalam menyelesaikan masalah,
kemampuan pemecahan masalah pada kualifikasi tetapi kurang cermat sehingga jawaban cenderung
yang tinggi hanya 11,77%, dan siswa yang salah (Desmita 2010:147). Hasil penelitian yang
memiliki kemampuan pemecahan masalah rendah telah dilakukan oleh (Azhil, 2017) bahwa siswa
dan sangat rendah sebanyak 52,94%. Siswa impulsif hanya 25 % dapat menyelesaikan soal
mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah dengan benar. Kemudian hasil penelitian yang
yang disebabkan oleh beberapa hal diantaranya dilakukan oleh Warli dalam (Fadiana, 2016)
siswa kurang memahami masalah yang diberikan. siswa yang memiliki gaya kognitif impulsif dalam
sehingga mengakibatkan tahap-tahap selanjutnya waktu 20 menit mampu membuat delapan gambar
seperti menyusun rencana penyelesaian, segi empat namun hanya dua gambar yang benar.
menyelesaikan masalah, dan memeriksa kembali Ini menandakan bahwa siswa impulsif cepat
menjadi kurang tepat. Hal ini juga terjadi di dalam menyelesaikan namun banyak kesalahan.
SMAN 1 Batang Anai Kabupaten Padang Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
Pariaman, pada proses pembelajaran matematika dilakukan penelitian lebih lanjut tentang gaya
terlihat bahwa siswa mampu menyelesaikan soal kognitif impulsif siswa dalam menyelesaikan
dengan bentuk yang sama dengan yang soal-soal pemecahan masalah.. Maka penelitian
dicontohkan oleh guru, siswa terlihat ini bertujuan untuk melihat kemampuan
kebingungan untuk menyelesaikannya, Siswa pemecahan masalah matematis siswa yang
belum mampu memahami masalah dan memilih memiliki gaya kognitif implusif.
informasi dengan baik, sehingga siswa belum bisa
62
Rismen, Juwita, & Devinda: Analisis Kemampuan Pemecahan … (7)

II. Metode Penelitian indikator langkah kemampuan pemecahan


Penelitian ini dilakukan pada bulan masalah matematika siswa. Hasil akhir tes
Agustus tahun 2019. Jenis penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah siswa dapat
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. dinilai dengan skor yang diperoleh siswa dirubah
Subjek penelitian adalah kelas XII MIPA 3 kedalam skala angka (0-100). Maka nilai siswa
SMAN 1 Batang Anai dengan pengambilan dapat diperoleh dari
secara purposive sampling yang berjumlah 29 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Nilai Siswa = × 100
orang, pemilihan didasarkan pada hasil observasi 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang Selanjutnya nilai siswa dalam
tergolong rendah. penyelesaian tes kemampuan pemecahan masalah
Instrumen penelitian yang digunakan dikualifikasikan menjadi lima kriteria, yaitu
untuk mengumpulkan data tentang gaya kognitif tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah pada
siswa menggunakan tes MFFT. Intrumen ini Tabel 1 sebagai berikut.
diadobsi dari MFFT yang telah dimodifikasi oleh
Tabel 1.
Warli yang telah teruji validitas dan Kriteria kemampuan pemecahan masalah siswa
reliabilitasnya dalam Vahrum & Rahaju (2016). Kriteria Nilai
MFFT ini terdiri dari 15 Soal, 2 buah soal sebagai Sangat Tinggi 81 ≤ N ≤100
percobaan dan 13 soal sebagai tes. Setiap soal Tinggi 61 ≤ N ≤ 80
Sedang 41 ≤ N ≤ 60
berbentuk gambar, yang terdiri dari 2 macam
Rendah 21 ≤ N ≤ 40
gambar, yang pertama gambar standar (baku) Sangat Rendah 0 ≤ N≤ 20
sebanyak 1 (satu) gambar, dan kedua adalah Sumber: Modifikasi dari Romika & Amalia, 2014
gambar variasi (stimulus) sebanyak 8 (delapan) Kemudian dilakukan wawancara setelah
gambar. Tes yang ke dua berbentuk tes siswa melaksanakan tes kemampuan pemecahan
kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk masalah. Hasil wawancara dituangkan secara
essay. Tes berfungsi untuk mengukur kemampuan tertulis dengan cara sebagai berikut; (1)
pemecahan masalah matematis siswa. Sebelum mendengarkan rekaman hasil wawancara
soal diberikan terlebih dahulu dlakukan validasi beberapa kali agar dapat menuliskan dengan tepat
soal dengan pakar dan uji coba tes .Hasil nya soal apa yang diucapkan responden; (2) membuat
yang digunakan dalam keadaan valid dan transkrip hasil wawancara; (3) memeriksa
memiliki reliabilitas 0,77 hal ini berati soal dapat kembali transkrip hasil wawancara dengan cara
dipercaya atau dapat digunakan. mendengarkan kembali rekaman hasil
Teknik analisis data pada penelitian ini wawancara.
menggunakan teknik analisis data yang
dikemukan oleh Miles dan Huberman dalam III. Hasil dan Pembahasan
dalam (Zulfitri, 2019) yaitu terdiri dari reduksi Berdasarkan tes MFFT yang dilakukan
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. terhadap 29 orang siswa SMA N 1 Batang Anai,
Data Hasil Matching Familiar Figures Test diperoleh 3 orang siswa yang memiliki gaya
(MFFT). Data hasil MFFT dianalisis kognitif implusif. Dari 3 orang tersebut memiliki
menggunakan penetapan yang dilakukan oleh catatan waktu penyelesaian soal yang diberikan
Warli dalam Vahrum & Rahaju (2016), siswa 5,55 menit; 4,29 menit; dan 7,17 menit, dan nilai
dikatakan memiliki gaya kognitif impulsive jika kemampuan pemecahan masalah 55, 26, dan 21.
menyelesaikan MFFT dalam waktu ≤ 7,28 menit Hal ini jika dikategorikan 1 orang berkemampuan
dan jawaban salah ≥ 7 soal. Data tes kemampuan sedang, dan dua orang berkemampuan rendah.
pemecahan masalah dianalisis berdasarkan Jika dilihat rata-rata waktu penyelesaian masalah

