PENDAHULUAN
sejak pendidikan sekolah dasar, menengah bahkan sampai perguruan tinggi. Hal
dipelajari karena matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat
1
2
sangat penting untuk dipelajari, baik sebagai alat bantu, sebagai ilmu,
Salah satu materi yang dipelajari dalam matematika, yaitu materi barisan
dan deret aritmatika. Materi barisan dan deret aritmatika merupakan salah satu
salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis karena kemampuan berpikir kritis
merupakan kemampuan yang sangat esensial, dan berfungsi efektif dalam semua
permasalahan dengan baik dan dapat mengambil keputusan rasional tentang apa
yang harus dilakukan atau apa yang diyakini (Susilawati et al., 2020). Selain itu,
asumsi, dan logika yang mendasari gagasan orang lain (Ramdani et al., 2020).
Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis merupakan bagian terpenting dalam
yang dilakukan oleh (S. Handayani et al., 2020) diperoleh bahwa kesalahan yang
kesalahan tersebut adalah karena kurangnya minat peserta didik dan kurangnya
intelegensi peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita materi barisan dan deret
aritmatika.
Beberapa soal matematika yang digunakan dalam ujian Nasional (UN) merupakan
jenis soal cerita, sehingga peserta didik diharuskan dapat memahami maksud
Apabila kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik kurang baik maka
Selain itu, peserta didik juga cenderung hanya berfokus pada hafalan rumus,
mereka berpikir hanya dengan menghafal rumus bisa menemukan solusi dari
peneliti dengan Bu Rini yaitu guru mata pelajaran matematika kelas XI IPA SMA
didik terhadap materi pembelajaran matematika yang telah dipelajari dan peserta
4
didik masih kesulitan dalam menyelesaikan soal – soal berbentuk cerita seperti
pada materi barisan dan deret aritmatika yaitu tidak membuat pemisalan atau yang
diketahui dan ditanya dalam masalah dengan benar, tidak mampu membuat model
konsep yang telah dipelajari kedalam suatu permasalahan. Peran peserta didik
dalam proses pembelajaran juga masih kurang, yakni hanya sedikit peserta didik
menunjukkan bahwa peserta didik cenderung hanya berfokus kepada guru saja,
disampaikan oleh guru tersebut. Melalui hasil wawancara tersebut, maka peneliti
merasa tertarik untuk meneliti kemampuan berpikir kritis peserta didik dikelas XI
IPA SMA Negeri 1 Berandan Barat pada materi barisan dan deret aritmatika.
yang tepat dan inovatif yang tidak membosankan dalam proses pembelajaran
berpikir kritis dan keaktifan peserta didik. Salah satu alternatif model
berpikir kritis peserta didik adalah model pembelajaran Problem Based Learning.
inovatif yang dapat memberikan kondisi aktif kepada peserta didik. Problem
pengetahuan yang dimiliki peserta didik. Hal ini membuat peserta didik semakin
berfikir lebih kritis dan mampu membentuk pengetahuan baru sebagai solusi
peserta didik. Penelitian yang dilakukan oleh (Sianturi et al., 2018) menunjukkan
dengan model Problem Based Learning lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
nilai thitung = 2,59 dan ttabel = 1,672 dengan dk = 58 dan taraf signifikansi sehingga
terlihat bahwa thitung > ttabel , yaitu 2,59 > 1,672. Hasil analisis angket respon siswa
Based Learning, yang berarti bahwa siswa termotivasi dalam belajar dengan
berpikir kritis peserta didik mulai dari skor terendah 2,70% dan nilai tertinggi
berpikir kritis peserta didik dari yang terendah 2,5% dan yang tertinggi 35,31%
6
dengan rata-rata 12,03%. Hal ini menunjukkan bahwa model Problem Based
yang dilakukan oleh (Phasa, 2020) menyimpulkan bahwa model Problem Based
pembelajaran matematika. Hasil tersebut dapat dilihat dari hasil pretest dan
Problem Based Learning adalah suatu cara atau model yang dapat
peserta didik menjadi lebih dalam dari suatu materi yang berorientasi pada
dan Deret Aritmatika Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Berandan Barat T.P
2021/2022”.
B. Identifikasi Masalah
2. Peserta didik kesulitan untuk memahami soal dan cenderung hanya berfokus
C. Batasan Masalah
pada:
3. Materi yang akan peneliti ajarkan adalah Barisan dan Deret Aritmatika dikelas
4. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA SMA Negeri 1 Berandan Barat T.P
2021/2022
D. Rumusan Masalah
Based Learning terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi
8
barisan dan deret aritmatika kelas XI IPA SMA Negeri 1 Berandan Barat T.P.