63
JURNAL GANTANG. Maret 2020; V(1): 61 – 68
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

secara keseluruhan oleh siswa memakan waktu b. Siswa berkemampuan rendah


rata-rata 12 menit, hal ini menandakan siswa
implusif memang cepat dalam menjawab tetapi
memiliki nilai yang rendah. Analaisis hanya
dilakukan pada siswa berkemampuan sedang 1
orang dan rendah 1 orang. Untuk siswa yang
berkemampuan rendah diambil dari siswa yang
paling cepat menyelesaikan soal.
Gambar 2. Tahap memahami masalah siswa implusif
Berikut uraian setiap pencapaian berkemampuan rendah
indikator kemampuan pemecahan masalah siswa
impulsif. Berdasarkan jawaban ke dua siswa di atas
1. Tahap memahami masalah terlihat bahwa siswa implusif berkemampuan
Pada tahap ini dilihat kemampuan siswa pemecahan masalah sedang lebih memahami
dalam memahami masalah, membuat diketahui permasalahan karena sudah benar membuat
gambar dari soal yang ditanya yakni berbentuk
dan yang ditanya dari suatu permasalahan.
Berikut gambaran jawaban siswa: balok, sedang siswa yang berkemampuan rendah
Masalah 1 : membuat gambar dalam bentuk kubus. Ini terlihat
kecerobohan siswa dalam memahami soal karena
Kamar Akbar berbentuk balok dengan ukuran 5 m
x 5m x 4m. Di langit-langit kamar terdapat lampu apabila dilihat waktu yang digunakan untuk
memahami soal memang sangat cepat yakni 4,29
yang letaknya tepat di tengah langit-langit kamar.
Pada salah satu dinding kamar dipasang saklar menit.Jika diperhatikan titik-titik sudut dari
yang letaknya tepat di tengah-tengah dinding segitiga yang dibuat siswa berkemampuan rendah
kamar. Hitunglah jarak saklar ke lampu pada tertulis OXY, hal ini tidak ada dalam gambar
balok yang dibuat diawal. Berdasarkan
kamar Akbar!
Hasil jawaban siswa dengan kemampuan wawancara yang dilakukan hal ini diakibatkan
pemecahan masalah sedang sudah dapat siswa tidak paham menentukan dimana letak
menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanya, siku-sikunya.
namun siswa tidak membuat garis penghubung 2. Tahap Menyusun Rencana Penyelesaian
antara titik-titik yang akan dicari. sedangkan Pada tahap ini siswa dapat membuat
siswa yang berkemampuan pemecahan masalah rencana langkah-langkah penyelesaian masalah,
rendah langsung menuliskan diketahui langsung dan memilih informasi yang tepat untuk
pada gambar tidak menuliskan apa yang ditanya menyelesaian masalah. Berdasarkan analisis yang
dan siswa juga membuat garis penghubung titik- dilakukan untuk kedua siswa yang
titik yang akan dicari. Berikut gambaran jawaban berkemampuan pemecahan masalah sedang dan
kedua siswa: rendah belum membuat langkah penyelesaian
masalah dan membuat gambar yang benar sesuai
a. Siswa berkemampuan sedang
dengan apa yang diketahui, Namun ke dua anak
implusif sudah dapat membuat gambaran
penyelesaian masalah walau belum tuntas. Hal itu
dapat dilihat pada kedua gambar di atas.
3. Tahap Menyelesaian Rencana Penyelesaian
Tahap ini siswa menyelesaikan
permasalahan sesuai dengan rencana yang sudah
Gambar 1. Tahap memahami masalah siswa impulsif
dibuat dan melakukan perhitungan dengan benar.
berkemampuan sedang
Hasil analisis jawaban siswa berkemapuan
64
Rismen, Juwita, & Devinda: Analisis Kemampuan Pemecahan … (7)