2021/2022?.
E. Tujuan Penelitian
terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi Barisan dan Deret
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
2. Secara praktis
permasalahan matematika.
2) Bagi Guru
Adapun bagi guru khususnya guru matematika hasil penelitian ini dapat
berpikir kritis.
3) Bagi Sekolah
4) Bagi Peneliti
G. Batasan Istilah
dimaksudkan dalam penelitian ini maka diberikan batasan istilah sebagai berikut:
1. Pengaruh adalah suatu daya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu
berpikir secara kritis dan memecahkan suatu masalah (Komariyah & Laili,
2018).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
dunia nyata sebagai konteks bagi peserta didik dalam berlatih bagaimana
penting dari materi ajar yang dibicarakan (Susanto, 2020). Hal ini sejalan
11
12
Based Learning adalah model pengajaran yang dapat digunakan oleh guru
langkah Problem Based Learning adalah (1) orientasi peserta didik pada
2.1.
14
peserta didik.
peserta didik.
kritis.
Learning yaitu:
kekurangan, yaitu:
masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa
biaya dan waktu yang panjang, dan (3) aktivitas peserta didik yang
dilaksanakan dilua sekolah sulit dipantau oleh pendidik (Sari et al., 2017).
17
Problem Based Learning yaitu memerlukan waktu yang cukup lama dan
lembar kerja peserta didik yang menarik, membangun minat dan motivasi
yang dilakukan baik individu maupun kelompok akan selalu dinilai, serta
manusia yang satu dan yang lain. Berpikir merupakan berbagai kegiatan
(Komariyah & Laili, 2018). Selain itu, berpikir juga dapat diartikan
suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan untuk memperoleh suatu
dan tindakan apa yang akan dilakukan (Noer & Gunowibowo, 2018).
interpretasi, (2) analisis, (3) evaluasi, (4) inferensi, (5) penjelasaan, dan (6)
1) Menginterpretasi
Menginterpretasi adalah memahami dan mengekspresikan makna
dari berbagai bentuk pengalaman, keadaan, data, kejadian- kejadian,
penilaian, kbiasaan atau adat, kepercayaan, aturan-aturan, prosedur
maupun kriteria.
2) Menganalisis
Menganalisis adalah menganalisis hubungan-hubungan infernsial
yang dimaksud, dan actual diantara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-
pertanyaan, konsep-konsep, deskripsi atau bentuk- bentuk representasi
lainnya yang digunakan untuk mengekspresikan kepercayaan, penilaian,
pengalaman, alasan, informasi ataupun opini-opini.
3) Mengevaluasi
Mengevaluasi berarti menaksir kredibilitas pertanyaan-pertanyaan
atau representasi laporan-laporan dari persepsi, pengalaman, kondisi,
penilaian, atau opini seseorang, serta menaksir kekuatan logis dari
hubungan-hubungan inferensial atau dimaksud diantaranya pernyataan-
pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, deskripsi, atau bentuk representasi
lainnya.
4) Inferensi
Menginferensi adalah mengidentifikasi dan memperoleh unsur-
unsur yang dibutuhkan dalam menarik kesimpulan yang logis, membuat
hipotesis, mempertimbangkan informasi yang relevan dan menyimpulkan
konsekuensi dari data, kondisi, pertanyaan, atau bentuk representasi
lainnya (Karim & Normaya, 2015).
20
dan 5) menerapkan strategi dan taktik (strategies and atactics), (Prayogi &
Asy’ari, 2013).
No Indikator Keterangan
Memahami masalah yang ditunjukkan dengan
1 Menginterpretasi menulis diketahui maupun yang ditanyakan dalam
masalah
Mengidentifikasi hubungan-hubngan antara
pernyataan- pernyataan, pertanyaan – pertanyaan, dan
2 Menganalisis konsep – konsep yang diberikan dalam masalah
dengan membuat model matematika dengan tepat dan
memberi penjelasan dengan tepat.
Menggunakan strategi yang tepat dalam
3 Mengevaluasi menyelesaikan masalah, lengkap dan benar dalam
melakukan perhitungan.
4 Menginferensi Mengambil kesimpulan dengan tepat
B. Materi Pembelajaran
1. Barisan Aritmatika
Barisan aritmatika adalah barisan bilangan yang selisih antara dua suku
yang berurutan sama atau tetap.
Contoh :
a) 2, 4, 6, 8, 10, …. (selisih/beda = 4 – 2 = 6 – 4 = 8 – 6 = 10 – 8 = 2)
b) 20, 15, 10, 5, …. (selisih/beda = 15 – 20 = 10 – 15 = 5 – 10 = - 5)
c) 6, 12, 18, 24, …. (selisih/beda = 12 – 6 = 18 – 12 = 24 – 18 = 6)
d) 30, 22, 14, 6, … (selisih/beda = 22 – 30 = 14 – 22 = 6 – 14 = -8)
21
Rumus : b = U2 – U1
b = U3 – U2
b = Un – Un - 1
b = U4 – U3
dst
Jika suku pertama = a dan beda = b, maka secara umum barisan aritmatika
tersebut adalah:
U1 U2 U3 U4 Un
Un = a + (n – 1)b
Dengan : Un = suku ke – n
a = suku pertama
2. Deret Aritmatika
Deret aritmatika adalah jumlah dari seluruh suku- suku pada barisan
aritmatika. Jika barisan aritmatikanya adalah U1, U2, U3, …., Un maka deret
Sn = U1 + U2 + U3 + ...............................................................+ Un
n suku
2Sn = n (a + Un)
Sn = �� (� + ��n)
Sn = 1n (a + a + (n – 1)b)
2
Sn = 1n (2a + (n – 1)b)
2
Sn = ��n (2a + (n – 1)b)
Keterangan :
a = suku pertama
n = banyaknya suku
Un = Sn - Sn -1
relevan. Baik dilihat dari model pembelajaran maupun kemampuan kognitif dan
afektif yang hendak dicapai. Selain itu, penelitian terdahulu yang relevan juga
23
penelitian. Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian
ini:
materi pokok barisan dan deret aritmatika di kelas XI SMA Negeri 1 Aramo
masalah terhadap hasil belajar matematika materi pokok barisan dan deret
masalah sebagai variabel X dan hasil belajar matematika materi pokok barisan
masalah dan tes pilihan ganda untuk hasil belajar matematika materi pokok
berbasis masalah adalah 0,75 berada pada kategori “baik”, nilai rata-rata hasil
dan nilai rata-rata hasil belajar matematika materi pokok barisan dan deret
hitung = 7,35. Itu menunjukkan t-hitung lebih dari t-tabel atau 7,35 > 1,71.
pokok Barisan dan deret Aritmetika pada siswa kelas VIII SMA Negeri 1
solving (CPS) pada materi barisan dan deret aritmatika kelas X dari jurnal
(Khomariyah & Dr. Janet Trineke Manoy, 2014). Subjek penelitian ini adalah
guru pengajar dan siswa kelas X IPA 3 SMA Negeri 2 Kota Mojokerto
semester genap tahun ajaran 2013/2014. Dari 34 siswa tersebut dipilih secara
acak empat siswa sebagai subjek pengamatan aktivitas siswa. Guru yang
penelitian ini adalah one shot case study. Hasil analisis data menunjukkan
hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan sebesar 85,29%, pada aspek
ketrampilan sebesar 83,35%, dan pada aspek sikap sebesar 88,24%; dan (4)
didik kelas 5 SD dari jurnal Fajar Prasetyo dan Firosalia Kristin (2020). Jenis
25
Suruh 01. Kelas 5A dengan jumlah 24 siswa merupakan kelas eksperimen dan
SPSS 25 for windows. Hasil nilai pretest thitung (0,826) > ttabel (0,05) dan hasil
posttest observasi thitung (0,689) > ttabel (0,05) menunjukkan tidak ada
perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil nilai posttest thitung (0,033) <
ttabel (0,05) dan hasil posttest observasi thitung (0,006) < ttabel (0,05)
Kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kelas 5 SD.
kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematik peserta didik SMA
dari jurnal Wawan Kiswanto (2017). Desain penelitian ini adalah Pretest
Posttest Control Group Design dengan adanya dua perlakuan yang berbeda,
dan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak kelas. Populasi pada
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA SMA Negeri 3 Ciamis,
murid 30 dan kelas XI MIA 1 dengan jumlah murid 30. Analisis data
menggunakan uji Anava dua jalur dan uji korelasi product moment. Hasil
26
berpikir kritis matematis peserta didik kelas VIII SMP dari jurnal Eko
Populasi pada penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas VIII di SMP N 1
Turi. Sampel penelitian adalah kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan
penelitian berupa intrumen tes dalam bentuk uraian yang telah terpenuhi uji
validitas dan reliabilitasnya. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan nilai sig
0,137 dan nilai sig pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
Hasil uji homogenitas posttest diperoleh nilai sig sebesar 0,798 sehingga
variansi kedua kelas tersebut homogen. Uji prasyarat dalam penelitian telah
hipotesis uji-t diperoleh nilai sig sebesar 2,1540 > 1,9989 atau thitung > ttabel
27
kemampuan berpikir kritis matematis siswa. Hal itu juga terlihat berdasarkan
hasil nilai rata-rata post-test pada kelas eksperimen sebesar 81,25% sedangkan
D. Kerangka Konseptual
secara detail atas apa saja yang telah diamati untuk menyelesaikan suatu masalah
matematika.
didik untuk aktif dalam memahami materi pembelajaran matematika. Salah satu
28
adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk peserta didik belajar dan
based learning adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
dengan cara menghadapakan peserta didik dengan berbagai masalah yang dialami
terhadap belajarnya.
E. Hipotesis
yang telah diuraikan maka hipotesis penelitian pada penelitian ini adalah: model
terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi Barisan dan Deret
METEDOLOGI PENELITIAN
learning terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi barisan
dan deret aritmatika. Secara sederhana desain penelitian ini dapat ditunjukkan
Keterangan:
- = Pre-test
learning (PBL)
Barat yang terletak di Jl. Raya Medan KM. 89 Tangkahan Durian, Kec. Berandan
30
31
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI IPA
SMA Negeri 1 Berandan Barat yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah peserta
didik 105 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah jenis
merupakan teknik sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
setiap kelasnya maka dipilih satu kelas yang akan dijadikan sampel yaitu kelas XI
IPA 1 sebanyak 36 peserta didik. Pemilihan sampel ini akan dilakukan secara acak
D. Variabel Penelitian
soal uraian.
1. Observasi
didik.
2. Test (Post-test)
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2020). Tes
yang dilakukan pada penelitian ini untuk mengukur tingkat penguasaan dan
pengetahuan. Tes yang digunakan adalah tes berbentuk essay (uraian), karena
33
tes berbentuk essay dapat mengukur sejauh mana kemampuan berpikir kritis
penjelasan.
0 Tidak ada kesimpulan
Membuat kesimpulan yang tidak tepat dan
1
tidak sesuai dengan konteks masalah.
Membuat kesimpulan yang tidak tepat,
2 meskipun disesuaikan dengan konteks
4 Menginferensi masalah.
Membuat kesimpulan dengan tepat dan
3
sesuai dengan konteks tetapi tidak lengkap.
Membuat kesimpulan dengan tepat dan
4 sesuai dengan konteks masalah serta
lengkap.
Instrumen penilaian berupa tes yang sudah disiapkan terlebih dahulu diuji
cobakan sebelum diberikan kepada peserta didik. Kemudian hasil uji coba
dianalisis dengan uji validitas, uji reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran,
sehingga soal yang layak diujikan adalah soal yang dinyatakan valid, reliabel,
1. Validitas
kevalidan sebuah instrumen. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mampu mengetahui apa yang hendak diukur. Tes validitas perlu dilakukan
untuk mengetahui kualitas tes dalam kaitannya dengan hal yang seharusnya
∑ �� − (∑ �) (∑ �)
��� =
√{ ∑ �2 − (∑ �)2}{ ∑ �2 − (∑ �)2}
Dimana:
35
N : Jumlah item
Untuk menafsirkan keberartian harga validitas tiap soal maka harga rxy
dengan dk = N, jika
2. Reliabilitas Tes
untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
dapat dipercaya, yang reliabel akan mengahasilkan data yang dapat dipercaya
36
� ∑ � �2
� =( ) (1 − )
11 �−1 ��2
Dengan keterangan:
� �2 : Varians Total
setiap soal dan varians total. Dengan menggunakan rumus Alpha varians
Dengan keterangan:
σ : A l p h a varians
mengetahui hasil rhit, serta membandingkan rhit, dengan rtabel product moment
Jika hasil penelitian rhit ≤ rtabel,maka soal tersebut dinyatakan tidak reliabel.