pemecahan masalah sedang dimana siswa sudah Berdasarkan wawancara yang dilakukn
menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana kepada kedua siswa diperoleh keterangan, bahwa
yang dibuat namun siswa tersebut belum dapat untuk memahami masalah siswa tersebut ada
menyelesaikan masalah tersebut dengan baik, hal melakukan kegiatan membaca berulang-ulang
ini disebabkan karena kurang teliti dan paham kali namun tetap siswa belum mampu
untuk dalam pemisalan titik yang akan menjadi penyelesaian masalah dengan baik.
acuan dalam penyelesaian masalah. Terlihat pada Berikut penyelesaian masalah 2
kedua gambar bahwa di gambar segitiga titik – Pak Yahya memiliki sebuah gudang berbentuk
titik yang digunakan untuk ketiga sudutnya adalah kubus dengan panjang rusuknya 6 m. Ia
LES sedangkan yang dicari adalah EG dan AH meletakkan sebuah besi pada lantai gudang,
sehingga siswa tidak dapat mengubungkan yang dimana panjang besi tersebut sama dengan
diketahui dengan yang ditanya. panjang diagonal lantai gudang. Kemudian pak
4. Tahap Memeriksa Kembali Yahya memasang sebuah lampu disalah satu
Tahap memeriksa kembali siswa sudut langit-langit gudang, dengan syarat lampu
melakukan pemeriksaan kembali dari tidak boleh dipasang sejajar dengan ujung besi.
penyelesaian yang telah dilakukan dan Hitunglah jarak antara lampu ke besi pada
menuliskan kesimpulan apa yang didapat. gudang tersebut!
Berdasarkan hasil analisis untuk ke dua siswa 1. Tahap Memahami Masalah
implusif tersebut tidak menuliskan kesimpulan Berikut ini adalah jawaban soal nomor 2
yang didapat dan juga tidak selalu memeriksa siswa kemampuan sedang.
kembali penyelesaian yang dilakukan. Hasil
wawancara yang dilakukan siswa tersebut sudah
yakin dengan apa yang dibuatnya jadi tidak perlu
diperiksa lagi dan dibuat kesimpulan. Hal ini
menunjukan bahwa siswa implusif memang cepat
memberikan respon namun hasil yang didapat
terkadang belum sesuai dengan apa yang Gambar 5. Tahap memahami masalah siswa implusif
diharapkan. Berikut jawab akhir dari kedua siswa. berkemampuan sedang
Berdasarkan gambar 5 siswa sudah
menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanya
Siswa juga menggambarkan model gudang pak
yahya dengan nama 𝐴𝐵𝐶𝐷. 𝐸𝐹𝐺𝐻 dengan
membuat 𝐴𝐶 sebagai besi pada gudang dan
Gambar 3: Tahap menyelesaikan masalah siswa memisalkan dengan b, sedangkan lampu yang
impulsif berkemapuan sedang dipilih adalah 𝐹.
Berikut jawaban siswa implusif dengan
kemampuan rendah.