37
Kriteria Keterangan
0,00 ≤ rxy<0,20 Reliabilitas tes sangat rendah
0,20 ≤ rxy<0,40 Reliabilitas tes rendah
0,40 ≤ rxy< 0,60 Reliabilitas tes sedang
0,60 ≤ rxy< 0,80 Reliabilitas tes tinggi
0,80 ≤ rxy<1,00 Reliabilitas tes sangat tinggi
3. Taraf Kesukaran
mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah
atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta
terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak
Kriteria Keterangan
Sukar 0 ≤ 27%
Sedang 28 ≤ 73%
Mudah 74 ≤ 100%
38
yaitu:
∑ �� + ∑ ��
�� = × 100%
1�
Keterangan:
TK : Taraf kesukaran
S : Skor tertinggi
antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan peserta didik
√ 1 (�1 − 1)
�
Keterangan:
�� : Daya pembeda
n1 : 27% × n
Daya beda dikatakan signifikan jika Db hitung > Db tabel pada tabel
statistik deskriptif
Untuk mengetahui
maka terlebih keadaan
dahulu dihitung data dari
besaran penelitian yangskor
rata-rata ( )diperoleh,
telah dengan
∑ 1
= ( Sudjana, 2005: 67)
�
Ket
: Rata-rata sampel
∑ 1 : Jumlah X
� ∑ i2 − (∑ i)2
�=√
�(� − 1)
2 � ∑ i2− (∑
� =
2
i)
�(�−1)
Keterangan:
S : Simpangan baku
xi : Skor variabel
a. Uji Normalitas
sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau
tidak. Uji yang digunakan adalah uji Liliefors (Sudjana, 2005: 466) dengan
Ki −
1) Mencari bilangan baku dengan rumus �i = �
Keterangan:
X : Rata-rata sampel
S : Simpangan baku
xi : Skor variabel
mutlaknya.
sebagai Lo.
dapat dibandingkan nilai Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar
adalah:
42
Jika Lo < Ltabel maka data berasal dari populasi berdistribusi normal.
Jika Lo ≥ Ltabel maka data berasal dari populasi tidak berdistribusi normal.
b. Persamaan Regresi
berpikir kritis peserta didik (Y). Untuk itu perlu ditentukan persamaan
�= � + �
� ∑ �i�i − ∑ �i (∑ �i)
�=
� ∑ �i2 − (∑ �i)2
Keterangan:
Learning
a : Variabel konstan
43
��� = ∑ �i2
5) Menghitung Rata- rata Jumlah Kuadrat Regersi b/a RJKreg (a) dengan
rumus:
�����g � = ����g �| �
�� �
��
������ =
�−2
7) Menghitung Jumlah Kuadrat Kekeliruan Eksperimen (JK (E) dengan
rumus:
(∑ �)2
�� � = �2 −
�
8) Menghitung Jumlah Kuadrat Tuna Cocok model linear (JK (TC))
dengan rumus:
44
�� �� = ����� − �� �
Keterangan:
H0 : θ2 = 0
Ha : θ2 ≠ 0
yang linear atau tidak dapat diketahui dengan menghitung Fhitung dan
didik.
Sumber
Variasi dk JK KT F
�2
2. ��� = �� yang akan dipakai untuk menguji tuna cocok regresi linear.
�2�
Dalam hal ini, kita tolak hipotesis model regresi linear jika � ≥
�(1−��)(�−2,�−�)
f. Koefisien Korelasi
Keterangan:
Learning
didik.
a. Uji Hipotesis
pengaruh yang terjadi dapat berlaku untuk populasi. Sesuai dengan judul
sebagai berikut:
Ho : ρ = 0
Ha : ρ > 0
didik pada materi Barisan dan Deret Aritmatika di Kelas XI IPA SMA
Keterangan:
49
t : Uji keberartian
r : Koefisien korelasi
n : Jumlah data
b. Koefisien Determinasi
Keterangan:
r2 : Koefisien determinasi
b : Koefisien arah
disusun menurut urutan besarnya, yang terbesar diberi nomor urut atau
beda ini disebut bi. Maka koefisien korelasi pangkat antara serentetan
6 ∑ �i2
�′ = 1 − (Sudjana, 2005: 455)
�(�2−1)
Keterangan:
berarti tidak ada korelasi atau tidak ada hubungan antara variabel
Xi dan Yi. Jika harga �′= +1berarti terdapat hubungan yang positif
antara variabel Xi dan Yi. Apabila �′ = -1berarti terdapat hubungan yang
negatif antara Xi dan Yi. Dengan kata lain, tanda “+” dan “-“
yaitu :
peserta didik)
peserta didik).