Gambar 4: Tahap menyelesaikan masalah siswa


implusif berkemampuan rendah Gambar 6. Tahap memahami masalah siswa impulsif
berkemampuan rendah
65
JURNAL GANTANG. Maret 2020; V(1): 61 – 68
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

Berdasarkan gambar 6, siswa sudah Namun untuk siswa yang memiliki


mencoba untuk menggambarkan model dari kemampuan pemecahan masalah rendah, tidak
gudang pak Yahya, namun belum bisa dapat membuat perencanaan dalam penyelesaian
menggambarkan posisi besi dengan posisi lampu masalah. Berdasarkan hasil wawancara yang
yang akan dipasang dan belum paham. Jadi, dilakukan siswa mengatakan bahwa untuk
disimpulkan bahwa siswa belum bisa untuk menyelesaikan masalah tidak tahu rumus apa
memahami masalah yang diberikan. Berdasarkan yang digunakan Hal ini yang membuat
wawancara yang dilakukan siswa tidak paham kemampuan pemecahan masalah rendah.
dengan soal yang diberikan sehingga siswa tidak 3. Tahap Menyelesaikan Masalah
mampu menjawabnya. Dalam menyelesaikan masalah siswa
2. Tahap Menyusun Rencana Penyelesaian yang memiliki kemampuan pemecahan masalah
Untuk tahap ini siswa mencoba lagi untuk sedang, sudah melakukan langkah-langkah sesuai
menyusun langkah-langkah penyelesaian dengan perencanaan namun siswa belum
masalah. Berikut langkah penyelesaian oleh menyelesaian dengan sempurna.
kedua siswa implusif:
Langkah penyelesaian masalah siswa implusif
berkemampuan sedang.

Gambar 8. Tahap menyelesaikan rencana


penyelesaian siswa impulsif
berkemampuan sedang
Gambar 7. Tahap menyusun rencana penyelesaian Berdasarkan gambar 8, siswa sudah
siswa impulsif sedang
melakukan tahap penyelesaian sesuai dengan
Pada gambar 7 siswa sudah melakukan rencana yang dibuat, pada lembar jawaban
tahap menyusun rencana penyelesaian dengan langkah pertama yang dibuat adalah mnentukan
cara mencari hubungan dari apa yang diketahui 𝐴𝐶, lalu dilanjutkan dengan menentukan 𝐻𝑏
dan apa yang ditanya dari soal dengan cara Berdasarkan hasil wawancara yang
membuat segitiga 𝐻𝐴𝐶. Pada segitiga 𝐻𝐴𝐶 dilakukan, siswa melakukan penyelesaian dengan
terlihat siswa membuat titik 𝑏 yang terdapat pada langkah pertama menentukan panjang 𝐴𝐶
pertengahan 𝐴𝐶. Sehingga rencana yang dibuat menggunakan rumus phytagoras, dan dilanjutkan
yaitu menentukan jarak 𝐻 ke 𝑏. dengan menentukan 𝐻𝑏 yaitu setengah dari 𝐴𝐶,
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, lalu baru dapat ditentukan panjang 𝐻𝑏 dengan
siswa mengatakan ada melakukan perencanaan, hasil 3√6.
perencanaan yang diawali dengan menggambar Hasil analisis siswa yang memiliki
kubus, dan menandai besi dengan 𝑏, dan kemampuan pemecahan masalah rendah, siswa
lampunya pada 𝐻. Lalu membuat segitiga 𝐻𝐴𝐶. tersebut tidak dapat menyelesaikan karena dari
Siswa mengatakan langkah pertama yang dicari awal siswa tersebut tidak memahami persoalan.
adalah 𝐴𝐶, lalu panjang 𝐴𝑏, baru dapat ditentuka Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada
𝐻𝑏. Jadi, disimpulkan siswa tersebut sudah siswa tersebut, memang dia tidak memahami
menyusun rencanakan penyelesaian dengan baik. permasalahan dan cara untuk menyelesaikan.

66
Rismen, Juwita, & Devinda: Analisis Kemampuan Pemecahan … (7)

4. Tahap Memeriksa kembali berkemampuan pemecahan masalah rendah juga


Tahap memeriksa kembali merupakan sudah membuat rencana penyelesaian tetapi
bagian akhir dari tahap penyelesaian masalah, masih belum jelas hubungan dengan apa yang
dimana siswa memeriksa kembali jawaban yang diketahui.
telah dibuat untuk memastikan apakah jawaban 3. Tahap Menyelesaikan Masalah
yang dibuat sudah sesuai dengan yang ditanya. Penyelesaian masalah yang dilakukan
Berdasarkan wawancara yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dibuat, salah
kepada ke dua orang siswa implusif diperoleh perencanaan maka salah jawaban. Hal ini terjadi
informasi, untuk siswa implusif yang memiliki untuk ke dua siswa implusif.
kemampuan pemecahan masalah sedang dan 4. Tahap Memeriksa Kembali
rendah secara keseluruhan tidak menuliskan Secara umum siswa implusif baik yang
kesimpulan dari penyelesaian dari yang telah memiliki kemampuan pemecahan masalah
dikerjakan tetapi ada memeriksa kembali. sedang maupun rendah, ada melakukan
Dari uraian di atas dapat diambil pemeriksaan kembali akan tetapi tidak membuat
kesimpulan bahwa siswa impulsif memang cepat kesimpulan. Berdasarkan wawancara yang
dalam pengerjaaan soal namun jawaban yang dilakukan bahwa siswa menganggap sudah
diberikan banyak yang salah. Hal ini sesuai selesai menjawab soal yang diberikan.
dengan teori yang dikemukan sebelumnya oleh
Ucapan Terimakasih
(Desmita 2010:146). Bahwa siswa impulsif
Artikel ini merupakan hasil penelitian bersama
adalah siswa yang memiliki karakteristik cepat
antara dosen dan mahasiswa. Terimakasih kepada
dalam menyelesaikan masalah, tetapi kurang
semua pihak yang telah membantu untuk
cermat sehingga jawaban cenderung salah.
penyelesaian penelitian ini.
IV. Kesimpulan
Referensi
Siswa implusif kelas XII MIPA 3 SMA N Azhil, I. M., Ernawati, A., & Lutfianto, M.
1 Batang Anai berjumlah 3 orang, hal ini (2017). Profil pemecahan masalah
beradasarkan tes MIFFT yang dilakukan. matematika siswa ditinjau dari gaya kognitif
Kemampuan pemecahan masalah siswa berada reflektif dan impulsif, 2(1), 60–68.
dalam kriteria sedang 1 orang dan rendah 2 orang. Desmita. (2010).Psikologi Perkembangan
Berikut kesimpulan tentang pencapaian setiap Peserta Dididk. Bandung: PT remaja
Rosdakarya.
indikator kemampuan pemecahan masalah: Hendriana. H, Rohaeti. E.E, &Sumarmo, U.
1. Tahap Memahami Masalah (2015). Hard Skills dan Soft Skills
Siswa implusif kemampuan pemecahan Matematika Siswa. Bandung: PT Refika
masalah sedang dapat memahami masalah yang Aditama.
diberikan dengan menuliskan apa yang diketahui Ilmiyana, M. (2018). Analisis Kemampuan
dan ditanya dalam soal tersebut, namun siswa Pemecahan Masalah Matematika Siswa
SMA Ditinjau Dari Tipe Kepribadian
yang memiliki kemampuan pemecahan masalah
Dimensi MYER BRIGGS TYPE
rendah secara umum kurang memahami masalah INDICATOR (MBTI). Universitas Islam
dan tidak menuliskan apa yang diketahui dan Negri Raden Intan Lampung.
ditanya dalam suatu soal. Purnamasari, P. D. (2015). Analisis kemampuan
2. Tahap Menyusun Rencana Penyelesaian pemecahan masalah matematika siswa kelas
Siswa implusif dengan kemampuan XI SMK Muhammadiyah I Patuk pada
pemecahan masalah sedang sudah membuat pokok bahasan peluang. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains, 1(1): 1-7.
perencanaan dalam penyelesaian masalah tetapi
Puspita, A. Y. A. (2016). Profil pemecahan
masih kurang tepat. Siswa implusif
67
JURNAL GANTANG. Maret 2020; V(1): 61 – 68
p-ISSN. 2503-0671
e-ISSN. 2548-5547

masalah matematika siswa pada materi


segiempat ditinjau dari gaya kognitif relektif
dan implusif. Ilmiah Pendidikan
Matematika, 3(5).
Susanti, Nofrianto, A., & Mira A.(2016).
Peningkatan kemampuan pemcahan
masalah siswa melalui model pembelajaran
laps heuristic di kelas X SMA N 2 Batang
Anai. Jurnal Gantang. 1(2). 39-50
https://doi.org/10.31629/jg.v1i2.52
Vahrum, F. N., & Rahaju, E. B. (2016). Proses
Berpikir siswa SMP dalam memecahkan
masalah matematika kontekstual pada
materi himpunan berdasarkan gaya kognitif
impulsive dan reflektif. Jurnal
MATHEdunesa, 3(5).
Zulfitri, Hanifah, Aisyah, N., Indaryanti. (2019).
Analisis kemampuan pemecahan masalah
matematika setelah pembelajaran dengan
pendekatan MEAS pada materi sistem
persamaan linier tiga variabel. Jurnal
Gantang, IV(1):7-14.
https://doi.org/10.31629/jg.v4i1.881

68

Anda mungkin juga menyukai